PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang dialami oleh setiap orang dan tidak
dapat
dihindarkan.
Dengan
berhasilnya
pembangunan
nasional,
khususnya
pembangunan kesehatan yang dapat dilihat dengan turunnya angka kematian bayi dan
angka kelahiran serta perbaikan gizi masyarakat, maka sebagai dampak positif adalah
meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir di Indonesia yang berkisar pada umur
70 tahun pada tahun 2000.
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen.
Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun
2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan
menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut
usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun,
pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 :
61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000).
Pada tahun 1990-2025 diperkirakan oleh USA-Bureau of the Census, jumlah
usia lanjut di Indonesia menduduki peringkat pertama (terbesar) sebesar 414%
dengan jumlah 29 juta jiwa. Hal ini semua merupakan gambaran pada seluruh
negara bahwa berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kemajuan
kondisi sosial ekonomi, usia harapan hidup semakin meningkat.
Dibalik keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan dengan
meningkatnya jumlah usia lanjut seperti diuraikan diatas, memberikan dampak
tersendiri terhadap permasalahan kesejahteraan dan kesehatan usia lanjut itu sendiri.
Dimulai dari permasalahan dari perubahan-perubahan yang dialami usia lanjut sampai
1
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN
(1)
(2)
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
(3)
Batasan Lansia
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
B.
TIPE LANSIA
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,2000). Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
(1)
(2)
Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman
(3)
(4)
Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
(5)
Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
Teori Biologi
Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang
telah menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk
membentuk antibody yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu
tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu
melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini
menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.
Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap
pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang
panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel
membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu
membelah lagi.
Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika
lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini
diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan untuk
merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkumgan
yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan hormon tubuh
yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ
tubuh.
(2)
bertambahnya
usia,
seseorang
secara
berangsur-angsur
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun,
baik secara kualitas maupun kuantitas.
(3)
Teori Lingkungan
Exposure theory
Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.
Radiasi theory
Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel
mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
Polution theory
Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia,
yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses
penuaan.
Stress theory
Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah.
Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.
D.
Perubahan Fisik
Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap
sentuhan.
Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan
elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer
7
Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas
silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi,
fungsi absorbsi menurun.
Sistem Genitourinaria.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi
vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron.
8
Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi
dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel
epidermis.
Sistem Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot
mudah kram dan tremor.
Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1. Perubahan fisik.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Hereditas.
5. Lingkungan.
6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8. Kenangan lama tidak berubah.
9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor
waktu.
Perubahan Psikososial
Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan
rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung
panik dan depresif. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan
fisik dan sosioekonomi, pensiunan, kehilangan finansial, pendapatan
berkurang, kehilangan status, teman atau relasI, sadar akan datangnya
kematian, perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit,
ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi, penyakit kronis,
kesepian, pengasingan dari lingkungan social, gangguan syaraf panca
indra,gizi, kehilangan teman dan keluarga, berkurangnya kekuatan fisik.
Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan
biologis, psikologis, sosiologis.
1
Penurunan
mobilitas
usus
menyebabkan
gangguan pada
saluran
10
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi,
kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan
aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun rencana
mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia
atau pikun.
Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaianpenyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain
sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
Kemunduran sosiologi
11
E.
F.
G.
12
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah.
13
H.
14
I.
yang
memperhatikan
kesehatan
obyektif,
kebutuhan,
adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas
dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh
waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah
posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi
terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada
beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.
Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar
mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan
mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau
memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi,
makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera
makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka
sesuai dengan diet yang dianjurkan. Kebersihan perorangan sangat penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa
saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu,
kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi
perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi
kesehatan klien lanjut usia.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus
dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau
secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb.
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada
keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan
dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri
dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya
apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat
sudah dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan
(misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
16
17
factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat
perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan
perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan
perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama
mereka.
J.
KONSEP KEPERAWATAN
(1)
19
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Pada fase akut nyeri mungkin tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi.
Pada nyeri kronis disertai kekakuan sendi terutama pada pagi hari.
g. Keamanan
Gejala : Pada kulit nampak mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.
Lesi kulit, demam ringan menetap, dan kekeringan mukosa dan pada mata.
h. Interaksi sosial
Terjadi peruabahan interaksi sosial dengan keluarga, orang lain, peruabhan
peran, dan isolasi.
i. Pemeriksaan diagnostik
LED umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h).
Protein C-raktif : positif selama masa eksaserbasi.
SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig.M dan IgG mengalami peningkatan.
Sinar X : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi
dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan berkembang menjadi
formasi kista tulang.
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan suhu menjadi panas.
(2)
Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
nutrisi yang tidak adekuat akibat anoreksia
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan
protein
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skleletal, nyeri,
intoleransi aktifitas
d. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
e. Resiko cedera (dislokasi sendi) berhubungan dengan otot hilang
kekuatannya, rasa nyeri sendi
20
(3)
Perencanaan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria :
Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi :
(a) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
(b) Timbang setiap minggu
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
(c) Jelaskan
pentingnya
nutrisi
yang
adekuat
dorongan
individu
untuk
makan
bersama
orang
lain
21
(i) Makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering
R/ Meningkatkan asupan makanan.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan
protein.
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tandatanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri,
merah,gangguan fungsi
Intervensi :
(a) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
(b) Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri
yang kurang sehat
(c) Tingkatkan
kemampuan
asupan
nutris
TKTP
klien
dapat
mobilisasi
dengan
adekuat
pemantauan
tingkat
inflamasi/rasa
sakit
22
(c) Ubah
posisi
dengan
sering
dengan
personal
cukup
lingkungan
yang
nyaman
misal
alat
bantu
R/ menghindari cedera.
d. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks, dapat tidur dan berpartisipasi dalam aktifitas
Intervensi :
(a) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang
mempercepat tanda tanda nyeri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri
(b) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat
ataupun tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi
nyeri
(c) Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres
sendi
R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan kekakuan sendi.
(d) Berikan masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
(e) Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen,
naproksin, piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan.
e. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang
nyaman
Intervensi :
(a) Kaji tingkat kekuatan otot
23
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DI WISMA PANDU DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING
WARDHOYO UNGARAN
(A) PENGKAJIAN
DATA UMUM
1.
Nama Panti
2.
Alamat Panti
3.
Nama Pimpinan
4.
Nama Wisma
5.
Pengasuh Wisma
: Ibu Sudariyah
6.
: 5 Penerima Manfaat
I.
DIMENSI BIOFISIK
Berdasarkan Jenis kelamin, umur dan pendidikan
No.
1
2
3
4
5
Usia
66 tahun
68 tahun
84 tahun
88 tahun
95 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Jawa
Nama
Ny. Ju
Ny. Su
Tn. P
Ny. Ja
Ny. M
: 5 orang
Berdasarkan status gizi
a. Ny. J
BB = 64 kg
TB = 153 cm
25
Pendidikan
Sekolah Dasar
Sekolah Dasar
Tidak sekolah
Tidak sekolah
Sekolah rakyat
IMT = 64
(1,53)2
b. Ny. M
BB : 55 kg
TB : 150 cm
IMT : 55
(1,50)2
c. Ny. Ja
BB : 30 kg
TB : 150 cm
IMT : 30
(1,50)2
d. Ny. S
BB : 40 kg
TB : 139 cm
IMT : 40
= 20,70 (normal)
(1,39)2
e. Tn. P
BB : 40 kg
TB : 160 cm
IMT : 40
(1,60)2
Berdasarkan nilai IMT :
: 1 orang
: 2 orang
: 2 orang
(3) Batuk
(4) Gangguan Penglihatan
(5) Gangguan Pendengaran
(6) Hipertensi
(7) Nafsu Makan Menurun
(8) Nafsu Makan Meningkat
(9) Osteophorosis
II.
DIMENSI PIKOLOGI
A STATUS MENTAL
Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status
Quesionnare (SPMSQ) didapatkan data :
JAWABAN
PERTANYAAN
BETUL
SALAH
: 3 orang
: 2 orang
:-
:-
B STATUS DEPRESI
Berdasarkan pengkajian dengan skala depresi (the geriatric depression scale)
didapat data :
PERTANYAAN
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan
27
JAWABAN
SKORE
kehidupan anda ?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan
minat anda ?
3. Apakah hidup anda kosong ?
4. Apakah anda sering merasa bosan ?
5. apakah anda mempunyai semangat setiap
waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada
anda?
7. Apakah anda bahagia di setiap waktu ?
8. Apakah anda merasa jenuh ?
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada
malam hari daripada pergi melakukan sesuatu
yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih
banyak mengalami masalah dengan ingatan anda
daripada yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan
hidup sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini?
14. Apakah saat ini anda sudah tidak ada harapan
lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih
baik dari anda ?
Tidak ada depresi
: 5 orang
C KEADAAN EMOSI
III.
Stabil
: 5 orang
Tidak stabil
:-
DIMENSI FISIK
A LUAS WISMA
: 14 x 18 m2 = 252 m2
a. Luas Wisma
5
28
9
10
11
Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Kamar penerima manfaat
3. Kamar penerima manfaat
4. Kamar penerima manfaat
5. Kamar penerima manfaat
6. Kamar pengasuh
7. Kamar pengasuh
8. Ruang makan
9. Dapur
10. Kamar mandi
11. Kamar mandi
12.
: pintu
13.
: Jendela
Pada wisma pandu hanya terdapat satu penerima manfaat laki-laki. Kamar
dari penerima manfaat laki-laki adalah bersama dengan istri yaitu salah satu
dari penerima manfaat yang ada di wisma Pandu. Setiap kamar penerima
manfaat dihuni oleh 2 orang penerima manfaat.
4. SIRKULASI UDARA
Pada ruang tamu terdapat 4 jendela besar dan ventilasi serta terdapat 1 pintu
utama. Terdapat 6 buah jendela besar, ventilasi dan pintu di setiap kamar. Di
kamar mandi/WC hanya terdapat ventilasi dan pintu. Kondisi jendela dan
pintu baik sehingga sirkulasi udara lancar.
5. KEAMANAN
Lantai bersih tidak licin. Terdapat pegangan pada tembok menuju kamar
mandi dan didalam kamar mandi. WC yang dipakai adalah WC duduk, lantai
kamar mandi bersih tidak licin. Belum ada alarm untuk tanda bahaya.
6. SUMBER AIR MINUM
Pada Wisma Pandu sumber air minum diperoleh dari ledeng dan sumur. Untuk
keperluan mandi, cuci dan kakus menggunakan air yang berasal dari sumur,
sedangkan untuk keperluan minum menggunakan air dari ledeng.
7. RUANG BERKUMPUL BERSAMA
Kondisi ruangan bersih dan rapi, terdapat TV, meja dan kursi tamu. Tempat
berkumpul penerima manfaat adalah ruang tamu maupun teras.Teras tampak
bersih dan rapi.
C KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA
1. PEMANFAATAN HALAMAN
Pada Wisma pandu, tidak terdapat halaman depan. Pada bagian depan Wisma
merupakan jalan umum untuk menuju ke wisma-wisma lain yang berada di
Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo. Pada bagian teras depan dan samping
terdapat beberapa tanaman (bunga) yang diletakkan di dalam pot.
30
4. SANITASI
Sanitasi lingkungan baik dan bersih. Sirkulasi udara baik dan penerangan
baik dari cahaya lampu maupun cahaya matahari cukup.
5. SUMBER PENCEMARAN
Sumber pencemaran di wisma relatif tidak ada
IV.
DIMENSI SOSIAL
A KELAYAN BERDASARKAN PENDIDIKAN
SD
: 3 orang
persepsi
antar
penerima
manfaat,
akan
memicu
terjadinya
pertengkaran.
C HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Antar penerima manfaat di Wisma Pandu dengan penerima manfaat dari wisma
lain menjalin hubungan yang baik/harmonis dengan penerima manfaat yang lain.
31
32
REKREATIF
Kegiatan rekreatif pada Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo dilakukan
setiap satu tahun sekali
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dilakukan musyawarah dan dipimpin oleh pengasuh panti.
VI.
33
34
(B)
NO
1
ANALISA DATA
Hari/tgl
Senin
09-02-2015
wawancara
Problem
dengan Resiko cedera
Etiologi
Penurunan
persepsi
sensori
keterbatasan sendi
DO :
Berdasaskan
hasil
observasi
yang
telah
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
telah
35
(penglihatan),
Senin
09-02-2015
Adanya
peningkatan
nyeri
tekanan
vaskuler
Do:
36
Ds:
Gangguan hubungan
Ketidakcocokan
interpersonal
sosiokultural,
kurang
pengetahuan,
hambatan
komunikasi,
perubahan
proses
pikir
dan
gangguan
konsep
diri,
Senin
09-02-2015
Do:
37
kurangnya
antar PM
komunikasi
DIAGNOSA
TUM
TUK
KEPERAWATAN
Gangguan
hubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
interpersonal
tindakan
berhubungan
sosiokultural,
minggu
klien 1
60
menit
pengetahuan,
hambatan interaksi
komunikasi,
perubahan dengan
pikir
dan lainnya
dan
atau
menunjukkan
Kurangnya
kemampuan
antar PM
menerima atau
38
RENCANA INTERVENSI
a. Kaji hubungan antara klien dalam
satu wisma
ketidakcocokan
proses
tindakan
KODE
NIC
5100
b. Berikan
menejemen
lingkungan
hubungan
terapeutik
Anggota
wisma
saling
bertegur
sapa
dan
berkomunikasi
dengan
sosial
orang
lain
di
b. Mengungkapkan
kenyamanan
jika bertemu
dalam
Pernah
terjadi
kelompok
(dalam
wisma)
lingkungannya
berkomunikasi
dalam
lingkungan
sosial.
interakasi
c. Menunjukkan
bersama dalam
penggunaan
satu kelompok
perilaku
besar
interaksi sosial
dalam
wisma Pandu
dengan baik
d. Melaporkan
perubahan gaya
hidup dan pola
Gangguan
interaksi
Setelah pertemuan Setelah dilakukan
1460
a.
39
Monitor
respon
nyeri
tekanan
vaskuler mengontrol
1x30 menit
yang
a.
dengan
Kriteria Hasil:
Klien dapat
c.
mengidentifikasi
relaksasi
faktor
bertahap.
penyebab
nyeri
d.
nafas
dalam
secara
Evaluasi
respon
setelah
Klien
b.
melaporkan
mampu
nyeri berkurang
menyebutkan
atau terkontrol
metode
Klien tidak
pada
yang
nyeri
yang
diajarkan
Klien
terlihat
rileks
untuk
mengurangi nyeri
fokus
dirasakannya
Klien
c.
telah
Klien
mampu
lebih
melakukan
metode
untuk
mengurangi nyeri
yang
diajarkan
40
telah
Risiko
penurunan
sensori
cidera
dilakukan
klien
terhindar
mengidentifikasi
menyebabkan jatuh
lingkungan
kecelakaan
dan
yang
mengalami
potensial
dan kelemahan
memanggil
tetap
yang
e. Anjurkan
lingkungan
wisma
karakteristik
lingkungan
b. Identifikasi
mampu
dari karakteristik
resiko jatuh
Hasil:
keterbatasan sendi
6490
pada
klien
untuk
seseorang
jika
hambatan
dalam
bergerak.
f. Berikan pecahayaan yang adekuat
pada
klien
penurunan
yang
mengalami
sensori
penglihatan
41
42
(E) IMPLEMENTASI
No
Hari / tgl
senin, 9
Jam
07.30 2
No Dx
Implementasi
Kep
Respon Klien
Memonitor KU PM
TT
S:
Feb 2015
PM
menunjukkan
bersemangat.
10.00
O:
Ny. Ju : TD = 120/80 mmHg
Ny. Su : TD = 180/100 mmHg
43
wajah
kurang
Menganjurkan
mengajak
PM
dalam
makan.
Ny. M mengatakan dalam Wisma Pandu pada saat
jam makan jarang berkumpul bersama.
O:
Hanya Tn.P dan Ny. Su yang
tidak
makan
bersama.
Makanan yang disediakan adalah nasi,sayur, telur
dan buah
11.30 1
Menciptakan
terapeutik
antara
hubungan S : sesama
PM dalam wisma
O:
Antar sesama PM saling berbagi cerita ketika
makan bersama kecuali Ny. S dan Tn. P.
12.00 3
Memonitor
keseimbangan
jalannya S :dan O :
kelemahan PM
Anjurkan
pada
memanggil
Ny.
Ja S :
sesorang jika
Ny.
Ja
mengatakan
jika
ia
akan
meminta
bergerak.
berjalan sendiri.
Ny. Ja mengatakan kalau menuju ke kamar mandi
berusaha sendiri walaupun akan memegang kursi
yang terletak dekat kamar mandi sambil berjalan
pelan.
O : Ny. Ja kooperatif.
selasa,
07.30
Memonitor KU PM
S:
10 Feb
2015
Menganjurkan
Wisma
untuk
kegiatan keagamaan
45
tongkat
berjalan
10.00 1
disekitarnya (kursi/tembok)
S: PM mengatakan senang mengikuti kegiatan TAKS
Melakukan TAKS
Mengajarkan
relaksasi.
teknik relaksasi.
O:
PM mengikuti apa yang diajarkan oleh pengajar.
PM kooperatif
46
11.25 2
Mengevaluasi
O:
PM merasakan nyeri sedikit berkurang
11.40 1
Menganjurkan
untuk
Rabu,
bersama.
Memberikan terapi aktivitas S :
14 Feb
2015
nyeri kepala.
47
O:
Ny. Ju : TD = 120/70 mmHg
Tn. P : TD = 140/90 mmHg
Ny. Su : TD = 170/100 mmHg
Ny. M : TD = 140/80 mmHg
Ny. Ja : TD = 120/90 mmHg
48
(F) EVALUASI
No
Hari / Tgl
1
kamis,
No Dx Kep
2
12 Feb 2015
EVALUASI
S :
Ny. Ja mengatakan masih merasakan nyeri pada daerah kaki kiri dengan skala
3.
Ny. Ju mengatakan merasakan nyeri kepala hanya saja masih bisa ditahan
(skala 3).
Ny. Su mengatakan masih merasakan nyeri kepala tapi sudah bisa ditahan rasa
sakitnya (skala 4)
O:
A:
Gangguan rasa nyaman : Nyeri teratasi sebagian.
P:
2.
kamis,
12 feb 2015
Lanjutkan intervensi
S:
Ny. J mengatakan kalau ingin berjalan ke luar Wisma meminta bantuan kepada
PM lain.
49
TT
Tn. P mengatakan kalau berjalan ke luar dan ke kamar mandi secara perlahanlahan.
O:
Ny. Su terlihat dipapah oleh mahasiswa ketika berjalan pulang dari aula ke Wisma.
A:
Risiko cidera sudah teratasi
3.
Selasa,
19-12-2011
P : Lanjutkan intervensi
S:
Ny. Su mengatakan belum mau bertegur sapa dengan Ny. Ja
O:
Pengasuh Wisma dan mahasiswa mencoba untuk mendamaikan Ny. Su dan Ny.
Ja.
A:
Gangguan hubungan interpersonal belum teratasi.
P : Lanjutkan keseluruhan intervensi
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian pada PM pada tanggal 9 februari 2015 di Wisma Pandu Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo di dapatkan hasil untuk data fokus
ketiga, diperoleh data subyektif sebagai berikut : Pengasuh Wisma mengatakan bahwa
diantara penghuni wisma kurang terjalin hubungan yang harmonis dan menurut Ny. S
pernah terjadi perkelahian antara sesama pasien. Data objektif diperoleh data :
berdasarkan data observasi ada sesama PM yang saling menjelekkan satu sama lain, antar
sesama PM jarang duduk bersama dan pada saat makan jarang bersama. Implementasi
yang dilakukan : mengkaji hubungan antara PM satu wisma, memberikan manajemen
lingkungan yang mendukung seperti berkumpul bersama saat makan, , memberikan
TAKS dan mengklarifikasi masalah individu yang dapat menjadikan masalah. Hasil yang
didapat selama TAKS Penerima manfaat terlihat menikmati TAKS yang diberikan, PM
terlihat tersenyum dan saling bernyanyi dan berjoged bersama.
data fokus kedua : data subjektif mengatakan empat PM merasakan nyeri. Data
objektif diperoleh data rata-rata PM di Wisma Pandu mengalami nyeri bukan karena
hipertensi dan adanya nyeri karena hipertensi. Implementasi yang dilakukan adalah
memonitor respon nyeri verbal dan non verbal PM, mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam dan mengevaluasi setelah pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam, Hasil yang
didapat setelah dilakukan intervensi penerima manfaat terlihat rileks dan nyeri menjadi
berkurang
Data fokus ketiga ,diperoleh data subyektif sebagai berikut : Tn P mengatakan
pernah jatuh karena lantainy licin, yang kedua Ny Ja mengatakan pernah terjatuh karena
kepalanya tiba-tiba pusing dan kaki terasa lemas. Sedangkan data objektif diperoleh, 1
PM mengalami osteoporosis sehingga berpotensi untuk cedera. Sedangkan implementasi
yang telah dilakukan adalah : memonitor jalannya keseimbangan dan kelemahan,
mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang berpotensial menyebabkan jatuh,
menganjurkan pada klien untuk memanggil seseorang jika mengalami hambatan dalam
bergerak, hasil setelah dilakukan intervensi samapai hari ke 3, penerima manfaat
mengikuti anjuran mahasiswa dan dibantu dengan pengasuh yang selalu mengingatkan
51
para lansia PM. S yang mengalami gangguan keseimbangan dan kelemahan berjalan
perlahan-lahan dengan memegang benda yang bisa di gunakan peganggang agar tidak
jatuh. Rencana tindak lanjut kami delegasikan pada pengasuh wisma untuk selalu
mengingatkan dan memotivasi Penerima Manfaat agar menjaga keamanan dan berhatihati dalam berjalan maupun beraktifitas
.
52
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil sebagai berikut, rata-rata para PM di
wisma pandu menderita masalah keperawatan nyeri sendi maupun nyeri kepala,
resiko cedera, gangguan interpersonal. hal ini sesuai dengan materi-materi
sebelumnya yang mengatakan bahwa seorang lansia mudah sekali terserang penyakit
disebabkan karena menurunnya imunitas tubuh seperti pernyataan sebagai berikut,
seseorang yang sudah mengalami penuaan akan mengalami suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,1994). Hal
ini juga yang menyebabkan masalah-masalah yang terjadi pada lansia sulit sekali
untuk disembuhkan dan sering kambuh.
53
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta : PT Rhineka Cipta
(2)
(3)
(4)
Hernawati,
I.
2006.
Pedoman
Tatalaksana
Gizi
Usia
Lanjut
Untuk
54
LAMPIRAN
55
STATUS MENTAL
Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status
Quesionnare (SPMSQ) didapatkan data :
1) Ny. Sa
JAWABAN
PERTANYAAN
BETUL
SALAH
PERTANYAAN
BETUL
1. Tanggal berapa hari ini ?
10. 5 + 6 adalah ?
SALAH
Baik (0-2)
3) Ny. Su
JAWABAN
PERTANYAAN
BETUL
56
SALAH
Baik (0-2)
4) Tn. P
JAWABAN
PERTANYAAN
BETUL
1. Tanggal berapa hari ini ?
10. 5 + 6 adalah ?
SALAH
Baik (0-2)
5) Ny. M
JAWABAN
PERTANYAAN
BETUL
SALAH
57
PERTANYAAN
BETUL
SALAH
58