Produk (Barang)
Konsumen memiliki obyeknya
Jasa Pelayanan
Konsumen memiliki kenangan Pengalaman /
memori tersebut tidak dapat dijual / diberikan
Tujuan
pembuatan
barang
pelayanan
adalah
Suatu produk / barang dapat disimpan di Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, tidak
gudang,
sampelnya
dapat
dikirim
ke dapat
disimpan
digudang
atau
dikirimkan
konsumen.
contohnya.
Konsumen adalah pengguna akhir yang tidak Konsumen adalah rekanan yang terlibat
terlibat dalam proses produksi
Kontrol kualitas dilakukan
dengan
dalam produksi
cara Konsumen melakukan kontrol kualitas dengan
membandingkan
harapan
dengan
pengalamannya.
Jika terjadi kesalahan produksi, produk / Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang
barang dapat ditarik kembali dari pasar.
meminta maaf.
Moral karyawan berperan sangat menentukan
B.
Keempat istilah tersebut di Indonesia dipakai sebagai terjemahan dari Public Sevice, seperti
yang dapat dilihat dalam dokumen-dokumen pemerintah yang dipakai oleh kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Administrasi pemerintahan disejajarkan / dipakai secara silih berganti dan dipergunakan
sebagai sinonim dari pelayanan perijinan , terjemahan dari Administrative Service. Sedang
pelayanan umum lebih sesuai jika dipakai untuk menterjemahkan konsep Public Service, yang
dapat dipadankan dengan istilah Pelayanan publik.
Pelayanan Umum menurut Kepmen PAN No. 81 / 1993 yang disempurnakan dengan
Kepmen PAN No. 63 / 2003 adalah : Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan BUMN atau BUMD dalam bentuk barang atau
jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C.
1.
2.
3.
pelayanan transportasi
4.
publik atau jasa publik dapat dipahami dengan menggunakan taksonomi barang dan jasa yang
dikemukakan Hawlett dan Ramesh (1995 : 33-34), berdasarkan derajat eksklusivitasnya
(apakah suatu barang / jasa hanya dapat dinikmati secara eksklusiv oleh satu orang saja) dan
derajat keterhabisannya (apakah satuan barang atau jasa habis terkonsumsi atau tidak setelah
terjadinya transaksi ekonomi), Howlett dan Ramesh membedakan adanya 4 macam barang /
jasa, yaitu :
1.
Yaitu barang / jasa yang derajat ekslusivitas dan derajat keterhabisannya sangat tinggi.
Contoh : Pakaian atau jasa tukang pijat yang dapat dibagi-bagi untuk beberapa pengguna,
tetapi kemudian tidak tersedia lagi untuk orang lain jika telah dibeli oleh beberapa pengguna
2.
Yaitu barang / jasa yang derajat eksklusivitas dan derajat keterhabisannya sangat rendah.
Contoh : Penerangan jalan, keamanan atau kenyamanan lingkungan yang tidak dapat dibatasi
penggunaannya dan tidak habis meski telah dinikmati banyak pengguna
3.
Yaitu barang / jasa yang derajat eksklusivitasnya tinggi, tetapi tingkat keterhabisannya rendah.
Contoh : jalan tol atau jembatan yang tetap masih dapat dipakai oleh pengguna lain setelah
dipakai oleh seorang pengguna, tetapi memungkinkan untuk dilakukan penariakan biaya
kepada setiap pengguna.
4.
Yaitu barang / jasa yang derajat eksklusivitasnya rendah, tetapi tingkat keterhabisannya tinggi.
Contoh : ikan, penyu, karang di laut yang kuantitasnya berkurang setelah terjadinya pemakaian,
tetapi tak dimungkinkan untuk dilakukan penarikan biaya secara langsung kepada orang yang
menikmatinya.
Perbedaan antara empat jenis barang / jasa tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2
Taksonomi Barang dan Jasa
Tingkat Keterhabisan
Tinggi
rendah
Tingkat Eksklusivitas
Rendah
Tinggi
Barang milik bersama
Barang / Jasa Privat
Barang / jasa Publik
Peralatan public atau Barang /
jasa Semi publik
2.
Adalah semua penyediaan barang / jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi
pengguna / klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara
pelayanan swasta.
Contoh :
Lima
karakteristik
yang
dapat
digunakan
untuk
membedakan
ketiga
jenis
Tabel 3
Karakteristik Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Karakteristik
Adaptabilitas
Posisi tawar klien
Bentuk / tipe pasar
Locus control
Sifat pelayanan
oleh
pemerintah
Dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh swasta, posisi klien sangat kuat
(empowered), sebaliknya dalam pelayanan primer yang diselenggarakan oleh
organisasi publik, pelayanan primer yang diselenggarakan oleh organisasi publik,
posisi klien sangat lemah (powerless).
2.
3. Globalisasi dan berlakunya era perdagangan bebas mengakibatkan batas-batas antar negara
menjadi kabur dan kompetisi menjadi sangat ketat. Hal ini menuntut kemampuan manajemen
pelayanan yang sangat tinggi untuk dapat tetap eksis dan mampu bersaing.
BAB II
PENGEMBANGAN MODEL
MANAJEMEN PELAYANAN
Kepmen PAN No.90 / MENPAN /1989 tentang Delapan Program Strategis Pemicu
Pendayagunaan Adm. Negara. Diantara 8 program strategis tersebut salah satunya
adalah tentang penyederhanaan pelayanan publik.
2.
Kepmen PAN No.1 / 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Yang
antara lain mengatur tentang azas pelayanan umum, tata laksana pelayanan
umum, biaya pelayanan umum,dan penyelesaian persoalan dan sengketa.
3.
Inpres No. 1 / 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur
Pemerintah kepada Masyarakat. Inpres RI kepada MENPAN untuk mengambil
langkah-langkah yang terkoordinasi dengan departemen / instansi pemerintah di
pusat dan daerah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan aparatur
pemerintah kepada masyarakat baik yang menyangkut penyelenggaraan pelayanan
pemerintah, pembangunan maupun kemasyarakatan.
4.
5.
6.
SE Dirjen PUOD No. 503/125 / PUOD tanggal 16 Januari 1996, Kepada seluruh
Pemda TK II untuk membentuk unit pelayanan terpadu pola satu atap secara
8.
9.
10.
11.
Transparansi; bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
memerlukan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2.
3.
4.
Partisipatif;
mendorong
peran
serta
masyarakat
dalam
menyelenggarakan
Kesamaan hak ; tidak deskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender dan status ekonomi.
6.
Keseimbangan hak dan kewajiban; pemberi dan penerima pelayanan publik harus
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.
2.
3.
E.
b.
c.
d.
Akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
e.
f.
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan
pelayanan
dan
h.
i.
j.
2.
Merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati
oleh pemberi dan atau penerima pelayanan; sekurang-kurangnya meliputi:
a.
Prosedur pelayanan; yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk
pengaduan.
b. Waktu penyelesaian; yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan
penyelesaian pelayanan, termasuk pengaduan.
c. Biaya pelayanan; termasuk rincian tarif yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
d. Produk pelayanan; hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e. Sarana dan prasarana; penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggara pelayanan publik.
f.
d.
Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan proses sesuai ketentuan
peraturan perundangan.
5.
Pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita .
Sesuai Kep. MENPAN No. 63/2004 penyelenggara pelayanan wajib mengupayakan tersedianya
sarana dan prasarana yang diperlukan serta memberikan akses khusus berupa kemudahan
pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita.
6. pelayanan khusus.
Sesuai Kep.MENPAN No. 63/2004 penyelenggaraan jenis pelayanan publik tertentu seperti
pelayanan kesehatan, transportasi, dimungkinkan untuk memberikan penyelenggaraan
pelayanan khusus, dengan ketentuan seimbang dengan biaya yang dikeluarkan sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundangan seperti ruang perawatan VIP di Rumah
Sakit, gerbong eksekutif kereta api.
a.
Pengawasan melekat; pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
b.
Pengawasan fungsional; pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional sesuai
dengan peraturan perundangan.
c.
Pengawasan masyarakat; pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat berupa laporan atau
pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan kelemahan dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
10.
Setiap
Penyelesaian pengaduan.
pimpinan
unit
penyelenggara
pelayanan
publik
wajib
menyelesaikan
setiap
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Penyelesiaan sengketa.
Apabila pengaduan tidak dapat diselesaikan oleh unit penyelenggara pelayanan publik yang
bersangkutan dan terjadi sengketa, maka Kep. MENPAN No. 63/2004 mengatur bahwa
penyelesaiannya dapat dilakukan melalui jalur hukum.
12.
Sesuai Kep.MENPAN No. 63/2004 pimpinan penyelenggara pelayanan publik wajib secara
berkala mengadakan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan dilingkungan
secara berkelanjutan dan hasilnya secara berkala dilaporkan kepada pimpinan tertinggi
Jumlah warga masyarakat yang meminta pelayanan (perhari, perbulan atau pertahun),
perbandingan periode I dengan periode berikutnya meningkat atau tidak.
b. Lamanya waktu pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai permintaan (dihitung secara
rata-rata).
c. Penggunaan perangkat-perangkat modern untuk mempercepat dan mempermudah pelayanan
kepada masyarakat.
d. Frekuensi keluhan dan atau pujian dari masyarakat penerima pelayanan terhadap pelayanan
yang diberikan oleh unit kerja / kantor pelayanan yang besangkutan.
e. Hal-hal yang besifat positif menonjol sebagai prestasi khusus.
Penghargaan Abdisatya Bhakti diserahkan pertahun, dan telah berlangsung 3 tahun
sejak 1995 sampai dengan 1997. Sejak tahun 1998 dihentikan karena krisis ekonomi. Tahun
2004 dikeluarkan Kep. MENPAN No. 119/2004 tentang Pemberian Tanda Penghargaan Citra
Pelayanan Prima yang mengatur penghargaan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Penghargaan Citra Pelayanan Prima.
2. Piagam Penghargaan Baik Tingkat Madya.
3. Penghargaan Baik Tingkat Pratama.
Mekanisme voice
Media
LSM
Organisasi Profesi
Ombudsmen
Mekanisme voice
Media
LSM
Organisasi Profesi
Ombudsmen.
.