Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

TEKNIK TENAGA LISTRIK


PENGATURAN MOTOR LUSTRIK MENGGUNAKAN SOLID STATE
SCR (SILICON CONTROL REACTIFIRED)

DISUSUN OLEH:
PRAFITRI KURNIAWAN
I0412040

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

Perkembangan teknologi di bidang kontrol atau kendali motor listrik telah


mencapai perkembangan yang sangat pesat. Dimulai dengan kontrol yang sangat
sederhana dengan starter tangan lalu dikembangkan sistem kontrol dengan
menggunakan sakelar megnet dan relay, dan selanjutnya disusul dengan perkembagan
sistem kontrol dengan piranti elektronika. Perkembangan
sistem kontrol dengan piranti elektronika juga telah mencapai perkembangan yang
sangat maju.
Dimulai dengan komponen-komponen seperti transistor, photo resistor, diac,
triac, SCR rangkaian digital, microprosessor dan servo system. Kini sistem kontrol
dapat dilaksanakan secara otomatis dan memungkinkan mengontrol mesin-mesin yang
sangat kompleks yang disertai dengan efisiensi dan efektifitas yang sangat tinggi
dengan menggunakan sistem kontrol yang terpogram atau lebih dikenal dengan PLC
(programmable logic control, (Oman Sumantri,1993)
Menurut Oman Sumantri (1993), pengontrolan diartikan sebagai pengaturan,
pelayanan atau pengawasan terhadap bekerjanya motor listrik yang dipergunakan untuk
menggerakkan mesin-mesin yang selanjutnya dapat melakukan proses pekerjaan sesuai
dengan yang dikehendaki dan juga dari segi keamanan motor listrik itu sendiri.
Selanjutnya menurut Oman Sumantri, pengontrolan motor listrik diantaranya
meliputi
kegiatan menjalankan, menghentikan, mengerem, membalikkan putaran, mengatur
kecepatan, mengatur waktu kerja, proteksi motor listrik dan perlengkapannya dan lainlain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan satu sistem pengontrolan yang
merupakan kombinasi dari beberapa proses pengontrolan.
Melihat karakteristik dari beberapa komponen elektronika, maka dapat
dikembangkan sutu sistem kontrol yang dapat digunakan untuk mengontrol kerja motor
listrik. Komponen elektronika tersebut hanya berfungsi sebagai alat kendali terhadap
bekerjanya relay yang dihubungkan dengan motor.
A. APLIKASI SILICON CONTROL REACTIFIRED (SCR) PADA
PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK
Penggunaan
komponen
elektronika
khususnya
SCR

sebagai

pengendali/pengontrol motor listrik memiliki beberapa keuntungan diantaranya : tidak


ada kontak yang aus karena terbakar, tidak akan menimbulkan bunga api karena tidak

ada pelepasan kontak, sedikit sekali menggunakan peralatan tambahan dan penggunaan
daya yang sangat kecil. Oleh karena itu penggunaan komponen elektronika seperti
thyristor sangat efisien dan efektif dalam sistem kontrol motor listrik. Thyristor atau
SCR (Silicon Control Reactifired) mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan
transistor, karena thyristor dapat dipandang sebagai dua buah transistor. Thyristor dapat
mengendalikan motor listrik karena thyristor dapat difungsikan sebagai sakelar statik.
Hal ini dilakukan dengan mengatur arus yang melalui terminal gate.
Apabila kuat arus dalam rangkaian lebih besar dari harga holding current (arus
genggam=arus yang mempertahankan kerja thyristor) maka thyristor akan tetap dalam
kondisi tertutup (kondisi on). Sebaliknya jika arus dalam rangkaian menurun hingga
besarnya dibawah harga holding current maka thyristor akan membuka (kondisi off).
Karakteristik kerja thyristor inilah yang selanjutnya digunakan dalam mengatur kerja
motor listrik, baik itu motor DC, motor AC dan motor universal.

Gambar 1. Bentuk fisik SCR


(sumber: https://andihasad.files.wordpress.com/2011/12/scr2.jpg)

B. SUSUNAN PHYSIS DIODA EMPAT LAPIS


Untuk mengenal thyristor, terlebih dahulu akan dikemukakan susunan physis
dioda empat lapis. Komponen ini terdiri atas empat lapisan bahan sehingga mempunyai
3 pertemuan (junction). Lapisan pertama bahan P, lapisan kedua bahan N, lapisan ketiga
bahan P dan lapisan keempat bahan N. Bahan bagian luar P disebut anoda (A) dan
bahan bagian luar lainnya disebut katoda (K), (Wasito, 2004). Susunan physis dioda 4
lapis ditunjukkan oleh gambar berikut :

Gambar 2. Susunan physis dioda 4 lapis


Untuk lebih memahami sifat dan kerja dari thyristor, terlebih dahulu akan
dijelaskan rangkaian PNPN junction dengan sumber tegangan DC.

Gambar 3. Rangakain PNPN junction dengan sumber tegangan DC


Apabila anoda negatif terhadap katoda, maka junction J1 dan J3 adalah reverse
bias dan hanya mengalirkan arus yang sangat kecil. Jika anoda diberi tegangan positif
maka J1 dan J3 akan forward bias yang berarti dapat mengalirkan arus listrik (conduct).
Walaupun junction J2 dalam keadaan reverse bias dan tahanannya sangat tinggi, tetapi
pada waktu forward bias tahanan J2 adalah sangat kecil. Menghantarnya J1dan J3
menyebabkan semua tegangan pada junction J2 hilang sehingga tegangan baterai perlu
dinaikkan, agar arus mampu melewati J2. Arus ini akan naik seperti keadaan reverse
bias dari dioda. Perhatikan karakteristik PNPN junction pada Gambar 3.

Jika tegangan baterai terus dinaikkan lagi, maka J2 akan mencapai breakdown
sehingga arus mengalir dari J1 ke J2 dan J3 sesuai dengan besar kecilnya beban R.
Breakdown dari J2 diperlihatkan dengan garis lengkung 3 seperi terlihat pada gambar di
atas. Setelah J2 breakdown, arus akan terus mengalir dan tidak tergantung lagi pada
tegangan dengan syarat arus yang mengalir tersebut masih cukup besar. Garis lengkung
4 menunjukkan bahwa arus akan terputus bila arus beban R turun menjadi kecil sekali
atau kurang dari holding current.

Gambar 4. Karakteristik PNPN junction


Dari uraian ini maka junction J2 yang berada di tengah jelas menghalangi
mengalirnya arus. Apabila tegangan dari junction J2 ini dapat dikurangi maka dioda
empat lapis dapat mengalirkan arus yang besar. Untuk mencapai maksud ini caranya
dengan jalan memotong lapisan kedua dan ketiga dari dioda empat lapis sehingga sangat
mirip dengan tiga lapisan transistor PNP dan tiga lapisan transisitor NPN, (Wasito,
2004). Perhatikan gambar 6.
Apabila diberi tegangan positif pada lapisan P dan tegangan negatif pada lapisan
N pada tegangan reverse antara lapisan N dan P akan berkurang. Dengan
menghubungkan sebuah kawat ke lapisan P yang berada diantara dua lapisan N, akan
didapat tambahan satu terminal keluar yang dinamakan gate (G). Ditambahkannya satu
terminal gate pada dioda empat lapis maka lahirlah suatu suatu komponen elektronik
yang disebut thyristor atau lebih dikenal lagi dengan nama SCR (Silicin Control
Reactifired). Komponen-komponen elektronika lainnya yang termasuk pada komponen
thyristor adalah diac dan triac.

1. Konstruksi SCR
SCR biasa (Silicon Control Reactifired)disebut Thyristor yang mempunyai arti
penyearah yang dikemudi dengan bahan dasar silikon, (Oman Sumantri, 1993).
Thyristor dapat digunakan sebagai pengatur daya dan saklar biasa yang mempunyai
kelebihan atau keuntungan apabila dibandingkan dengan alat-alat mekanika biasa.

Gambar 5. Susunan physis dioda 4 lapis ditinjausebagai 2 transistor


(sumber: http://2.bp.blogspot.com/-__8yFh1nDlM/Ta0vfv4cEJI/AAAAAAAAACI/M46904kXMIs/s1600/Scrdiagram01.jpg)

Menurut Wasito (2004), kelebihan thyristor adalah:


a. Tidak ada kontak-kontak yang aus karena terbakar
b. Tidak akan menimbulkan bunga api
c. Sedikit sekali membutuhkan komponenkomponen tambahan
Thyristor juga dapat dipakai untuk mengatur daya yang sangat besar, walaupun
thyristor itu sendiri hanya memerlukan daya yang kecil. Berdasarkan kerja dioda empat
lapis seperti telah dijelaskan di atas, maka susunan physis thyristor hampur sama
dengan susunan physis dioda empat lapis PNPN, hanya thyristor mempunya tiga buah
elektroda yaitu anoda, katoda dan gate, elektroda yang ketiga ini berfungsi sebagai
kemudi atau pengontrol. Perhatikan gambar 7.
Thyristor akan menghantarkan arus atau conduct apabila anoda dan gate relatif
positif terhadap katoda. Thyristor akan tetap menghantar apabila arus beban yang
mengalir tetap berada di atas holding current. Holding current (arus pengungsi/arus
genggam) adalah arus yang selalu mempertahankan kerja dari thyristor sehingga apabila
arus beban turun ke bawah holding current

maka thyristor akan off. Thyristor mempunyai tahanan yang sangat tinggi pada waktu
off dan tahanan yang sangat rendah pada waktu on sehingga drop tegangannya
mendekati nol.
2. Prinsip Kerja SCR
Menurut Oman Sumantri (1993), untuk memahami kerja dari thyristor maka
thyristor tersebut harus dipandang sebagai dua buah transistor yang jenisnya berbeda
tetapi karakteristiknya sama. Perhatikan gambar 6, sedangkan gambar 7.a menunjukkan
SCR dipandang sebagai dua buah transistor dan gambar 7.b memperlihatkan simbol
thyristor. Apabila kaki gate dibuat lebih positif terhadap katoda, maka akan mengalir
arus yang kecil antara basis dan emitor transistor 1.

Gambar 6. Susunan physis thyristor


(sumber: http://2.bp.blogspot.com/-MuQPbIXZj_E/UtZGMr7yIkI/AAAAAAAAAKA/a0V4dj63lJw/s1600/1.png)

Arus basis ini akan menyebabkan mengalirnya arus I2 yang melewati kaki
kolektor transisitor 1 sehingga arus I2 ini juga adalah arus basis transistor 2. Karena
pada transistor 2 terdapat arus basis, maka akan mengalir arus I3 atau arus kolektor
transistor 2 tersebut akan mengalir masuk ke basis transistor 1, akibatnya kaki basis
transistor 1 akan mendapatkan arus basis yang lebih besar lagi. Kejadian ini akan
menaikkan hantaran transistor 1 dan transistor 2, sehingga akan terjadi umpan balik.

Gambar 7. (a). Thyristor dipandang sebagai dua transistor, dan (b). Simbol Thyristor
(sumber: http://www.circuitstoday.com/wp-content/uploads/2009/09/SCR-Schematic-Symbol.jpg)

Karena pada transistor 2 terdapat arus basis, maka akan mengalir arus I3 atau
arus kolektor transistor 2 tersebut akan mengalir masuk ke basis transistor 1, akibatnya
kaki basis transistor 1 akan mendapatkan arus basis yang lebih besar lagi. Kejadian ini
akan menaikkan hantaran transistor 1 dan transistor 2, sehingga akan terjadi umpan
balik. Walaupun arus gate yang digunakan penyulutan pertama ditiadakan, tetapi
thyristor tersebut akan tetap menghantarkan arus dari anoda ke katoda. Cara untuk
menghentikannya adalah dengan jalan meniadakan tegangan anoda, atau arus anoda
dikecilkan sehingga kurang dari arus genggam SCR tersebut.

Gambar 8. Konstruksi SCR


(sumber: http://www.circuitstoday.com/wp-content/uploads/2009/09/SCR-construction-types.jpg)

3. Karakteristik Thyristor
Thyristor atau SCR akan tetap dalam kondisi tertutup, atau menghantar selama
kuat arus di dalam sirkuit lebih besar dari harga holding current (Ih), dan apabila arus di
dalam sirkuit menurun hingga besarnya di bawah harga Ih maka thyristor tersebut akan
membuka atau off. Demikian pula kalau tegangan anatara anoda dan katoda turun,
hingga tidak dapat mempertahankan kuat arus sebesar harga Ih, maka thyristor itu akan
membuka atau off. Gambar di bawah ini menunjukkan karakteristik maju dan
karakteristik mundur thyristor.

Gambar 9. Karakteristik thyristor


C. APLIKASI THYRISTOR SEBAGAI PENGONTROL MOTOR DC
Seperti diketahui bahwa thyristor merupakan sakelar DC yang penutupan dan
pembukaan kontak antara anoda (A) dan katoda (K) dilakukan dengan mengatur arus
gate (Ig). Apabila arus gate (Ig) harganya di bawah arus holding current (Ih) maka
kontak antara anoda dan katoda dari thyristor belum dapat melakukan penutupan atau
kontaknya masih tetap membuka.
Dalam kondisi demikian maka tidak akan terjadi pengaliran arus dari anoda ke
katoda (Ia-k) atau dengan kata lain thyristor tidak menghantarkan arus atau belum
conduct sehingga motor DC belum berputar. Jika harga Ig lebih besar dari harga Ih,
maka antara anoda dan katoda dari thyristor akan terjadi penutupan sehingga menjadi
conduct, mengakibatkan motor berputar (Oman Sumantri, 1993).
Disamping digunakan sebagai sakelar DC, thyristor juga digunakan sebagai
pengatur daya yang diberikan pada beban. Pengaturan daya yang diberikan pada motor
dilakukan dengan mengatur besar kecilnya arus gate (Ig), sehingga putaran motor DC

kecepatannya dapat diatur. Perhatikan gambar 10, disini rangkaian motor DC dikontrol
oleh sumber tegangan DC gelombang penuh dengan menggunakan thyristor.

Gambar 10. Rangkaian motor DC dikontrol oleh tegangan DC gelombang penuh


dengan thyristor
Berdasarkan gambar 10 dapat dilihat bahwa dengan tegangan DC gelombang
penuh tanpa filter, maka SCR masih mengalami off maka arus pada setiap setengah
gelombang turun ke bawah holding current (Ih). Karena itu untuk setengah gelombang
berikutnya SCR tetap membutuhkan pentrigeran lagi atau triger tidak dapat dilepas.
Dengan dipasangnya kapasitor C paralel dengan R2 sebesar 2.7 K pada
rangkaian gate, akan meyebabkan timbulnya pergeseran fase sehingga pada setengah
gelombang pertama akan terjadi penundaaan waktu dalam pentrigeran. Kalau Rnya
makin besar maka waktu yang diperlukan mengisi C semakin cepat. Jika R-nya kecil
maka waktu pengisian C makin lama dan bila pengisian C makin lama maka waktu
untuk pentrigeran juga semakin lama.
D. APLIKASI SCR SEBAGAI PENGONTROL MOTOR AC
Apabila SCR digunakan untuk mengontrol sumber AC, selain dapat mengatur
daya listrik yang diberikan kepada beban juga berfungsi sebagai penyearah. Motor AC
dalam rangaian ini tentu saja dapat dikontrol dengan thyristor, karena motor AC tersebut
dirancang untuk dapat dioperasikan pada tegangan AC dan tegangan DC. Jenis motor
seperti ini disebut motor universal.

Gambar 11. Rangkaian motor universal dikontrol dengan thyristor menggunakan


tegangan AC
Motor AC dalam rangkaian ini tentu saja dapat dikontrol dengan SCR, karena
motor AC tersebut dirancang untuk dapat dioperasikan pada tegangan AC dan tegangan
DC. Jenis motor seperti ini disebut motor universal. Dalam prakteknya untuk lebih
aman maka R untuk tegangan gate harus dibuat tetap agar tegangan maksimum antara
gate dengan katoda tidak dilampaui. Besarnya tegangan gate maksimum (Ug maks)
dapat dihitung dengan rumus :
U gmaks =U S

R2
R 1+ R 2

Selanjutnya bentuk arus beban dan arus gate dengan menggunakan R dan C
dapat dilihat pada gambar 11. Dengan menggunakan tahanan R2 sebagai penentu
tegangan gate maksimum, maka daya yang dapat seluruhnya diserahkan kepada beban.
Jika dalam gambar 11 tahanan R2 diganti dengan kapasitor C sebagai penentu tegangan
gate, maka daya listrik tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada motor karena adanya
penundaan waktu pentrigeran untuk setiap setengah periode seperti ditunjukkan pada
gambar11 Dengan demikian maka penggunaan sistem arus gate yang berbeda akan
menyebabkan kecepatan putaran motor yang berbeda pula.

E. SIMPULAN
Thyristor atau SCR yang yang dapat digunakan sebagai sakelar statis dapat
diaplikasikan sebagai alat kontrol kerja motor listrik. Penggunaannya sebagai alat
kontrol dilakukan hanya dengan mengatur arus gate. Dengan mempertahankan arusnya
tetap dapat berada di bawah holding current membuat thyristor tidak dapat
menghantarkan arus (kondisi off) dan sebaliknya dengan mempertahankan arusnya di
atas holding current membuat thyristor akan tetap dapat menghantarkan arus (kondisi
off).
Thyristor dapat digunakan untuk mengontrol motor DC atau AC. Thyristor
mempunyai keuntungan sebagai alat kontrol dibandingkan dengan sakelar magnet
karena dengan thyristor akan didapatkan sistem kontrol yang memiliki efektifitas dan
efesiensi yang sangat tinggi.

Daftar Pustaka
Elektuur. 1993. 302 Rangkaian Elektronika (Alih bahasa: P. Pratomo). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Somantri, Oman. 1993. Sistem Pengontrolan Motor di Industri. Cet-1. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdikbud, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai