Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu albasia (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) adalah jenis
tanaman kayu yang sangat baik ditanam di areal hutan rakyat. Kayu albasia
menjadi satu di antara alternatif serta menjadi primadona di dalam dunia
perkayuan. Budidaya kayu albasia menjadi pilihan karena pertumbuhannya cepat,
waktu tebang lebih pendek, mampu ditanam di berbagai keadaan tanah, kayunya
condong lebih lurus, produktivitasnya tinggi, dan multi fungsi dari mulai akar
hingga pucuk daun memiliki kegunaan yang tidak kecil bagi kehidupan. Salah
satu keunggulan dari kayu albasia dijadikan sebagai penghijauan di seluruh areal,
seperti lahan penghijauan pinggir jalan, penghijauan fasilitas umum pemda, dan
lokasi kawasan industri-industri sebagai tanaman pembatas.
Kayu albasia memiliki prospek pasar cukup tinggi. Permintaannya bukan
hanya di dalam negeri, namun juga dari luar negeri. Pasar ekspor kayu albasia
menjadi pilihan yang menguntungkan. Permintaan dan harga jual kayu albasia
setiap tahun semakin meningkat, karena kayu albasia tidak hanya dipakai untuk
bahan baku industri kayu tetapi bisa digunakan untuk mebel atau barang kerajinan
seni yang bernilai tinggi seperti patung.
PT. Arumbai Kasembadan terletak di Kecamatan Somagede Kabupaten
Banyumas bergerak di bidang pengolahan kayu telah berdiri sejak tahun 1993.
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan berupa laminated board dan bare core.
Laminated board adalah produk kayu olahan yang dihasilkan dari penggabungan
kepingan kayu ke arah penampang lebar dengan cara dikempa (di press)

menggunakan perekat, dengan ketentuan luas penampang masing-masing keping


tidak lebih dari 4.000 mm2 sedangkan bare core adalah susunan kayu yang
dipadatkan, sehingga menghasilkan bentuk serupa papan. Produk papan ini biasa
digunakan sebagai panel dinding.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk tersebut adalah kayu
albasia. Perusahaan mendapatkan kayu albasia dari dua supplier yaitu Albasia Aan
Cilongok dan TPK Serayu Banyumas. Kayu albasia yang didapatkan dari kedua
supplier tersebut masih berbentuk gelondongan dengan standar kualitas yang
ditetapkan oleh perusahaan yaitu menggunakan kayu super. Pengiriman yang
dilakukan tidak menentu jumlah dan waktunya karena bergantung pada produksi
kayu petani.
Setelah mengalami beberapa tahap proses produksi yang membedakan
antara produk laminated board dengan bare core yaitu terletak pada bentuk kayu
albasia yang digunakan. Produk kayu albasia olahan laminated board dalam
produksinya menggunakan bahan baku kayu albasia dalam bentuk log
(gelondongan) dan memiliki mutu yang bagus tanpa cacat, sedangkan untuk
produk olahan bare core dalam produksinya menggunakan bahan baku kayu
albasia yang sudah dalam bentuk balok dengan kualitas kayu yang masih terdapat
cacat, seperti warna kayu yang coklat atau tidak putih dan terdapat mata kayu.
Perbedaan tersebut menyebabkan kualitas produk laminated board lebih bagus
dibandingkan dengan bare core. Pemasaran produk laminated board dan bare
core tidak hanya mencakup wilayah nasional, tetapi saat ini sudah merambah ke
pasar luar negeri yaitu dengan melakukan ekspor ke Jepang dan Korea.

Kegiatan produksi dan penjualan yang dilakukan suatu perusahaan perlu


perencanaan yang baik. Salah satu perencanaan penjualan yang perlu diperhatikan
adalah perhitungan harga pokok produk yang dapat dijadikan acuan dalam
penetapan harga jual dan besar kecilnya laba yang akan diterima.
Harga pokok produk dapat dihitung dengan dua cara, yaitu harga pokok
produksi dan harga pokok produk bersama. Harga pokok produksi digunakan
apabila produk yang dihasilkan perusahaan hanya satu jenis, sedangkan harga
pokok produk bersama digunakan apabila produk yang dihasilkan perusahaan
lebih dari satu jenis.
Perhitungan harga pokok produk bersama dibutuhkan dalam rangka untuk
mengetahui alokasi biaya bersama untuk masing-masing produk yang dihasilkan.
Informasi biaya yang dibutuhkan yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik) dan biaya non produksi (biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum). Informasi ini penting bagi
perusahaan yang menghasilkan produk lebih dari satu jenis serta dalam
pengambilan berbagai keputusan, diantaranya penetapan harga jual.
Manajer sebagai penentu harga jual membutuhkan informasi biaya penuh
untuk mempertimbangkan konsekuensi laba dari tiap harga jual yang ditentukan.
Harga jual produk yang ditentukan harus dapat memberikan jaminan atau
kepastian pada manajemen bahwa harga jual tersebut dapat menutup semua biaya
serta mendapatkan laba bagi perusahaan. Mulyadi (2001), pada dasarnya dalam
keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat menutup biaya penuh
yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang

dikehendaki. Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk


menghasilkan produk atau jasa, sehingga semua pengorbanan ini harus dapat
ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa.
Penetapan harga jual pada PT. Arumbai Kasembadan mempertimbangkan
biaya yang telah dikeluarkan, tetapi perhitungan yang dilakukan belum
dirumuskan secara terperinci dan masih ada biaya yang belum diperhitungkan
seperti biaya penyusutan. Perhitungan yang perlu dilakukan oleh PT. Arumbai
Kasembadan diantaranya adalah penentuan harga jual produk, misalnya dengan
menggunakan perhitungan harga pokok produksi.
Harga pokok produk yang diperhitungkan adalah biaya produk bersama, hal
ini dikarenakan PT. Arumbai Kasembadan menghasilkan produk lebih dari satu
jenis. Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk
dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pentingnya mengetahui
biaya produk bersama agar tidak ada kebocoran penerimaan yang diakibatkan
oleh tidak terhitungnya biaya yang dikeluarkan pada proses produksi yang
berbeda.
Perusahaan yang menghasilkan produk bersama biasanya ingin mengetahui
besarnya kontribusi masing-masing produk bersama tersebut terhadap seluruh
penghasilan perusahaan, karena dengan demikian dapat diketahui dari beberapa
macam produk bersama tersebut, jenis produk yang menguntungkan atau jenis
produk yang perlu didorong pemasarannya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai


berikut :
1. Berapa besar biaya produk bersama yang dikeluarkan oleh PT. Arumbai
Kasembadan untuk menghasilkan produk-produknya?
2. Berapa harga jual laminated board dan bare core yang dihasilkan PT.
Arumbai Kasembadan?
3. Berapa laba produk bersama yang dihasilkan oleh PT. Arumbai Kasembadan?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung besarnya biaya produk bersama yang dikeluarkan oleh PT.
Arumbai Kasembadan.
2. Menghitung harga jual laminated board dan bare core yang dihasilkan oleh
PT. Arumbai Kasembadan.
3. Menghitung laba produk bersama di PT. Arumbai Kasembadan.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan agar dapat bermanfaat sebagai :
1. Bahan pertimbangan bagi PT. Arumbai Kasembadan dalam pengambilan
keputusan penetapan harga jual laminated board dan bare core.
2. Sumber informasi untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai
penentuan harga jual produk bersama dari hasil penelitian ini.

II.KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Pemikiran
PT. Arumbai Kasembadan merupakan perusahaan agroindustri yang
bergerak di bidang pengolahan kayu albasia yang memproduksi laminated board
dan bare core. Bahan baku utama yang diperlukan untuk memproduksi laminated
board dan bare core adalah kayu albasia. Produksi laminated board dan bare core
yang dilakukan perusahaan tidak lepas dari adanya korbanan yang harus
dikeluarkan atau sering disebut dengan biaya. Suatu perusahaan dapat mengetahui
seberapa besar keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan yang telah dicapai
selama periode usaha perlu memperhatikan harga pokok produk. Besarnya harga
pokok produk pada agroindustri yang menghasilkan produk lebih dari satu jenis
diperlukan perhitungan biaya bersama terlebih dahulu. Perhitungan biaya bersama
diperlukan bagi perusahaan yang memiliki produk bersama.
Produk yang dihasilkan PT. Arumbai Kasembadan adalah laminated board
dan bare core. Kedua produk tersebut terbuat dari bahan baku yang sama yaitu
kayu albasia, akan tetapi harga jual dari masing-masing produk berbeda.
Perbedaan ini didasari oleh proses lanjutan yang dialami setiap model tidak sama
yang mengakibatkan biaya proses lanjutan juga berbeda.
Bastian dan Nurlela (2006), produk bersama adalah beberapa produk yang
dihasilkan dalam suatu rangkaian atau seri produk secara bersama dengan
menggunakan bahan, tenaga kerja dan biaya overhead secara bersama. Produk
bersama mengharuskan suatu perusahaan untuk menghitung biaya produk
bersama. Biaya produk bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti

bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead untuk menghasilkan beberapa
produk. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang digunakan secara bersama
oleh produk bersama tersebut. Perhitungan biaya ditujukan pada saat
pengalokasian biaya pada masing-masing produk.
Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan
menggunakan salah satu dari empat metode dibawah ini (Mulyadi, 2005):
1.
2.
3.
4.

Metode nilai jual relatif


Metode satuan fisik
Metode rata-rata biaya per satuan
Metode rata-rata tertimbang
Biaya produk bersama dihitung untuk mengetahui alokasi dari biaya

bersama tersebut terhadap masing-masing produk yang dihasilkan. Perhitungan


alokasi biaya bersama pada PT. Arumbai Kasembadan akan dilakukan dengan
menggunakan metode satuan fisik.
Metode satuan fisik hanya dapat digunakan bila produk bersama yang
dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan
oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu
proses bersama tetapi mutunya berlainan. Harga pokok masing-masing produk
dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang
mendasari metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang
sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu satuan produk berbeda
satu sama lain (Mulyadi, 2005).
Harga pokok produk per unit merupakan informasi penting yang harus
diketahui oleh manajemen perusahaan dimana informasi ini berguna untuk
menentukan harga jual dan besar kecilnya laba dari setiap produk yang dihasilkan.

Apabila perusahaan tidak memperhitungkan harga pokok produk per unit maka
besar kecilnya laba yang akan diperoleh tidak akan dapat terlihat jelas serta dapat
menyebabkan kerugian apabila harga jual yang ditetapkan lebih rendah dari harga
pokok produk per unit. Metode harga pokok membantu perencanaan manajemen
sebab metode harga pokok memberikan gambaran yang lebih jelas tentang efek
tambahan produksi terhadap biaya dan laba.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan skema kerangka pemikiran


seperti pada Gambar 1.
PT. Arumbai Kasembadan

Input :
1. Bahan Baku : Kayu Albasia
2. Bahan Penolong
3. Upah Tenaga Kerja

Output :
1. Laminated Board
2. Bare Core

Perhitungan Biaya Produk Bersama


Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Biaya produk bersama

xxx
xxx
xxx +
xxx

Perhitungan Harga Pokok Produk per Unit


=

Harga pokok produksi


Jumlah produk yang dihasilkan

Penentuan Harga Jual Produk

Perhitungan Laba Produk Bersama


= TR-TC

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

III.METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Arumbai Kasembadan, Kecamatan
Somagede, Kabupaten Banyumas. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014.
B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah sumber data yang didapatkan dari PT. Arumbai
Kasembadan yang memproduksi laminated board dan bare core.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah studi kasus. Metode ini merupakan suatu
pendekatan dari penelitian yang bersifat kasus, sehingga hasil penelitian tidak
dapat digeneralisasikan (Soekartawi, 2005).
D. Metode Pengambilan Data dan Jenis data
1. Metode Pengambilan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung ke
objek penelitian pada PT. Arumbai Kasembadan Banyumas dengan
maksud untuk melihat langsung semua kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam pelaksanaannya sehubungan dengan objek penelitian.
b. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data dengan mempelajari
hasil-hasil penelitian, literatur, internet dan sumber lain yang relevan
dengan penelitian.
2. Jenis Data
a. Data primer

10

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari


perusahaan, yaitu dengan metode wawancara dan pengamatan di
lapangan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung.
Data sekunder dapat berupa data yang telah diolah oleh perusahaan
selama kurun waktu Juli-Agustus. Data yang berkaitan dengan penelitian
diantaranya data biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik) dan biaya non produksi (biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum).
E. Variabel dan Pengukuran
Variabel-variabel yang diamati pada penelitian ini adalah:
1. Produk
Produk adalah laminated board dan bare core yang dihasilkan selama
satu periode produksi yang dinyatakan dalam satuan volume.
2. Harga jual laminated board dan bare core
Harga jual adalah jumlah uang yang dibebankan oleh perusahaan
kepada pembeli atas barang yang dibeli. Variabel ini diukur dalam satuan
rupiah.
3. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memproduksi laminated board dan bare core yang dinyatakan dalam
satuan rupiah. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan terdiri atas :
a. Biaya bahan baku

11

Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian bahan baku


dalam suatu periode produksi. Variabel ini diukur dengan satuan rupiah
m3.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung meliputi upah dari seluruh tenaga kerja
yang menangani secara langsung kegiatan produksi. Variabel ini diukur
dengan satuan rupiah.
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya produksi selain biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung. Variabel ini diukur dalam satuan
rupiah.
4. Biaya non produksi
Biaya non produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk membiayai selain kegiatan produksi yang dinyatakan dalam satuan
rupiah. Biaya non produksi terdiri dari :
a. Biaya pemasaran
Biaya yang digunakan dalam rangka pemasaran produk, terdiri atas
biaya gaji bagian pemasaran, biaya promosi, dan biaya transportasi.
Variabel ini diukur dalam satuan rupiah.
b. Biaya administrasi dan umum
Biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan fungsi administrasi
perusahaan, terdiri atas biaya gaji staf administrasi kantor dan biaya
telepon. Variabel ini diukur dalam satuan rupiah.
5. Biaya bersama
Biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai
dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya
produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
6. Laba

12

Sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan


penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu
terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode
tertentu. Variabel ini diukur dalam satuan rupiah.

13

F. Metode Analisis Data


1. Menentukan besarnya biaya produk bersama
Perhitungan biaya produk bersama sebagai berikut (Mulyadi, 2005):
Biaya bahan baku

xxx

Biaya tenaga kerja langsung

xxx

Biaya overhead pabrik (variabel dan tetap)

xxx +

Biaya produk bersama

xxx

2. Menghitung alokasi biaya bersama menurut metode satuan fisik


Alokasi biaya bersama menurut metode satuan fisik meliputi (Bustami
dan Nurlela, 2006):
a. Alokasi joint cost =

Jumlah unit masingmasing produk


Jumlah unit keseluruhan produk

x biaya

bersama
b. Harga pokok produksi masing-masing produk
Harga pokok produksi = Alokasi joint cost + biaya proses lanjutan.
c. Harga pokok produksi per unit
Harga pokok produksi per unit =

Harga pokok produksi


Jumlah produk yang dihasilkan

14

3. Perhitungan laba produk bersama


Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk penghitungan laba, agar
dapat diketahui berapa besar kontribusi masing-masing produk bersama
terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Perhitungan laba produk
bersama (Mulyadi, 2005):
Tabel 1.Perhitungan Laba Produk Bersama
Produk

Produk

Jumlah
Hasil penjualan
Harga pokok produksi
Laba kotor
Biaya non produksi:
Biaya pemasaran
Biaya administrasi dan

Xx
xx -

xx
xx -

Xx
xx -

xx
Xx
xx +

xx
xx
xx +

xx
xx
xx +

umum
xx xx

Laba

xx xx

xx xx

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jenis Kegiatan
Observasi dan Ijin
Penelitian
Pembuatan Proposal
Pengumpulan Data
Tabulasi Data
Analisis Data
Penyusunan Skripsi

Bulan ke
III

II

IV

xxx
xxx

xxx

xxx
xxx
Xxx
xxx
xxx

DAFTAR PUSTAKA

15

Bustami, B dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu, Yogyakarta.


Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok Edisi 2 Buku I. BPFE, Yogyakarta.
Soekartawi. 2005. Agroindustri: dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Raja Grafindo,
Jakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi
Kedua. AMP YKPN, Yogyakarta.
_______. 2005. Akuntansi Biaya Edisi 5. AMP YKPN, Yogyakarta.
Munawir, S. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai