Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penggunaan Separator
Gas dan minyak yang diproduksikan dari sumur tidak didapat dalam keadaan
berpisah secara langsung. Minyak dan gas dari sumur biasanya berupa campuran. Dan
campuran tersebut tidak seluruhnya minyak dan gas. Apa yang ada dalam sumur dan
reservoir sangatlah heterogen dan pada umumnya ada air,minyak,gas serta partikel
padatan. Dan apa yang dihasilkan dari dalam sumur ketika telah mencapai surface tidak
bisa langsung masuk storage tank dan harus segera dilakukan treatment. Proses
pemisahan tersebut dapat berupa pemisahan minyak, air dan gas.Apabila tidak dilakukan
treatment dapat berakibat korosi dan plugging dalam flowline/transmission line yang
apabila diacuhkan dapat berakibat shut-in.
1.2 Batasan Masalah
Adapun beberapa batasan masalah yang akan kami bahas kali ini ialah mengenai :
1. Definisi Separator
2. Tujuan Penggunaan Separator
3. Masalah yang Dapat Terjadi dan Solusi

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Separator

Separator adalah tabung bertekanan yang digunakan untuk memisahkan fluida sumur
menjadi air dan gas (tiga fasa) atau cairan dan gas (dua fasa), dimana pemisahannya
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Prinsip penurunan tekanan.
b. Gravity setlink
c. Turbulensi aliran atau perubahan arah aliran
d. Pemecahan atau tumbukan fluida
2.2 Tujuan Penggunaan dan Fungsi Separator
Secara umum separator berfungsi untuk memisahkan fluida produksi menjadi dua
fasa, yaitu air dan minyak dan gas. Ada juga separator yang berfungsi sebagai pemisah
fluida produksi menjadi tiga fasa yaitu air, minyak dan gas. Serta juga berfungsi sebagai
pemisah fluida minyak dengan komponen-komponen pengotor yang semata-mata untuk
mendapatkan peralatan pada surface yang tidak terganggu kinerjanya karena sistem
pemisaha nyang tidak baik/bekerja akan menyebabkan korosi atau pluggin pada
peralatan lain. Yang berujung pada kerugian akibat masalah pemisahan yang tidak
ditangani dengan serius.
Separator bekerja berdasarkan perbedaan densitas yang dimiliki oleh minyak, air
dan gas, gas akan berada di atas minyak, dan minyak akan berada di atas air.
Selain mempunyai tujuan sebagai pemisah fasa, separator juga dapat digunakan
sebagai alat untuk menentukan laju produksi sumur atau yang biasa disebut sebagai test
separator.
2.3 Masalah yang Dapat Terjadi dan Solusi
Selama penggunaan separator dua fasa (separasai minyak dan gas) mungkin saja
terjadi beberapa masalah akibat apa yang diproduksikan. Liquid, gas dan atau solid yang
terproduksikan dapat memberikan hambatan bagi kinerja separator. Beberapa masalah
anatar lain:
a. Foamy Crude
Masalah terbentuknya foam dalam crude oil karena adanya impurities selain air di
mana impurities tersebut tidak dapat dihilangkan sebelum aliran memasuki separator.
Salah satu pengotor tersebut adalah CO 2. Foam juga dapat berasal dari fluida
komplesi atau workover yang tidak sesuai dengan fluida wellbore. Namun foam

dalam separator tidak akan memberikan masalah apabila desain internalnya telah
menjamin waktu yang cukup atau permukaan coalescing (membentuk substance yang
lebih besar) yang cukup untuk break.
Beberapa masalah yang ditimbulkan dengan adanya foam antara lain:
Kontrol dari level liquid menjadi lebih buruk, karena alat control harus
mendeteksi tiga fase liquid daripada yang seharusnya yaitu dua.
Foam memiliki rasio volume/berat yang besar sehingga dapat mengisi ruangan
pada vessel yang seharusnya bisa digunakan untuk ruang liquid collecting atau
gravity settling.
Dalam jumlah foam yang sangat tidak terkontrol, tidak mungkin untuk
menghilangkan separated gas atau oil yang sudah dihilangkan gasnya dari vessel
tanpa membawa foamy material pada gas atau liquid.
Penggunaan foam depressant akan membuat kapasitas separator lebih besar karena
foamnya berkurang. Namun penggunaan depressant akan menambah biaya lebih, dan
lebih baik digunakan separator ukuran lebih upaya antisipasi crude oil yang
mengandung foam. Namun sekali mengunakan depressant akan membuat jumlah
masuk lebih besar daripada kapasitrasnya.
b. Paraffin
Akumulasi paraffin akan menyebabkan pengaruh yang buruk terhadap kinerja
separator. Coalescing plates pada liquid section dan mesh pad pada mist extractor
pada gas section akan cenderung terjadi plugging akibat akumulasi paraffin. Dan
ketika paraffin dipekirakan yang menjadi penyebab masalah tersebut, maka perlu
dipertimbangkan lagi penggunaan centrifugal mist extractors. Maka perlu lubang
lubang seperti manways, handholes dan nozzle agar steam, solvent atau liquid
pembersih lain masuk ke separator. Temperatur liquid harus juga dijaga di atas cloud
point dari crude oil menghindari pembentukan paraffin.
c. Sand
Partikel pasir bisa menjadi masalah di separator yaitu membuat berhentinya
aliran pada valve trim, plugging pada bagian dalam separator, dan akumulasi pada
bagian bawah separator. Hard trim khusus dapat meminimalkan efek pasir di valve.
Akumulasi pasir dapat dihilangkan dengan secara teratur menginjeksikan air atau uap
dari bagian bawah vessel sehingga dapat ikut terangkat keluar selama draining
process.

Dan terkadang separator vertical dilengkapi dengan bagian bawah berbentuk


cone. Di mana bagian cone tersebut adalah antisipasi bila produksi pasir akan menjadi
maslah

utama.

Plugging

pada

internal

separator

adalah

hal

yang

perlu

dipertimbangkan saat mendesain separator. Desain yang harus menutamakan separasi


yang baik serta akan meminimalkan pemerangkapan pasir dalam separator.
d. Liquid Carryover
Liquid carryover terjadi ketika free liquid keluar dengan fase gas dan dapat
mengindikasi hi-liquid level, kerusakan pada vessel utama, foam, desain yang tidak
tepat, liquid outlet yang ter-plugged, atau rate yang melebihi desain dari vessels rate.
Hal ini bisa dicegah dengan menginstall Level Safety High (LSH) sensor yang akan
menutup inlet ke separator ketika level liquid melebihi level normalnya.
e. Gas blowby
Terjadi ketika free gas keluar dengan fase liquid yang menjadi indikasi lowlevel liquid atau control liquid yang gagal. Hal ini bisa jadi berbahaya ketika terjadi
kegagalan dalam liquid level control dan liquid dump valve terbuka dan gas yang
masuk dari inlet akan dapat keluar lewat liquid outlet. Yang mana vessel downstream
selanjutnya akan diproses. Apabila vessel downstream selanjutnya tidak dipersiapkan
untuk gas blowby, maka dapat terjadi over-pressured. Hal ini dapat dicegah dengan
memasang low safety low sensor yang akan menutup inlet atau outlet liquid ketika
level liquid turun 10-15% dari batas minimumnya. Dana pada proses downstream
selanjutnya seharusnya dipasang Pressure safety high sensor dan pressure safety valve
untuk memproses gas blowby.
f. Liquid Slugs
Pada bagian pipa yang rendah akan cenderung terbentuk akumulasi liquid pada aliran
dua fasa. Ketika level liquid pada bagian tersebut naik cukup tinggi untuk
menghambat gas flow, maka gas akan mendorong liquid sepanajang pipa sebagai
slug. Hal ini tergantung flow rate, property pipa, perubahan elevasi, flow properties.
Keberadaan slug harus diidentifikasi dengan desain separator yang tepat. Normal
operating level dan high-level shutdown harus dipisah cukup jauh untuk antisipasi
volume slug. Slug akan menuju high level shutdown.
Pada penggunaan separator 3 fasa dapat terjadi masalah selama operasi pada
separator berlangsung, salah satunya yaitu terjadinya emulsi. Selama jangka waktu
tertentu akumulasi material emulsi atau impurity lain dapat terbentuk pada interface oil

dan air. Akan terjadi pengaruh buruk pada liquid-level control, yaitu akan mengurangi
waktu efektif untuk pemisahana yang efektif antara air dan minyak. Penggunaan bahan
kimia dan atau panas akan meminimalisir kesulitan yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
Surface Production Operations, Volume 1, Third Edition: Design of Oil Handling Systems
and Facilities. Maurice Stewart and Ken E. Arnold.

Anda mungkin juga menyukai