Anda di halaman 1dari 21

Lokasi Endapan Mineral dan Hubunganya dengan

Lempeng Tektonik
Mineralisasi emas di Indonesia terbentuk pada busur andesitik yang terjadi dalam rentang
Cretaceous hingga Pliosen (3 -20 My tahun), terutama pada usia Neogen. Pada masa tersebut,
lempeng lempeng yang menyusun Indonesia mulai mengalami pertemuan dan membentuk
zonasi tertentu secara aktif. Setiap busur dicirikan oleh mineralisasi spesifik yang menunjukkan
bahwa dasar busur berhubungan dengan tumbukan awal dan perubahan dalam polaritas tektonik
dan tingkat erosi.
Tipe deposit emas yang teridentifikasi di Indonesia adalah porfiri tembaga emas, skarn,
sistemhigh dan low epithermal sulphidation, emas sediment-hosted, deposit Au-Ag-barite + base
metals dan tipe Kelian, yaitu peralihan tipe porfiri ke sistem epitermal.
Proses Tektonik Regional pada Sistem Busur di Indonesia
Proses utama tektonik di daerah geologi Indonesia untuk daerah busur magma dan
asosiasinya terhadap mineralisasi emas dan tembaga dibagi menjadi :
A. Pembentukan ophiolite, tumbukan, dan perubahan busur
Pembentukan ophiolit terjadi karena pengangkatan kerak samudera sebagai hasil
pemekaran lantai samudra, naik ke atas kerak benua yang pasif dan dipengaruhi juga aktivitas
intrusi andesitk pada kerak yang ditumpangi. Secara tektonik, ophiolit yang terbentuk
mendorong terjadinya pembentukan patahan pada busur belakang (C) sehingga mengakibatkan
perubahan subduksi pada ke arah baru (D). Pada kerak benua yang ditumpangi terjadi pemekaran
(E) sehingga terbentuk cekungan di busur belakang (F). Oleh karena lempeng terus bergerak,
pemekaran dan subduksi terjadi bersamaan (G) sehingga potensi cebakan endapan mineral
terbentuk tinggi karena aktivitas tersebut yang langsung berhubungan dengan magma. Setting
tektonik seperti ini terjadi pada daerah tektonik Sunda Banda yang menghubungkan Timor,
Wetar dan Sumba.
1. Busur magmatik
Tipe busur magmatik di Indonesia terbagi atas mafik dan andesitik. Batuan mafik
volkanik kebanyakan berada pada daerah bekas laut, yang didominasi basalt atau balastik
andesite dan generasinya. Akan tetapi dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur
andesitic yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan dangkal. Dominasi rhyolit yang
membatasi dan menyusun lantai benua. Intrusi andesitik ini mengidikasikan bahwa terjadi stress
lemah yang mengakibatkan tarikan sepanjang busur dan mungkin berhubungan dengan
mundurnya palung di daerah subduksi lempeng samudera.

2.

Lantai busur
Kebanyakan mineralisasi di daerah busur di Indonesia yang terekspos berupa batuan
vulkanik. Lantai busur kebanyakan tersusun atas batuan metamorfik (greenstone, phyllite, mica
schist, gneiss) dan ophiolit. Kerak busur kepulauan lebih tipis dibandingkan dengan daerah kerak
benua.
3. Pemekaran busur belakang
Pemekaran busur belakang terbentuk di busur belakang selama subduksi juga terjadi pada
kerak samudera yang mengalami perubahan arah subduksi. Akibatnya terbentuk cekungan pada
daerah busur belakang.
4. Kompleks daerah metamorfik
Hipotesis yang dimungkinkan untuk menjelaskan kompleks daerah metamorfik adalah
adanya asosiasi dengan patahan bersudut rendah yang merupakan jalur dari metamorfik Papua
Nugini. Pemanjangan kerak terregional yang berasosiasi dengan pemindahan akibat patahan
menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemendekan busur. Hal ini dapat dilihat
terbentuk pada daerah subduksi pada busur yang sangat berkaitan dengan aktivitas mineralisasi.
Busur Magmatik Indonesia
Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur
kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur selatan Indonesia. Pergerakan lempeng
lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa jalur aktif busur
magmatik. Secara umum, sistem busur magmatik di Indonesia adalah hasil kompleks sejarah
aktivitas tektonik, termasuk di dalamnya subduksi dan busur magmatik, rotasi dan perpindahan
busur, pemekaran busur belakang, pembentukan ophiolit danpenumbukan yang akibatkan
perubahan arah busur, patahan stike-slip dan kemungkinan karena pemanjangan kerak.
Indonesia memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh
busur mayor tersebut adalah
1. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous)
Daerah busur Sumatera-Meratus melingkupi daerah Sundaland sepanjang sumatera
bagian barat dan selatan Kalimantan. Pada daerah ini, busur magmatik dimulai dengan
perubahan polaritas tektonik setelah penempatan Woyla. Saat terekspos, busur tidak
termineralisasi dengan baik, karena perluasan akibat pengangkatan dan erosi selama masa
tertiary. Daerah mineralisasi ini hanya menyumbang 1% dari sumber daya emas dan sangat
sedikit tembaga Indonesia. Pada daerah Sumatera, mineralisasi dibatasi oleh besi, dan skarn base
metal, juga kombinasi emas-perak dan emas-tembaga pada rasio rendah. Di daerah Kalimantan,
emas yang ada diikuti kuarsa dan vein, veinlets karbonat kuarsa akibat pembentukan secara
epithermal.
2. Busur Sunda-Banda (Neogen)
Busur ini merupakan busur terpanjang di Indonesia, dari Sumatera Utara hingga timur
Damar. Mineralisasi yang terjadi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu berbentuk sistem urat
epithermal sulfidasi rendah di bagian barat busur dan porfiri emas-tembaga dan massive sulphide
lenses replacement bodies serta stockworks di timur. Hal ini terjadi karena perbedaan lempeng

yang menyusun daerah magmatik sepanjang busur. Daerah bagian barat cenderung terbentuk
lebih dulu dan stabil sehingga memungkinkan bentukannya adalah intrusi dangkal andesitik pada
masa neogen. Daerah timur merupakan daerah progresif lempeng dan aktif bergerak membentuk
zona subduksi yang menjadi tempat pembentukan intrusi besar berupa badan bijih seperti porfiri.
3. Busur Aceh (Neogen)
Busur Aceh berada pada palung di utara Sumatra yang tidak panjang. Busur ini berkaitan
langsung dengan dataran Sunda. Palung di sekitar busur menjadi daerah subduksi antara kerak
samudra hasil pemekaran dari cekungan Mergui yang menekan pada lantai lempeng Sumatera
bagian utara. Di daerah busur ini, mineralisasi yang terjadi berupa porfiri tembaga-molybdenum
dan tipe endapan sulfidasi tinggi.
4. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen)
Busur ini selama bertahun-tahun diperkirakan dari kehadiran kondisi sisa erosi selama
akhir Oligocene hingga awal Miosen yang sifatnya andesitik hingga trachy-andesitik di daerah
sekitar ativitas vulkanik. Kebanyakan dari yang ditemukan berasosiasi dengan emas.
Mineralisasinya berupa peralihan epitermal ke porfiri. Di bagian barat, mineralisasi berasosiasi
dengan batuan hasil erupsi dan intrusi dioritik.
5. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen)
Pada busur ini, aktivitas magmatik cenderung berada pada daerah bawah laut dan juga
tersusun oleh batuan sedimen sebagai akumulasi kegiatan tektonik aktif di daerah ini. Dominasi
busur ini adalah aktivitas lempeng aktif yang membentuk lengan lengan kepulauan Sulawesi.
Akibatnya, mineralisasi yang terjadi meliputi porfiri emas-tembaga, endapan sulfidasi
tinggi, sediment hosted gold, dan urat sulfidasi rendah.
6. Busur Halmahera (Neogen)
Daerah busur Halmahera terdiri dari hasil intrusi andesitik yang berusia Neogen,
termasuk dengan batuan vulkanik. Pada daerah barat busur ini juga dipotong oleh sesar Sorong
selama daerah timur terjadi subduksi di Laut Molluca. Busur Halmahera belum dieksplorasi dan
dimungkinkan hipotesis terbentuk mineralisasi berupa porfiri tembaga-emas.
7. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen)
Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga Papua Nugini. Hal
ini berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah zona sabuk metamorfik dan
pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan subduksi di selatan dan diikuti penumbukan.
Kegiatan vulkanisme yang mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk
di lempeng aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit pada
daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa batugamping jalur New
Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya akan emas, badan bijih skarn.
Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di Indonesia,
terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km panjang busur tergantung pada
masing masing busur dan kontrol lain yang berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas
ditunjukkan daerah mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.
Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar. Busur minor
tersebut terdiri atas :
1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic granodioritic batholiths, early
cretaceous)

2. Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)


3. Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic sedimentary rocks intruded
dioritic, middle miocene)
4. Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene pliocene)
5. Busur Northwest Borneo ( andesitic, middle miocene)
6. Busur Sumba Timor (andesitic andesite porphyry intrusions, palaeogene)
7. Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)
8. Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange, neogene)
Bentuk utama Mineralisasi Emas dan Tembaga di Indonesia
Secara umum, bentuk mineralisasi emas dan tembaga di Indonesia berupa :
1. Porfiri
2. Endapan ephitermal sulfidasi tinggi
3. Endapan ephitermal sulfidasi rendah
4. Mineralisasi Au-Ag-Cu base metals
5. Skarn
6. Sediment Hosted
Berdasarkan aktivitas tektonik yang terjadi di sepanjang busur magmatik, daerah bagian
timur Indonesia didominasi oleh bentukan porfiri dan skarn, serta sebagian kecil endapan
hidrotermal sulfidasi tinggi dan sediment hosted. Daerah barat Indonesia memiliki mineralisasi
cenderung berupa endapan epitermal sulfidasi rendah yang terjadi di daerah paparan Sunda yang
relatif dangkal. Aktivitas busur magmatik dan bentuk mineralisasi memiliki hubungan yang
menunjukkan identifikasi perbedaan antara lingkungan tektonik selama pembentukan porfiri
emas-tembaga, skarn dan deposit sulfidasi tinggi. Pembentukan mineralisasi Au-Ag-Cu base
metals terjadi di lingkungan submarine dangkal saat larutan sulfida yang hasilnya juga
menghasilkan mineralisasi sulfidasi tinggi di sekitar sub-aerial batuan vulkanik, dan daerah
lantai samudera.
Kontrol Regional terhadap Mineralisasi
Mineralisasi endapan Au-Ag-Cu base metals dipengaruhi oleh kontrol regional
terhadap kondisi tektonik yang ada. Kontrol yang terjadi dibagi menjadi hubungannya
mineralisasi dengan busur magmatik, asal kerak dan umur busur, serta berhubungan synmineralization regional.
Terhadap hubungan dengan busur magmatik, deposit di Indonesia berhubungan dengan
busur magmatik andesitik yang terbentuk selama dan secara cepat dalam aktivitas magma. Ini
menunjukkan bahwa mineralisasi yang terjadi berkaitan dengan subduksi lantai samudera.
Deposit epithermal Indonesia terbentuk di sepanjang busur benua yang merupakan busur
kepulauan yang bergabung dengan Sundaland selama masa mineralisasi karena penebalan kerak
dan pemanjangan intensif. Porfiri emas terjadi baik pada kondisi busur kepulauan dan benua.
Kebanyakan mineralisasi terjadi pada masa Neogen yang mengindikasikan bahwa
mineralisasi juga sebenarnya tidak bergantung pada umur kerak yang tersubduksi. Hubungan
antara usia busur dijelaskan dengan erosi sebagai akibat pengangkatan selama aktivitas vulkanik
dan erosi yang berhubungan dengan kegiatan orogenik yang pengaruhi selama pasca mineralisasi
saat perubahan polaritas busur. Syn-mineralization regional berkaitan dengan perbedaan jenis

mineralisasi di daerah timur dan barat Indonesia karena perbedaan aktivitas lempeng yang
mendominasi.

Pembentukan Endapan
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan
kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk
dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi
Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M.
Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn, seperti terlihat pada Gambar 2.

Diagram urutan pengendapan mineral


Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi larutan
(konsentrasi suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi kristalisasi dari magma
induk telah didesign oleh Niggli seperti terlihat pada Gambar.

Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli)

PEMBAGIAN ENDAPAN BAHAN GALIAN DI INDONESIA


BERDASARKAN TIPE DAN BENTUK PENGENDAPAN
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang
berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Abdullah,
2007: 3). Sumber daya mineral merupakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui,
pengelolaannya memerlukan teknologi pengambangan sumber daya mineral, seperti teknik atau
cara untuk memanfaatkan sumber daya mineral dan manajemen pengelolaannya.
Wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan atau tumbukan tiga lempeng tektonik,
yaitu Eurasia, Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik. Tumbukan tersebut telah terjadi sejak
berjuta-juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yang beragam.
Berbagai jenis dan umur batuan yang bervariasi membuat wilayah Indonesia kaya akan sumber
daya geologi, baik mineral, logam, mineral non logam, dan energi. Penyebaran mineral di
Indonesia tidak merata, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologi.
A.

Sebaran Mineral dan Tipe Mineralisasi di Indonesia


Berdasarkan Mandala Metalogenik, dapat diidentifikasi sebaran berbagai jenis mineral di
Indonesia. Karateristik mineral menetukan metode eksplorasi untuk mengungkap potensi sumber
daya mineral tersebut. Secara umum dapat dikelompokka beberapa tipe mineralisasi sebagai
berikut :
1. Tipe endapan mineral timah dan mineral ikutannya sangat berhubungan dengan
pembentukan batuan granit. Berupa jalur granitik yang memanjang dari indochina bagian
utara, Thailand, Malaysia hingga ke bagian utara pulau sumatera.
2. Tipe laterit nikel, terdapat di bagian timur Indonesia yang berasosiasi dengan batuan ultra
basa, seperti : Soroako (Sulawesi), P. Maluku, Halmahera, Gebe, Gag, Waigeo, dan Papua.
3. Tipe laterit bauksit, terdapat di bagina timur pulau Sumatera dan di Kalimantan, yang
berasosiasi dengan batuan granitik yang kaya ajan alumunium.
4. Tipe endapan pasir besi berupa plaser yang banyak terdapat di sekitar pesisir pantai,
berasosiasi dengan batuan berkomposisi menengah-basa.
5. Tipe minearalisasi emas-perak-tembaga yang dibedakan atas tiga jenis yakni :
a. tipe mineralisasi Au-Ag yang berasosiasi dengan Cu (dikenal dengan porfiri). Contoh
di Grasberg, Erstberg, Papua, terdapat jalur magmatik Irian Jaya; dan batuhijau di
Sumbawa, berada pada busur Sunda Banda bagian timur.
b. tipe mineralisasi Au-Ag yang tidak berasosiasi dengan Cu (dikenal dengan tipe/model
epitermal). Contoh cebakan emas G. Pongkor di Bogor, berada pada jalur magmatik
Sunda Banda, cebakan emas Gosowong di Halmahera, cebakan emas kelian di Kaltim.
c. tipe endapan Au sekunder yang dihasilkan dari endapan sedimen (dikenal dengan
tipe/model plaser), contoh di S. Barito, S. Kapuas, S. Kahayan (kalimantan)
B. Klasifikasi dan Tipe Endapan Bahan Galian
Para ahli geologi membuat klasifikasi cebakan mineral dengan berbagai cara yang antara
lain berdasarkan pada :
Komoditas yang sedang ditambang
Tatanan tektonik dimana terdapatnya cebakan mineral
Tatanan geologi cebakan mineral
Model genetik mulajadi cebakan bijih

Dari beberapa kriteria tersebut yang paling umum digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan genesa cebakan mineral. Tipe cebakan mineral sangat berkaitan erat dengan genesa
atau mulajadi. Genesa mineral ini juga akan mempengaruhi bentuk pengendapan cebakan bijih
tersebut. Bentuk lapisan biasanya disebabkan oleh proses sedimentasi, bentuk vein (urat),
bertalian dengan proses magmatisme, dan lain sebagainya.
Secara garis besar, genesa cebakan mineral sangat berkaitan dengan 3 proses pembentukan
batuan yakni magmatisme, sedimentasi dan metamorfisme. Ketiga proses tersebut
mempengaruhi terbentuknya berbagai macam tipe cebakan serta kelompok asosiasi mineral bijih
tertentu. Sedangkan pemberntukan endapan mineral secara umum terbagi atas dua yakni
endogenik dan eksogenik. Endapan endogenik ialah endapan yang terbentuk jauh di dalam kerak
bumi, bersamaan dengan terbentuknya batuan beku atau yang disebut cebakan primer. Endapan
endogenik terdiri dari endapan magmatik, endapan hidrothermal dan endapan metasomatik.
Endapan eksogenik : endapan yang terbentuk di permukaan bumi. Endapan eksogenik antara lain
ialah endapan sedimentasi, endapan laterit dan endapan transportasi permukaan (endapan
sekunder/aluvial).
1.

Tipe Endapan Magmatik


Proses magmatisme akan membentuk berbagai macam tipe cebakan seperti (early)
magmatic, pegmatic, greissen, skarn, hidrothermal, epitermal dan lain sebagainya dengan
membentuk tubuh bijih yang beraneka ragam dari yang isometris, lapisan, vein (urat), kantong
(pocket), atau yang bentuknya rumit lainnya.

Gambar 1.
Pembentukan endapan magmatik

Tipe endapan magmatik merupakan endapan mineral yang terbentuk hasil langsung dari
fraksinasi kristalisasi magma baik yang terjadi karena pembekuan magma itu sendiri setelah
proses differensiasi atau segregasi. Endapan segregasi magma : semua endapan yang terbentuk
melalui kristaslisasi langsung dari magma. Pembentukannya relatif pada jauh dikedalaman. Bijih
biasanya terdapat pada masa intrusi atau disepanjang pinggirannya, atau membentuk retas atau
offshoot dalam tubuh intrusi itu sendiri dan mungkin juga extrusive flows.
A.

Tipe Endapan Pegmatik


Endapan pegmatik merupakan endapan yang terbentuk pada suatu batuan beku yang
memiliki ukuran kristal yang (sangat) kasar, terbentuk selama kristalisasi magma (pada dapur
magma/magma chamber), pada kondisi larutan yang memiliki kandungan air yang tinggi, dan
pertumbuhan kristal yang relatif cepat. Pegmatit muncul pada tahapan akhir kristalisasi magma
dan kadang-kadang mengandung pengkayaan beberapa mineral logam jarang yang mengandung
unsur Boron, Lithium, Uranium dan REE. Pegmatit terbentuk pada bagian atas suatu komplek
struktur dan biasanya berasosiasi secara spasial dengan intrusi plutonik dengan komposisi
granitik.
Pegmatit adalah sumber utama dari beryllium, lithium, cesium, tantalum, muscovite dan
feldspar. Pegmatit juga merupakan sumber minor dari Uranium, Yttrium, REE, Tin dan
Tungsten. Miarolitik pegmatite adalah sumber penting dari gemston seperti beryl (emerald),
topaz dan tourmaline.Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan
batuan menuju fase granitization, yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan pegmatite.
Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk dari aktifitas magma, yaitu ketika magma terbentuk
sehingga terjadi diferensiasi yang mengakibatkan kandungan volatile tinggi dan terinjeksikan
pada batuan sekitar sehingga terbentuk pegmatite. Material yang diinjeksikan pada sistem
tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk pegmatite sederhana yang mengandung albit, kuarsa,
mikroklin dan muskovit. Ketika ada interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi pergantian,
maka akan terbentuk pegmatite kompleks yang membawa rare minerals. Umumnya pegmatite
muncul berupa dike atau vein. Zonasi Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur)
berdasarkan Cameron, dkk 1949 dalam Guilbert, 1986.
a) Border zone, tipis, terdiri dari mineral feldspar, kuarsa, muskovit, aksesoris (garnet,
tourmaline, beryl)
b) Wall zone, umum hadir dengan mineral yang hampir sama dengan border zone tetapi
lebih intensif dan kasal, muncul mineral logam
c) Intermediete zone : dapat mengandung mineral bijih yang ekonomis (Be, Nb, Ta, Sn, Li,
U), variasi mineral cukup banyak (berylniobite-tentalite-perthite-cessiterite-uranitegems), ukuran butir kasar
d) Core zone, didominasi kuarsa

Gambar 2.
Contoh Bentuk Endapan Pegmatik
B.

Tipe Endapan Hidrothermal


Hidrothermal merupakan fluida atau larutan air panas yang naik akibat proses magmatik
ataupun dari proses lainnya seperti meteoritik atau yang terbebaskan pada suatu proses malihan.
Air panas tersebut melarutkan unsur-unsur logam dari batuan yang dilaluinya sehingga akan
terjadi pengkayaan unsur-unsur dan akan diendapkan di suatu tempat dengan temperatur yang
lebih rendah. Sebagian besar dari cebakan mineral berasal dari proses ini.
Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :

Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.

Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu
(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi mineramineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu
terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS),
pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida

(MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara
lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn,
Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),
tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),
argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS),
realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Alsilikat).

Gambar 3.
Proses Hidrothermal
C.

Tipe Vulkanogenik
Endapan vulkanogenik terjadi akibat adanya aktivitas gunung api bawah laut. Kegiatan
vilkanik bersusunan riolitik yang menghasilkan breksi tufa asam ini berlangsung di bawah laut.
Salah satu karkteristik cebakan ini adalah adanya perlapisan rijang, endapan sulfida, barit dan
gipsum. Endapan sulfida terdiri dari dari bijih hitam, bijih kuning, dan bijih kuning yang
berbentuk stockwork. Contoh endapan ini ialah bijih Pb-Zn di jepang (tipe Kuroko), Kazakhtan,
Rusia dan Lerokis Pulau Wetar, Indonesia.

2.

Endapan Tipe Metamorfik dan Metamorfisme Kontak

Cebakan tipe metamorfik terbentuk berhubungan dengan proses metamorfisme yang


disebabkan oleh tekanan dan temperatur yang mengalami perubahan (peningkatan). Pada
endapan ini hanya menghasilkan sedikit endapan mineral karena batuan induknya mengandung
sedikit ion-ion metal. Tubuh bijih yang terbentuk terkadang sederhana, seringkali tidak teratur
dengan sebaran bijih di dalamnya teratur atau tidak teratur. Metamorfisme dapat mengakibatkan
re-kristalisasi dari sulfida yang telah ada menjadi berukuran lebih besar, lebih ekonomi,
mineralisasi yang memberikan kadar metal yang tinggi. Endapan mineral yang mempunyai nilai
ekonomis terbentuk akibat proses malihan pada kondisi temperatur dan tekanan tinggi, contoh :
asbes serpentin, grafit, talk, pyropilit, silimanit, andalusit, kyanit, garnet dan wollastonit.
Pada metamorfisme kontak magma menjadi sumber air, volatil material dan variasi unsurunsur, bila material ini kontak dengan country rock, maka akan terbentuk skarn, yang prosesnya
juga disebut metasomatisme. Endapan metasomatik terbentuk karena adanya penerobasan batuan
beku asam pada formasi batugamping atau batuan gampingan. Proses ini dirtandai dengan
pembentukan skarn, yaitu kumpulan mineral yang terdiri dari garnet da piroksen dan dapat
beragam susunan mineral. Skran dapat terbentuk dalam batuanbeku di dekat kontaknya,
(endoskarn) atau dalam batuan samping (exoskarn).
Pemineralan juga dapat terbentuk pada kedua jalur tersebut. Tubuh bijih yang terbentuk
karena proses metasomatik berbentuk lensa-lensa, tidak teratur, urat, tabung (pipe like), dan
perlapisan. Sebaran mineral berharga masif, terserak tidak merata. Contoh : bijih metasomatik
kontak di antaranya adalah bijih Fe di Cornwall, Kalimantan Selatan dan Sumatera Barat; Au-Cu
di Papua (Ertsberg, DOM, DOZ, IOZ, Big Gossan)
3.

Tipe Endapan Sedimenter


Proses pengendapan atau sedimentasi yang berhubungan dengan pembentukan batuan
meliputi tiga tahapan yaitu pelapukan batuan asalm transportasi atau pemindahan hasil
pelapukan, pengendapan material lepas, dan diagnesa atau pemampatan material lepas tersebut
menjadi batuan yang kompak. Proses ini menyebabkan terjadinya tubuh cebakan mineral yang
umumnya berbentuk lapisan. Sebaran bahan berharga dalam lapisan itu tergantung pada proses
sedimentasi itu sendiri, ada yang merata atau terserak secara tidak teratur.
Cebakan tipe sedimenter terbentuk karena pengendapan baik secara mekanik maupun
kimia. Bentuk tubuh bijihnya relatif sederhana menyerupai lapisan, teratur, dengan sebaran bijih
di dalamnya nisbi merata. Pada cebakan mineral ini FeO & MnO umumnya terbentuk karena
presipitasi sedimen yang berasal dari batuan sebelumnya yang mengalami pelapukan dan
tertransportasikan dalam cekungan sedimen, pada kondisi cocok, ion-ion akan bergabung dan
membentuk presipitasi kimia.
4.

Endapan Residual
Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan
pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami transportasi (baik
dengan media air atau angin) seperti endapan sedimen yang lainnya. Proses pelapukan
(weathering) biasanya terjadi secara fisika dan kimia.Asal batuannya yaitu berupa batuan beku
atau metamorf, mengalami pelapukan berupa penghancuran, baik karena tekanan ataupun
pelapukan alami (cuaca dan iklim) dan hancur berubah menjadi butiran-butiran (grain). Butiranbutiran tersebut akan menumpuk dicekungan tepat dimana batuan asalnya. Lalu mengalami
proses sedimen yaitu kompaksi dan sedimentasi.

Endapan sedimen ini umumnya membawa endapan lain yaitu berupa bahan galian dalam
bentuk unsur -unsur kimia yang terkandung dalam mineral. Endapan-endapan mineral tersebut
umumnya berbentuk badan bijih. Badan bijih yang terkandung di dalam residual deposit yaitu
badan bijih yang terbentuk akibat perombakan batuan-batuan yang mengandung mineral bijih
dengan kadar rendah, kemudian mengalami pelapukan dan pelarutan serta pelindian, dan
selanjutnya mengalami pengayaan relatif hingga mencapai kadar yang ekonomis.

Foto 1.
Contoh Endapan Residual (Nikel Laterit)

5.

Endapan Placer
Endapan placer adalah akumulasi material lepas yang terbentuk karena diawali oleh proses
pelapukan mineral asal yang kemudian terpindahkan ke tempat lain yang biasanya berupa
dataran rendah. Apabila media trasnportasi merupakan sungai disebut cebakan alluvial. Namun
apabila transportasinya oleh gravitasi maka disebut kolovial. Jika material lepasnya masih dekat
dengan lokasi pemineralan maka disebut cebakan elluvial. Cebakan mineral yang terbentuk
karena proses ini biasanya merupakan mineral berat seperti emas, kasiterit, magnetit, ilmenit,
dsb. Bentuk tubuh bijih biasanya perlapisan tidak teratur, lena-lensa, bentuk tidak teratur lainnya.
Sebaran bahan berharga juga tidak merata. Contoh dari tipe ini adalah cebkan emas sekunder,
pasir besi, dan endapan mineral berat lainnya.

Gambar 4.
Skema Proses Endapan Placer

Lokasi Pengendapan Mineral berkaitan dengan lempeng tektonik


a. Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi :
1) Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.
2) Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan
bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran
menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini
adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-plaser di California.
3) Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul pantai
dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4) Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum
Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya
lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat.
Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km. Tambang terdalam di dunia sampai 3000
meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
1. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses-proses magmatik
Tergantung pada kedalaman dan temperatur pengendapan, mineral-mineral dan asosiasi
elemen yang berbeda sangat besar , sebagai contoh oksida-oksida timah dan tungsten di
kedalaman zona-zona bertemperatur tinggi; sulfida-sulfida tembaga, molibdenum, timbal, dan
seng dalam zona intermediet; sulfida-sulfida atau sulfosalt perak dan emas natif di dekat
permukaan pada zona temperatur rendah. Mineral-mineral dapat mengalami disseminated

dengan baik antara silikat-silikat, atau terkonsentrasi dalam rekahan yang baik dalam batuan
beku, sebagai contoh endapan tembaga porfiri Bingham.
Model Geologi Endapan Tembaga Porfiri Kaya Molibdenum (Cox DP, 1983)
Geologi Regional
Tipe batuan
Monzonit - tonalit kuarsa yang menerobos batuan beku,
vulkanik, atau sedimen
Tekstur
Terobosan yang berasosiasi dengan bijih-bijih porfiri (masa
dasar mempunyai ukuran butir halus s/d sedang)
Umur
Umumnya mesozoik s/d tersier
Tektonik
Sesar
Tipe endapan
Skarn yang mengandung Cu, Zn, atau Au; urat-urat logam
Assosiasi
dasar sulfosalts dan emas; emas placer
Konsentrasi
Cu, Mo, Pb, Zn, Tn, Au, Ag
Logam
Deskripsi
endapan
Mineral-mineral
Kalkopirit, pirit, molibdenit; endapan replacement dengan
Logam
kalkopirit, sfalerit, galena, dan kadang-kadang emas; zona
terluar kadang-kadang dengan emas dan sulfida-sulfida
perak, tembaga, dan antimoni.
Tekstur/struktur
Veinlets, disseminations, penggantian pada batuan samping
masif.
Alterasi
Batas zona alterasi (alteration rings) berupa lempung, mika,
feldspar, dan mineral-mineral lain yang berjarang beberapa
kilometer dari endapan.
Petunjuk
Zona pusat (Cu, Mo, W), zona terluar (Pb, Zn, Au, Ag, As,
geokimia
At, Te, Mn, Rb).
Contoh
El Savador, Chile; Silver Bell, Arizona (USA); Highland
Valley, Bristish Columbia (Canada).
Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan sebagian digantikan oleh
mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng (dalam kontak metasomatik atau endapan
skarn). Jika larutan bergerak melalui rekahan yang terbuka dan logam-logam mengendap di
dalamnya (urat emas-kuarsa-alunit epithermal), sehingga terbentuk cebakan tembaga, timbal,
seng, perak, dan emas (Gambar 15 dan Tabel 9).

Model Geologi Endapan Urat Logam Mulia (After Buchanan,1981)


Model Geologi Urat Emas-Kwarsa-Alunit Epitermal (Cox DP, 1983)
Geologi Regional
Tipe batuan
Dasit vulkanik, kuarsa latit, riodasit, riolit
Tekstur
Porfiritik
Umur
Umumnya tersier
Tektonik
Sistem fractute ekstensif
Tipe endapan
Tembaga porfiri, sumber air panas asam sulfat, lempung
Assosiasi
hydrothermal
Konsentrasi
Cu, Ar, An, At
Logam
Deskripsi
endapan
Mineral-mineral
Emas native, enargit, pirit, sulfosalt pembawa perak,
Logam
asosiasi dengan kalkopirit, bornit, tellurida, galena, sfalerit,
hubnerit
Tekstur/struktur
Urat-urat, breccia pipe, pods, dikes
Alterasi
Kuarsa, alunit, pirofilit; kadang-kadang terdapat alunit,
kaolinit, montmorilonit di sekitar kuarsa
Kontrol bijih
Fracture, aktivitas intrusi
Pelapukan
Limonit kuning, jarosit, goethit, algirisasi dengan kaolinit,
hematit
Contoh
Goldfiled, Nevada (USA); Guanajuoto, Meksiko; El Indio,
Chile
Sedangkan secara umum keterdapatan endapan bahan galian dengan mineral-mineral
bijihnya dapat dilihat pada Gambar.

Keterdapatan dan letak mineral-mineral bijih


2. Bentuk Endapan Biji
Secara umum parameter dimensional dari suatu badan bijih yaitu ukuran, bentuk (pola)
sebaran dan keberadaannya merupakan akibat dari variasi dan distribusi kadar mineral bijih.
Bentuk sebaran suatu badan bijih akan mempengaruhi teknik penambangan yang akan
digunakan untuk menambangnya. Bahan galian yang tersebar luas dan berkadar rendah (low
grade) yang terdapat pada permukaan bumi dapat ditambang dengan metoda tambang terbuka,
sementara endapan bahan galian yang berbentuk urat (vein-veinlets) dengan kadar yang relatif
lebih tinggi (high grade) dapat ditambang dengan metode tambang bawah tanah. Dalam hal
bentuk (pola) sebaran, endapan bahan galian dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan
lebih mudah ditambang daripada endapan bahan galian dengan badan bijih yang mempunyai
bentuk (pola) yang tersebar (disseminated). Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola
sebaran mineral bijihnya jika dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuansamping/induk),
tubuh endapan bijih dapat dikelompokkan atas 2, yaitu: badan bijih berbentuk discordant dan
badan bijih yang berbentuk concordant. Discordant yaitu jika bada bijih memotong perlapisan
batuan sekitarnya. Sedangkan concordant yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak
memotong perlapisan batuan sekitarnya.

2.1.1. Tubuh Biji Diskorcordon

Badan bijih diskordan dapat dijumpai mempunyai bentuk yang beraturan (regular
shapes) maupun dengan bentuk yang tidak beraturan (irregular shapes).
2.1.1.1. Tubuh Biji Beraturan
1.
Badan bijih yang berbentuk tabular, dengan ciri antara lain:
badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang dan lebar),
tetapi terbatas dalam arah 3D (tipis),
berbentuk urat (vein-fissure veins- dan lodes,
urat-urat umumnya terbentuk di zona rekahan sehingga menunjukkan bentuk yang teratur
dalam orientasinya
mineralisasi pada umumnya berupa asosiasi dari beberapa kombinasi mineral bijih dan
pengotor (gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi, dan
batas dari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi dengan dinding
urat.

Gambar Badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein yang mengalami sesar normal.

Gambar Contoh badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein dan veinlets.

Gambar Pembentukan vein.

2. Badan bijih yang berbentuk tubular, dengan ciri antara lain:


badan bijih dengan pola penyebaran relatif pendek (terbatas) dalam arah 2D namun
relatif dalam kearah 3D (arah vertikal),
jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal-sub vertikal biasanya disebut sebagai pipes
atau chimneys, jika penyebarannya horizontal atau subhorisontal disebut mantos.
Salah satu contoh badan bijih yang berbentuk tubular adalah badan bijih yang ditemukan
di timur Asutralia, sepanjang 2400 km, memanjang dari Queensland sampai New South Wales,
yang terdiri dari ratusan pipa di dalam dan dekat dengan intrusi granit. Sebagian besar terisi
mineralisasi kuarsa dan beberapa diantaranya termineralisasi dengan bismuth, molybdenum,
tungstehn dan tin. Badan bijih berbetnuk mantos dan pipes dapat dijumpai memiliki percabangan
(Gambar 2.8). Mantos dan pipes umumnya dijumpai berasosiasi, pipes umumnya bertindak
sebagai sumber (feeders) terhadap mantos. Terkadang mantos saling berhubungan diantara
lapisan batuan dengan perantaraan pipes, namun ada pula yang dijumpai sebagai percabangan
dari pipes, contohnya pada Providencia Mine di Mexico dijumpai sebuah badan bijih berbentuk
pipa jauh di kedalaman sebagai sumber dari duapuluh mantos yang dekat dengan permukaan.

Pada beberapa tubuh bijih yang berbentuk tubular terbentuk oleh aliran larutan mineralisasi
secara subhorisontal sehingga tubuh bijih dapat dijumpai diskontinyu membentuk tubuh bijih
yang berbentuk pod.

1.

2.1.1.2. Badan Biji Tidak Beraturan


Badan bijih bentuknya tidak beraturan (irregular shapes) dibedakan atas:
Badan bijih disseminated:
Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di dalam host rock
Mineral-mineral bijih tersebut tersebar merata di dalama host rock berupa (dalam bentuk)
veinlets yang saling berpotongan menyeruapai jarring-jaring yang saling berkaitan
membentuk sistem veinlets yang sering disebut stockwork.
Stockwork dijumpai dalam bentuk tubuh endapan yang besar pada lingkungan intrusi
batuan beku asam sampai intermedit, akan tetapi stockwork juga dapat dijumpai
memotong kontak country rocks dan beberapa dijumpai sebagian atau seluruhnya berada
pada country rocks.

Gambar badan biji disseminated dan Stockwalk

2. Badan bijih irregular replacement


Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Proses replacement ini umumnya terjadi pada temperatur rendah sampai sedang
(<400oC), contohnya endapan magnesit pada carbonate-rich sediments.
Proses replacement lainnya dapat juga terjadi pada suhu tinggi pada kontak intrusi batuan
beku yang membentuk endapan skarn. Tubuh endapannya dicirikan dengan pembentukan
mineral-mineral calc-silicate seperti diopside, wollastonite, andradite, garnet dan
actinolite. Endapan bahan galian ini umumnya berbentuk sangat tidak beraturan. Disebut
juga endapan metasomatisme kontak (pirometasomatik).

Gambar Sketsa Contoh Model Endapan

1.

2.1.2. Tubuh Biji Konkordon


Badan bijih konkordan umumnya terbentuk pada batuan induk (host rock) sebagai
endapan hasil proses pelapukan. Endapan-endapan yang mempunyai badan bijih berbentuk
konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis batuan induknya:
Sedimentary host rock:
Merupakan endapan dengan batuan induk adalah batuan sedimen Endapan-endapan bijih
yang tekonsentrasi dalam batuan sedimen cukup penting, terutama endapan-endapan
logam dasar dan besi.
Di dalam batuan sedimen, mineral-mineral bijih terbentuk (terkonsentrasi) sebagai suatu
bagian yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat terbentuk secara epigenetic filling
atau replacement pada rongga-rongga (pori-pori).
Tubuh endapan umumnya menunjukkan perkembangan kearah 2D dan kurang
berkembang kearah tegak lurusnya.
Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar pada batuan induknya
dengan bidang perlapisan batuan sekitarnya.

Gambar Bentuk endapan konkordan pada batuan sedimen

Gambar Penampang Tubuh Biji

Anda mungkin juga menyukai