HIRSCHSPRUNG
Oleh:
Sufi Indraini
Yananda Maulina
(105070200111002)
(105070200111007)
(105070200111013)
(105070200111016)
Kartika Wihdatus
(105070200111029)
Devi Ayunda
(105070200111040)
BAB I
PENDAHULUAN
tahun
akan lahir
1400
bayi
dengan
maka
catatan Swenson, 81,1% dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki.
Richardson dan Brown menemukan
diprediksikan
Sedangkan
e.
f.
g.
h.
i.
Patofisiologi Hirschsprung
Manifestasi Klinis Hirschsprung
Pemeriksaan Diagnostik Hirschsprung
Penatalaksanaan Medis Hirschsprung
Komplikasi Hirschsprung
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi Hirschsprung
Penyakit Hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh
kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal,
melibatkan panjang usus yang bervariasi (Nelson, 2000). Penyakit Hischprung
disebut juga kongenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel
ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006).
Ada beberapa pengertian mengenai hirschprung atau megakolon, namun pada
intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi
usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya selsel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon, dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab
gangguan pasase usus, tersering pada neonatus dan kebanyakan terjadi pada bayi
aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki dari pada perempuan. (Arief
Mansjoeer, 2000).
b. Klasifikasi Hirschsprung
c. Etiologi Hirschsprung
Penyakit hirschprung disebabkan karena ketiadaan ganglion autonom
kongenital yang mempersarafi pleksus mienterik di taut anorektum dan seluruh atau
sebagian rektum dan kolon. Ganglion autonom ke pleksus mienterik secara normal
menstimulasi motilitas dan memastikan penyaluran feses. Sehingga pada penyakit
hirschprung, segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat
mendorong bahan-bahan yang dicerna, feses menumpuk di usus, dan terjadi
penyumbatan (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Pada individu dewasa penyakit hirschsprung merupakan akibat dari
kerusakan pleksus mienterik (Elizabeth J. Corwin, 2009).
e. Patofisiologi Hirschsprung
Kelainan
Genetik
Kerusakan
plexsus
mienterik
Ketiadaan ganglion
autonom kongenital yang
mempersarafi plexsus
mienterik
Hirschspr
ung
Tidak ada
stimulasi
motilitas usus
Penyaluran feses
tidak dapat terjadi
Feses
menumpuk di
usus
Feses
menumpuk di
usus
Absorbsi
cairan
menurun
Intake
cairan
menurun
Kekurang
an
Volume
Distensi
abdomen
Mekoniu
m tidak
keluar
Kongesti,
edema
dinding usus
Menekan
saraf
cema
s
Iskemia,
nekrosis
Mual,
muntah,
anoreksia
Perforasi
usus
Ketidakseimba
ngan Nutrisi :
Kurang dari
kedutuhan
f. Manifestasi Klinis Hirschsprung
Terlambatnya
pengeluaran
mekonium
dalam
48
jam
setelah
lahir
makanan naik
Distensi abdomen, karena makanan tertahan di sigmoid colon
Enggan menyusu
Demam
Adanya feses yang menyemprot pada saat colok dubur merupakan tanda
yang khas.
6. Bila telah timbul enterokolitis nikrotikans, terjadi distensi abdomen hebat dan
diare berbau busuk yang dappat berdarah.
Masa bayi dan kanak-kanak
1. Konstipasi karena tidak berfungsinya pleksus submukosa meisner dan
pleksus mienterik aurbach
2. Umumnya diare ditemukan pada bayi dengan penyakit hirschsprung yang
berumur kurang dari 3 bulan.
Dimana beberapa ahli berpendapat bahwa gejala diare sendiri adalah
enterocolitis ringan
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Gagal tumbuh
yang menyempit.
Entrokolitis pada segmen yang melebar.Terdapat retensi
dilakukan pada usia 3-12 tahun. Pada pembedahan ini, usus besar yang terdapat
ganglion di anastomosiskan (menghubungkan dua cabang) dengan anus.Pada anakanak yang lebih tua, tindakan definitif ini dilakukan setelah dekompresi kolon sampai
pada ukuran yang relatif. Jika pengalihan ostomy proksimal telah dilakukan, maka
tahapan ketiga direncanakan mendekati ostomy.
Terdapat 3 tindakan pembedahan definitif yang biasanya dilakukan pada HD,
yaitu:
a. Prosedur Swenson (Pengambilan bagian kolon yang tidak terdapat
ganglion)
Pada prosedur ini, segmen kolon aganglionik dilakukan insisi dan
pemotongan ekstramural / di luar pembuluh darah dari rectum
bagian distal. Rectum yang dipotong diputar sampai ke anus dan
perineum dan kemudian diangkat. Usus besar proksimal yang
normal dilajukan (pull through) dan kemudian menyambungkan
kembali colorectal.
b. Prosedur Duhamel (menganatonosiskan retro rectal / dibelakang
rectum)
Perosedur Duhamel terdiri dari tindakan insisi dari kolon aganglionik
diatas gambaran peritoneal, melajukan retrorectal dari ganglionik
colon dan sebagian distal menghubungkan dari sisi ke sisi diantara
kolon yang terdapat ganglion dan sisa aganglionik rectum bagian
c.
distal.
Prosedur Soave
Posedur Soave terdiri dari insisi pada mukosa dan sub mukosa
rectal dan menarik usus besar yang memiliki ganglion sampai ke
i. Komplikasi Hirschsprung
1) Gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak di atasi.
2) Impaksi fekal
(Elizabeth J. Corwin, 2009)
Daftar Pustaka
Cecily Linn Betz & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5.
Terjemahan Eny Meiliya. Jakarta : EGC
Elizabeth J. Corwin. 2009. Patofisiologi : buku saku. Edisi 3. Terjemahan Nike Budhi Subekti.
Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta: Sagung Seto.
M. William Swartz. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Terjemahan Brahm U. Pendit. Jakarta :
EGC
Richard Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1. Edisi 15. Terjemahan A.
Samik Wahap. Jakarta : EGC
Sangeetha Prabhakaran. 2009. Absite Corner : Hirschprung Disease
Wyllie, Robert, 2000. Megakolon Aganglionik Bawaan (Penyakit Hirschsprung). Behrmann,
Kliegman, Arvin. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Jilid II. Jakarta: EGC,
1316-1319.