PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal dalam satu atap
rumah dan diikat oleh tali pernikahan yang satu dengan lainnya memiliki
saling ketergantungan.Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi tumbuh kembangnya remaja.
Dengan kata lain, secara ideal perkembangan remaja akan optimal apabila
mereka bersama keluarganya. Secara umum keluarga memiliki fungsi :
a. Reproduksi,
b. Sosialisasi,
c. Edukasi,
d. Rekreasi,
e. Afeksi, dan
f. Proteksi
Sehingga pengaruh keluarga sangat besar terhadap pembentukan pola
kepribadian anak.Keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian
pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi antara keluarga dengan
anggotanya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya, dan lain-lain.
Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah
keluarga yang ideal salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugastugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap
anggota keluarganya. Namun, jika keberfungsian sosial keluarga itu tidak
berjalan dengan baik akan mengakibatkan terjadinya disorganisasi keluarga
yaitu adanya perpecahan dalam keluarga. Hal ini dapat mengakibatkan
perubahan pola perilaku anak, biasanya sering mengarah ke dalam hal-hal
yang negatif seperti kenakalan remaja.
1
apa
yang
disebut
dengan
kekeacauan
keluarga
keluarga).
dengan
permasalahan
remaja,
rintangan
perkembangan remaja menuju kedewasaan itu ditentukan oleh faktorfaktor yang mempengaruhi anak di waktu kecil di lingkungan rumah
tangga dan lingkungan masyarakat, di mana anak itu hidup dan
berkembang.Jika seorang individu dimasa kanak-kanak mengalami
rintangan hidup dan kegagalan, maka frustasi dan konflik yang pernah
dialaminya dulu itu merupakan penyebab utama timbulnya kelainankelainan tingkah laku seperti kenakalan remaja, kegagalan penyesuaian
diri dan kelakuan kejahatan. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat
berupa sikap bingung, agresivitas yang meningkat dan rasa superior yang
terkadang dikompensasikan dalam bentuk tindakan yang negatif seperti
pasif terhadap segala hal, apatis, agresif secara fisik dan verbal, menarik
diri dan melarikan diri dari realita ke minuman alkohol, ganja atau
narkoba, dan lain-lain. Terdapat hubungan negatif antara kenakalan remaja
dengan keberfungsian keluarga. Yang artinya semakin meningkatnya
keberfungsian keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan,
dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya
atau kualitas kenakalannya semakin rendah.
Kebiasaan anggota keluarga yang lebih tua, terutama orang tua, sangat
berpengaruh terhadap nilai-nilai yang dimiliki anak. Pertama-tama anak
akan melakukan penipuan atau imitasi terhadap perilaku orang lain,
terutama orang terdekatnya. Bila dalam komunikasi keluarga banyak nilai-
3. Solusi
Kontrol Sosial, ikatan sosial seseorang dengan masyarakatnya
dipandang sebagai faktor pencegah timbulnya perilaku menyimpang
termasuk penyalahgunaan narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya.
Jadi dari latar belakang ini kami mengambil judul dampak disorganisasi
terhadap kenalan remaja di Cilegon.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
remaja?
Mengapa bias terjadinya disorganisasi keluarga?
Strategi apa yang tepat untuk mencegah
4.
disorganisasi keluarga?
Siapa yang paling berpengaruh
terhadap
terjadinya
disorganisasi
keluarga?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji:
1.
2.
3.
remaja.
Untuk mengkaji Mengapa bisa terjadinya disorganisasi keluarga.
Untuk mencari tahu Strategi apa yang tepat untuk mencegah
4.
disorganisasi kelaurga
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empirik dan
pengetahuan seputar potret kehidupan disorganisasi keluarga di
perkotaan dan hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan
2.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Keluarga dan Peranannya dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu
dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu
memenuhi tugas sebagai pendidik. Tiap eksponen mempunyai fungsi tertentu.
Dalam mencapai tujuan keluarga tergantung dari kesediaan individu menolong
mencapai tujuan bersama dan bila tercapai maka semua anggota mengenyam
apakah peranan masing-masing.
Peranan ayah :
1. Sumber kekuasaan, dasar identifikasi.
2. Penghubung dengan dunia luar.
3. Pelindung terhadap ancaman dari luar.
4. Pendidik segi rasional.
Peranan Ibu :
1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang.
2. Tempat mencurahkan isi hati.
3. Pengatur kehidupan rumah tangga.
4. Pembimbing kehidupan rumah tangga.
5. Pendidik segi emosional.
6. Penyimpan tradisi.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya
merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama
anak- anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang
tuanya. Dasar pemikiran dan pertimbangannya adalah sebagai berikut :
1. Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat
kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani
berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang
vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan
tujuan hidupnya.
2. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih
sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya.
Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh
rasa takut.
3. Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam
keluargalah dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan
dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya.
Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam
proses
pertumbuhan
sehingga
melalui
pengalaman
makin
pertumbuhan
sehingga
melalui
pengalaman
makin
10
11
12
gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan
remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang
tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak
kriminal.(Kartono, 2003).
Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut :
1. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam
Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas
versus difusI identitas harus di atasi. Perubahan biologis dan sosial
memungkinkan
terjadinya
dua
bentuk
integrasi
terjadi
pada
kepribadian remaja:
(1) terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan
(2) tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara
menggabungkan
motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja
2.
13
14
perempuan.
Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan
yang rendah terhadap pendidikan di sekolah.Mereka merasa bahwa
sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga
biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah.Mereka
tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Riset yang dilakukan oleh
Janet Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh orangtua,
kenakalan teman sebaya, dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik
siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja Vietnam menunjukkan
bahwa faktor yang berkenaan dengan orangtua secara umum tidak
mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat
menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi
akademik.
6.
Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan
remaja.Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian
orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang
efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu
timbulnya kenakalan remaja.Penelitian yang dilakukan oleh Gerald
Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan
bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan
remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesua i
15
merupakan
faktor
keluarga
yang
penting
dalam menentukan
yang
melakukan
kenakalan
16
kenakalan.
Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan
remaja.Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan
remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal
dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal
mereka.Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan,
pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah.
Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan
yang terorganisir adalah faktor- faktor lain dalam masyarakat yang
juga berhubungan dengan kenakalan remaja.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
17
maka
dalam
masa
kritisnya
remaja
sungguh-sungguh
18
kesenangan
materiil
belum
mampu
menyentuh
19
benda
mahal
dan
bagus.
Menggantikannya
berarti
satu
pendidikan
yang
salah
adalah
memanjakan
20
anak.Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa
perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan
kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat
menyebabkan kekecewaan anak pada orang taunya dan akan merasa iri
hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak
melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam
berbagai bentuk kenakalan.
a. Anak tidak diberikan pendidikan agama
Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama
atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan
pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau
mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan agama
akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang
yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan
keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti
perbuatan kenakalan remaja.
A. Anak yang ditolak
Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang
dewasa secara psikis.Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak
laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan.Sering pula disebabkan
oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang
menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan
keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak
akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah
sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif.
21
22
sehingga
menyebabkan
anak
terjerumus
dalam
kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah
kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam
mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Kuantitatif
Jadi jenis penelitian yang dipakai adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode :
1. deskripitif
penelitian ini dalam melakukan analisis hanya sampai pada
taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan
disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jalas dasar
faktualnya,
sehingga
semuanya
dapat
dikembalikan
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kota cilegon Alasan dipilihnya
lokasi ini adalah karena, kini adanya fenomena disorganisasi keluarga
telah memasuki wilayah kota termasukkota Cilegon, selain itu secara
23
teknis lokasi ini dipilh karna dapat memenuhi standar kualifikasi sehingga
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data.
3.3
Maka
populasinya
adalah
masyarakat
yang
mengalami
informan
terarah
tanpa
mengurangi
kebebasan
dalam
24
B. Observasi
Teknik observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data melalui
pengamatan dan pencatatan lansung tentang objek yang akan menjadi
topik kajian dalam penelitian ini. Penggunaan teknik observasi dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap fenomena yang tidak
diperoleh melalui teknik wawancara dan teknik digunakan karena dapat
mendukung data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga akan
diketahui apakah data yang akan diberikan informan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
C. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama didalam organisasi yang bisa
terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
3.5
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan
(Sugiyono, 2008 :247).
25
hasil
wawancara
dari
informan
ditarik
Bulan
Februari
Hari
Kamis
Keterangan
Kita memulai
mengerjakan
proposal
dengan mencari
judul terlebih
dahulu
26
DAFTAR PUSTAKA
http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/penelitian-sosial.html
http://pesangelombang.blogspot.com/2011/01/disorganisasikeluarga.htmlhttp://bbawor.blogspot.com/2009/05/pengaruh-keluarga-
terhadap-kenakalan.html
http://subando.sman59.sch.id/pengertian-penelitian-sosial/
27
28