Anda di halaman 1dari 5

Pengarusutamaan UMKM dan Koperasi Demi Mengembalikan

Cita Rasa Perekonomian Indonesia


(Samara Yarasevika Institut Pertanian Bogor / 081218251883)

Perkembangan maupun perubahan sebuah Negara sangat dipengaruhi oleh


sumber daya manusia yang domisili didalamnya. Begitupun Indonesia yang
dikenal sebagai Negara berkembang sehingga sumber daya manusia harus dapat
mencerminkan pola pikir yang semakin cerdas dan realistis untuk memajukan
bangsanya, namun pola pikir kurang begitu diprioritaskan sehingga membuat
bangsa Indonesia rapuh tata nilai kenegaraan dan kemasyarakatan.
Ada Apa dengan Indonesiaku ? Masih Sadarkah Bangsaku ?
Sadarkah kita dengan kondisi negeri ini?, carut marut permasalahan terus
menerus menghampiri, ibarat tumbuh suburnya buah dikala musim hujan.
Masalah besar Bangsa Indonesia saat ini adalah krisis identitas nasional yang
sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku pribadi warga Negara yang
mencerminkan karakter buruk atau baik suatu bangsa. Identitas nasional
merupakan nilai nilai budaya yang tumbuh berkembang dalam aspek kehidupan
suatu bangsa kini mulai luntur pada masyarakat Indonesia.
Betapa tidak, Sadarkah kita ketika segelintir orang menikmati hasil
kekayaannya yang melimpah ruah tetapi disisi lain terdapat segelintir orang yang
siap mengorbankan segalanya demi mendapatkan sesuap nasi? Sadarkah kita
ketika sebagian bangunan di negeri ini menjulang mencakar langit tetapi di sisi
lain terdapat sebagian orang yang yang hidup berteduh di bawah gubuk yang
hampir rubuh?.
Seiring dengan perkembangan perjalanan sejarah, dunia saat ini tengah
mengalami masa Globalisasi yang diyakini dapat menjadikan masyarakat dunia
semakin dekat melalui berbagai instrument. Globalisasi dalam sektor Ekonomi
telah melahirkan pasar bebas sehingga negeri ini sudah barang tentu menjadi
kawasan yang bagaikan wilayah pasar dimana setiap orang bebas bersaing dalam
menjalanklan bisnisnya, dalam menghadapi pasar bebas pun tak sedikit orang
yang pro dan kontra. Namun apa daya, globalisasi telah menghampiri! Tak ada
waktu untuk menghindari tetapi harus dihadapi.

Perubahan tatanan kehidupan ini bukan masalah kecil bagi bangsa


berkembang seperti Indonesia. Begitu banyak hal bersifat tata nilai telah luntur
seiring dengan masuknya Era Globalisasi. Sikap individualis dan materialistis
semakin kental, masyarakat Indonesia lebih mementingkan kepentingan pribadi
dibandingkan kepentingan umum, akibatnya asas gotong royong semakin terkikis
dan tidak direalisasikan lagi. Hal ini tentu sudah meninggalkan etika dan moral
yang sudah terbentuk sebagai jatidiri bangsa.
Sadarkah

kita?

ketika

pusat

perbelanjaan,

supermarket

hingga

hypermarket milik asing yang menyumbang cukup tinggi bagi aspek


pertumbuhan, namun investasi asing tersebut sebenarnya masih sangat kecil peran
terhadap PDB di Indonesia, masih di bawah 3% (BKPM 2012) kian menjamur
tumbuh subur di negeri ini, bahkan selalu ramai pembeli sedangkan disisi lain
para pedagang kaki lima dan para pelaku usaha kecil milik Indonesia harus
memutar otak dan terseok untuk meraih minat para pembeli yang belakangan ini
kurang menaruh simpati terhadap peranannya.
Sudah menjadi sebuah konsekuensi, apabila globalisasi ekonomi memiliki
pengaruh terhadap kehidupan perekonomian negeri ini, terlebih bahwa negara kita
yaitu Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan penduduk dapat
menjadi incaran semua pelaku usaha dari seluruh negeri di kawasan dunia. Hal
ironis bila kesenjangan ekonomi terjadi pada Indonesia, pemaparan BPS (2014)
mengungkap dalam tiga tahun terakhir ekonomi Indonesia selalu tumbuh di atas
6%. Namun, pertumbuhan ekonomi diiringi pula oleh ketimpangan distribusi
pendapatan menurut Koefisien Gini, dimana jurang (gap) antara orang kaya dan
orang miskin semakin lebar. BPS (2014) mencatat Koefisien Gini sejak tahun
2010 hingga 2014 meningkat dari 0,38 menjadi 0,41 yang merupakan angka
tertinggi sejak Indonesia merdeka. Sudah seharusnya ketimpangan dan
kesenjangan ekonomi tidak terjadi sehingga kesejahteraan umum atau
kesejahteraan bersama dapat terwujud.
Indonesiaku, Negeri Sejahtera (seharusnya) dengan Demokrasi Pancasila
Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia memiliki peranan penting
dalam kepribadian warga Negara, terutama dalam membentuk warna Negara yang
berbeda beda. Pancasila juga mengarahkan warga Negara menuju satu titik

ideologi dengan menyamakan pendapat dan cita cita serta tujuan pribadi bangsa
Indonesia.
Kesejahteraan bersama merupakan kalimat yang sudah barang tentu
menjadi mimpi dan harapan masyarakat Indonesia, kesejahteraan bersama
memiliki makna yang sesuai dengan apa yang tersirat dalam pembukaan UUD
1945 yaitu : kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum jadi salah satu tujuan
dibentuknya Negara pemerintahan Indonesia adalah untuk kesejahteraan umum
bukan

kesejahteraan orang-perorangan. Aplikasi dari kesejahteraan umum

mengakar kuat pada visi dan misi demokrasi pancasila bagi perekonomian bangsa.
Menjadi pertanyaan penting bagi kita, bagaimana mewujudkan demokrasi
ekonomi yang mampu memberi kesejahteraan umum? Apakah dengan sistem
ekonomi kapitalistik ciptaan Adam Smith? Ataukah sistem ekonomi sosialis
ciptaan Karlmax? Atau sistem demokrasi pancasila yang sesuai dengan jatidiri
bangsa? Sistem kapitalis sebagai sistem yang menjadikan modal diatas segalanya
serta persaingan menjadi sumbu kekuatannya mampu menciptakan kesejahteraan
bagi kalangan tertentu dan menciptakan kemelaratan ekonomi pada sebagian
kalangan, hal tersebut dapat dirasakan selain ketika revolusi Industri di Eropa juga
di Indonesia saat ini. Berbeda dengan sistem demokrasi pancasila yang mengakar
kuat pada peranan koperasi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggota dan atau menciptakan
kesejahteraan umum, seperti yang dikemukakan wakil presiden RI pertama yaitu
Mohammad Hatta (1954) bahwa UMKM atau Koperasi bukan mengejar sebuah
keuntungan seperti pada firma, perseroan anonim dan lain-lainnya. Sungguhpun
koperasi memperoleh keuntungan juga, keuntungan itu bukanlah tujuan. Yang
menjadi pokok penting adalah kepentingan bersama, menyelenggarakan hidup
bersama-sama.
UMKM dan Koperasi, Manifestasi Nilai Indonesia dalam Perekonomian
Menjadi pukulan besar bagi negeri ini bila posisi peranan para pelaku
usaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang melahirkan produk-produk
asli Indonesia diabaikan maka negeri kita tercinta ini akan menjadi tak ubahnya

sebagai Negara konsumen yang justru makin memajukan produksi Negara-negra


lain sehingga jika hal tersebut terus terjadi secara kontinu maka krisi ekonomi
yang pernah melanda di tahun 1997 akan hadir kembali dalam kemasan berbeda
yaitu krisis ekonomi jilid II.
Sudah seharusnya menjadi pemahaman kita semua bahwa peran UMKM
dalam memajukan roda perekonomian Indonesia sangat berarti.

Staf ahli

Kementerian Koperasi dan UKM, Abdul Kadir Damanik (2015) mengemukakan


mengenai alasan pentingnya UMKM antara lain adalah kinerja UMKM cenderung
lebih baik dalam hal kontribusi penyerapan tenaga kerja berdasarkan data BPS
(2013) UMKM menyerap tenaga kerja di Indonesia sebesar 50 sampai 98 persen,
UMKM pula yang memberi kontribusi terhadap PDB sebesar 58,92 persen
melalui sekitar 57,9 juta pelaku UMKM, pada tingkat ASEAN pun sebanyak 96
persen perusahaan bergerak di sektor UMKM dengan kontribusi terhadap PDB
sebesar 30 hingga 57 persen.
UMKM juga merupakan sektor perekonomian yang tahan akan guncangan
perekonomian internasional, ketika krisis keuangan global yang diawali dari
terjadinya defisit anggaran pemerintah Amerika Serikat (AS) tahun 2008 menjadi
jaring-jaring resesi yang merasuki AS, tetapi juga mengguncang dunia. Namun,
Perekonomian Indonesia dapat segera mengatasinya melalui pendorong
perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara yaitu para wirausahawan dalam
UMKM ataupun sektor ekonomi kreatif yang terbukti dari peranannya bagi
peningkatan PDB sebesar 6 persen meskipun terjadi krisis global. UMKM juga
menjadi penting bagi solusi ketimpangan pendapatan, karena dapat meningkatkan
peran kewirausahaan berbasis komoditas lokal. UMKM yang memiliki basis
tersebut harus didorong untuk menetralisasi gejolak ekonomi.
Serangan keganasan persaingan pasar bebas dapat dihadapi dengan
kekuatan UMKM dalam menciptakan produk-produk asli Indonesia. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara Revitalisasi Koperasi dan UMKM sebagai langkah
aplikatif pengembalian jatidiri bangsa ini. Dengan sistem koperasi para UMKM
dapat bekerjasama sehingga bisa menempati posisi tawar yang memperhitungkan.
Selain itu, salah satu keharusan bagi Negara Indonesia untuk mampu mewujudkan
demokrasi Ekonomi, perwujudan tersebut dapat dilakukan dengan peran Koperasi,

terdapat alasan mengapa koperasi sebagai badan usaha yang tepat untuk
mewujudkan demokrasi ekonomi yaitu (1) secara teoritis memiliki karakter yang
selaras dengan semangat demokrasi. Karakter tersebut tidak dimiliki oleh badan
usaha yang lain (2)Jika ditinjau dari sejarah, koperasi merupakan respon
masyarakat atas situasi ekonomi yang tidak demokratis. Situasi yang tidak
demokratis ditunjukan oleh kesenjangan antara si kaya dan si miskin, eksploitasi
majiakn terhadap buruh, eksploitasi produsen terhadap konsumen (3)Koperasi
dapat melaksanakan kegiatan usahanya layaknya badan usaha lain. Jadi koperasi
berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang umumnya
dari kalangan rakyat kecil. Keliru jika pendapat umum menyatakan koperasi tak
dapat berkembang, karena nyatannya peran koperasi amat dapat dirasakan
manfaatnya oleh sebagian Negara maju.
Secercah Harapan, Kembalinya Jati Diri Bangsa ! CINTAI PRODUK
INDONESIA !
Tantangan ekonomi dunia ke depan sangat berat, terutama dalam
menghadapi era persaingan bebas seperti MEA, AFTA, APEC dan WTO. Sudah
harus kita sadari bahwa pembangunan ekonomi rakyat yang sejalan dengan jati
diri bangsa yaitu Pancasila dan Konstitusi UUD 45 merupakan pilihan terbaik
dalam mempersiapkan negeri ini dalam menghadapi pasar bebas, tanpa itu semua
negeri ini bagaikan bertarung menggunakan pedang buntung menghadapi Negara
lain yang bersenjata lengkap, ingatkah kita pada sejarah dunia bahwa koperasi
lahir karena timbulnya sistem kapitalis yang memberikan kemelaratan dan
kesengsaraan dalam era revolusi Industri di Eropa.
Marilah kembali pada jati diri kita, kesejahteraan umum sebagai harapan
dan cita-cita seluruh masyarakat Indonesia dapat terwujud jika semua komponen
didalamnya melebur pada jati diri ekonomi bangsa ini, dengan memberdayakan,
mendukung, dan berpartisipasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi yang
sudah barang tentu mampu menciptakan produk asli Indonesia. Sehingga produk
Indonesia dapat berharga dan bermartabat di mata Indonesia dan dunia.
Berbangga hatilah dengan produk asli Indonesia! karena hal tersebut adalah harga
mahal untuk membayar penghapusan kesenjangan ekonomi sehingga demokrasi
ekonomi harapan bangsa dapat terlaksana. CINTAILAH PRODUK INDONESIA!

Anda mungkin juga menyukai