Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pertanahan
Nasional
Republik
Indonesia
(BPN
RI)
memberikan
hanya
bisa
memanfaatkan
lahan
tersebut
baik
untuk
mengeluarkan
dana
besar
untuk
memiliki
properti
yang
diinginkan.
b. Peluang Usaha Lebih Terbuka
Properti dengan status HGB biasanya dijadikan pilihan untuk mereka
yang berminat memiliki properti tetapi tidak bermaksud untuk
menempati dalam waktu lama. HGB biasanya dimanfaatkan untuk
kebutuhan
komersial
seperti
mendirikan
usaha
kos,
gedung
perkantoran, kios, ruko, apartemen dan lain lain. Oleh karena itu, bagi
1 http://www.jurnalhukum.com/hak-guna-bangunan/, diakses pada tanggal 25
Mei 2015, pukul 15.20 WIB.
|2
atas
tanah
negara
bekas
hak
yang
tidak
diperbaharui/diperpanjang haknya.
2. Jangka waktu hak prioritas yang dimiliki si calon pemegang hak
tersebut.
D. Tinjauan Pustaka
Telah diatur mengenai pengertian HGB dalam Pasal 35 ayat (1)
UUPA jo Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.
Dalam hal ini, seorang pemegang hak guna bangunan adalah berbeda
dari pemegang hak milik atas sebidang tanah dimana bangunan
tersebut didirikan; atau dalam konotasi yang lebih umum, pemegang
|3
hak guna bangunan bukanlah pemegang hak milik dari tanah dimana
bangunan tersebut didirikan2.
Dari penjelasan III/3 dalam UUPA maka hak yang dipunyai oleh
pemegang hak sangat terbatas oleh karena didirikan di atas tanah
yang bukan haknya, jadi hanya terjadi sepanjang waktu tertentu. Tidak
seperti halnya dengan hak milik yang haknya adalah terpenuh di
antara hak-hak atas tanah3. Setelah jangka waktunya berakhir hak
guna bangunan dapat diperpanjang lagi paling lama 20 tahun atas
permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta
keadaan bangunan-bangunan yang diatur dalam pasal 35 ayat (2)
UUPA.
Pada prinsipnya yang dapat mempunyai hak guna bangunan ialah
warga Negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia, serta berkedudukan di Indonesia pula 4. Hal tersebut
seperti yang diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPA jo Pasal 19 Peraturan
Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 yang menentukan bahwa yang
dapat mempunyai hak guna bangunan adalah: Warga negara Indonesia
(WNI) dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
Dalam hal badan hukum asing yang ingin memiliki hak guna
bagunan maka dua unsur, yakni didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia, harus ada. Jadi hanya Warga Negara
Indonesia saja yang dapat mempunyai hak guna bangunan ini, dan di
sini terlihat bahwa prinsip nasionalitas tetap dipertahankan, sehingga
orang yang bukan warga negara Indonesia hanya dapat mempunyai
hak seperti yang ditentukan pada ketentuan pasal di atas yaitu badan
|4
menurut
ketentuan-ketentuan
yang
ditetapkan
dengan
Peraturan Pemerintah
Tidak
terpenuhinya
kewajiban-kewajiban
pemegang
dan/atau
dilanggarnya
ketentuan-ketentuan
dimaksud
dalam
30,
Pasal
sampai
Pasal
hak
sebagaimana
32
Peraturan
(c)
sedangkan
secara
penguasaan
bekas
pemegang
HGB
masih
maka
sebelumnya
harus
ada
penyelesaian
mengenai
secara
teori
hak
atas
tanah
tersebut
kembali
ke
F. Simpulan
Dengan adanya hak prioritas tersebut, maka bekas pemegang HGB
dapat memohonkan kembali hak atas tanahnya yang telah berakhir.
Hak prioritas diberikan kepada bekas pemegang HGB dikarenakan hak
keperdataannya masih pada bekas pemegang HGB. Hal tersebut untuk
mencegah terjadinya peralihan tanah bekas HGB tersebut dari orang
yang tidak berhak atas tanah tersebut.
Ini berarti selama bekas pemegang HGB masih menduduki dan
memanfaatkan tanah bekas HGB tersebut, selama itu pula bekas
pemegang HGB memiliki hak prioritas untuk memohon perpanjangan
ataupun pembaharuan hak atas tanahnya sampai adanya Surat
Keputusan Pemberian Hak baru kepada calon pemegang hak yang
baru.
G. Daftar Pustaka
Harsono,
Boedi.
(2008).
Hukum
Agraria
Indonesia,
Himpunan
|9
Irwanda, Yudi. (2006) Okupasi Areal Hak Guna Usaha PT. Perkebunan
Nusantara
(PTPN)
III
(Persero)
Kebun
Bagun
di
Kota
Hak
Guna
| 10