Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I
PENDAHULUAN

Darah ialah sejenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel darah


yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Darah berperan
sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di badan.
Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut yaitu mengambil
oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut
karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru, mengambil
zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan di bagikan ke seluruh jaringan
tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit,
menyebarkan panas ke seluruh tubuh (Syaifuddin, 2006).
Komponen utama darah antara lain eritrosit. leukosit dan trombosit.
Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Trombosit beredar
di dalam peredaran darah selama lebih kurang 10-12 hari. Peran utama trombosit
adalah pada proses hemostasis dan proses pembekuan darah. Leukosit berperan
terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang
dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh. misal virus atau bakteri. (Pearce E. C.,
2002).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi, memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen akan membentuk
oxihemoglobin didalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka oksigen dibawa
1

2
dari paru-paru ke jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15
gr/ 100 ml darah. (Pearce E. C., 2002)
Dalam melakukan pengambilan darah biasanya terjadi kesalahan yang
lazim. Kesalahan tersebut biasanya terjadi pada tahap pre analitik. Kesalahan
tersebut akan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. Susunan darah yang
diambil untuk pemeriksaan mungkin berubah oleh salah tindakan waktu
mengambil darah. (Gandasoebrata. 2009).
Pemeriksaan kadar hemoglobin adalah salah satu pemeriksaan yang paling
dibutuhkan untuk diagnosa suatu penyakit. Ada beberapa cara yang digunakan
untuk menentukan kadar Hemoglobin antara lain metode Tallquist, metode Sahli.
metode Kuper Sulfat. metode Cyanmet. Diantara beberapa metode tersebut yang
paling teliti dan mempunyai nilai kesalahan paling kecil adalah metode Cyanmet
yaitu sekitar 2%. (Gandasoebrata. 2009).
Kadar hemoglobin dapat diketahui dengan pemeriksaan darah baik
menggunakan darah vena dan darah kapiler. Seperti di rumah sakit, untuk
pemeriksaan darah biasanya menggunakan darah vena karena biasanya pasien di
rumah sakit tidak hanya melakukan satu jenis pemeriksaan dan diperlukan darah
yang cukup banyak. Sedangkan untuk di puskesmas biasanya pasien hanya
melakukan satu jenis pemeriksaan darah yang hanya memerlukan beberapa tetes
darah untuk pemeriksaannya. Oleh sebab itu pemeriksaan darah di puskesmas
biasanya menggunakan darah kapiler. Oleh karena itu saya tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Hasil Pemeriksaan
Kadar Hemoglobin Darah Kapiler Dengan Vena Menggunakan
Metode Cyanment .

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan kadar Hemoglobin yang menggunakan darah vena dengan
darah kapiler yang diperiksa menggunakan metode Cyanmet ?

1.3 Tujuan Penelitian


a.

Untuk mengetahui kadar Hemoglobin darah vena mengunakan metode


Cyanmet.

b.

Untuk mengetahui kadar Hemoglobin darah kapiler menggunakan metode


Cyanmet.

c.

Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar Hemoglobin darah


vena dengan darah kapiler menggunakan metode Cyanmet.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai sarana aplikasi teori yang diperoleh selama menempuh
perkuliahan di Prodi Analis Kesehatan STIKES Wira Medika Bali.
Merupakan bahan pengkayaan kajian tentang perbedaan kadar hemoglobin pada
darah vena dengan kapiler menggunakan metode Cyanmet.

4
2. Bagi institusi
Diharapkan dapat menambah perbendaharaan Karya Tulis llmiah tentang
perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin yang menggunakan darah kapiler
dengan darah vena metode Cyanmet.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Darah
Darah ialah sejenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel darah
yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Darah berperan
sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di badan.
Sel darah merah yang matang sangat mudah dikenali disebabkan oleh
morfologinya yang unik. Pada keadaan normal, bentuk sel darah merah adalah
dwicekung dengan diameter rata 8um, ketebalan 2um dan volumenya sekitar
90fL. Ia tidak mempunyai nucleus atau mitokondria, dan 33% daripada
kandungannya terdiri dari pada protein tunggal yaitu hemoglobin. Tanpa nucleus
dan jalur metabolik protein, sel ini memiliki masa hidup yang cukup singkat yaitu
selama 100-120 hari. Tetapi, struktur sel darah merah matang yang unik ini
memberikan daya lenturan yang maksimal saat sel ini melewati pembuluh darah
yang sempit (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
Hampir kesemua kebutuhan tenaga intraselular didapat lewat metabolisme
glukosa, yang bertujuan untuk mengekalkan hemoglobin dalam kondisi larut dan
reduksi, menyediakan sejumlah 2,3 diphospoglycerat (2,3DPG) yang mencukupi
dan untuk menghasilkan adenosine triphosphate (ATP) bagi mempertahankan
fungsi membran (Hillman,Ault dan Rinder, 2005).

Gambar 1 Hemoglobin

2.1.1 Komposisi Darah


Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya.
Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai media yang
memfasilitasi sejumlah factor yang tak terdispensasi dalam pembentukan darah.
Satu millimeter kubik darah manusia mengandung sekitar 5 juta corpuscle
berwarna merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang
disebut trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan substansi organik
terlarut (Soewolo, 2005 : 244 ).
2.1.2 Macam- Macam Sel Darah
Terdiri atas campuran dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit), dan keping darah pembeku (trombosit) yang tergabung dalam Plasma.
Plasma mengandung bermacam - macam protein, zat kimia, faktor - faktor
pembekuan, dan kaya dengan zat metabolik.

7
1. Sel darah merah (eritrosit)
Sel - sel darah merah di bawah mikroskop tampak sebagai cakram bikonkaf.
Mereka amat kecil, dengan diameter sekitar 7,2 mikron. Terdapat sekitar lima
juta sel -sel ini dalam tiap milimeter kubik darah. Terbentuk di sumsum
tulang, dan jika telah matang, masuk ke dalam aliran darah, dengan masa
hidupnya sekitar 120 hari. Kemudian mereka akan pecah, lalu dengan sel - sel
tertentu diangkut ke sistem retikuloendoteiial. Sel - sel pengangkut tersebut
amatlah khas perannya, serta tersebar luas di seluruh tubuh. Mereka sebagian
besar berada di dalam sumsum tulang, hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Sel darah merah sebagian besar mengandung zat yaitu hemoglobin, fungsi
utamanya ialah membawa oksigen menuju jaringan tubuh.
2. Sel darah putih (leukosit)
Lekosit ialah kelompok sel-sel berinti, berinti antara lain granulosit, limfosit
dan monosit. Terdapat tiga macam granulosit, netrofil, eosinofil dan basofil.
Dalam keadaan normal, granulosit hanya berasal dari sum-sum tulang.
Sejumlah kecil limfosit dibentuk di sum-sum tulang, akan tetapi sebagian
besar berasal dari jaringan limfe dan thymik Belum jelas benar letak tempat
pembentukan

monosit,

kemungkinan

berasal

di

suatu

jaringan

retikuloendotelial, khususnya di limpa.


Jumlah normal lekosit yang beredar dalam darah, jauh lebih sedikit daripada
jumlah sel darah merah. Pada orang dewasa sehat, terdapat antara 4000 11000 lekosit per milimeter kubik darah.
Tidak seperti pada sel darah merah, lekosit adalah sel-sel yang berinti, dan
masa hidupnya lebih pendek. Granulosit hidup sekitar tiga sampai lima hari

8
saja. Sedangkan masa-hidup limfosit tidak begitu jelas, mungkin sekitar
beberapa hari hingga bertahun-tahun.
Peran utama granulosit ialah melawan penyakit. Sedangkan limfosit berperan
teramat penting dalam pembuatan antibodi untuk melawan antigen asing, dan
melawan infeksi virus. Monosit seringkali dianggap sebagai sel-sel
pembersih, sebab mereka mencernakan bakteri dan berbagai benda-asing.
Proses ini disebut fagositosis.
3. Keping Darah Pembeku (Trombosit)
Keping darah pembeku amatlah kecil daripada sel darah merah maupun sel
darah putih serta jumlahnya sekitar 150000 hingga 500000 per milimeter
kubik darah orang dewasa. Berperan penting dalam mekanisme pembekuan
darah. Peranannya antara lain melepaskan zat di tempat cidera atau luka, dan
bersama dengan perbagai faktor pembekuan lainnya dalam plasma akan
membentuk

anyaman protein yang kuat (fibrin). Selanjutnya, bentuk

anyaman fibrin tersebut dapat menangkap sel darah merah sampai terbentuk
bekuan yang menghentikan perdarahan lebih lanjut. Jika disimpan dengan
baik, keping darah pembeku dapat disimpan selama sekitar lima hari.
2.1.3 Pembekuan Darah
1. Serum dan Plasma Darah
Dalam keadaan normal, bila darah diambil dengan spuit yang kering, lalu
dimasukkan ke dalam tabung, maka bekuan darah akan terbentuk berupa
benda setengah padat yang berasal dari sel-sel darah. Cairan yang berada
disekitar benda setengah padat itu disebut serum. Akan tetapi jikalau darah
dikumpulkan ke dalam tabung yang berisi suatu antikoagulan, yaitu suatu zat

9
yang mencegah bekuan, maka terbentuk endapan sel-sel yang tidak membeku
di dasar tabung. Cairan yang berada di sekitar sel - sel yang tidak membeku
dinamakan plasma.
2. Mekanisme pembekuan
Proses lengkap dari pembekuan darah adalah suatu prosedur yang teramat
rumit, sehingga sebenarnya diluar pembahasan modul kita ini. Secara
ringkasnya terbagi atas jalur intrinsik (kontak permukaan), dan jalur ekstrinsik
(cedera jaringan). Akan tetapi untuk mudahnya, setiap kerusakan atau cedera
terhadap pembuluh darah akan mencetuskan jalur pembekuan atau rentetan
proses yang akan merubah fibrinogen yang mudah larut menjadi fibrin,
sehingga terbentuklah bekuan yang mantap untuk mencegah perdarahan
berlangsung.

2.2 Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi
yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Hemoglobin terbentuk dari molekul yang berisi besi (disebut heme) yang
berikatan dengan rantai polipeptida (disebut globin). Hemoglobin adalah cairan
kemerahan didalam sel darah merah. Zat ini mempunyai kemampuan bolak-balik
mengikat oksigen dan karbon dioksida. Peran utamanya adalah sebagai
pengangkut oksigen menuju ke semua jaringan, sehingga tubuh mendapat daya
dan panas yang diperlukannya. Oksigen diperoleh dari paru, lalu dipompakan

10
jantung ke seluruh jaringan tubuh. Setelah terpakai,oksigen dalam sel darah merah
digantikan oleh karbon dioksida, selanjutnya dibawa kembali ke paru. Disini ia
dilepaskan, dan diganti dengan oksigen yang baru, yang siap diedarkan lagi pada
sirkulasi berikutnya.
Kadar hemoglobin dinyatakan dalam gram hemoglobin per desiliter darah.
Para pria memiliki kadar rata-rata sedikit lebih tinggi dari para wanita: rata-rata
pria antara 13,5-17,0 g/dl, dan rata-rata wanita antara 12,0 - 16 g/dl.
Kadar hemoglobin dapat diukur dalam berbagai cara. Kadarnya dapat
ditaksir secara tidak langsung (bukan diukur), yaitu dengan membandingkan
berat-jenis zat ini dengan berat-jenis tembaga-sulfat yang telah diketahui
sebelumnya.
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan
mesin otomatis. Selain mengukur hemoglobin, mesin ini juga dapat mengukur
beberapa komponen darah yang lain.
Mesin pengukur akan memecah hemoglobin menjadi sebuah larutan.
Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan dari zat lain dengan
menggunakan zat kimia yang bernama sianida. Selanjutnya dengan penyinaran
khusus, kadar hemoglobin diukur berdasarkan nilai sinar yang berhasil diserap
oleh hemoglobin.
2.2.1 Kadar normal hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya
gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :

11
-

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl

Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl

Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl

Anak anak : 11-13 gram/dl

Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl

Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl

Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl

Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Nilai diatas dapat berbeda pada masing masing laboratorium namun tidak
akan terlalu jauh dari nilai diatas. Ada pula laboratorium yang tidak membedakan
antara lelaki atau perempuan dewasa dengan lelaki atau perempuan tua.
Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin sebagai istilah
generic untuk protein globular. Pembentukan hemoglobin terjadi di normoblast
dimana 4 gugus heme di gabungkan ke dalam 1 molekul globin. Hemoglobin
adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan hemc (berisi zat besi) dan 4 rantai
globin, berada didalam eritrosit dan berfungsi untuk mengangkut O2. Kualitas
darah dan warna darah ditentukan oleh kadar hemoglobin (Sutedja, 2006).
Ada beberapa cara yang dapat di gunakan untuk menentukan kadar
Hemoglobin, antara lain Tallquis,cara Sahli, Kuper sulfat, cara Cyanmet, Diantara
beberapa metode tersebut yang paling teliti dan mempunyai nilai kesalahan paling
kecil adalah metode Cyanmet, yaitu sekitar 2%.Penelitian metode yang tepat juga
harus pula di ikuti dengan SOP, Hal ini berkaitan dengan pemantapan mutu
laboratorium. Khususnya pemantapan mutu internal yang meliputi pra-analitik,
analitik, dan pasca-analitik (Good Laboratory Practise,2001).

12
Namun demikian,di tingkat Puskesmas metode seringkali tidak bisa di
kerjakan karena terbentur anggaran pembelian reagen yang dirasa cukup mahal.
Sering kali seorang Analis mengganti prosedur yang semestinya, yaitu
menggunkan setengah volume dari seharusnya yang di kerjakan untuk menghemat
reagen.
Adapun juga pemeriksaan dengan penentuan kadar hemoglobin dengan
metode fotometer mengukur intensitas atau penyerapan sinar dan intaraksi sinar
yang mempunyai panjang gelombang dan jumlah zat yang di lewati. Fotometer
merupakan peralatan dasar dilaboratorium klinik untuk mengukur intensitas atau
kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium klinik menggunakan
alat ini karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan didalam cairan tubuh
seperti serum atau plasma. Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan
sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan
larutan atau zat warna yang dilewatinya (anonim,2003)
2.2.2 Macam-macam Hemoglobin
Pada manusia telah di kenal 14 macam hemoglobin dengan bantuan
elektroforesis. Hemoglobin diberi nama dengan tombol alfabetik misainya Hb A,
Hb C, Hb D, Hb E, Hb F, hb G, Hb 1, Hb M, Hb S. Kadang-kadang hemoglobin
di beri nama tempat di temukannya. Jenis hemoglobin menurut nama orang yang
menemukan misalnya: Hb New York, Hb Sidney, Hb Bad, Hb Gower.
Hemoglobin mulai diproduksi pada usia 5-6 bulan kehidupan intra uterin
janin, pada usia 6 bulan post natal konsentrasi Hb A mencapai 99% hemoglobin
terdiri dari 2 rantai dan . Hb F (fetus janin) mulai ditemukan dalam darah pada
minggu ke 20 usai kehamilan. Pada bayi yang baru lahir masih dapat dijumpai 55-

13
85% Hb F dan sebelum usia 2 tahun jumlah Hb F tinggal sedikit di gantikan oleh
Hb A. Karena sifatnya resisten terhadap alkali, Hb F ini masih mudah di pisahkan
(Anonim, 2001).
2.2.3 Struktur Hemoglobin
Struktur molekul heme, molekul hemoglobin pada manusia terdapat 4 sub unit
protein berbentuk globul. Oleh karena itu 1 unit dapat membawa 1 molekul 0 2,
maka secara efektifnya setiap molekul hemoglobin dapat membawa 4 molekul 02,
setiap unit pula tediri dari 1 rantai polipeptida yang mengikat kuat molekul lain,
struktur heme terdiri dari I molekul protein berbentuk cincin yang di namakan
porphyrin dan I atom besi yang terletak di tengah. Hemoglobin dalam keadaan
normal membawa ion di oksidasikan kepada Fe3+. Struktur hemoglobin dapat
dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1. Struktur Hemoglobin


Sumber : Hofbrand, 1989
2.2.4 Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Hemoglobin.
Penetapan kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara
yang banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara fotoelektrik dan
kalorimetrik visual. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam gr/dl darah. Pada pria
memiliki rata-rata sedikit lebih tinggi dari pada wanita. Kadar hemoglobin dapat
diukur dengan menggunakan dua cara terbaik ialah dengan teknik kalorimetri atau
fotometri (Anonim, 2004).

14
2.2.5 Sistem Peredaran Darah Pada manusia
Ada dua jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung,
yaitu: (1) energi kinetik yang menyebabkan

darah mengalir dan (2) energi

potensial yang tersimpan dalam pembuluh darah dan

menimbulkan tekanan

darah. Selain itu, aliran darah juga dipengaruhi oleh viskositas darah. Bila
viskositas darah meningkat maka aliran darah akan melambat.Kontrol terhadap
jantung, didasarkan pada dua mekanisme, yakni adrenergik dan cholinergik.
Adrenergik

merangsang

jantung

berkontraksi,

sedangkan

cholinergik

menyebabakan relaksasi. Kedua proses yang saling bertentangan ini menyebabkan


jantung dapat memompa darah dan mengisinya kembali.
Darah dipompa keluar selama kontraksi ventrikel (systole) dan diikuti oleh
periode relaksasi dan pengisian kembali (diastole) ( Sukiya, 2005 : 14-15 ).
Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar pada tubuh. Dari sini darah di
suplai ke kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencernaan melalui
pembuluh kapiler. Ada tiga rute pengembalian jantung, yakni pertama, dari otak,
darah kembali ke jantung melalui vena cardinal anterior yang berhubungan
dengan vena cardinal anterior yang berhubungan dengan vena cardinal umum. Di
sini, juga bertemu darah dari vena cava posterior, yakni darah dari vena caudal
yang telah melalui sistem renal portal. Kedua, dari organ visceral, darah kembali
ke jantung melalui vena hepatik. Darah dikembalikan ke jantung melalui vena
branchial ( Sukiya, 2005 : 14).

15
2.3 Pembuluh Darah
a. Arteri (nadi)
1) Anatomi
Arteri yang terbesar adalah: Aorta dan Arteri Pulmonalis. Arteri bercabang
menjadi arteriola (arteri kecil). Dindingnya: berdiameter 1-3 cm, kuat,
tebal, elastis dan tidak berkatup.
Lapisan dindingnya terdiri dari:
- Tunika intima/interna, yang disusun dari jaringan endotel
- Tunika media, yang dibentuk oleh otot polos
- Tunika eksterna/adventisia, trsusun dari jaringan ikat yang gembur
Arteri dapat berkontriksi dan berdilatasi karena sistem syaraf otonom
(SSO) yang disebut vasomotor, yang terdiri dari vasodilator dan
vasokonstriktor.
2) Fisiologi
Arteri berfungsi membawa darah yang berisi banyak O2 dari Jantung
untuk disalurkan ke seluruh jaringan tubuh. Di dalam darah arteri terdapat
set darah merah yang tersusun dari hemoglobin. Hemoglobin (Hb) ini
berfungsi sebagai kendaraan untuk membawa Oksigen ke seluruh jaringan
tubuh.
b. Vena (pembuluh darah balik)
1) Anatomi
Vena yang terbesar adalah Vena Cava dan Vena Pulmonalis. Vena
bercabang menjadi venolus (vena kecil). Vena mempunyai dinding tipis,
tak elastis, berkatup. Fungsi katup untuk mencegah darah kembali.

16
2) Fisiologi
Vena berfungsi membawa darah yang berisi CO2

ke Jantung. Kapiler

(pembuluh rambut)
1) Anatomi
Merupakan penghubung antara arteri dan vena. Kapiler ini sangat halus,
diameternya 0,0008 mm, terdiri dari 1 lapis endotel.
Bagian tubuh yang tidak memiliki kapiler adalah: rambut, kuku dan tulang
rawan.
2) Fisiologi
Kapiler berfungsi:
Sebagai penghubung Arteri dan Vena tempat pertukaran zat-zat antara
Darah dan Cairan jaringan mengambil hasil-hasil dari Kelenjar menyerap
zat-zat makanan di Usus menyaring darah di Ginjal

2.4 Macam macam cara penentuan Kadar Hemoglobin


Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Ada beberapa
cara atau metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar hemoglobin
antara lain :
1. Cara Tallquist
Cara ini menentukan kadar hemoglobin tidak teliti, kesalahannya antara
25-50%. Kita hanya mendapat kesan hemoglobin saja. Kecuali bila tidak ada
Hemoglobinimeter baru dapat dipakai. Sebagai dasar diambil adalah 100% = 15.8
gram Hb per 100 ml darah. Tallquist menggunakan skala warna dalam suatu buku

17
mulai dari merah muda (10%). Ada sepuluh macam skala warna dan tiap skalanya
naik 10%. Dilengah-tengahnya ada lowong tempat dimana darah dibandingkan
secara langsung. (http//digilib.ui.ac.id)
2. Metode Sahli
Prinsip pemeriksaan Hb cara Sahli adalah Hemoglobin oleh HC1 0,1 N
diubah menjadi asam hematin. Kemudian diencerkan dengan aquadest sampai
warnanya sama dengan warna standarhemometer. Kadar Hb dibaca pada tabung
Sahli. Walaupun cara ini tidak tepat 100% namun masih banyak digunakan
terutama di puskesmas-puskesmas yang belum memiliki fotometer. Angka
kesalahannya sekitar 10%. Kelemahan cara ini adalah berdasarkan kenyataan
bahvva

hematin-asam

bukanlah

merupakan

larutan

sejati

dan

alat

hemoglobinometer itu sukar ditera atau distandarkan. Selain itu, tidak semua
macam

hemoglobin

dapat

diubah

menjadi

hematin.

misalnya:

karboxyhemoglobin, methemoglohin, sulfhemoglobin. (Gandasoebrata R, 2009)


3. Metode Kupersulf
Cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor
yang diperlukan untuk tranfusi darah. Kita tidak mendapat kadar hemoglobin
dengan tepat. tetapi hanya kesan-kesan saja. Untuk pemeriksaan klinik tidak dapat
digunakan. Hasil dari metode ini adalah persen Hb.
4. Metode Photo-elektrik Kolorimeter
Dengan cara ini kita mendapatkan kadar hemoglobin lebih teliti dari
metode Sahli. Kesalahan hanya berkisar kira-kira 2%. Cara penetapan kadar
hemoglobin dengan Photo-elektrik Kolorimeter antara lain :

18
a.

Metode Cyanmet
Metode ini pada dasarnya mengubah hemoglobin dalam darah menjadi

sianmethemoglobin dalam larutan yang berisi kalium ferri sianida dan kalium
sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm. Larutan
drabkins yang dipakai mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin,
dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin sedangkan sulfhemoglobin
tidak berubah dan arena itu tidak ikut diukur. Cara ini sangat baik untuk penetapan
kadar hemoglobin dengan teliti karena standar Cyanmet bersifat stabil. Ketelitian
cara ini dapat mencapai 2%.
Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara
Cyanmet hanya boleh menyebut satu angka di belakang tanda desimal.
melaporkan dim digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan
yang dapat dicapai dengan metode ini. (Gandasoebrata. R. 2009).
b.

Metode Oxyhemoglobin
Cara ini lebih singkat dan sederhana. Kelemahan cara ini tidak ada larutan

standar Oxyhemoglobin yang stabil sehingga fotokolorimeter sulit ditera. Karena


tidak ada larutan standar Oxvhemoglobin yang stabil, maka untuk menera
fotokolorimeter dapat dipakai nilai hematokrit. Kadar Hb seseorang yang sehat
dihitung dengan gram% sama dengan nilai hematokritnya. (Pranoto H.2002)
c. Metode Alkali
Metode ini sebenarnya menetapkan hemoglobin carboxyhemoglobin.
methemoglobin. atau sulfliemoglobin. Cara ini kurang teliti bila dibandingkan
dengan cara Cymethemoglobin dan Oxyhemoglobin. (Pranoto H 2002).

19
Penentuan

nilai

hemoglobin

tergantung

pada

kemampuan

untuk

mengabsorbsi cahaya pada ratio kuning hijau yang merupakan spectrum sinar
tampak. Darah diencerkan dengan menggunakan larutan yang mengandung
kalium sianida dan kalium ferisianida yang akan mengubah semua jenis
hemoglobin. Dalam pemeriksaan kadar hemoglobin metode Cyanmet digunakan
photometer Analyzer dengan menggunakan larutan Drabkin (Anonim, 2001).

2.5 Kesalahan kesalahan lazim dalam cara pengambilan darah


Susunan darah yang di ambil untuk pemeriksaan hemoglobin khususnya
dapat berubah oleh karena tindakan yang salah pada waktu pengambilan darah.
Pada pengambilan darah kapiler kesalahan yang sering terjadi yaitu tempat
pengambilan darah yang terdapat gangguan peredaran darah seperti vasokonstriksi
(pucat), tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras, kulit
yang ditusuk masih basah karena alcohol, tetesan darah pertama digunakan untuk
pemeriksaan dan terjadi bekuan dalam tetesan darah karena lambat bekerja.
(Gandasoebrata. 2009).
Pada pengambilan darah vena kesalahan yang sering terjadi yaitu
mengcnakan ikatan pembendung terlalu lama dan terlalu keras akibatnya terjadi
hemokonsentrasi. terjadi bekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja.
terjadinya bekuan dalam botol karena tidak dicampur semestinya dengan
antikoagulan. (Gandasoebrata, 2009).
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang lazim terjadi maka
diperlukan ketelitian dalam pengambilan darah.

20
2.6 Penyimpanan Spesimen Darah
Umumnya untuk pemeriksaan hematologi yang rutin dilakukan, darah
tidak banyak mengalami pengolahan terlebih dahulu. Yang diperlukan biasanya
cukup darah yang ditambah dengan antikoagulan. Sebaiknya seluruh pemeriksaan
dikerjakan secepatnya dan jangan ditunda. Dalam keadaan dimana harus
dilakukan penundaan pemeriksaan, harus diperhatikan batas vvaktu penundaan
yang masih diperbolehkan. (http//digilib.unimus.ac.id)

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di laksanakan di Laboratorium D3 Analis Kesehatan
STIKES Wira Medika Bali, Jalan Gatot Subroto Timur-Denpasar.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 01-05 Maret 2013

3.2 Jenis penelitian


Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif eksperimental dengan
menggunakan data primer yang ditunjang dari studi pustaka dan juga
penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Sampel
a. Populasi penelitian adalah mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKES
Wira Medika Bali yang diambil secara acak.
b. Pada penelitian ini yaitu darah vena (fossa mediana cubitti) diambil
sebanyak 30 sampel
c. Pada penelitian ini yaitu darah kapiler diambil sebanyak 30 sampel

21

22
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Kadar hemoglobin darah Vena dengan darah Kapiler
3.4.2 Definisi Operasional
-

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan besi (Fe) yang


dinamakan konjugeted protein dengan rangka prtoporphyrin dan
globin menyebabkan warna darah merah.

Kadar hemoglobin adalah jumlah hemoglobin yang terdapat dalam


darah

Kadar Hemoglobin adalah jumlah kadar protein yang mengangkut


oksigen kedalam darah dalam satuan gr/dl.

Pembuluh vena adalah pembuluh darah sang datang menuju serambi


jantung yang bersifat tipis dan elastis.

Pembuluh kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari


pembuluh arteri.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel


Hari pertama sampel diambil sebanyak 10 orang mahasiswa D3
Analis Kesehatan STIKES Wira Medika Bali. Pada hari kedua sampel
diambil sebanyak 10 orang mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKES Wira
Medika Bali. Pada hari ketiga sampel diambil sebanyak 10 orang
mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKES Wira Medika Bali.

23
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan darah vena
- Pasang tourniquet pada lengan atas lalu beritahu pasien agar mengepal
dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat.
- Bersihkan tempat yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai kering.
- Pegangkan kulit diatas vena tersebut dengan jari-jari tangan kiri
supaya vena tidak dapat bergerak.
- Tusuk jarum spuit sampai ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.
- Lepaskan tourniquet dan perlahan-lahan tarik penghisap spuit sampai
jumlah darah yang dikehendaki didapat.
- Taruh kapas diatas jarum dan cabut spuit.
b. Pengambilan darah kapiler.
- Bersihkan tempat yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70% dan
biarkan sampai kering.
- Pijat perlahan pada bagian yang akan ditusuk.
- Pegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
- Tusuk dengan cepat memakai lancet steril.
- Buang tetesan darah yang pertama keluar dengan memakai kapas
kering.
- Tetesan darah berikutnya diambil untuk dipakai sebagai bahan
pemeriksaan.

24
Prosedur Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Cara Metode Cyarment
- Menyiapkan photometer dan memprogram alat sesuai dengan
parameter yang akan digunakan.
- Menyiapkan tabung reaksi sesuai jumlah sampel.
- Masukan 5.0 ml reagen drabkin's ke dalam tabung reaksi.
- Hisap darah menggunakan clinipet sebanyak 20ul dan masukan ke
dalam tabung yang telah berisi reagen drabkin's lalu di campur.
- Inkubasi selama 5 menit dalam suhu ruangan
- Baca dalam photometer dengan panjang gelombang 540 nm. Sebagai
blanko gunakan larutan drabkin's.
- Catat hasil pemeriksaan.

3.5 Instrumen Penelitian


3.5.1 Metode :
Cyanmet Fotometer Analyzer
3.5.2 Prinsip :
Ferri cyanide dalam larutan drabkin's mengubah besi hemoglobin dari
bentuk ferro menjadi Cyanmet yang berwarna stabil. Intensitas warna
diukur pada fotometer panjang gelombang 540 nm, maka OD
(Optical Density) larutan seimbang dengan konsentrasi hemoglobin.
Hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferri cyanide menjadi methemoglobin
kemudian bereaksi dengan KCN menjadi cyanmethemogobin.

25
3.5.3 Alat :
-

Photometer Analyzer

Tabung dengan anti koagulan EDTA

Spuit

Tourniquet

Fabling reaksi

Rak tabung

Clinipet (Autoclick)

Yellow tip

Blue tip

3.5.4 Bahan :
- Kapas alkohol
- Reagen drabkin's
3.5.5 Sampel :
Darah
3.5.6 Nilai normal:
Kadar hemoglobin normal bervariasi tergantimg jenis kelamin, umur dan
geografi.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :
-

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl

Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl

Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl

Anak anak : 11-13 gram/dl

Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl

26
-

Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl

Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl

Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

3.6 Pengumpulan data


Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang ditunjang
dari studi pustaka dan juga data eksperimental yaitu berdasarkan hasil
pemeriksaan kadar hemoglobin pada darah kapiler dengan vena yang diperiksa
dengan menggunakan metode Cyanmet.

3.7 Analisa data


Data diambil dan dikumpulkan selanjutnya untuk membedakan hasil dari
kedua variabel. kemudian hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Beda


Uji beda dilakukan dengan dua alternatif metode yaitu uji statistik
parametrik atau uji statistik non-parametrik. Penentuan pemakaian
metode uji dilakukan berdasarkan hasil uji normalitas ( KolmogorovSmirnov Test). Bila hasil uji menunjukkan data terdistribusi normal maka
digunakan uji statistik parametrik.
1) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data uji mempunyai
distribusi normal atau tidak. Data uji yang baik adalah yang memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan
adalah dengan menggunakan statistik Kolgomorov-Smirnov. Alat uji
ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam program SPSS
15.00 For Windows. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah
dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat
dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan
berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2006: 115).
2) Uji beda
(1) Uji statistik parametrik
Uji

statistik

parametrik

adalah

suatu

uji

yang

modelnya

menetapkan syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang


menjadi sampel penelitiannya. Syarat-syarat tersebut biasanya
tidak dilakukan pengujian terlebih dahulu dan sudah dianggap

28
memenuhi syarat. Seberapa jauh makna hasil uji parametrik
tersebut tergantung pada validitas anggapan-anggapan tadi. Uji
parametrik juga menuntut bahwa nilai-nilai yang dianalisis
merupakan hasil dari suatu pengukuran minimal dengan skala
interval (Sulaiman, 2002: 1).
Uji parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
beda t berpasangan (paired sample t-test). Uji beda t-test
digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali, 2006:
55-56). Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan
perbedaan rata-rata dua sampel atau rumusnya dapat ditulis
sebagai berikut:
t

Rata - rata sampel pertama - rata - rata sampel kedua


.... (1)
standar error perbedaan rata - rata kedua sampel

Tahapan analisisnya adalah sebagai berikut.


a) Rumusan hipotesis
H0

: tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata


sampel pertama dengan rata-rata sampel kedua.

Hi

: terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata sampel


pertama dengan rata-rata sampel kedua.

29
b) Dasar pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan nilai
probabilitas yang dihasilkan model uji dengan nilai tingkat
kepercayaan ( = 0,05) yang digunakan dalam penelitian ini.
H0 diterima jika probabilitas (p value) = 0,05
H0 ditolak jika probabilitas (p value) < = 0,05
(2) Uji statistik non-parametrik
Uji statistik non-parametrik adalah uji yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi.
Anggapan-anggapan tertentu dikaitkan dengan sejumlah besar testes

non-parametrik,

yakni

bahwa

observasi-observasinya

independen dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya


memiliki kontinuitas. Sebagian besar tes non-parametrik dapat
diterapkan untuk data dalam skala ordinal dan beberapa yang lain
juga dapat diterapkan untuk data dalam skala nominal (Sulaiman,
2002: 1).
Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Willcoxon.

Uji

Willcoxon

adalah

uji

non

parametrik

yang

didasarkan atas dasar ranking dan uji ini akan sangat bermanfaat
kalau data yang digunakan adalah data yang berskala ordinal.
Menurut Wahid Sulaiman (2002: 79), uji Willcoxon digunakan
untuk mengisi signifikansi hipotesis komparatif 2 (dua) sampel
independen yang berukuran sama dan datanya berbentuk ordinal.

30
Uji ini paling sering digunakan oleh peneliti ketika ingin
menghindari asumsi-asumsi dari statistik uji-t (misalnya data
sampel mengikuti distribusi normal). Tahapan analisisnya adalah
sebagai berikut.
a) Rumusan hipotesis
H 0 : tidak

terdapat

perbedaan

signifikan

antara

rata-rata

sampel pertama dengan rata-rata sampel kedua.


H i : terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata sampel
pertama dengan rata-rata sampel kedua.
b) Dasar pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan perbandingan antara nilai
Asymp. Sig. dengan tingkat signifikansi (alpha = 0,05) yang
digunakan dalam penelitian ini. Perbandingan tersebut adalah
sebagai berikut.
Jika : Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H 0 ditolak
Jika : Asymp. Sig. (2-tailed) 0,05 maka H 0 diterima.

4.2 Hasil Penelitian


Data hasil penelitian kadar hemoglobin pada darah vena dengan kapiler dengan
metode cyament disajikan pada tabel 1. Data yang diperoleh selanjutnya di
analisis menggunakan analisis deksriptif. Untuk menentukan persentase
perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada sample darah baik
menggunakan darah vena dengan darah kapiler yang diperiksa menggunakan
metode cyanment dibandingkan dengan kadar normal hemoglogin dalam satuan
gr/dl. Selanjutnya hasil analisa yang di dapat dari kadar hemoglobin darah vena.

31

Tabel 1
Hasil Penelitian Sampel Darah Vena Sejumlah 30, Dengan Satuan gr/dl
Hasil Hb darah vena
1
2
Rata-rata
1
19 tahun
13.82 13.82
13.82
2
19 tahun
12.00 13.05
12.53
3
19 tahun
14.00 15.17
14.59
4
19 tahun
13.12 13.67
13.40
5
19 tahun
15.00 15.80
15.40
6
20 tahun
12.30 12.30
12.30
7
20 tahun
10.15 11.15
10.65
8
21 tahun
12.00 14.00
13.00
9
19 tahun
10.36 12.36
11.36
10
19 tahun
11.61 10.61
11.11
11
19 tahun
11.20 12.20
11.70
12
20 tahun
13.00 11.00
12.00
13
20 tahun
9.10 10.10
9.60
14
21 tahun
12.00 12.00
12.00
15
22 tahun
12.48 12.48
12.48
16
21 tahun
13.51 13.51
13.51
17
21 tahun
15.08 15.08
15.08
18
20 tahun
13.32 13.32
13.32
19
19 tahun
12.45 12.45
12.45
20
19 tahun
14.18 14.18
14.18
21
19 tahun
13.46 13.46
13.46
22
19 tahun
12.95 12.95
12.95
23
20 tahun
14.86 14.86
14.86
24
20 tahun
15.86 15.86
15.86
25
21 tahun
13.93 13.93
13.93
26
22 tahun
10.61 10.61
10.61
27
21 tahun
14.60 14.60
14.60
28
21 tahun
14.50 14.50
14.50
29
20 tahun
13.93 13.93
13.93
30
21 tahun
10.98 10.98
10.98
Rata-Rata Total
12.879 13.131
13.005
Selanjutnya hasil analisa yang di dapat dari kadar hemoglobin darah kapiler.
No

Umur

Jenis Kelamin
L
P

32
Tabel 2
Hasil Penelitian Sampel Darah Kapiler Sejumlah 30, Dengan Satuan gr/dl
Hasil Hb darah kapiler
1
2
Rata-rata
1
19 tahun
8.93
8.93
8.93
2
19 tahun
11.98 11.58
11.78
3
19 tahun
13.00 13.50
13.25
4
19 tahun
10.12 10.68
10.40
5
19 tahun
15.09 15.89
15.49
6
20 tahun
11.50 11.50
11.50
7
20 tahun
10.00 10.00
10.00
8
21 tahun
12.00 12.00
12.00
9
19 tahun
12.68 12.68
12.68
10
19 tahun
10.43 12.43
11.43
11
19 tahun
11.19 12.19
11.69
12
20 tahun
11.53 12.53
12.03
13
20 tahun
12.89 13.89
13.39
14
21 tahun
12.00 12.00
12.00
15
22 tahun
12.45 12.45
12.45
16
21 tahun
14.49 14.49
14.49
17
21 tahun
13.04 13.04
13.04
18
20 tahun
12.79 13.79
13.29
19
19 tahun
12.00 14.00
13.00
20
19 tahun
12.98 13.98
13.48
21
19 tahun
12.07 13.07
12.57
22
19 tahun
12.84 14.84
13.84
23
20 tahun
13.80 13.80
13.80
24
20 tahun
13.32 13.32
13.32
25
21 tahun
11.93 11.93
11.93
26
22 tahun
12.88 12.88
12.88
27
21 tahun
12.15 12.15
12.15
28
21 tahun
10.00 10.00
10.00
29
20 tahun
13.18 13.18
13.18
30
21 tahun
10.69 10.69
10.69
Rata-Rata Total
12.132 12.580
12.356
Selanjutnya hasil analisa penelitian perbandinagan jumlah kadar hemoglobin rataNo

Umur

Jenis Kelamin
L
P

rata yang di dapat dari kadar hemoglobin darah vena dengan darah kapiler

4.3 Pembahasan

33
Berdasarkan hasil data penelitian terhadap kadar hemoglobin pada darah
vena dengan darah kapiler, didapat perbedaan yang tidak bermakna,karena tidak
terdapat selisih relatip yang besar antara jumlah kadar hemoglobin darah vena
dengan darah kapiler (tidak signifikan),Sedangkan,apabila bermakna yaitu
terdapat adanya sesilih relatif besar antara jumlah kadar hemoglobin darah vena
dengan darah kapiler (signifikan)
Rata-rata nilai kadar hemoglobin darah vena dengan darah kapiler
mendapatkan rata-rata pada darah vena 13.005 gr/dl sedangkan pada darah kapiler
didapatkan hasil 12.356 gr/dl dengan hasil uji dapat diuraikan dengan tabel data
statistik dengan uji-T.

34
Uji Normalitas
One-Sam ple Kolm ogorov-Sm irnov Test
Hb darah
Vena
30

Hb darah
Kapiler
30

13,005

12,356

1,572

1,414

Absolute

,079

,090

Positive

,053

,080

Negative

-,079

-,090

Kolmogorov-Smirnov Z

,434

,491

Asymp. Sig. (2-tailed)

,992

,970

N
Normal Parameters a,b

Mean
Std. Deviation

Most Extreme
Differences

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

T-Test
Paired Samples Statistics

Pair 1

Hb darah Vena
Hb darah Kapiler

Mean
13,005

N
30

Std.
Deviation
1,572

12,356

30

1,414

Std.
Error
Mean
,287
,258

Paired Sam ples Correlations


N
Pair 1

Hb darah Vena &


Hb darah Kapiler

Correlation
30

Sig.

,292

,117

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean
Pair 1

Hb darah Vena - Hb
darah Kapiler

,649

Std.
Deviation
1,781

Std.
Error
Mean
,325

95% Confidence
Interval of the
Difference
Low er
-,016

Upper
1,315

t
1,996

df
29

Sig.
(2-tailed)
,055

35
Kadar hemoglobin pada darah vena dengan darah kapiler terjadi perbedaan
yang tidak bermakna. Dapat dilihat dari rata-rata hasil yang diperoleh,
perbandingan kadar hemoglobin pada darah vena dengan darah kapiler
menyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna dan tidak berpengaruh dalam
penegakan diagnose suatu penyakit karena perbedaan tersebut masih berada dalam
batas normal kadar hemoglobin. Faktor yang dapat menimbulkan perbedaan hasil
yang sangat signifikan atau mencolok biasanya disebabkan karena ketidak telitian
dari SDM dalam melakukan proses pemeriksaan.

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang dirumuskan dan hasil penelitian yang diperoleh
maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil data penelitian terhadap kadar hemoglobin pada darah vena
dengan darah kapiler, didapat perbedaan yang tidak bermakna,karena tidak
terdapat selisih relatip yang besar antara jumlah kadar hemoglobin darah vena
dengan darah kapiler (tidak signifikan),Sedangkan,apabila bermakna yaitu
terdapat adanya sesilih relatif besar antara jumlah kadar hemoglobin darah vena
dengan darah kapiler (signifikan)
2.Nilai rata-rata kadar Hemoglobin darah vena ialah 13.005 gr/dl
3.Nilai rata-rata Hemoglobin darah kapiler ialah 12,356 gr/dl
4 .Tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap hasil pemeriksaan dari kadar
hemoglobin pada darah vena dengan darah kapiler dengan menggunakan
metode cyanment.

5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis terkait dengan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah:
1. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna terhadap hasil

pemeriksaan hemoglobin pada darah vena

37
dengan darah kapiler oleh sebab itu darah vena dengan darah kapiler
sama-sama dapat digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin
2. Untuk

penelitian

selanjutnya

diharapkan

dapat

perbandingan dua metode pemeriksaan yang berbeda.

menggunakan

38
DAFTAR PUSTAKA
Sumber ; Modul 1 Pelatihan Cash Program Petugas Teknis Transfusi Darah Bagi
Petugas UTDRS
Chirajani L dan Soedewo F.H. 2000. Tutor Standarisasi Pemeriksaan Hemoglobin.
Lab Patologi Klinik Fk. UNAIR : Surabaya.
Gandoesoebrata R.2000. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta.
Hardjoeno H. dan Fitriani.2007.Substansi dan Cairan Tubuh. LEPHAS : Makasar
Hoffbrand Petit dan Moss. 2005. Kapita Selekta Hematologi 4. EGC : Jakarta.
Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP Undip
http://google.com
http://wikipedia.com
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21754/4 /Chapter%20I.pdf
http://www.blogdokter.net/2008/06/13/hemoglobin/
Lilik
Setyaningsih
http://digilib.unimus.ac.id/2008/12/01/perbedaan-kadarhemoglobin-dengan-metode-cymenthemoglobin
Mehta dan Hoffbrand. 2005. At a Glance Hematologi. Erlangga : Jakarta.
Pearce, E,C.2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pranoto H. 2002. Tutor Hematologi Klinik. Pengukuran Kadar Hemoglobin Darah
secara Kolorimetri.
Sulaiman, Wahid. 2002. Statistik Non-Parametrik, Contoh Kasus
Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

dan

39

PERBANDINGAN
HASIL
PEMERIKSAAN
KADAR
HEMOGLOBIN DARAH KAPILER DENGAN VENA
MENGGUNAKAN METODE CYANMENT

OLEH :
ABDUL KADIR MANAN
10.131.0174

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2013

Anda mungkin juga menyukai