DISUSUN OLEH:
PRAFITRI KURNIAWAN
I0412040
sebagai
ada pelepasan kontak, sedikit sekali menggunakan peralatan tambahan dan penggunaan
daya yang sangat kecil. Oleh karena itu penggunaan komponen elektronika seperti
thyristor sangat efisien dan efektif dalam sistem kontrol motor listrik. Thyristor atau
SCR (Silicon Control Reactifired) mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan
transistor, karena thyristor dapat dipandang sebagai dua buah transistor. Thyristor dapat
mengendalikan motor listrik karena thyristor dapat difungsikan sebagai sakelar statik.
Hal ini dilakukan dengan mengatur arus yang melalui terminal gate.
Apabila kuat arus dalam rangkaian lebih besar dari harga holding current (arus
genggam=arus yang mempertahankan kerja thyristor) maka thyristor akan tetap dalam
kondisi tertutup (kondisi on). Sebaliknya jika arus dalam rangkaian menurun hingga
besarnya dibawah harga holding current maka thyristor akan membuka (kondisi off).
Karakteristik kerja thyristor inilah yang selanjutnya digunakan dalam mengatur kerja
motor listrik, baik itu motor DC, motor AC dan motor universal.
Jika tegangan baterai terus dinaikkan lagi, maka J2 akan mencapai breakdown
sehingga arus mengalir dari J1 ke J2 dan J3 sesuai dengan besar kecilnya beban R.
Breakdown dari J2 diperlihatkan dengan garis lengkung 3 seperi terlihat pada gambar di
atas. Setelah J2 breakdown, arus akan terus mengalir dan tidak tergantung lagi pada
tegangan dengan syarat arus yang mengalir tersebut masih cukup besar. Garis lengkung
4 menunjukkan bahwa arus akan terputus bila arus beban R turun menjadi kecil sekali
atau kurang dari holding current.
1. Konstruksi SCR
SCR biasa (Silicon Control Reactifired)disebut Thyristor yang mempunyai arti
penyearah yang dikemudi dengan bahan dasar silikon, (Oman Sumantri, 1993).
Thyristor dapat digunakan sebagai pengatur daya dan saklar biasa yang mempunyai
kelebihan atau keuntungan apabila dibandingkan dengan alat-alat mekanika biasa.
maka thyristor akan off. Thyristor mempunyai tahanan yang sangat tinggi pada waktu
off dan tahanan yang sangat rendah pada waktu on sehingga drop tegangannya
mendekati nol.
2. Prinsip Kerja SCR
Menurut Oman Sumantri (1993), untuk memahami kerja dari thyristor maka
thyristor tersebut harus dipandang sebagai dua buah transistor yang jenisnya berbeda
tetapi karakteristiknya sama. Perhatikan gambar 6, sedangkan gambar 7.a menunjukkan
SCR dipandang sebagai dua buah transistor dan gambar 7.b memperlihatkan simbol
thyristor. Apabila kaki gate dibuat lebih positif terhadap katoda, maka akan mengalir
arus yang kecil antara basis dan emitor transistor 1.
Arus basis ini akan menyebabkan mengalirnya arus I2 yang melewati kaki
kolektor transisitor 1 sehingga arus I2 ini juga adalah arus basis transistor 2. Karena
pada transistor 2 terdapat arus basis, maka akan mengalir arus I3 atau arus kolektor
transistor 2 tersebut akan mengalir masuk ke basis transistor 1, akibatnya kaki basis
transistor 1 akan mendapatkan arus basis yang lebih besar lagi. Kejadian ini akan
menaikkan hantaran transistor 1 dan transistor 2, sehingga akan terjadi umpan balik.
Gambar 7. (a). Thyristor dipandang sebagai dua transistor, dan (b). Simbol Thyristor
(sumber: http://www.circuitstoday.com/wp-content/uploads/2009/09/SCR-Schematic-Symbol.jpg)
Karena pada transistor 2 terdapat arus basis, maka akan mengalir arus I3 atau
arus kolektor transistor 2 tersebut akan mengalir masuk ke basis transistor 1, akibatnya
kaki basis transistor 1 akan mendapatkan arus basis yang lebih besar lagi. Kejadian ini
akan menaikkan hantaran transistor 1 dan transistor 2, sehingga akan terjadi umpan
balik. Walaupun arus gate yang digunakan penyulutan pertama ditiadakan, tetapi
thyristor tersebut akan tetap menghantarkan arus dari anoda ke katoda. Cara untuk
menghentikannya adalah dengan jalan meniadakan tegangan anoda, atau arus anoda
dikecilkan sehingga kurang dari arus genggam SCR tersebut.
3. Karakteristik Thyristor
Thyristor atau SCR akan tetap dalam kondisi tertutup, atau menghantar selama
kuat arus di dalam sirkuit lebih besar dari harga holding current (Ih), dan apabila arus di
dalam sirkuit menurun hingga besarnya di bawah harga Ih maka thyristor tersebut akan
membuka atau off. Demikian pula kalau tegangan anatara anoda dan katoda turun,
hingga tidak dapat mempertahankan kuat arus sebesar harga Ih, maka thyristor itu akan
membuka atau off. Gambar di bawah ini menunjukkan karakteristik maju dan
karakteristik mundur thyristor.
kecepatannya dapat diatur. Perhatikan gambar 10, disini rangkaian motor DC dikontrol
oleh sumber tegangan DC gelombang penuh dengan menggunakan thyristor.
R2
R 1+ R 2
Selanjutnya bentuk arus beban dan arus gate dengan menggunakan R dan C
dapat dilihat pada gambar 11. Dengan menggunakan tahanan R2 sebagai penentu
tegangan gate maksimum, maka daya yang dapat seluruhnya diserahkan kepada beban.
Jika dalam gambar 11 tahanan R2 diganti dengan kapasitor C sebagai penentu tegangan
gate, maka daya listrik tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada motor karena adanya
penundaan waktu pentrigeran untuk setiap setengah periode seperti ditunjukkan pada
gambar11 Dengan demikian maka penggunaan sistem arus gate yang berbeda akan
menyebabkan kecepatan putaran motor yang berbeda pula.
E. SIMPULAN
Thyristor atau SCR yang yang dapat digunakan sebagai sakelar statis dapat
diaplikasikan sebagai alat kontrol kerja motor listrik. Penggunaannya sebagai alat
kontrol dilakukan hanya dengan mengatur arus gate. Dengan mempertahankan arusnya
tetap dapat berada di bawah holding current membuat thyristor tidak dapat
menghantarkan arus (kondisi off) dan sebaliknya dengan mempertahankan arusnya di
atas holding current membuat thyristor akan tetap dapat menghantarkan arus (kondisi
off).
Thyristor dapat digunakan untuk mengontrol motor DC atau AC. Thyristor
mempunyai keuntungan sebagai alat kontrol dibandingkan dengan sakelar magnet
karena dengan thyristor akan didapatkan sistem kontrol yang memiliki efektifitas dan
efesiensi yang sangat tinggi.
Daftar Pustaka
Elektuur. 1993. 302 Rangkaian Elektronika (Alih bahasa: P. Pratomo). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Somantri, Oman. 1993. Sistem Pengontrolan Motor di Industri. Cet-1. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdikbud, Jakarta