PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyebab morbiditas dan mortalitas terbesar saat ini salah satunya
adalah gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, defenisi gagal
adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh. Kedua, penekanan arti gagal di
tujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.1
Gagal jantung adalah masalah dunia yang bertambah banyak dengan
cepat, mengenai lebih dari 20 juta orang. 2Setengah dari pasien yang terdiagnosis
gagal jantung masih mempunyai harapan untuk hidup selama 5 tahun namun
sekitar 250.000 pasien meninggal oleh sebab gagal jantung baik langsung maupun
tidak langsung setiap tahunnya dan angka tersebut telah meningkat 6 kali dalam
40 tahun terakhir. Risiko kematian dari penyakit gagal jantung setiap tahunnya
sebesar 5 - 10%, pada pasien dengan gejala ringan akan meningkat hingga 30 40
% hingga berlanjutnya penyakit.3 Data dari Center for Disease Control and
Prevention (CDC) tahun 2012, di Amerika Serikat terdapat sekitar 5,7 juta
penduduk yang menderita gagal jantung.4 Dimana 55.000 kematian tiap tahunnya
disebabkan oleh gagal jantung.5
Di Indonesia, menurut Data dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari
kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Menurut data di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan
inap didapatkan 3,23% kasus gagal jantung dari total 11.711 pasien. 3 Pasien gagal
jantung sekarang dikategorikan menjadi 2 group (1) gagal jantung dengan
penurunan fraksi ejeksi (dikenal sebagai gagal sistolik) atau (2) gagal jantung
dengan fraksi ejeksi tetap (dikenal sebagai gagal jantung diastolik ).2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
yaitu diastol lalu dipompa dengan tekanan yang lebih tinggi atau yang disebut
dengan keadaan sistolik. Gagal jantung terjadi jika, Jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh atau bisa dipenuhi
jika terdapat peninggian
keduanya.6
2.2
Fisiologi
Preload
Afterload
Stroke Volum
Heart
Cardia
c
Gambar 1.
Tiga faktor penting yang berpengaruh pada stroke volume adalah preload,
afterload dan kontraktilitas otot jantung.6
a. Preload
Konsep preload sudah dijelaskan Frank dan Starling seabad yang lalu.
Pada percobaan experimental, semakin ventrikel terdistensi saat diastol, semakin
banyak juga volum kontraksi sistolik.Hubungan ini dijelaskan oleh kurva FrankStarling atau kurva fungsi ventrikuler.Grafik ini menghubungkan kemampuan
jantung seperti cardiac output atau stroke volume pada axis vertikal, sedangkan
fungsi preload pada axis horizontal. Pengukuran yang berkaitan dengan
peregangan miokardium dan sering digunakan untuk mengukur preload adalah
end diastolic volume (EDV) atau end diastolic pressure(EDP) dari ventrikel.
Kondisi yang menyebabkan turunnya volume intravaskular, yang kemudian
menurunkan preload ventrikel menyebabkan rendahnya EDV lalu akhirnya stroke
volume mengecil, demikian juga sebaliknya.6
b. Afterload
Afterload merefleksikan tahanan yang harus dilawan ventrikel untuk
mengosongkan bilik. Secara formal dapat juga disebut stress dinding ventrikel
yang terjadi selama ejeksi sistolik. Stress dinding jantung (), adalah tekanan per
unit area dari ventrikel kiri bisa ditentukan dari hukum Laplace
=
P xr
2h
P adalah tekanan ventrikel, r adalah radius bilik, dan h adalah ketebalan
dinding ventrikel. Maka tekanan dinding ventrikel meningkat bila ada tekanan
yang tinggi(e.g. hipertensi) atau peningkatan radius(e.g. dilatasi ventrikel kiri),
kemudian peningkatan ketebalan dinding ventrikel dapat mengurangi stress
dinding jantung karena tekanan tersebar merata pada permukaan otot ventrikel.6
c. Kontraktilitas (disebut juga keadaan inotropik)
Kontraktilitas adalah perubahan pada kekuatan otot jantung pada saat
preload dan afterload, yang berasal dari pengaruh hormone dan zat kimia.Dengan
menghubungkan kemampuan ventrikel dan preload, tiap kurva Frank-Starling
adalah refleksi keadaan inotropik jantung. Perubahan stroke volume karena
perubahan preload direfleksikan pada perubahan posisi kurva Frank-Starling.
Maka, ketika kontraktilitas dipace secara farmakologis, kemampuan ventrikel
meningkat pada preload apapun dan stroke volume juga meningkat, demikian juga
sebaliknya.6
\
Tabel 1.
Terminologi
Preload
Definisi
Tekanan pada dinding ventrikel akhir diastol. Secara klinis, ini adalah
Kontraktilitas
(inotropic)
Stroke
volume(SV)
SV= end diastolic volume- end sistolicvolume
Ejection fraction Fraksi dari end-diastolic volumeyang diejeksikan dari ventrikel tiap
(EF)
kontraksi sistolik (nilai normal = 55%-75%)
Cardiac
Volume darah yang diejeksikan dariAfterload
ventrikel per menit. CO = SV X HR
Gangguan kontraktilitas
Overload tekanan kronik
PJK
Output(CO)
aorta
lanjut tekanan-volume saat
Overload
vol kronik Cardiomyopathy
dilatasi
Compliance
Bagian intrinsic
dari bilik yangStenosis
menjelaskan
hubungan
Hipertensi parah yang tidak terkontrol
pengisian. Merefleksikan apakah bilik dapat diisi dengan mudah atau tidak.
Definisi Compliance = Volume / tekanan
2.3
Patofisiologi
Gagal
jantung
kronik
disebabkan
berbagai
macam
gangguan
GJ
pasien menunjukkan kedua kelainan tersebut. Maka, saat ini menjadi umum untuk
mengkategorikan gagal jantung menjadi dua kategori besar (1)Gagal jantung
dengan penurunan EF, (2)gagal jantung
dengan EF normal.
EF normal
(Disfungsi diastolic)
Gambar 3.
Gambar A di atas menggambarkan efek dari disfungsi sistolik akibat
gangguan kontraktilitas pada kurva tekanan-volume. ESPVR digeser ke bawah
sehingga pengosongan sistolik berhenti pada volume yang lebih tinggi ESV.
Akibatnya, volume stroke berkurang. Ketika aliran balik vena yang normal dari
paru ditambahkan ke volume akhir-sistolik meningkat yang tetap dalam ventrikel
karena pengosongan lengkap, volume diastolic meningkat, sehingga volume dan
tekanan EDV lebih tinggi dari normal. Sementara itu peningkatan preload
menginduksi kenaikan kompensasi stroke volume (melalui mekanisme FrankStarling), kontraktilitas terganggu dan fraksi ejeksi berkurang menyebabkan
volume akhir-sistolik tetap tinggi.6
Selama diastol, tekanan LV terus-menerus tinggi disalurkan ke atrium kiri
(melalui katup mitral yang terbuka) dan pembuluh darah paru dan kapiler.
Tekanan kapiler hidrostatik paru bila cukup tinggi (biasanya> 20 mm Hg), bisa
membuat transudasi cairan ke dalam interstitium paru dan gejala kongesti paru.6
diastolik.
Sebaliknya,
hipertrofi
ventrikel
kiri,
fibrosis,
atau
jantung kanan tanpa kelainan si sebelah kiri kurang umum dan biasanya
mencerminkan RV meningkat karena afterload terhadap penyakit paru-paru atau
parenkim pembuluh darah paru. Gagal jantung kanan yang dihasilkan dari proses
paru primer dikenal sebagai corpulmonale, yang dapat menyebabkan gejala gagal
jantung kanan.6
Contoh kondisi yang menyebabkan gagal jantung kanan :6
Mekanisme Kompensasi
Beberapa mekanisme kompensasi alami muncul pada pasien dengan gagal
Gambar 4.
Gambar di atas menunjukkan Mekanisme kompensasi pada gagal jantung.
Kedua mekanisme Frank-Starling (yang dipicu oleh kenaikan EDV) dan
hipertrofi miokard (dalam meresponi overload tekanan atau volume) berfungsi
untuk mempertahankan stroke volume (garis putus-putus). Namun, kenaikan
kronis di EDV oleh kekakuan ventrikel lalu meningkatkan tekanan atrium, yang
pada gilirannya mengakibatkan manifestasi klinis gagal jantung (misalnya,
kongesti paru dalam kasus gagal jantung kiri).6
2.4.1 Mekanisme Frank-Starling
Gagal jantung yang disebabkan oleh gangguan kontraktilitas ventrikel kiri
menyebabkan pada preload tertentu, stroke volume menurun dibandingkan
dengan normal. Stroke volume yang berkurang menyebabkan pengosongan ruang
tidak lengkap, sehingga volume darah yang terakumulasi dalam ventrikel selama
diastol lebih tinggi dari normal. Hal ini meningkatkan peregangan pada
myofibers, lalu melalui mekanisme Frank-Starling, menginduksi stroke volume
yang lebih besar pada kontraksi berikutnya, yang membantu untuk mengosongkan
ventrikel kiri yang membesar dan menormalkan kembali curah jantung.6
Mekanisme kompensasi yang menguntungkan memiliki batas-batasnya
namun, dalam kasus gagal jantung berat dengan depresi kontraktilitas, kurva
mungkin hampir datar pada volume diastolik yang lebih tinggi, mengurangi
pembesaran dari cardiac output yang dicapai melalui penigkatan pengisian ruang
jantung. Bersamaan dalam keadaan tersebut, ditandai peningkatan EDV dan EDP
(yang disalurkan
Gambar 5.
10
Gambar
menanggapi output jantung yang berkurang dan tekanan darah pada gagal jantung.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, renin-angiotensin-aldosteron system,
dan hormon antidiuretik berfungsi untuk mendukung curah jantung dan tekanan
darah (kotak). Namun, konsekuensi yang merugikan dari aktivasi (garis putusputus) mencakup peningkatan afterload dari vasokonstriksi berlebihan (yang
kemudian dapat menghambat cardiac output) dan retensi cairan yang berlebihan,
yang menyebabkan edema perifer dan kongesti paru.
Meskipun efek akut dari stimulasi neurohormonal menguntungkan, efek
kronis dari mekanisme ini seringkali pada akhirnya terbukti merusak jantung
secara progresif.6
2.5
Faktor Presipitasi
Banyak pasien dengan gagal jantung tetap asimtomatik untuk waktu yang
lama baik karena penurunan yang ringan atau karena disfungsi jantung yang
terkompensasi. Seringkali manifestasi klinis dipicu oleh keadaan yang
meningkatkan beban kerja jantung dan menjadi dekompensasi.6
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gejala pada pasien dengan gagal jantung
kronis terkompensasi
Peningkatan preload
Konsumsi sodium berlebihan, intake cairan berlebihan, gagal ginjal
Peningkatan afterload
Hipertensi yang tidak terkontrol, emboli paru
Makan obat gagal jantung tidak teratur, bradikardia yang terlalu pelan
11
2.6
Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosis gagal jantung, biasa digunakan kriteria
Framingham dengan syarat didapatkan kriteria 2 mayor atau 1 major dan 2 minor.
2.6.1
Gejala Klinis
Kriteria Mayor
Kriteria Minor
Kardiomegali
Batuk nocturnal
Gallop S3
Decreased
Hepatojugular reflux
Hepatomegali
Ada ronki
Efusi pleura
Edema paru
Takikardi ( 120xpm)
Dyspnea on deffort
vital
pulmonary
Kelas II :
Kelas III :Gejala sedang saat aktivitas. Dyspnea saat aktivitas sedikit, misalnya
jalan naik tangga
12
Tahap A
Pasien dengan resiko gagal jantung, tapi belum ada disfungsi struktur
jantung(contoh : pasien, dengan penyakit jantung koroner, hipertensi atau
dengan riwayat keluarga kardiomyopati).
Tahap B
Pasien dengan kerusakan struktur jantung berkaitan dengan gagal jantung
tapi belum muncul gejala.
Tahap C
Pasien yang saat ini atau sebelumnya ada gejala gagal jantung yang
berkaitan dengan kerusakan struktur jantung.
Tahap D
Pasien dengan kerusakan structural jantung dan gejala gagal jantung yang
bermakna, walaupun sudah dengan terapi medis maksimal dan
membutuhkan intervensi lanjut seperti transplant jantung.6
2.7
Studi Diagnostik
Tekanan rata-rata atrium kiri (LA) yang normal 10 mm Hg. Jika
13
2.8.1
fungsional NYHA. Meskipun sistem klasifikasi ini sangat subjektif dan memiliki
variabilitas antar pengamat yang besar, namun klasifikasi ini telah bertahan
bertaun-tahun dan terus secara luas diterapkan pada pasien gagal jantung. Untuk
pasien dengan disfungsi sistolik namun asimtomatik (kelas I), tujuan terapi untuk
memperlambat perkembangan penyakit dengan memblok sistem neurohormonal
yang menyebabkan remodeling jantung. Untuk pasien dengan gejala (kelas II-IV),
14
15
terapi. Pengawasan rawat jalan oleh perawat yang terlatih khusus atau asisten
dokter dan / atau di klinik khusus gagal jantung sangat menolong pasien, terutama
pada pasien dengan penyakit lanjut.2
Faktor yang dapat menimbulkan dekompensasi akut pada pasien dengan gagal
jantung kronis :
16
Dosis awal
DosisMaximal
17
Diuretik
Furosemide
2040 mg qd/bid
400
mg/da
Torsemide
1020 mg qd/bid
200
mg/da
Bumetanide
0.51 mg qd/bid
10
mg/da
Hydrochlorthiazide
25 mg qd
100
mg/da
Metolazone
2.55 mg qd/bid
20
mg/da
18
300
mg
Losartan
12.5 mg qd
50 mg qd
-Receptor Blockers
Carvedilol
3.125 mg bid
2550 mg bid
Bisoprolol
1.25 mg qd
10 mg qd
Metoprolol succinate CR
12.525 mg qd
200 mg qd
Terapi tambahan
Spironolactone
12.525 mg qd
2550 mg qd
Eplerenone
25 mg qd
50 mg qd
Combination of hydralazi
e/isosorbide dinitrate
1025 mg/10 mg tid
75 mg/40 mg tid
Fixed dose of hydralazine/isosorbide dinitrate
37.5 mg/20 mg (1 tablet) tid
75 mg/40 mg (2 tablet) tid
Digoxin
0.125 mg qd
0.375
Notes:
a
b
19
qdb
mg/db
Gambar 6.
Algoritma pengobatan untuk pasien gagal jantung kronis dengan
penurunan fraksi ejeksi. Setelah diagnosis klinis gagal jantung ditegakkan,
penting untuk mengobati retensi cairan sebelum memulai ACE inhibitor (atau
ARB jika pasien intoleran ACE). Beta blockers harus dimulai setelah retensi
cairan telah diobati dan / atau inhibitor ACE telah dinaikkan titrasinya. Jika pasien
masih bergejala, ARB, antagonis aldosteron, atau digoxin dapat ditambahkan
sebagai "triple therapy." Kombinasi dosis tetap hydralazine / isosorbide dinitrate
harus ditambahkan ke ACE inhibitor dan beta blocker di pasien dengan NYHA
kelas II-IV HF. Terapi perangkat harus dipertimbangkan selain terapi
farmakologis pada pasien yang tepat.2
e. Terapi dengan alat
Cardiac Resynchronization
Sekitar sepertiga pasien dengan penurunan EF dan gejala gagal jantung
(NYHA kelas III-IV) juga mempunyai gejala durasi QRS> 120 ms. EKG
digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan kontraksi ventrikel dissinkron.
Konsekuensi mekanik disynkron ventrikel termasuk pengisian ventrikel
suboptimal, penurunan kontraktilitas ventrikel, regurgitasi mitral, dan gerakan
20
21
ACE inhibitor, ARB, dan / atau beta blockers. Pengobatan dengan diuretik dan
nitrat harus dimulai pada dosis rendah untuk menghindari hipotensi dan
kelelahan.2
2.9
Prognosis
Meskipun kemajuan baru-baru ini banyak dalam evaluasi dan
prognosis buruk. Studi menunjukkan 30-40% dari pasien meninggal dalam waktu
1 tahun sejak diagnosis dan 60-70% mati dalam waktu 5 tahun, terutama karena
perburukan gejala atau sebagai ada kejadian mendadak (kemungkinan akibat
aritmia ventrikel). Meskipun sulit untuk memprediksi prognosis dalam individu,
pasien dengan gejala saat istirahat (New York Heart Association (NYHA) kelas
IV) memiliki angka kematian 30-70% per tahun, sedangkan pasien dengan gejala
dengan aktivitas sedang (NYHA kelas II) memiliki tingkat tahunan kematian 510%. Dengan demikian, status fungsional merupakan prediktor penting dari
prognosis pasien.2
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.DA
Jenis kelamin
: laki-laki
Usia
: 64 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pensiunan
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
MRS
: 26 April 2015
22
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sesak napas 3 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas disertai nyeri dada yang
dirasakan lebih kurang 3 hari sebelumnya dan memberat 5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Sesak disertai nyeri dada muncul saat beraktifitas bahkan saat
berjalan dari kamar ke kamar mandi ( 50m) dan berkurang dengan istirahat.
Sesak juga memberat saat berbaring terutama dimalam hari sampai pasien
terbangun dan lebih nyaman tidur dengan posisi setengah duduk. Pasien juga
mengeluhkan nyeri dada di sebelah kiri seperti ditimpa beban berat berlangsung
15 menit, menjalar ke lengan dan punggung belakang. Nyeri dada dirasakan
memberat dengan aktifitas dan hilang dengan istirahat, namun sejak 3 hari
SMRS os mengeluh sesak napas bertambah meskipun os beristirahat. Sesak tidak
dipangaruhi cuaca, debu dan emosi. Bunyi mengi (-).Batuk (+), tidak berdahak,
tidak berdarah. Di malam hari os mengeluh mual (+), muntah (-). Bengkak pada
kaki (-). Demam (-), berkeringat dingin (+), BAK dan BAB biasa. Riwayat kaki
bengkak (+), riwayat hipertensi 6 tahun yang lalu (+), riwayat DM (-). Lalu os
berobat ke RSZA dan dirawat.
Riwayat Penyakit Dahulu
23
: tampak sakit
Keadaan sakit
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Dehidrasi
: (-)
Tekanan Darah
: 150/90 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,7o C
Berat Badan
: 65 kg
Tinggi Badan
: 170 cm
IMT
: 19,11 (normal)
Keadaan Spesifik
Kulit :
Warna sawo matang, efloresensi (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis (-),
spider nevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB :
Kelenjar getah bening di leher tidak teraba.
Kepala :
Bentuk lonjong, simetris, warna rambut putih, rambut mudah rontok (-),
deformitas (-).
Mata :
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke
segala arah baik, mata cekung (-).
24
Hidung :
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-).
Telinga :
Pendengaran kurang baik.
Mulut :
Pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kering (-), tepi lidah hiperemis (-),
lidah tremor (-), atrofi papil(-), stomatitis(-), rhagaden(-), bau pernapasan khas (-).
Leher :
Pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5+2) cmH2O, kaku kuduk(-).
Dada :
Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-).
Paru
Inspeksi
: statis simetris kanan dan kiri, dinamis ka = ki, tidak ada yang
tertinggal
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus (+) di basal kedua paru,
wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra, batas kiri
linea axilaris anterior sinistra ICSVI
25
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 26 April 2015
Hematologi
No
1
2
3
4
5
6
Pemeriksaan
Hemoglobin
Eritrosit
Hematokrit
Leukosit
Hitung jenis
Trombosit
Hasil
13,4 g/dl
4,4 x 106/mm3
43 vol%
8,3 x 103/mm3
4/0/70/18/5
176 x 103/mm3
Kimia Klinik
No
1
2
3
4
5
Pemeriksaan
GDS
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Hasil
117 mg/dl
37 mg/dl
1,16 mg/dl
143 mg/dl
3,9 mg/dl
26
6
7
8
klorida
Troponin I
CK-MB
107 mg/dl
<0,10 ng/ml
17 U/L
Pemeriksaan
GDP
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Asam urat
Kolestrol total
HDL
LDL
Trigliserida
Hasil
99 mg/dl
39 mg/dl
1,09 mg/dl
13 U/L
16 U/L
7,3 mg/dl
156 mg.dl
33 mg/dl
98 mg/dl
155 mg/dl
Ro/ Thorax:
Cor : Kardiomegali
EKG:
Irama sinus, normoaksis, HR: 96x/m, gel P 1,32 detik, PR interval 2 detik,
kompleks QRS 1,2 detik, S di V1 + R V5/V6 > 35 mm. Q wave di II,III AVF
Kesan: old miokard infark inferior + LVH
26 April 2015
27
27 April 2015
Ekokardiografi :
Fungsi sistolik LV dan RV menurun
MR severe
TR moderate
PH mild-moderate
Gangguan restriktif
29 April 2015
RESUME
28
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas disertai nyeri dada yang
dirasakan lebih kurang 3 hari sebelumnya dan memberat 5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Sesak disertai nyeri dada muncul saat beraktifitas bahkan saat
berjalan dari kamar ke kamar mandi ( 50m) dan berkurang dengan istirahat.
Sesak juga memberat saat berbaring terutama dimalam hari sampai pasien
terbangun dan lebih nyaman tidur dengan posisi setengah duduk. Pasien juga
mengeluhkan nyeri dada di sebelah kiri seperti ditimpa beban berat berlangsung
15 menit, menjalar ke lengan dan punggung belakang. Nyeri dada dirasakan
memberat dengan aktifitas dan hilang dengan istirahat, namun sejak 3 hari
SMRS os mengeluh sesak napas bertambah meskipun os beristirahat. Sesak tidak
dipangaruhi cuaca, debu dan emosi. Os mengeluh batuk tidak berdahak tidak
disertai mengi, os juga mengatakan sering berkeringat dingin dan sering mual di
malam hari. BAK dan BAB biasa. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan
pasien tampak sakit, TD 150/90mmHg, RR 22x/menit, hasil laboratorium dalam
batas normal, dari EKG kesan infark miokard inferior dan LVH. Pada hasil
Echokardiografi, fungsi sistolik LV dan RV menurun.
Diagnosis Akhir:
1. CHF Fc NYHA III-IV ec.CAD (old miokard infark inferior NSTEMI)
2. ADHF tipe wet and warm pada advance heart failure
Penatalaksanaan :
Non Farmakologis :
-
Diet MB 1700kkal/hari
Farmakologis :
-
Plavix 1 x 75 mg
Aspilet 1 x 80 mg
Cardace 1 x 2,5 mg
29
Sc lovenox 2 x 0,6 mg
Bisoprolol 1x 2,5 mg
Alprazolam 1x 0,5 mg
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad malam
30
Follow Up:
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
A
P
Rencana
27 April 2015
Sesak nafas dan nyeri dada yang menjalar hingga ke
punggung
Tampak sakit sedang
Compos mentis
150/90 mmHg
82 x/menit
20 x/ menit
36,8 0C
Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik(-)
JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
vesikuler normal, ronkhi basah sedang (+) di basal
kedua paru, wheezing (-)
BI/II, murmur (-), gallop (-)
Soepel , bising usus (+) normal
Edema (-/-)
1. CHF Fc NYHA III-IV ec.CAD (old miokard infark
inferior NSTEMI)
2. ADHF tipe wet and warm pada advance heart failure
Non farmakologis :
- Istirahat (posisi setengah duduk)
- Oksigen 2-4 liter
- Diet MB 1700kkal/hari
- Total cairan 1700cc/hari
Farmakologis :
- Injeksi farsix 1 ampul / 12 jam
- Plavix 1 x 75 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Cardace 1 x 2,5 mg
- Drip NTG 20 g / menit
- Sc lovenox 2 x 0,6 mg H(1)
- Bisoprolol 1 x 2,5
- Alprazolam 1 x 0,5
- Observasi vital sign
- Monitor cairan dan elektrolit
31
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
A
P
Rencana
28 April 2015
Sesak nafas berkurang dan nyeri dada (-),
sesekali dirasakan pasien
Tampak sakit sedang
Compos mentis
100/60 mmHg
80 x/menit
20 x/ menit
36,2 0C
batuk
32
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
A
P
Rencana
29 April 2015
Pasien sudah lebih baik dari sebelumnya, sesak (-),
batuk kering (+)
Tampak sakit sedang
Compos mentis
110/70 mmHg
79 x/menit
20 x/ menit
37,3 0C
Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik(-)
JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
vesikuler normal, ronkhi basah sedang (+) di basal
kedua paru, wheezing (-)
BI/II, murmur (-), gallop (-)
Soepel , bising usus (+) normal
Edema (-/-)
1. CHF Fc NYHA III-IV ec.CAD (old miokard infark
inferior NSTEMI)
2. ADHF tipe wet and warm pada advance heart failure
Non farmakologis :
- Diet MB 1700kkal/hari
- Total cairan 1700cc/hari
Farmakologis :
- Injeksi farsix 1 ampul / 12 jam
- Plavix 1 x 75 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Cardace 1 x 2,5 mg
- Drip NTG 20 g / menit (STOP)
- Sc lovenox 2 x 0,6 mg H(3)
- Bisoprolol 1 x 2,5
- Alprazolam 1x 0,5
- Mobilisasi
33
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
A
P
Rencana
30 April 2015
Sesak nafas berkurang dan nyeri dada (-), batuk
sesekali dirasakan, pasien tidak mau disuntik diperut
lagi karena timbul lebam kebiruan.
Tampak sakit sedang
Compos mentis
120/70 mmHg
82 x/menit
22 x/ menit
36,2 0C
Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik(-)
JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
vesikuler normal, ronkhi basah sedang (+) di basal
kedua paru, wheezing (-)
BI/II, murmur (-), gallop (-)
Tampak lebam kebiruan,Soepel , bising usus (+) normal
Edema (-/-)
1. CHF Fc NYHA III-IV ec.CAD (old miokard infark
inferior NSTEMI)
2. ADHF tipe wet and warm pada advance heart failure
Non farmakologis :
- Diet MB 1700kkal/hari
- Total cairan 1700cc/hari
Farmakologis :
- Injeksi farsix 1 ampul / 12 jam
- Plavix 1 x 75 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Cardace 1 x 5 mg (malam)
- Sc lovenox 2 x 0,6 mg H(4) (STOP)
- Bisoprolol 1 x 2,5
- Alprazolam 1x 0,5 k/p
- mobilisasi
34
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
A
P
Rencana
1 Mei 2015
Pasien sudah sanggup berjalan sampai ke kamar mandi,
sesak dan nyeri dada (-).
Tampak sakit sedang
Compos mentis
110/70 mmHg
86 x/menit
24 x/ menit
36,6 0C
Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik(-)
JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
vesikuler normal, ronkhi basah sedang (+) di basal
kedua paru, wheezing (-)
BI/II, murmur (-), gallop (-)
Tampak lebam kebiruan,Soepel , bising usus (+) normal
Edema (-/-)
1. CHF Fc NYHA III-IV ec.CAD (old miokard infark
inferior NSTEMI)
2. ADHF tipe wet and warm pada advance heart failure
Non farmakologis :
- Diet MB 1700kkal/hari
- Total cairan 1700cc/hari
Farmakologis :
- Injeksi farsix 1 ampul / 12 jam
- Plavix 1 x 75 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Cardace 1 x 5 mg (malam)
- Bisoprolol 1 x 2,5
- Alprazolam 1x 0,5 k/p
-
mobilisasi
35
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
A
P
Rencana
2 Mei 2015
Pasien sudah merasa lebih baik, keluhan sebelumnya
sudah berkurang
Tampak sakit sedang
Compos mentis
100/70 mmHg
72 x/menit
20 x/ menit
36,5 0C
Conjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik(-)
JVP (5+2) cmH2O
Pembesaran KGB (-)
vesikuler normal, ronkhi basah sedang (+) di basal
kedua paru, wheezing (-)
BI/II, murmur (-), gallop (-)
Tampak lebam kebiruan,Soepel , bising usus (+) normal
Edema (-/-)
1. CHF Fc NYHA III-IV ec.CAD (old miokard infark
inferior NSTEMI)
2. ADHF tipe wet and warm pada advance heart failure
- mini aspi 1 x 80 mg
- plavix 1 x 75 mg
- cardace 1 x 5 mg
- simvastatin 1 x 20 mg
- spirola 1 x 12,5 mg
- digoxin 1 x 0,5 mg
- farsix 1 x 40 mg
-
36
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosis fungsional yang mendasarinya adalah gagal
jantung kronik. Hal ini didasarkan pada kriteria framingham minimal satu kriteria
mayor dan 2 kriteria minor:
1. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)
2. Cardiomegaly
3. Rales atau ronki
4. Dyspnea deffort
5. Batuk malam hari
Dari hasil pemeriksaan fisik perkusi jantung, didapatkan adanya pembesaran
jantung. Ictus cordis teraba pada ICS VI medial midklavikula dan hasil rontgen
dada menyatakan kesan kardiomegali. Diagnosis anatomi sesuai dengan hasil
ekokardiografi yang menyatakan fungsi sistolik RV dan LV menurun sesuai
dengan mekanisme gagal jantung dengan penurunan ejeksi fraksi.
Diagnosis etiologi yaitu hipertensi dan sindrom koroner akut, dapat dilihat
dari hasil EKG pasien yaitu irama sinus, normoaksis, HR: 96x/m, gel P 1,32 detik,
PR interval 2 detik, kompleks QRS 1,2 detik, S di V1 + R V5/V6 > 35 mm. Q
wave di II,III AVF. Kesan: old miokard infark inferior + LVH.
Pada pasien ini besar kemungkinan datang dengan kondisi klinis Acute
Dekompensated Heart failure (ADHF) yaitu dekompensasi dari gagal jantung
menahun (acute on chronic). Hal ini terutama dinyatakan oleh pasien bahwa
pernah mengalami sesak dan nyeri dada sebelumnya dan ada riwayat kaki
bengkak (+).
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008: the Task
Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
2008 of the European Society of Cardiology. Eur Heart J. 2008;29:2388
2442.
2. Hsich EM, Pina IL. Heart failure in women. J Am Coll Cardiol.
2009;54:491498.
3. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection
fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905918.
4. Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary
diagnosis and management. Mayo Clin. Proc. 2010;85:180195.
5. Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function in patients
with diastolic heart failure. Circulation. 2009;119:11461157.
6. Ware LB, M Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function
in patients with diastolic heart failure. Circulation. 2009;119:11461157.
38