Anda di halaman 1dari 14

Perhitungan PPh pasal 21

Pengantar
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008,
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) adalah pajak yang
dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Penghitungan PPh Pasal 21 dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh
Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh
pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh
pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang
bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun. Pada
kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh
pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala
dan PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk


pegawai tetap dan penerima
pensiun
berkala
dibedakan
menjadi 2 (dua):

Perhitungan PPh Pasal 21 masa


atau bulanan yang rutin
dilakukan setiap bulan

Penghitungan kembali yang


dilakukan setiap masa pajak
Desember (atau masa pajak
dimana pegawai berhenti
bekerja)

Contoh
Perhitungan
Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin
dilakukan
bulan PT ABC, menikah
Budi Ahmad pegawai
pada setiap
perusahaan
tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT
ABC
mengikuti
program
Jamsostek,
premi
Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan
0,30% dari gaji. PT ABC menanggung iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Ahmad
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
setiap bulan. Disamping itu PT ABC juga mengikuti program
pensiun untuk pegawainya. PT ABC membayar iuran pensiun
untuk Budi Ahmad ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Ahmad membayar iuran
pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi
Ahmad
hanya
menerima
pembayaran
berupa
gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai
berikut:

Jawaban
Gaji

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja

Premi Jaminan Kematian

Penghasilan bruto

Pengurangan

1. Biaya jabatan

5%x3.024.000,00
151.200,00
2. Iuran Pensiun
50.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua
60.000,00

Penghasilan neto sebulan

Penghasilan neto setahun

12x2.762.800,00

PTKP

- untuk WP sendiri
24.300.000,00
- tambahan WP kawin
2.025.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun


Pembulatan

PPh terutang

5%x6.828.000,00
341.400,00
PPh Pasal 21 bulan Juli

341.400,00 : 12

3.000.000,00
15.000,00
9.000,00
3.024.000,00

(261.200,00)
2.762.800,00

33.153.600,00

(26.325.000,00)
6.828.600,00
6.828.000,00

28.452,00

Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak


Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti
bekerja)
Hal yang membedakan pada perhitungan PPh 21 masa desember
dibandingkan dengan masa pajak bulan lainnya adalah jika pada
perhitungan masa pajak lain penghasilannya disetahunkan terlebih
dahulu, sedangkan pada masa pajak desember penghasilan yang
dihitung adalah penghasilan nyata yang didapat selama dia bekerja
sepanjang tahun tersebut.

Contoh:
Pak Anto bekerja di PT Antonius sebagai direktur dan
dianggap sebagai karyawan juga sehingga tiap
bulannya sejak Januari-Desember 2014 menerima gaji
dan bayar pensiun, hitung PPh 21 Desember dengan
informasi sebagai berikut dan status K/0 dan selama
Januari-November sudah dipotong PPh 21 dengan
jumlah total Rp.500.000

Rincian Penghasilan Pak Anto Januari-Desember


No

Bulan

Gaji

Iuran Pensiun

Januari

3.000.000

100.000

Februari

3.000.000

100.000

Maret

3.000.000

100.000

April

3.000.000

100.000

Mei

3.000.000

100.000

Juni

3.000.000

100.000

Juli

4.000.000

100.000

Agustus

4.000.000

100.000

September

4.000.000

100.000

10

Oktober

4.000.000

100.000

11

November

4.000.000

100.000

12

Desember

4.000.000

100.000

Untuk hitungan
Desember, maka data penghasilan sudah lengkap
Jawaban
selama setahun/12 bulan sehingga penghasilannya tidak perlu
disetahunkan tetapi langsung direkap setahun dan dihitung sesuai
Per-31/PJ/2012
Penghasilan:
Gaji setahun 42.000.000
Pengurangan:
a. Biaya jabatan 5% x 42.000.000=2.100.000
b. Iuran pensiun setahun 1.200.000
Penghasilan Bersih/Neto Setahun:
42.000.000-2.100.000-1.200.000=Rp.38.700.000
PTKP setahun
Status K/0 =26.325.000
Penghasilan kena pajak setahun
38.700.000-26.325.000=12.375.000
PPh 21 terutang setahun
Karena masih dibawah 50jt maka kena hanya 5% yaitu 12.375.000 x
5% = 618.750
Maka PPh 21 yang harus dipotong untuk Desember
PPh 21 setahun PPh 21 Jan s.d Nov = 618.750.000500.000=118.750
Sehingga dari contoh perhitungan diatas PPh 21 Desember yang
dipotong adalah 118.750 sedangkan nilai 618.750 adalah jumlah yang
dipotong selama tahun 2014 yang nantinya muncul pada bukti

PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja


lepas

CONTOH :
Arifin dengan status belum menikah. pada bulan Januari 2009
bekerja sebagai buruh harian pada PT Jaya Makmur. Ia bekerja
selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp
200.000.
JAWABAN
Upah sehari Rp 200.000
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan
pemotongan PPh Rp 200.000
Penghasilan Kena Pajak Sehari Rp 0
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah Sehari : Rp 0
Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah
yang diterima belum melebihi Rp2.025.000, maka tidak
ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

ASUMSI:
Misalkan Arifin bekerja selama 12 hari, maka pada hari ke-12,
setelah jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp
2.025.000, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan
upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
Upah s.d. hari ke-12 (Rp 200.000,00 x 12) Rp 2.400.000
PTKP sebenarnya (Rp 24.300.000 x 12/360) Rp 810.000
Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-12 Rp 1.590.000
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-12 Rp 1.590.000 x 5% Rp
79.500
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-11 Rp 20.000
(asumsi)
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari
ke-12 Rp 59.500
Sehingga pada hari ke-12, upah bersih yang diterima
sebesar : Rp 200.000 Rp 59.500 =
Rp 140.500

CONTOH DENGAN UPAH SATUAN


Tono adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika, dia tidak menikah. Upah yang
dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan
yaitu Rp 25.000 per unit TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam
waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 30 buah TV
dengan upah Rp 1.500.000.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Upah sehari adalah
Rp 1.500.000 : 6
Rp 250.000
Upah diatas Rp 200.000 sehari
Rp 250.000 Rp 200.000 Rp 50.000
Upah seminggu terutang pajak
6 x Rp 50.000 Rp 300.000
PPh Pasal 21 sebesar 5% : Rp 300.000 = Rp 15.000
(Mingguan)

CONTOH DENGAN UPAH BORONGAN


Bayu mengerjakan dekorasi sebuah rumah
dengan upah borongan sebesar Rp 800.000,00,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
Upah borongan sehari : Rp 800.000,00 : 2 = Rp
400.000
Upah harian diatas Rp200.000,00
Rp 400.000,00 Rp 200.000,00 Rp 200.000
Upah borongan pajak
2 x Rp 200.000,00 Rp 400.000
PPh Pasal 21 sebesar 5% : Rp 400.000 = Rp
20.000

PPh pasal 21 Expatriate


Mr. Charlie Adam status K/3, seorang expatriate warga
negara Australia, sesuai IKTA nya mulai bekerja di PT. ABC
GAS EXPLORATION suatu perusahaan pengeboran Minyak
dan Gas Bumi (Drilling Company)sebagai pegawai tetap,
sejak 1 November 2013 untuk waktu 24 bulan, dengan
jabatan CREW, beralamat sementara di kantor perusahaan
dan telah ber NPWP.
Penghasilan Bulanan selama tahun 2014 adalah:
-Gaji US$ 3,245 (Kurs M.K saat pembayaran penghasilan
Rp. 10.000/1Us$)
-Fasilitas Kendaraanberupa mobil KIJANG baik untuk
kepentingan dinas maupun pribadi, perusahaan menyewa
mobil tersebut dari ABC RENTAL CAR dengan sewa
bulanan Rp. 2.500.000 dibayar langsung oleh perusahaan

Jawaban
PPh ps 21 bulanan dalam tahun 2014:
Ph bulanan : USD 3,245 x Rp 10.000 = Rp. 32.450.000
PKP Sebulan
= Rp. 32.450.000
PKP Setahun (12 x Rp. 32.450.000) = Rp. 389.400.000
PPh ps 21 Setahun = 5% x Rp. 50.000.000
= Rp. 2.500.000
15% x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25% x Rp. 139.400.000 = Rp. 34.850.000
Rp. 67.350.000
PPh ps 21 sebulan = Rp. 67.350.000 : 12 = Rp. 5.612.500
Catatan :
-Bagi Expatriate, Natura Kenikmatan yang diterima dari Drilling
Company tidak menambah penghasilan, karena sudah masuk
dalam komponen PKP berdasarkan norma tersebut
-Sedangkan bagi pegawai local/Indonesia, Natura Kenikmatan
tersebut akan ditambahkan sebagai penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai