Anda di halaman 1dari 10

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.1.1. Data Hasil Percobaan
No

m kertas

m karbon

N asam

Titrasi 1

Titrasi 2

m karbon

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

saring
1,718 g
1,600 g
1,544 g
1,580 g
1,582 g
1,544 g

awal
1,082 g
1,080 g
1,062 g
1,062 g
1,069 g
1,061 g

asetat
1,0 N
0,8 N
0,6 N
0,4 N
0,2 N
0,1 N

(V NaOH)
24,9 mL
19,6 mL
14,7 mL
9,8 mL
5,0 mL
2,4 mL

(V NaOH)
21,9 mL
17,8 mL
13,4 mL
8,3 mL
4,6 mL
1,8 mL

akhir
4,077 g
3,704 g
3,041 g
4,018 g
4,075 g
3,798 g

4.1.2. Data Setelah Diolah


No
.

N Asam Asetat (Titrasi)


N

1.
1,0 N
2.
0,8 N
3.
0,6 N
4.
0,4 N
5.
0,2 N
6.
0,1 N
4.2. Pembahasan

Sebelum

Sesudah

1,25 N
0,98 N
0,74 N
0,49 N
0,25 N
0,12 N

1,10 N
0,89 N
0,67 N
0,42 N
0,23 N
0,09 N

Massa
teradsorps
i
0,09 g
0,05 g
0,04 g
0,05 g
0,01 g
0,02 g

Log
x/M
-1,08
-1,33
-1,42
-1,33
-2,03
-1,72

Log C
0,61
0,57
0,48
0,60
0,61
0,58

Adsorpsi adalah pemisahan suatu fase cairan yang berpindah ke


permukaan zat yang menyerap cairan tersebut. Zat cair yang melekat atau tertarik
pada bahan penyerap terjadi berdasarkan gaya tarik partikel yang berbeda jenis
atau disebut adhesi. Setelah diadsorpsi, suatu cairan tidak dapat kembali
tercampur ke dalam larutan induknya sehingga proses ini tidak terjadi secara
bolak-balik. Peristiwa ini disebabkan karena ikatan yang kuat antara zat penyerap
dan zat yang diserap. Komponen yang diserap dinamakan adsorbat, sedangkan
tempat terjadinya penyerapan dinamakan asdorben.
Molekul dalam suatu senyawa akan saling mengelilingi. Molekul yang
mengelilingi ini merupakan molekul lain yang tidak mempunyai gaya tarik yang
seimbang. Untuk molekul yang di permukaan gaya tariknya tidak seimbang,
karena salah satu arah tidak ada molekul yang lain yang menarik, akibatnya pada
permukaan itu akan mempunyai gaya lemah.

Adsorpsi dipengaruhi oleh

beberapa faktor:
1. Macam adsorpsi
Macam adsorpsi akan mempengaruhi penyerapan pada bahan. Suatu bahan

memiliki kemampuan peneyerapan yang sama antara satu dengan yang lain.
2. Macam zat yang diadsorpsi
Suatu bahan yang akan diserap baik itu dalam wujud cairan ataupun gas tentu
memiliki nilai adsorpsi yang berbeda dengan unusr-unsur atau senyawa lain.
3. Kosentrasi masing-masing
Ketika konsentasi naik maka jumlah partikel dalm campuran juga akan naik.
Semakin tinggi konsentrasi maka akan memungkinkan semakin banayak zat
yang teradsorpsi.
4. Luas permukaan
Luas permukaan adsorbant juga berpengaruh terhadap adsorpsi. Semakin
besar luas permukaan adsorpbant maka zat yang teradsorpsi juga akan
semakin banyak.
5. Temperature
Temperatur juga akan mempengaruhi adsorpsi, suatu larutan memeilki sifat
kelarutan

yang

berbeda-beda

terhadap

suhu.

Ada

larutan

yang

konsentrasinya meningkat karena semua padatannya larut. Konsentrasi ini


juga akan mempengaruhi adsorpsi.
6. Tekanan
Tekanan juga akan berpengaruh terhadap banyaknya adsorpsi suatu zat.
Jika suatu larutan pada tekanan rendah maka gerakan partikelnya akan
rendah dan memungkinkan terjadinya adsorpsi yang rendah.
Praktikum kali ini menggunakan larutan asam asetat 1 N yang kemudian
diencerkan menjadi 5 variasi konsentrasi yaitu 0,8; 0,6; 0,4; 0,2; dan 0,1. Variasi
konsentrasi ini dilakukan unutk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
adsorpsi oleh suatu adsorbant. Larutan asam asetat ini akan dititrasi menggunakan
larutan standar sekunder NaOH 0,5 N yang terstandarisasi. Selain itu indikator
yang digunakan adalah indikator phenolptealin (pp) yang mempunyai trayek pH
8,3-10. Titrasi asam asetat dengan NaOH dapat diprediksi titik ekivalennya yaitu di
atas 7 karena merupakan pasangan asam lemah dan basa kuat. Adapun reaksi
penggaraman yang etrjadi pada saat rekasi adalah sebagai berikut.
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)
Larutan asam asetat kemudian dititrasi pada masing-masing konsentrasi
yang berbeda menggunakan natrium hidroksida. Titrasi yang dilakukan adalah
sebelum larutan asam asetat teradsopsi oleh karbon aktif dan setelah direndam
bersama karbon aktif (sudah teradsorpsi). Tujuannya adalah untuk mengetahui

seberapa banyak larutan asam asetat yang terserap pada karbon aktif. Karbon aktif
digunakan sebagai adsorpbant pada praktikum ini dikarenakan karbon aktif
memiliki luas permukaan yang tinggi setelah diaktifkan. Dalam satu gram karbon
aktif dapat memiliki luas permukaan 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas
nitrogen). Selain itu karbon aktif merupakan bahan yang mudah menyerap suatu
larutan. Karbon aktif juga memiliki nilai ekonomis yang murah karena berasal
dari arang.
Asorpsi terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul yang satu
dengan yang lain di permuakaan adsorbant. Peristiwa adsorpsi terjadi saat karbon
aktif dimasukkan ke dalam larutan asam asetat. Karbon aktif memiliki luas
permukaan yang besar. Dengan demikian adsorbsi dapat terjadi pada banyak
tempat. Penyerapan zat dari larutan, mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat.
Penyerapan bersifat selektif yang diserap hanya pelarut atau zat terlarut.
Titrasi sebelum asam asetat direndam bersama karbon aktif menunjukan
konsentrasi 1,25 N; 0,98 N; 0,74 N; 0,49 N; 0,25 N; dan 0,12 N. Konsentrasi ini
berbeda jika dibandingkan dengan konsentrasi pengenceran yang diharapkan. Ada
beberapa kemungkinan terjadinya kesalahan. Kesalahan yang mendasar adalah
pada saat mengencerkan. Jika volume asam asetat maupun air yang ditambahkan
saat pengenceran tidak tepat maka akan merubah konsentrasi suatu larutan. Jika
air yang digunakan terlalu banyak maka akan menyebabkan konsentrasi menurun
dari yang diharapkan. Namun apabila yang digunakan lebih sedikit juga akan
meningkatkan konsentrasi. Pengambilan asam asetat juga berpengaruh, ketika
yang diambil terlampau sedikit dari volume yang dibutuhkan maka akan
mempengaruhi konsentrasi asam asetat hasil pengenceran nanti. Begitu juga
sebaliknya untuk larutan asam asetat yang terlalu banyak. Jika dilihat dengan hasil
konsentrasi pada saat percobaan memungkinkan terlalu banyaknya asam asetat
yang digunakan (dalam hal ini volume asam asetat tidak terukur dengan cermat)
dan terlalu sedikitnya air (dalam hal ini air yang digunakan pada pengenceran
volumenya tidak mencapai tanda batas). Larutan NaOH yang sudah rusak juga
dapat menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi yang diinginkan.
Setelah diadsorpsi oleh karbon aktif maka konsnetrasi asam asetat
menurun. Hal ini dikarenakan partikel-partikel terlarut dalam larutan asam asetar
terserap pada permukaan karbon aktif. Ketika jumlah partikel yang terlarut
berkuran maka sebagai akibatnya konsentrasi larutan tersebut akan turun. Pada

larutan pertama, konsentrasi menurun dari 1,25 N menjadi 1,10 N. Selanjutnya


konsentrasi 0,98 N turun menjadi 0,89 N. Penurunan konsentri terjadi pada
masing-masing larutan, larutan dengan konsentrasi awal 0,74 N turun menjadi
0,67 N. Larutan dengan konsentrasi 0,49 N pada percobaan turun menjadi 0,42 N.
Larutan dengan konsentrasi 0,25 N juga mengalami penurunan menjadi 0,23 N.
Dan larutan 0,12 N akan turun menjadi 0,09 N.
Berdasarkan data hasil pengolahan di atas, maka semakin tinggi
konsentrasi maka semakin banyak asam asetat yang terserap oleh adsorbant. Hal
ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar selisih konsentrasi awal dan akhir selalu
menurun pada percobaan pertama sampai keenam. Konsentrasi yang semakin
menurun merupakan indikasi bahwa jumlah zat yang terserap juga semakin
banyak.
Selanjutnya dapat diperoleh massa asam asetat yang dieproleh. Pada
percobaan pertama diperoleh massa teradsopsi pada asam asetat 1 N adalah 0,09
gram. Selanjutnya berturut-turut untuk konsentrasi 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,2; dan
0,1 N adalah 0,05 gram, 0,04 gram, 0,05 gram, 0,01 gram, dan 0,02 gram. Dari
data ini dapat diperoleh bahwa konsentrasi mempengaruhi massa zat yang
teradsorpsi. Semakin konsentrasi menurun maka massa asam asetat yang
teradsorpsi juga akan cenderung menurun. Kesalahan yang menyangkut berat
asam asetat teradsorpsi dapat disebabkan saat penitrasian yang tidak sempurna.
Aertinya titrasi melewati titik akhir titrasi yang bisa menyebabkan perubahan
konsentrasi yang sangat drastis. Satu tetes saja akan mempengaruhi perubahan
yang sangat tajam terhadap konsentrasi.
Grafik log x/m dibuat terhadap log c. X merupakan banyaknya asam asetat
yang teradsorpsi, m merupakan massa karbon aktif pertama, dan c adalah massa
karbon aktif setelah mengadsorpsi. Nilai log x/m berturut-turut adalah -1,08;
-1,33; -1,42; -1,33; -2,03; dan -1,72. Sedangkan nilai log c berturut turut adalah
0,61; 0,57; 0,48; 0,60; 0,61; dan 0,58. Maka didapatkan grafik sebagai berikut.

Kesalahan kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum berlangsung


misalnya kesalahan dalam pengenceran yang disebabkan karena alat gelas yang
tidak bersih, kemudian kesalahan saat mengukur volume larutan. Selain itu
kesalahan dalam menitrasi juga menyebabkan perbadaan konsentrasi yang begitu
signifikan. Larutan NaOH yang sudah rusak juga dapat meneyabkan terjadinya
kesalahan dalam penentuan konsentrasi karena larutan NaOH bersifat mudah
menyerap uap air dari udara atau higroskopis.

BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Karbon aktif memiliki daya adsorpsi yang baik terhadap asam asetat.
Semakin tinggi konsentri suatu larutan maka zat yang teradsorpsi akan
semakin banyak. Hal ini juga menyebabkan penurunan konsentrasi pada
suatu larutan yang diadsorpsi. Begitu juga sebaliknya.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti saat menetukan titik akhir titrasi karena
satu tetes titran akan mengubah pH tirat secara signifikan.
Sebaiknya praktikan menjaga kebersihan alat gelas yang digunakan untuk
pengenceran agar konsentrasi yang diharapkan terpenuhi.
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur volumetri
seperti buret, pipet mohr, maupun pipet volume.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Adsorpsi (http://wikipedia.org/indikator_pp.html) diakses 13
November 2011 pukul 10.56 WIB.
Anonim.

2011.

Natrium

Hidroksida

(http://wikipedia.org/natrium_

hidroksida.html) diakses 13 November 2011 pukul 10.05 WIB.


Anonim. 2011. Asam Asetat (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=
9924120) diakses 13 November 2011 pukul 10.15 WIB.
Anonim. 2011. Indikator PP (http://wikipedia.org/indikator_pp.html) diakses
13 November 2011 pukul 10.25 WIB.
Anonim. 2011. Karbon Aktif (http://wikipedia.org/karbon_aktif.html) diakses
13 November 2011 pukul 10.49 WIB.
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Dainith, John. 1994. Kamus Kimia Lengkap Edisi baru. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta
Tim Kimia Fisika. 2011. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember:
FMIPA Universitas Jember.

LAMPIRAN
Data percobaan :
No

m kertas

m karbon

N asam

Titrasi 1

Titrasi 2

m karbon

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

saring
1,718 g
1,600 g
1,544 g
1,580 g
1,582 g
1,544 g

awal
1,082 g
1,080 g
1,062 g
1,062 g
1,069 g
1,061 g

asetat
1,0 N
0,8 N
0,6 N
0,4 N
0,2 N
0,1 N

(V NaOH)
24,9 mL
19,6 mL
14,7 mL
9,8 mL
5,0 mL
2,4 mL

(V NaOH)
21,9 mL
17,8 mL
13,4 mL
8,3 mL
4,6 mL
1,8 mL

akhir
4,077 g
3,704 g
3,041 g
4,018 g
4,075 g
3,798 g

Normalitas Asam Asetat


1. Asam Asetat 1 N
Sebelum Adsorpsi
Setelah Adsorpsi

Setelah Adsorpsi
4. Asam Asetat 0,4 N
Sebelum Adsorpsi

2. Asam Asetat 0,8 N


Sebelum Adsorpsi

Setelah Adsorpsi

3. Asam Asetat 0,6 N


Sebelum Adsorpsi

Setelah Adsorpsi

5. Asam Asetat 0,2 N


Sebelum Adsorpsi

Setelah Adsorpsi

Setelah Adsorpsi

6. Asam Asetat 0,1 N


Sebelum Adsorpsi

Penentuan Berat Zat yang Diadsopsi


1. Asam Asetat 1 N

4. Asam Asetat 0,4 N

2. Asam Asetat 0,8 N

5. Asam Asetat 0,2 N

3. Asam Asetat 0,6 N

6. Asam Asetat 0,1 N

Menetukan Nilai Log


1. Asam Asetat 1 N
log
2. Asam Asetat 0,8 N

log
4. Asam Asetat 0,4 N
log

log
3. Asam Asetat 0,6 N

5. Asam Asetat 0,2 N

log
6. Asam Asetat 0,1 N
log

Menentukan Nilai Log C


1. Asam Asetat 1,0 N7p
log C = log 4,077 gram
log C = 0,61
2. Asam Asetat 0,8 N
log C = log 3,704 gram
log C = 0,57
3. Asam Asetat 0,6 N
log C = log 3,041 gram
log C = 0,48
Grafik

4. Asam Asetat 0,4 N


log C = log 4,018 gram
log C = 0,60
5. Asam Asetat 0,2 N
log C = log 4,075 gram
log C = 0,61
6. Asam Asetat 0,1 N
log C = log 3,798 gram
log C = 0,58

Anda mungkin juga menyukai