PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit yang diakibatkan karena mengonsumsi makanan yang
kebersihannya rendah semakin banyak. Penyebab dan dampaknya pun semakin
beragam. Tingkat keparahan penyakit tergantung dari jenis kontaminasinya.
Semakin tinggi tingkat kontaminasinya semakin meningkat keparahan penyakit yang
diakibatkannya.
Penyakit tersebut dikenal sebagai foodborne disease. Foodborne
disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau
minuman yang tercemar.1 Penyakit akibat pangan (foodborne disease) didefinisikan
juga oleh WHO (World Health Organization) sebagai penyakit yang umumnya
bersifat infeksi atau racun, disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan yang dicerna. Sedangkan Sharp dan Reilly (2000) mendefinisikan
secara lebih luas bahwa penyakit akibat pangan atau keracunan makanan adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau intoksikasi sebagai akibat
mengkonsumsi makanan, minuman atau air yang telah terkontaminasi.
Makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan dapat berperan
sebagai
media
pembawa
mikroorganisme
penyebab
penyakit
pada
manusia.1 Penyebabnya dapat berasal dari biologis maupun kimiawi. Sebagian
besar penyakit akibat pangan disebabkan oleh mikroba patogen seperti virus,
bakteri, dan parasit.2 Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu
permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak dan paling membebani
yang pernah dijumpai di zaman modern ini. Penyakit tersebut menyebabkan banyak
korban dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan, khususnya di kalangan bayi,
anak, lansia, dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu. 6
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam
kehidupannya manusia selalu membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak
memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan
bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat
berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Pada kasus foodborne diseasemikroorganisme masuk bersama makanan
yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne
desease dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat kematian.
Salah satu penyebab foodborne disease adalah bakteri. Bakteri merupakan
golongan organisme prokariotik ( tidak mempunyai inti) 3. Salah satu bakteri
penyebab foodborne disease yaitu Helicobacter pylori.Helicobacter pylori merupakan
bakteri yang ditemukan sekitar 20 tahun yang lalu. 5 Helicobacter pylori adalah
kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan batang (berbentuk seperti
sosis dengan posisi agak melengkung). Helicobacter pylori ditemukan tersebar di
seluruh dunia. Di Santiago, Cili, konsumsi sayuran mentah yang dipupuk dengan
tinja manusia ternyata merupakan faktor risiko terjadinya infeksi oleh bakteri ini. 6 Di
negara-negara berkembang, lebih dari 75% orang dewasa terinfeksi, infeksi sering
terjadi terutama pada anak-anak dan sekitar 20-50% orang dewasa di negaranegara maju terinfeksi Helicobacter pylori.4
Helicobacter pylori sering menyebabkan infeksi gastritis 4 yang bila tak segera
diobati bisa mengakibatkan kanker lambung dan kanker limfe. 4,5 Telah terbukti
Helicobacter menyebabkan lebih dari 90% tukak usus dua belas jari dan sekitar
80% tukak lambung.7 Oleh karena itu makalah ini membahas mengenai foodborne
disease khususnya yang diakibatkan oleh Helicobacter pylori, bagaimana
transmisinya, bahan pangan yang bagaimana yang dapat menjadi foodborne
bakteriHelicobacter pylori, dampaknya terhadap kesehatan sampai dengan
bagaimana cara mencegah foodborne disease yang disebabkan olehHelicobacter
pylori tersebut.
1.2
a.
b.
c.
d.
e.
1.3
Rumusan Masalah
Bagaimana morfologi Helicobacter pylori?
Bagaiamana daur hidup Helicobacter pylori?
Bagaimana transmisi Helicobacter pylori pada makanan/bahan pangan?
Bagaimana dampak foodborne disease yang disebabkan olehHelicobacter pylori?
Bagaimana pencegahannya?
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami foodborne yang disebabkan oleh
bakteri Helicobacter pylori, bagaimana mekanisme kontaminasinya, dampaknya, dan
pencegahannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Epsilon Proteobacteria
Order
: Campylobacterales
Family
: Helicobacteraceae
Genus
: Helicobacter
Species
: H. pylori
Morfologi
Dinding sel bakteri gram negatif hanya terdiri atas satu lapis rangka dasar
murein, dan hanya meliputi 10% dari berat kering dinding sel. Murein hanya
mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka murein
tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida
jenis lain. Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam
teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini.
Dari sisi kuman H.pylori terdapat beberapa strain yang lebih virulen yang selalu
ditemukan pada pasien dengan tukak peptik, gastritis kronik, maupun kanker
lambung. Gen Vac A selalu dapat ditemukan pada kuman H.pylori, tapi tidak
semuanya menghasilkan sikotoksin.
Media yang dapat dipakai untuk kultu terdiri dari darah dengan atau tanpa
selektif antibiotika. H. Pylori dapat tumbuh dengan baik pada suhu 35-37 derajad
celcius, dan memproduksi enzim katalase, cytochrome oxidase, urease,
alkalinephosphatase dan glutamyl transpeptidase. Strain H. Pylori dapat dikultur dari
duodenum, cairan lambung, dental plague walaupun jarang ditemukan, dan di
feses.9
muntahan, saliva, atau feses. Alur penularan yang lain karena air yang tercemar
dibeberapa negara. Infeksi H. Pylori pada orang dewasa biasanya bersifat kronik
dan tidat bisa disembuhkan tanpa terapi yang spesifik. 5
Manifestasi klinis yang sering terjadi adalah gangguan saluran cerna seperti,
mual, muntah, diare, nyeri perut dan lain-lain. Gejala seperti sakit perut, muntahmuntah, hematemesis dapat dikaitkan dengan infeksi H.pylori. Beberapa gejala klinis
di luar saluran cerna yang pernah dilaporkan pada anak terinfeksi H.pyloriadalah
anemia defisiensi besi, pusing, dan alergi makanan.
Reservoir
Hanya manusia yang menjadi reservoir H. pylori. Kebanyakan orang yang
terinfeksi tidak menampakkan gejala dan apabila tidak diberi pengobatan penyakit ini
akan bertahan seumur hidup. Isolasi dari H. pylori dari daerah selain lambung
seperti dari ludah dan tinja pernah dilaporkan, namun jarang. 4Kemungkinan
bahwa H. pylori patogen zoonosis yang ditularkan dari hewan lainseperti dari kucing
juga telah dirundingkan, tetapi organisme tidak pernah diisolasi dari hewan yang
disembelih untuk konsumsi, seperti babi. 13 H. pylori telah diisolasi dari beberapa
primata non-manusia, seperti monyet. Namun, karenakontak antara manusia dan
primata lainnya jarang terjadi, tidak mungkin bahwa hewan-hewan ltersebut
memainkan peran penting dalam penularan kepada manusia. 13 Hal ini kemungkinan
karena ketidakmampuan untuk mengisolasi organism dari hewan tersebut karena
sulitnya mendeteksi bakteri dalam bahan jaringan selain lambung.13
c. Oral-oral
Rute ketiga yang mungkin adalah transmisi oral-oral. sedikit penelitian terpercaya
yang mengkulturkan H. pylori dari rongga mulut, hanya sporadis isolat dari plak gigi
dan air liur telah dilaporkan. 13 Kemungkinan transmisi oral-oral telah diteliti seperti
penggunaan sendok yang sama oleh ibu dan anak, kontak oral-oral, dan
muntahan.13
Masa Inkubasi
Data yang dikumpulkan dari 2 orang sukarelawan yang menelan 106 109
organisme menunjukkan bahwa gejala gastritis terjadi dalam waktu 5-10 hari. Tidak
ada informasi lain tentang ukuran inoculum yang dapat menyebabkan sakit atau
lamanya masa inkubasi.4
Masa Penularan
Tidak diketahui. Karena infeksi bisa terjadi dalam waktu yang lama, maka
orang yang terinfeksi secara potensial dapat menularkan penyakit ini seumur
hidupnya. Tidak diketahui apakah pasien yang terinfeksi akut akan lebih infeksius
dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dalam jangka waktu lama. Ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa penderita dengan kadar asam lambung rendah
mungkin akan lebih infeksius.4
Faktor risiko untuk infeksi
H. pylori ditemukan di semua belahan dunia, meskipun prevalensi lebih tinggi
di negara berkembang. Hampir semua infeksi terjadi sebelum usia 10 tahun. 13 Di
negara-negara industri H. pylori seroprevalensi terjadi pada anak-anak dari usia 5
tahun adalah 1-10%, sedangkan di negara berkembang lebih dari 50% umum terjadi
pada anak yang dengan kelompok umur sama. 13 Di negara-negara industri
penurunan risiko infeksi diamati pada tiap generasi-generasi (kohort). 13 Bukan
merupakan infeksi musiman. Infeksi tampaknya terjadi sama umum di antara pria
dan perempuan, meskipun satu penelitian menemukan risiko yang lebih tinggi pada
pria dan risiko lebih tinggi pada anak laki-laki berusia 3-9 tahun. 13 Pada negara
industri dimana status social ekonomi tinggi, infeksi H. pylori lebih jarang terjadi
dibandingkan Negara berkembang dimana status social ekonominya lebih rendah. 13
Patogenesis
Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri, namun H.
Pylorimemiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap ekologi lambung
dengan serangkaian langkah unik masuk dalam mukus, berenang dan berorientasi
spasial didalam mukus, melekat pada sel epitel lambung, menghindar dari respon
imun dan akhirnya terjadi kolonisasi dan transmisi persisten. 9,10,11
Setelah masuk gaster, bakteri H.pylori harus menghindari aktifitas bakterisidal
yang terdapat dalam lumen lambung, dan masuk ke dalam lapisan mukus. Produksi
urease dan motilitas dangat penting berperan pada langkah awal infeksi ini. Urease
Proteksi asam lambung terhadap lapisan mukus (dikutip dari :Helicobakter pylori
Epidemiology available at : http\\www.helicobacterfoundation.com)
H.pylori dapat terikat pada sel epitel melalui berbagai komponen permukaan
bakteri. Adhesi sangat baik karakteristiknya adalah BabA, suatu perotein membran
luar yang terikat pada grup antigen darah. 11 Setelah melekat sebagian besar
strain H.pylori dapat memproduksi vacuolating cytotoxin (VacA, suatu eksotoksin).
Toksin ini masuk membran sel epitel dan menyebabkan keluarnya bikarbonat dan
anion organik yang diperlukan untuk nutrisi bakteri. VacA juga memiliki target pada
membran mitokondria yang memnyebabkan apoptosis. 9
Sebagian besar strain H.pylori mempunyai cag pathogenicity island (cagPAI) suatu fragmen genomic yang mempunyai 29 gen. Setelah melekat pada sel
epitel, cagA ini terfosforilasi dan menyebabkan terjadinya respon seluler dan
produksi sitokin oleh sel epitel gaster.9,11
Komplikasi lainnya:
Infeksi bakteri H. pylori juga dapat menyebabkan defisiensi iron dan vitamin
B12, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), dan retardasi pertumbuhan pada
anak-anak.12
Cara-cara Pemberantasan
A. Upaya Pencegahan:4
1) Orang yang tinggal di lingkungan yang tidak padat penduduk dan lingkungan yang
bersih akan mempunyai risiko lebih kecil untuk terkena H. pylori.
2) Lakukan disinfeksi lengkap terhadap alat-alat gastroskopi, elektroda pH dan alatalat medis lain yang pengoperasiannya dimasukkan kedalam perut.
B. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar: 4
1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Laporan resmi tidak diperlukan
2) Isolasi: Tidak diperlukan.
3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan pada alat-alat medis yang dimasukkan
kedalam lambung.
4) Karantina: Penderita yang terinfeksi H. pylori tidak perlu ditempatkan pada ruang
karantina yang terpisah.
5) Imunisasi kontak: Tidak ada vaksin yang tersedia pada saat ini.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak produktif.
7) Pengobatan spesifik: Pengobatan bagi penderita asimtomatis tetap menjadi
kontroversi. Ada berbagai cara pengobatan yang tersedia saat ini untuk
menghilangkan infeksi pada orang-orang yang menunjukkan gejala yang
diperkirakan disebabkan oleh H. pylori. Pengobatan yang paling berhasil adalah
penderita diberi kombinasi antimikroba selama 2 hingga 4 minggu. Tujuan dari
pengobatan ini adalah untuk memusnahkan dan menghilangkan infeksi bukan untuk
menghilangkan secara sementara. Contoh dari kombinasi obat-obatan ini adalah: a)
Metronidazole dan Amoxycillin atau Tetracycline dengan senyawa bismuth seperti
Pepto-Bismol, atau b) Metronidazole dan Amoxycillin dengan inhibitor pemompa
proton seperti omeprazole (Prilosec). Angka eradikasi mencapai hingga 90% telah
dilaporkan dengan menggunakan kombinasi tersebut. Jika infeksi tidak hilang,
dengan pengobatan ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan isolat untuk tes resistensi
terhadap antibiotika. Ulcus dapat terjadi lagi pada penderita yang sebelumnya telah
diobati namun bakteri penyebabnya belum musnah. Di negara-negara berkembang,
infeksi ulang sesudah dilakukan eradikasi terhadap organisme penyebab jarang
terjadi. Tidak ada data mengenai angka infeksi ulang di negara berkembang
BAB 3
KESIMPULAN
1. Anonim. Foodborne
Disease. Diambil
Dari
URL:http://www.deptan.go.id/bbkptgpriok/admin/rb/foodborne.pdf
2. Nurosiyah, Siti. 2005. Kasus Penyakit akibat Pangan dan Sistem Pelaporannya di
Indonesia (jurnal). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
DariURL:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12804/F05snu.pdf?
sequence=2
3. H, Yulika. 2009. Pola Resistensi Bakteri (jurnal). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
4. Chin Md MPh, James. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17
5. Suerbaum M.D, Sebastian, dan Pierre Michetti M.D,. 2002. Helicobacter Pylori
Infection (Review article). N Engl J Med, Vol. 347, No. 15.
Dari URL: www.nejm.org