Anda di halaman 1dari 3

3.

persamaan dan perbedaan antara kelembagaan agribisnis (SPAKU, KUBA, Desa


Cerdas Teknologi, ULP2, Gerakan Kemitraan, Inkubator, Klinik Tani /
Agribisnis, dan Asosiasi-asosiasi Petani) dan koperasi serta sejauh mana peranperan kelembagaan tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan petani;
Lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang
mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar, dan permodalan yang kurang
memadai. Penguatan posisi tawar melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan
yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar mereka dapat
bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Namun permasalahan yang sedang dihadapi petani
kebanyakan adalah kurangnya kesadaran petani untuk memenuhi kelemahankelemahan yang dihadapi dalam usahanya. Kesadaran yang perlu dibangun pada
petani adalah kesadaran berkomunitas/kelompok yang tumbuh atas dasar kebutuhan,
bukan paksaan dan dorongan dengan proyek-proyek tertentu. Salah satu cara untuk
mengatasi kelemahan petani adalah dengan mengembangkan upaya kelembagaan
(institutional building). Institusi atau kelembagaan adalah suatu rules yang
merupakan produk dari nilai, yang diharapkan terus berevolusi dan menjadi bagian
dari budaya. Secara operasional, sosok koperasi agribisnis dan korporasi agribisnis
dipandang sebagai bangun kelembagaan yang mampu berperan dalam mewujudkan
pembangunan pertanian sebagaimana yang di-visi-kan.
Koperasi lebih merupakan soft-step reconstruction, sementara korporasi lebih
merupakan rekonstruksi yang lebih radikal atau hard-step reconstruction.
Pengembangan peran kelembagaan dipandang salah satu sosok yang tepat, mengingat
entitas tersebut berciri sebagai asosiasi (perkumpulan orang/petani), badan usaha
dan juga sebagai suatu gerakan untuk melawan penindasan ekonomi dan
ketidakadilan sistem pasar. Koperasi sebagai upaya kelembagaan dapat merupakan
instrumen bagi upaya restrukturisasi ekonomi pertanian, untuk mewujudkan
keseimbangan dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi pertanian. Baik koperasi
maupun korporasi sangat penting dalam peningkatan posisi tawar petani terutama.
Secara kolektif, koperasi dapat menghimpun para pelaku ekonomi pertanian dalam
menjual produk-produk yang dihasilkannya dengan posisi tawar yang baik. Koperasi
secara organisasi dapat menjadi wadah yang bertanggung jawab bagi kebutuhan
pengadaan saprotan maupun kebutuhan lain secara bertanggung jawab pula.
Korporasi masyarakat (petani agribisnis) pada daasarnya adalah perusahaan yang
dimiliki oleh masyarakat (petani agribisnis). Korporasi masyarakat pada dasarnya
akan menjadi kuat manakala pemanfaatan segenap social capital yang ada pada
masyarakat tersebut.
Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan dari sekian banyak
keragaman kelembagaan yang berperan dalam sektor pertanian. namun demikian,
ada suatu hal yang membedakan antara lembaga koperasi dengan kelembagaan
lainnya tersebut, yaitu pada koperasi terdapat ciri double identity. Ciri ini
menjelaskan bahwa penyelenggara kopersi merupakan para pemilik sekaligus
pelanggan dari lembaga tersebut. Perbedaan ini terlihat dengan adanya unit usaha
ekonomi yang dimiliki dan diawasi bersama secara demokratis dengan satu tujuan
yaitu melayani kebutuhan anggota. Namun adanya unit usaha ekonomi ini tidak
menjadikan koperasi sebagai salah satu perusahaan pada umumnya sebagaimana
perusahaan swasta atau BUMN. Dengan kata lain, dikembangkannya uhit usaha pada
suatu koperasi bukan menjadikan lembaga koperasi menjadi lembaga bisnis semata.

Perkembangan agribisnis dengan agri-industri pedesaan juga perlu didukung


oleh kelembagaan yang sesuai. Dalam kelembagaan tersebut misalnya, perlu dikaji
kombinasi optimal dari penguasaan dan pemanfaatan skala usaha dengan efisiensi
unit usaha, sesuai dengan sifat usaha yang dilakukan. Contoh jika agro-industri lebih
efisien apabila dilakukan oleh usaha yang relative kecil, maka pengembangan
kegiatan individual perlu didorong. Akan tetapi, untuk kegiatan pengangkutan yang
memerlukan skala usaha yang lebih luas perlu dipertimbangkan unit kegiatan yang
sesuai pula. Dengan demikian, dimungkinkan terjadinya suatu unit kegiatan dimana
agro-industri tersebut dilakukan secara individual namun agro-industriawan tersebut
bersama-sama membentuk koperasi atau unit usaha koperasi dalam hal
pengangkutan. Oleh karena itu, dalam pengembangan agribisnis, tidak jarang pula
dijumpai kelembagaan-kelembagaan yang beragam baik dari segi agroekosistem,
sarana prasarana, maupun kondisi social budayanya, tergantung kebutuhan pelaku
pembentuk kelembagaan tersebut.
Keragaman-keragaman tersebut mengakibatkan perwujudan kelembagaan yang
mempu mengoptimalisasi kinerja manajemen maupun teknologi. Beberapa contoh
berkembangnya kelembagaan agribisnis seperti SPAKU, KUBA, Desa Cerdas Teknologi,
ULP2, Gerakan Kemitraan, Inkubator, Klinik Tani/Agribisnis, Asosiasi-asosiasi Petani.
Kelembagaan-kelembagaan tersebut dapat membantu petani terutama dalam
pengedaan saprotan, sarana-prasarana sekaligus pengadaan modal serta dapat
membantu memperkokoh posisi tawar petani dalam agribisnis.
Lemahnya posisi tawar petani agribisnis saat ini merupakan problem mendara
bagi mayoritas petani Indonesia, yaitu ketidakberdayaan petani dalam melakukan
negosiasi harga hasil produksinya. Peningkatan produktivitas pertanian tidak lagi
menjadi jaminan akan memberikan keuntungan yang layak bagi petani tanpa adanya
kesetaraan endapatan yang bergerak di subsistem on farm dan dengan adanya
pemberdayaan kelembagan untuk mendukung dan menyokong kekuatan posisi tawar
petani. Pemberdayaan artinya meningkatkan kekuatan atau posisi tawar masyarakat
agara mereka bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, serta ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak lain dan
berpengaruh pada dirinya.
Pemberdayaan kelembagaan
pertanian kelembagaan yaitu :

menurut

perubahan

operasional

tiga

pilar

a. Kelembagaan local trandisional yang hidup dan eksis dalam komunitas


( voluntary sector).
b. Kelembagaan pasar (private sector) yang dijiwai ideology ekonomi
terbuka.
c. Kelembagaan sistem politik atau pengambilan keputusan di tingkat
public (public sector).

Daftar pustaka
Suradisastra, K., 2008. Model Kelembagaan Ekonomi Pada perkebunan Kelapa Sawit,
Institutional model of economic on oil palm plantation. Forum Penelitian
Agroekonomi,Vol. 26 No. 2.desember, 2008 : 82-91.
Lukman M. Baga; Yanuar, R.; Feryanto W.K.; dan Khairul A. 2009. Koperasi dan
Kelembagaan Agribisnis : Koperasi dan Peran Pentingnya Dalam Pengembangan
Sistem Agribisnisyang Mensejahterakan Petani. Departemen Agribisnis. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai