PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Radiasi merupakan pancaran partikel-partikel berenergi yang dapat berbentuk
gelombang yang terdiri dari frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda tanpa
membutuhkan medium.
Radiasi menurut ionisasinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu radiasi pengion dan
radiasi non pengion. Radiasi non-pengion umunya tidak berbahaya karna frekuensinya kecil
seperti cahaya tampak , infra-merah ,dll. Sedangkan radiasi pengion merupakan radiasi yang
dapat menyebabkan media yang dilewatinya mengalami ionisasi, sehingga dapat merubah
struktur dari media yang dilewatinya contohnya seperti sinar X,sinar gamma , dll.
Radiasi tidak dapat dirasakan , dilihat dan tidak berbau. Manusia tidak dapat mendeteksi
adanya radiasi karna hal tersebut , maka diperlukan adanya suatu ukuran untuk menentukan
radiasi dan seberapa dosis radiasi tersebut. Dibutuhkan detektor dari radiasi yang dapat
menutupi kekurangan manusia dalam mengetahui adanya radiasi.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip kerja detektor radiasi ?
Apa saja jenis detektor radiasi ?
1.3.
Tujuan
Mengetahui prinsip kerja detektor radiasi.
Mengetahui berbagai jenis detektor radiasi.
1.4.
Manfaat
Dari makalah ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bagaimana cara kerja
detektor radiasi dan jenis-jenis detektor radiasi serta manfaat detektor tersebut dalam hal
proteksi radiasi.
BAB 2
1
ISI
2.1 Prinsip Kerja Detektor Radiasi
Pada prinsipnya, detektor radiasi bekerja dengan karakteristik dari radiasi itu sendiri
saat mengenai suatu materi atau media. Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi dengan
detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi melewati bahan suatu
detektor, maka akan terjadi interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut (terjadi
pemindahan energi dari radiasi yang datang ke bahan detektor).
Perpindahan energi ini menimbulkan berbagai jenis tanggapan (response) yang berbedabeda dari bahan detektor tersebut. Contonya yaitu pulsa listrik atau arus lisntrik, jenis
tanggapan yang diberikan detektor tergantung dari energi radiasi dan jenis bahan detektor
yang digunakan.
2.2 Jenis Detektor radiasi
2.2.1
Prinsip kerja dari detektor isian gas ini dari karakteristik radiasi pengion yang akan
mengionisasi bahan atau media yang akan dilewatinya. Dengan karakteristik tersebut
radiasi yang datang akan mengionisasi gas yang ada didalam detektor, maka akan
terbentuk pasangan ion positif dan negatif yang akan bergerak kearah anoda dan katoda
yang akan menghasilkan pulsa/arus listrik.
Detektor isian gas terjadi dari beberapa jenis yaitu : Kamar ionisasi , Detektor
proposianal , Detektor Geiger-Muller.
2.2.1.1 Kamar ionisasi
Detektor kamar ionisasi ini diisi dengan gas bervolume rendah dengan tekanan
atmosfer (1 atm), dimana bekerja pada tegangan yanag tak terlalau tinggi. Berkas radiasi
yang memasuki kamar (chamber) akan mengionisasi gas yang ada didalamnya dan akan
membentuk pasangan ion yag akan menghasilkan arus dan dideteksi oleh detektor.
Besarnya arus / pulsa listrik yanag dihasilkan sebanding dengan besarnya enerrgi radiasi
yang memasukin kamar (chamber).
Kelebihan detektor ini yaitu dapat membedakan jenis energi radiasi yang masuk
kedalam kamar (chamber) , dan tegangan kerjanya tidak terlalu tinggi sehingga tidak
membutuhkan sumber potensial yang besar. Kekurangan dari detektor ini karna
menggunakan tegangan kerja yang rendah sehingga menghasilkan pulsa listrik yang
sangat kecil sehingga membutuhkan penguat arus dan detektor yang memiliki sensitivitas
tinggi.
Detektor ini sangat sesuai untuk mendeteksi radiasi sinar (alpha) karna sinar
memiliki energi ionisasi besar.
2.2.1.2 Detektor proposional
Pada prinsipnya detector proposional merupakan pengembangan dari detektor kamar
ionisasi , dimana detektor ini menutupi kekurangan dari detektor kamar ionisasi yang
memiliki sinyal keluran rendah sehingga memerlukan penguat yang besar.
Dibandingkan dengan detektor kamar ionisasi, jumlah pasangan ion yang dihasilkan
di detektor proporsional ini lebih banyan. Karena jumlah pasangan ion lebih banyan maka
tinggi pulsa keluarannya akan lebih tinggi. Sehingga penguat yang diperlukan tidak
terlalu tinggi. Karena pulsa keluarannya lebih tinggi, maka pengukuran radiasi dengan
menggunakan detektor ini lebih sering menerapkan metode pulsa.
Jumlah pasangan ion yang terbentuk dari detektor ini sebanding dengan besarnya
energy radiasi yang diterima , sehingga detektor ini dapat membedakan energy radiasi
yang memasukinya sama halnya seperti pada detektor kamar ionisasi yang merupakan
kelebihan dari detektor proposional. Detektor ini biasanya digunakan untuk mengukur
radiasi sinar alpha yang kuat hingga radiasi sinar beta yang lemah.
Walaupun memiliki kelebihan yang banyan , detektor ini memlliki kekurangan yaitu
perlunya tegangan sumber yang super stabil untuk mengaktifkan detektor ini.
2.2.2
Detektor sintilasi
4
Penyerapan radiasi gamma yang berenergi 1 MeV dalam detektor sintilasi menghasilkan
kira-kira 10.000 eksitasi elektron, dan jumlah radiasi elektromagnetik dalam bentuk
cahaya. Efisiensi pendeteksian detektor gas terhadap radiasi gamma sangat rendah kirakira 1%. Dengan mengguakan kristal sintilasi padat, dapat diperoleh efisiensi
pendeteksian radiasi gamma yang cukup tinggi, bervariasi antara 20 s.d. 30 %.
2.2.2.2 Bahan Sintilator
Dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan sebagai
pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan tingkat energi tertentu. Pada
keadaan dasar (ground state), seluruh electron berada di pita valensi sedangkan di pita
konduksi kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan
bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehingga electron
tersebut dapat melompat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektron-elektron
tersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita energi bahan aktivator sambil
memancarkan percikan cahaya.
Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi diserap dan dipengaruhi
oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin besar energiny semakin banyak percikan
cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini kemudian ditangkap oleh photomultiplier.
5
sedikit diberi pengotor Talium (Tl). Karena kristal NaI bersifat higroskopis, maka kristal
tersebut ditutup rapat-rapat dalam wadah alumunium (Al) yang dilapisi cromium (Cr).
Di antara kristal NaI(Tl) dan dnding wadah Al dimasukan reflektor berupa serbuk
mangan oksida (MnO) atau Alumunium trioksida (Al2O3). Kristal NaI(Tl) direkatkan
pada sebuah tabung pelipat ganda elektron menggunakan perekat bening yang terbuat
dari silikon. Pada ujung tabung pelipat ganda elektron terdapat elektroda peka cahaya
yang disebut fotokatoda.
yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasarnya sambil memancarkan kerlipan cahaya.
Cahaya yang dipancarkan itu selanjutnya diarahkan ke foto katoda sensitif. Apabila foto
katoda terkena kerlipan cahaya, maka dari permukaan foto katoda itu akan dilepaskan
elektron.
Antara foto katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang diberi tegangan tinggi dan
diatur sedenikian rupa sehingga tegangan dinoda yang di belakangnya selalu lebih tinggi
daripada tegangan dinoda di depannya. Perbedaan tegangan antara dinoda kira-kira 100
volt. Elektron yang dilepaskan oleh fotokatoda akan dipercepat oleh medan listrik dalam
tabung pelipat ganda elektron menuju dinoda pertama. Dalam proses tumbukan antara
elektron dan dinoda akan dilepaskan elektron-elektron lain yang kemudian dipercepat
menuju dinoda kedua dan seterusnya. Dinoda terakhir yang terdapat dalam tabung
pengganda elektron berupa anoda.
Hasil akhir jumlah pelipatan elektron tergnatung pada jumlah dinoda. Tabung pelipat
ganda elektron yang mempunyai 10 tingkat dinodamisalnya, pada anoda (dinoda terakhir
yang sekaligus berperan sebagai pelat pengumpul elektron) bisa didapatkan faktor
penggandaan elektron antara 107-108. Dengan demikian, sinar gamma yang dideteksi akan
menghasilkan pulsa listrik sebagai keluaran dari detektor NaI(Tl). Tenaga elektron yang
dilepaskan ini bergantung pada intensitas sinar gamma yang mengenai detektor. Makin
tinggi energi elektron, makin tinggi pula pulsa listrik yang dihasilkannya, sedang makin
banyak elektron yang dilepaskan, makin banyak pula cacahan pulsanya.
Pulsa listrik dari detektor akan diproses lebih lanjut oleh penguat awal dari peralatan
elektronik berupa penganalisis saluran ganda (MCA) sehingga pada layar penganalisis itu
dapat ditampilkan spektrum radiasi gamma yang ditangkap oleh detektor. Data tampilan
spektrum gamma pada layar penganalisis dapat dipakai untuk analisis spektrometri gamma
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2.2.3
Detektor Semikonduktor
2.2.3.1 Sistem Kerja
Konduktivitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan arus listrik. Detektor semikonduktor, pada prinsipnya bekerja melalui konsep
pengukuran perubahan konduktivitas suatu bahan yang disebabkan oleh adanya radiasi
7
ionisasi. Detektor semikonduktor memiliki kesamaan dengan jenis detektor isian gas dalam
beberapa prinsip sistem kerjanya.
Semikonduktor adalah bahan-bahan yang dapat mengalirkan arus listrik, namun
kemampuan daya hantarnya tidak sebaik bahan konduktor, juga dapat menghambat aliran
arus listrik, namun daya hambatnya tidak sebaik bahan insulator. Pada dasarnya, terdapat
juga bahan-bahan isolator yang terbuat dari bahan semikonduktor tidak dapat mengalirkan
arus listrik. Hal ini disebabkan semua elektronnya berada di pita valensi, sedangkan di pita
konduksinya tidak ditempati oleh elektron.
Detektor bahan semikonduktor, merupakan jenis detektor yang masih baru. Detektor
ini memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih efisien dibandingkan dengan detektor isian
gas, karena terbuat dari zat padat, serta memiliki resolusi yang lebih baik daripada detektor
sintilasi.
Energi radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh bahan, dan
memberikan energi yang cukup, sehingga beberapa elektron dalam kristal berpindah dari
pita valensi ke pita konduksi, sehingga menyisakan hole. Pasangan elektron dan hole ini
seperti juga pasangan ion dalam zat cair atau gas, akan bergerak apabila ada beda tegangan,
seperti ion positif dan ion negatif. Ingat bahwa muatan positif dalam bahan semikonduktor
pada kenyataannya tidak bergerak. Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa hole-hole dalam
kristal akan diisi oleh elektron-elektron tetangganya, elektron-elektron yang bergerak ini
pun akan meninggalkan/membuat hole-hole baru di tempatnya semula. Hal ini
menyebabkan seolah-olah hole itu bergerak.
Pada umumnya bahan semikonduktor yang sering digunakan adalah silikon (Si) dan
Germanium (Ge). Untuk meningkatkan daya hantar listrik-nya, maka ditambahkan bahan
pengotor (doping). Apabila bahan pengotor memiliki kelebihan elektron sehingga aliran
listrik adalah pergerakan muatan negatif dalam bahan, yang dikenal dengan sebutan
semikonduktor tipen. Apabila bahan pengotor menambah hole, aliran listrik disebabkan
oleh adanya pergerakan efektif muatan positif dalam bahan, yang dikenal dengan sebutan
semikonduktor tipep.
Detektor terdiri dari tipen dan tipep. Semikonduktor tipen dihubungkan dengan
kutub positif dari tegangan listrik, sedangkan semikonduktor tipep dihubungkan dengan
kutub negatif dari tegangan listrik. Hal ini menyebabkan pembawa muatan positif akan
tertarik ke kutub negatif (atas), dan pembawa muatan negatif akan tertarik ke kutub positif
(bawah). Hal ini menyebabkan timbulnya lapisan kosong muatan (depletion layer). Lapisan
8
kosong muatan ini sama dengan halnya volume sensitif pada ruangan dalam kamar ionisasi.
Dengan timbulnya lapisan muatan yang kosong ini, maka tidak akan timbul arus listrik.
Bila ada radiasi pengion memasuki daerah ini, akan terbentuk pasangan ion-ion baru,
yaitu elektron dan hole yang masing-masing akan bergerak ke kutub positif dan kutub
negatif. Tambahan elektron dan hole inilah yang akan menyebabkan terbentuknya pulsa
atau arus listrik. Jadi pada detektor ini, energi radiasi diubah menjadi energi listrik.
Detektor semikonduktor sangat teliti dalam membedakan energi radiasiyang
mengenainya atau disebut memiliki resolusi yang tinggi. Sebagai gambaran, detektor
sintilasi untuk radiasi gamma biasanya memiliki resolusi sebesar 50 keV, artinya detektor
ini dapat membedakan energi dari dua buah radiasi yang memasukinya bila kedua radiasi
tersebut memiliki perbedaan energi lebih besar daripada 50 keV. Sedang detektor
semikonduktor untuk radiasi gamma biasanya memiliki resolusi 2 keV. Jadi terlihat bahwa
detektor semikonduktor jauh lebih teliti untuk membedakan energi radiasi.
Sebenarnya kemampuan untuk membedakan energi tidak terlalu diperlukan dalam
pemakaian di lapangan, misalnya untuk melakukan survai radiasi. Akan tetapi untuk
keperluan lain, misalnya untuk menentukan jenis dan kadar bahan, kemampuan ini mutlak
diperlukan.
Kelemahan dari detektor semikonduktor ini adalah harganya lebih mahal,
pemakaiannya harus hati-hati karena mudah rusak dan beberapa jenis detektor
semikonduktor harus didinginkan pada nitrogen cair , sehingga harganya relatif mahal.
2.2.4
Neutron dosimetri
2.2.4.1 Sistem Kerja
Neutron merupakan partikel yang tidak bermuatan listrik seperti elektron dan proton.
Karena tidak bermuatan, neutron tidak dapat menyebabkan ionisasi secara langsung
terhadap materi yang dikenai atau dilewatinya.
Namun demikian, apabila neutron berinteraksi dengan materi, neutron akan
menyebabkan ionisasi sekunder. Dengan melakukan deteksi/pengukuran terhadap
partikel/ion hasil dari proses ionisasi sekunder, inilah pengukuran terhadap radiasi neutron
dapat dilakukan.
Neutron cepat (fast neutron) dapat dideteksi melalui hasil interaksinya dengan bahanbahan yang banyak mengandung atom hidrogen. Jenis interaksi antara neutron dengan inti
9
atom hidrogen adalah tumbukan elastis. Tumbukan elastis antara neutron dengan inti atom
hidrogen akan mengeluarkan partikel proton dari inti atom. Deteksi terhadap neutron
dilakukan dengan ionisasi yang dilakukan oleh proton yang keluar dari inti atom hidrogen
akibat tumbukan ini. Untuk deteksi neutron cepat sering digunakan alat ukur proporsional
dengan bahan isian yang memiliki kadar atom hidrogen yang tinggi, seperti polietilin.
Peralatan ini memiliki kepekaan yang sangat rendah dan sulit untuk melakukan pengukuran
di bawah laju dosis radiasi 50 Sv/jam.
Interaksi nuklir yang sering terjadi, yang digunakan dalam deteksi neutron adalah
reaksi antara neutron dengan bahan boron-10 dan lithium-6. Boron- 10 memiliki
penampang lintang tangkapan yang tinggi (4010 barn) terhadap neutron termik. Interaksi
antara neutron dengan kedua bahan ini menghasilkan radiasi partikel alfa. Partikel alfa ini
yang akan melakukan ionisasi terhadap bahan detektor.
Neutron termik dapat dideteksi pula dengan memanfaatkan interaksi antara neutron
dengan helium-3 yang menghasilkan proton dan tritium. Sistem pendeteksian ini lebih
disukai dibandingkan dengan pendeteksian yang menggunakan gas boron-10, karena reaksi
ini tidak sensitif terhadap gangguan sinar gamma. Dalam daerah yang memiliki radiasi
campuran sinar gamma dan neutron, lebih mudah melakukan pengukuran neutron dengan
menggunakan detektor proporsional.
Tiga jenis interaksi yang pertama disebutkan merupakan interaksi neutron yang sering
terjadi pada neutron dengan energi kira-kira/kurang dari 0,5 eV. Neutron dengan tenaga ini
disebut sebagai neutron lambat.
proporsional isian gas. Pada prinsipnya, detektor jenis ini sangat peka/sensitif
untuk mengukur radiasi neutron termik, dan tidak sensitif untuk neutron cepat.
Apabila detektor ini digunakan untuk mendeteksi neutron dengan energi
intermediate dan cepat (energinya di atas 1 MeV), detektor ini harus ditambahkan
dengan dikelilingi oleh bahan pemoderasi neutron, seperti polyethylene, untuk
mengurangi energi/kecepatan neutron cepat menjadi neutron termal. Filter yang
10
2.2.5
Personal Dosimetri
2.2.5.1 Sifat Personal Dosimetri
Alat ukur atau lebih tepatnya dikatakan alat monitor radiasi perseorangan, ada pula
yang menyebutnya sebagai dosimeter perorangan harus bersifat ringan dan mudah untuk
dibawa kemana-mana. Selain itu pula, harus terbuat dari bahan yang cukup kuat agar dapat
menahan penggunaan seharihari, harus dapat mendeteksi dan mencatat dosis radiasi yang
kecil
maupun
yang
besar,
secara
konsisten
dan
tepat.
Pengaruh-pengaruh
2.2.5.2.1
Deosimeter Saku
Dikatakan dengan dosimeter saku karena ukuran dosimeter ini cukup kecil dan
per hari tidak boleh digunakan. Selain itu, dosimeter ini kurang teliti dan memiliki
rentang energi pengukuran tertentu yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan alat
monitor perorangan yang lain.
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan
dengan komponen elektronika sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat
pergeseran jarum, melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung
menampilkan angka hasil pengukurannya. Dosimeter saku digital ini juga tidak
membutuhkan peralatan charger terpisah karena sudah built-in di dalamnya. Setiap
kali diaktifkan, secara otomatis dosimeter ini menampilkan angka nol.
Jenis dosimeter yang telah disebutkan di atas, digolongkan pada jenis dosimeter
saku jenis baca langsung. Dosimeter saku jenis bacaan langsung tersedia dengan
jangkauan kepekaan skala penuh penyimpangannya sebesar 1 mSv sampai 100 mSv.
Dosimeter ini memberikan tanggapan dengan tingkat kebergantungannya terhadap
energi cukup tinggi, terutama untuk foton dengan energi kurang dari 300 keV.
Terhadap foton dengan energi yang lebih dari 300 keV, tanggapannya cukup akurat
dengan simpangan 10 % dari nilai sebenarnya. Sedang untuk foton dengan energi
yang di bawah 300 keV, kesalahan hasil pembacaannya bisa mencapai faktor 2 atau 3
kali nilai yang sebenarnya.
2.2.5.2.2
Film Budge
Alat pemantau dosis radiasi perorangan yang lazim digunakan adalah film
badge. Detektor jenis ini menggunakan detektor berupa film fotografi, serta
memanfaatkan sifat radiasi ionisasi yaitu menghitamkan pelat film yang dilewatinya.
Dosimeter film emulsi dibuat dari bahan dasar berupa selulosa asetat yang dilapisi
bahan sensitif radiasi pada salah satu atau kedua permukaannya. Lapisan yang sensitif
ini disebut emulsi yang terdiri dari gelatine dan komponen-komponen foto sensitive
berupa kristal silver halide, pada umumnya adalah AgBr, yang tersebar secara merata
dalam matriks gelatin. Tebal bahan dosimeter film kirakira 200 mikron, sedang tebal
lapisan emulsi, bentuk, dan ukuran Kristal AgBr serta pengotor-pengotor lainnya
berbeda-beda untuk setiap jenis film. Lapisan emulsi film untuk pemantau Sinar-X
kira-kira 12 mikron, sedang untuk pemantau neutron kira-kira tiga kalinya.
13
Radiasi yang mengenai film, akan berinteraksi dan mengionisasi AgBr, semakin
besar radiasi yang mengenainya, maka akan semakin banyak pasangan ion Ag+ dan
Br- yang terbentuk. Pemrosesan film dimulai dengan memasukan film ke dalam
larutan developer, Ag+ akan berubah menjadi hitam berwarna perak. Pemrosesan film
selanjutnya adalah dengan memasukan film ke dalam larutan pemantap (fixer), larutan
ini akan melarutkan sisa-sisa AgBr, dan AgBr yang sebagai logam perak akan semakin
diperkuat sebagai film laten.
14
Sebelum menentukan hasil pembacaan film, harus dibuat terlebih dahulu kurva
kalibrasi. Dengan membandingkan antara tingkat kehitaman film dengan dosis radiasi
yang sebenarnya.
Sensitivitas film dipengaruhi oleh energi radiasi yang mengenainya. Bila
menggunakan filter, maka terdapat suatu batas (cut off) energi. Bila energi radiasinya
lebih besar daripada batas tersebut, maka film akan sensitif dan sensivitasnya relatif
tidak dipengaruhi lagi oleh energi radiasi. Bila energi radiasinya lebih kecil daripada
batas, maka film tidak sensitif atau film tidak akan mempengaruhi perubahan kimia.
Batas energi tersebut di atas sangat ditentukan oleh jenis filter dan jenis radiasi.
Film-film yang digunakan dalam dosimeter film badge sangat tergantung pada
energi dalam kisaran energi yang rendah, dan radiasi gamma maksimal 0,2 MeV.
Ketergantungan energi ini timbul dari kenyataan bahwa penampang lintang
fotoelektrik perak dalam bentuk emulsi meningkat jauh lebih cepat daripada
penampang lintang fotoelektrik udara atau jaringan tubuh manusia untuk energi foton
di bawah 0,2 MeV. Sensitivitas maksimum film untuk foton gamma teramati pada
rentang tenaga 30 s.d. 40 keV. Di bawah energi ini, tingkat sensitivitas film menurun
karena adanya pelemahan radiasi oleh pembungkus kertas. Sebagai akibat dari
ketergantungan energi ini, film badge tidak berguna bagi foton Sinar-X yang energinya
kurang dari 0,2 MeV, kecuali apabila filmnya dikalibrasikan dengan radiasi distribusi
energi sinar-X.
Dalam penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal penting yaitu batas
saturasi tingkat kehitaman film dan masalah fadding. Apabila film telah mencapai
batas saturasinya, maka penambahan dosis radiasi tidak akan mempengaruhi tingkat
kehitaman film. Oleh karena itu, film badge harus sudah diproses sebelum dosis
radiasi yang mengenainya mencapai nilai saturasinya. Beberapa jenis film memiliki
tingkat saturasi dosis 2 rad (0,02 gray). Sedangkan masalah fadding adalah peristiwa
perubahan tingkat kehitaman film karena pengaruh temperatur dan kelembaban.
Dosimeter film badge memiliki sifat akumulatif yang lebih baik daripada
dosimeter saku. Keuntungan lainnya adalah film badge dapat membedakan jenis
radiasi yang mengenainya dan memiliki rentang pengukuran energi yang lebih besar
daripada dosimeter saku. Selain itu, film yang telah diproses dapat digunakan untuk
perhitungan yang lebih teliti serta dapat didokumentasikan. Kelemahannya adalah
15
untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses terlebih dahulu secara
khusus serta membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman
film, yaitu densitometer.
Film badge mampu mengukur penyinaran sinar gamma antara 10 mR sampai
dengan 1800 R yang berasal dari radium, radiasi partikel beta yang energi
maksimumnya 400 keV, dengan dosis radiasi antara 50 mrad sampai dengan 1000 rad,
radiasi neutron thermal dari 5 mrad sampai dengan 500 rad dan neutron cepat dengan
dosis radiasi 4 mrad sampai dengan 10 rad.
Netron cepat yang energinya di atas 0,5 MeV dapat dimonitor dengan film
penjejak nuklir seperti Eastman Kodak NTA yang ditambahkan pada film badge.
Radiasi neutron pada film badge menyebabkan adanya proton rekoil (proton yang
terpental) yang disebabkan oleh tumbukan elastis inti atom hidrogen dalam
pembungkus kertas, emulsi, dan film.
2.2.5.2.3
digunakan adalah kristal anorganik thermoluminensi, misalnya bahan LiF. Proses yang
terjadi pada detektor ini apabila dikenai radiasi sama halnya dengan proses detektor
sintilasi. Perbedaannya adalah bahwa cahaya tampak baru akan dipancarkan, setelah
kristal dipanaskan. Proses ini disebut proses termoluminensi. Senyawa lain yang
sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4, CaF2 yang mengandung bahan pengotor
Mn.
Sebagaimana diketahui bahwa beberapa bahan memiliki kemampuan untuk
menyimpan energi radiasi pengion yang diterimanya. Jika bahan tersebut mendapat
rangsangan berupa energi panas yang cukup maka akan dipancarkan cahaya tampak
dengan intensitas sebanding dengan energi total yang diserap oleh bahan tersebut.
Materi-materi yang memiliki sifat tersebut disebut fosfor. Selain bahan-bahan yang
telah disebutkan di atas, bahan-bahan lain yang termasuk bahan fosfor, antara lain:
NaCl, LiB4O7.
Zat padat dengan struktur kristal memiliki berbagai macam kerusakan kisi-kisi
kristal di dalamnya. Beberapa kerusakan kisi-kisi itu disebabkan antara lain oleh
hilangnya atom-atom atau ion-ion dari bahan, struktur bidang kristal yang terputus
16
atau adanya bahan-bahan asing (pengotor) yang terdapat dalam kristal. Pada daerah di
sekitar terjadinya kerusakan kisi tersebut sering kali terbentuk pusat-pusat muatan
listrik yang dapat menarik muatan listrik yang berlawanan. Oleh sebab itu, jika
electron bergerak memasuki daerah kerusakan di mana terdapat pusat muatan positif,
maka elektron akan tertarik oleh pusat muatan tersebut. Sebaliknya ion positif dapat
tertarik memasuki daerah kerusakan kisi-kisi dimana terdapat muatan listrik negatif.
Jika pusat-pusat muatan yang terbentuk cukup kuat, maka pusat muatan itu
mampu mengikat ion yang tertarik padanya. Pusat-pusat muatan yang cukup kuat itu
disebut sebagai perangkap, sedangkan kemampuan perangkap dalam mengikat ion
disebut kedalaman perangkap. Tingkat kedalaman perangkap tergantung pada tingkat
kerusakan kisi. Jika satu jenis kristal ditambahkan bahan pengotor, maka diperoleh
kristal dengan satu jenis perangkap.
Banyak perangkap-perangkap yang tidak stabil secara termik sehingga akan
melepaskan tangkapannya pada suhu kamar. Pada perangkap yang stabil, elektron
akan tetap terperangkap sampai dengan kisi diberikan energi panas yang cukup.
Radiasi ionisasi yang memasuki detektor akan berinteraksi dengan Kristal
termoluminensi, menyebabkan elektron yang berada dalam pita valensi berpindah ke
pita konduksi. Elektron-elektron ini tidak dapat kembali pada keadaan semula, yaitu
pada pita valensi karena elektron ini sengaja dijebak oleh pita energi. Apabila kristal
dipanaskan, elektron akan kembali pada pita valensi dengan melepaskan/memancarkan
foton cahaya. Jumlah elektron yang tereksitasi/berpindah dari pita valensi ke pita
konduksi sebanding dengan jumlah dosis radiasi yang mengenai detektor.
Pemanasan pada TLD menyebabkan TLD itu memancarkan cahaya tampak
yang ditangkap oleh foto katoda sehingga terjadi pelepasan elektron dari permukaan
foto katoda itu. Elektron-elektron yang dilepaskan ini selanjutnya diarahkan ke tabung
pengganda elektron yang di dalamnya terdapat dinoda-dinoda. Setiap kali elektron
menumbuk dinoda akan menyebabkan terlepasnya elektron-elektron lain dari dinoda
tersebut. Dengan demikian terjadi pelipatgandaan jumlah elektron di dalam tabung
pengganda elektron. Elektron-elektron itu dapat menghasilkan pulsa listrik yang akan
diproses lebih lanjut oleh system rangkaian alat pencacah sehingga diperoleh data hasil
cacahan radiasi dari TLD.
17
Panas yang diberikan sama dengan energi yang diperlukan untuk menjebak
elektron-elektron dalam pita konduksi. Pada umumnya, banyaknya puncak cahaya
dalam hasil pembacaan menunjukan tempat tempat yang berbeda , sesuai dengan
tingkat energinya dalam pita konduksi yang menangkap elektron. Jumlah total cahaya
itu merupakan total energi yang dilepaskan oleh seluruh elektron untuk kembali pada
pita valensinya, yang sebanding energi radiasi yang masuk ke dalam detektor.
Sedangkan intensitas cahaya sebanding dengan dosis radiasinya.
Dosis radiasi dapat ditentukan dengan menghitung jumlah foton cahaya yang
dipancarkan. Secara praktek, perhitungan dosis dapat dilakukan oleh penentuan daerah
spektrum foton cahaya yang dipancarkan oleh bahan TLD.
Perubahan kelembaban, tekanan udara, dan temperatur normal tidak
mempengaruhi TLD. Berbeda dengan film pada film badge yang akan berkabut bila
dipakai lebih dari satu bulan.
Sebagaimana film badge, dosimeter ini digunakan selama jangka waktu
tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis
radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal
TLD sampai dengan temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan
cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini
adalah TLD reader. Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak
pada tingkat ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah
diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi. Kelemahannya adalah: biaya
awalnya mahal, dan data dosis akan hilang setelah proses pembacaan.
Dari tiga jenis dosimeter yang telah dibahas di atas, terlihat dosimeter saku
merupakan dosimeter yang dapat dibaca langsung, sedang film badge dan TLD
memerlukan suatu proses sehingga hasil pengukurannya tidak dapat diketahui secara
langsung. Pekerja Radiasi yang berada di daerah radiasi tinggi dianjurkan untuk
menggunakan dua jenis dosimeter yaitu dosimeter saku dan film badge atau TLD.
Dosimeter saku digunakan untuk mengetahui dosis yang telah diterimanya secara
langsung, misalnya setelah menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Sedang film badge
atau TLD digunakan untuk mencatat dosis yang telah diterimanya selama selang
waktu yang lebih panjang, misalnya selama satu bulan.
18
Informasi tambahan
Paparan radiasi yang diterima seseorang harus mengikuti standar regulasi nasional. Dimana
batas masksimum paparan radiasi yang diterima seseorang tidak boleh melebihi batas
maksimum dari batas regulasi nasional. Misalkan suatu radioaktif -i dengan pengukuran sebesar
Ai dengan batas regulasi nasional maksimal sebesar Amax. Maka syarat batas yang berlaku
adalah :
n
i 1
A max
1
Ai
E (r )
U0
r ln( ra / ri )
dimana :
Uo = tegangan anode
ra = radius detector proposional
ri = radius anode
1500V
172kV / cm
5mm
6
15 x10 m. ln
3
15 x10 mm
19
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
20
1. Prinsip umum dari semua detektor radiasi adalah merubah semua energi radiasi
yang diterima oleh detektor dan engubahnya menjadi suatu besaran kuantitatif
yang dapat diukur .
2. Ada berbagai jenis detektor yaitu kamar ionisasi, mdetektor sintilasi , detektor
semikonduktor , detektor neutron dan detektor proposional (personal dosimetri).
21
22