Anda di halaman 1dari 17

Pembesaran Kelanjar Tiroid

Ratna Setia Wati


102011203
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
e mail: notde90@yahoo.com

PENDAHULUAN
Kelanjar endokrin merupakan salah satu organ endokrin dalam tubuh manusia. Kelanjar
endokrin sendiri tersebuat adalah organ yang mensekresi hormon. Sekresi hormon tersebut
disekresikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah. Hormon itu sendiri adalah zat
perantara kimiawi yang secara spesifik dikeluarkan dalam darah oleh kelenjar endokrin
sebagai respon terhadap sinyal yang sesuai. Darah membawa zat perantara tersebut ke bagian
tubuh lain tempat zat tersebut menimbulkan pengaruhnya pada sel sasaran yang terletak jauh
dari tempat pengeluarannya. Makalah ini khususnya akan membahas kasus tentang kelenjar
endokrin yang mengalami pembesaran. Pembesaran ini tentunya akan mempengaruhi sekresi
hormon yang dihasilkan dan organ yang menjadi sasaran hormon tersebut.
Pembahasan dalam makalah ini akan diserati dengan penganalisisan kasus seorang laki-laki
berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan, frekuensi pernafasan yang
meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik dokter mendapati adanya
pembesaran kelenjar tiroid. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah refrensi baru bagi
pembaca untuk mempelajari sistem endokrin khususnya tentang kelenjar tiroid.

ISI
Struktur Makroskopis Kelenjar Tiroid
Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular,berwarna merah kecoklatan
dengan konsistensi yang lunak.Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus yang
simetris.Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujungcaudal yang besar.
Antara kedua lobus dihubungkan olehisthmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus
piramidalis yang bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus
piramidalis berada di sebelah kiri lineamediana. Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai
1

ukuran kira-kira 5 cm,dibungkus oleh fascia propria yang disebut true capsule, dan disebelah
superficialnya terdapat fascia pretrachealis yangmembentuk false capsule.
Topografi Kelenjar Thyroid
Kelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di sebelahventral bagian caudal larynx dan
bagian cranial trachea, terletakberhadapan dengan vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1.
Kedualobus bersama-sama dengan isthmus memberi bentuk huruf U.Ditutupi oleh m.
sternohyoideus dan m.sternothyroideus. Ujungcranial lobus mencapai linea obliqua
cartilaginis thyreoideae,ujung inferior meluas sampai cincin trachea 5-6. Isthmus
difiksasipada cincin trachea 2,3 dan 4. Kelenjar thyroid juga difiksasi padatrachea dan pada
tepi cranial cartilago cricoidea oleh penebalanfascia pretrachealis yang dinamakan ligament
of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak padasaat proses
menelan berlangsung. Topografi kelenjar thyroidadalah sebagai berikut:

Di sebelah anterior terdapat m.

infrahyoideus, yaitu m.sternohyoideus, m.

sternothyroideus, m. thyrohyoideus dan m.omohyoideus.


Di sebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke bagian
profunda terdapat nervus laryngeussuperior ramus externus dan di antara oesophagus dan
tracheaberjalan nervus laryngeus recurrens. Nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus
recurrens merupakan percabangan dari nervus vagus. Pada regio colli, nervus vagus
mempercabangkanramus

meningealis,

ramus

auricularis,

ramus

pharyngealis,

nervuslaryngeus superior, ramus cardiacus superior, ramus cardiacusinferior, nervus


laryngeus reccurens dan ramus untuk sinuscaroticus dan carotid body.
Di sebelah postero-lateral terletak carotid sheath yang membungkus a. caroticus
communis, a. caroticus internus, vena jugularis interna dan nervus vagus. Carotid sheath
terbentuk dari fascia colli media, berbentuk lembaran pada sisi arteri danmenjadi tipis pada
sisi vena jugularis interna. Carotid sheathmengadakan perlekatan pada tepi foramen
caroticum, meluas kecaudal mencapai arcus aortae. Fascia colli media juga membentukfascia
pretrachealis yang berada di bagian profunda otot-ototinfrahyoideus. Pada tepi kelenjar
thyroid, fascia itu terbelah duadan membungkus kelenjar thyroid tetapi tidak melekat
padakelenjar tersebut, kecuali pada bagian di antara isthmus dan cincin trachea 2, 3 dan 4.
Vaskularisasi Kelenjar Thyroid

Kelenjar thyroid memperoleh darah dari arteri thyroidea superior,arteri thyroidea inferior dan
kadang-kadang arteri thyroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara
kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis. Arteri thyroidea superior merupakan cabang pertama
artericaroticus eksterna, melintas turun ke kutub atas masing-masinglobus kelenjar thyroid,
menembus fascia pretrachealis danmembentuk ramus glandularis anterior dan ramus
glandularisposterior.8Arteri thyroidea inferior merupakan cabang truncusthyrocervicalis,
melintas ke superomedial di belakang carotedsheath dan mencapai aspek posterior kelenjar
thyroid. Truncusthyrocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arterisubclavia. Arteri
thyroidea inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan
memasok darahke kutub bawah kelenjar thyroid.8Arteri thyroidea ima biasanya
dipercabangkan

oleh

truncusbrachiocephalicus

atau

langsung

dipercabangkan

dari

arcusaortae.8Tiga pasang vena thyroidea menyalurkan darah dari pleksus venapada


permukaan anterior kelenjar thyroid dan trachea. Venathyroidea superior menyalurkan darah
dari kutub atas, venathyroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedualobus dan
vena thyroidea inferior menyalurkan darah dari kutubbawah. Vena thyroidea superior dan
vena thyroidea mediabermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena thyroideainferior
bermuara ke dalam vena brachiocephalica.1
Struktur Mikroskopik Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid memiliki kapsula tipis, terdiri dari jaringan ikat padat irregular,terutama
serabut reticular, masuk kedalam parenkim kelenjar membentuksepta, sehingga membagi
kelenjar kedalam lobulus-lobulus. Pada septa jaringan ikat kaya pembuluh darah, pembuluh
limfe, dan serabut syaraf. Tidak seperti kelenjar endokrin lain yang terdiri dari kelompokan
sel, kelenjartiroid terdiri dari folikel-folikel yang mengandung koloid. Koloid adalah
suatuglikoprotein atau bulatan berepitel selapis dengan lumen berisikan suatusubstansi
gelatinosa. Dalam setiap lobulus terdapat ribuan folikel.Setiap folikel memiliki sel folikel dan
sel parafolikular. Jaringan ikat dipisahkan dengan sel oleh lapisan titis lamina basalis.

Sel folikel

Disebut juga sel prinsipal. Merupakan sel utama yang membentukfolikel tiroid.
Bentuk sel kuboid rendah sampai silindris.
Inti bulat sampai oval dengan 2 anak inti

Sitoplasma basofilik, banyak vesikel-vesikel kecil, terdapat granula sekretoris kecil.


Fungsi sel folikel menghasilkan hormin tiroksin (T4) dan triiodotironin(T3). Hormon ini di
stimulus oleh hormon TSH.

Sel parafolikular

Disebut juga clear cell atau cell C.Letak diantara sel folikel, antarafolikel tiroid, atau antara
sel folikel dengan membrana basalis folikel. Bisa ditemukan sendirian atau dalam kelompok
di antara sel folikel. Selparafolikular tidak mencapai lumen.
Lebih besar dari sel folikel
Inti besar, bulat
Sitoplasma dengan granula terwarna pucat, terdapat granulasekretoris kecil.
Berfungsi menghasilkan dan sekresi hormon kalsitonin (tirokalsitonin). Hormon ini
dilepaskan secara langsung ke dalam jaringan ikat, segeramasuk pembuluh darah. Fungsi
hormon kalsitonin adalah menurunkan konsentrasi kalsium dalam plasma dengan cara
menenkan resorpsi tulangoleh osteoklas.2
Mekanisme Sekresi Hormon Tiroid
Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, di mana keduanya harus
diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, dibentuk dalam jumlah yang
memadahi oleh tubuh sehingga bukan suatu zat esensial dalam makanan. Sebaliknya, iodium
yang dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid harus diperoleh dari makanan. Pembentukan,
penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Semua tahap pembentukan hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di
dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri diproduksi oleh kompleks Golgi/rertikulum
endoplasma sel folikel tiroid. Asam amino tirosin masuk ke dalam molekul
tiroglobulin yang jauh lebih besar sewaktu yang terakhir ini sedang diproduksi.
Setelah terbentuk, troglobulin yang sudah mengandung tirosin diekspor dari sel
folikel ke dalam koloid melalui proses eksositosis.
2. Tiroid menagkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui
pompa iodium protein-protein pengangkut yang kuat dan memerlukan energi di
membran luar sel folikel. Hampir semua iodium di tubuh dipindahakan melawan
4

gradien konsentrasi untuk disimpan di tiroid untuk membentuk hormon tiroid. Iodium
tidak memiliki fungsi lain di tubuh.
3. Di dalam koloid, iodium cepat dilekatkan ke tirosin di dalam molekul tiroglobulin.
Perlekatan satu iodium ke tirosin menghasilkan monoidotirosin (MIT). Perlekatan
dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT).
4. Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin yang telah
beriodium untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan satu IMT dan satu DIT
menghasilkan triidotironin atau T3 (dengan tiga iodium). Penggabungan dua DIT
menghasilkan tetraiodotironin (T4atau tiroksin), yaitu bentuk hormon tiroid dengan
empat iodium. Antara kedua MIT tidak terjadi penggabungan.
Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam bentuk
ini di koloid sampai terurai dan disekresikan. Jumlah hormon tiroid yang tersimpan
normalnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.
Untuk mensekresi hormon tiroid, sel folikel akan memfagosit koloid penuh tiroglobulin.
Pelepasan hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik adalah suatu proses yang agak rumit
karena dua alasan. Pertama, sebelum pembebasannya, T3 dan T4 masih terikat di dalam
molekul tiroglobulin. Kedua, kedua hormon tersimpan di tempat ekstrasel, lumen folikel,
sehingga harus diangkut menembus sel folikel untuk mencapai kapiler yang berjalan di ruang
intertisium di antara folikel-folikel.
Pada proses sekresi hormon tiroid, sel folikel menggigit putus sepotong koloid,
menguraikan molekul tiroglobulin menjadi bagian-bagiannya, dan meludahkan T3 dan T4
yang telah dibebaskan ke dalam darah. Pada stimulasi yang sesuai untuk sekresi hormon
tiroid, sel-sel folikel menginternalisasi sebagian kompleks tiroglobulin-hormon dengan
memfagosit sepotong koloid. Di dalam sel, butir-butir koloid membungkus membran
menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya memisahkan hormon-hormon tiroid yang
aktif secara biologis, T3 dan T4, serta ioditirosin yang inaktif, MIT dan DIT. Hormon tiroid,
karena sangat lipofilik, mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah.
MIT dan DIT tidak memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang
secara cepat mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT sehingga iodium yang telah bebas ini
dapat di daur ulang untuk membentuk lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini
akan mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT, bukan dari T3 atau T4.

Setelah dikeluarkan ke dalam darah, molekul-molekul hormon tiroid yang sangat lipofilik
(dan karenanya tak larut air) berikatan dengan beberapa protein plasma. Sebagian besar T3
dan T4 diangkut oleh thyroxine-binding globulin (TBG, globulin pengikat tiroksin), suatu
protein plasma yang secara selektif berikatan hanya dengan hormon tiroid. Kurang dari 0,1%
T4 dan kurang dari 1% T3 tetap berada dalam bentuk bebas. Hal ini mengingat hanya bentuk
bebas dari keseluruhan hormn tiroid yang memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan
menimbulkan efek.
Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk
T4 namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lebih kuat. Meskipun demikian, sebagian
besar dari T4 yang disekresikan diubah menjadi T3, atau diaktifkan, ditanggalkan satu
iodiumnya di luar kelenjar tiroid, terutama di hati dan ginjal. Sekitar 80% T 3 ddalam darah
berasal dari T4 yang telah mengalami proses penanggalan di perifer. Karena itu, T 3 adalah
bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis di tingkat sel, meskipun kelenjar tiroid
terutama menghasilkan T4.
Dibandingkan dengan hormon lain, kerja hormon tiroid relatif lamban. Respons terhadap
peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respons maksimal belum
terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama, sebagian karena hormon tiroid
tidak cepat terurai tetapi juga karena respons terhadap peningkatan sekresi terus terjadi
selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali
ke normal.
Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruhi langsung atau tak langsung oleh hormon tiroid.
Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori yang saling tumpang tindih.

Efek pada Laju Metabolisme dan Produksi Panas

Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh, atau laju langsam.
Hormon ini adalah resulator terpenting dalam laju konsumsi O 2 dan pengeluaran energi tubuh
pada keadaan istirahat.
Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorigenik (penghasil panas).
Peningkatan aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan produksi panas.3
Laju pemakaian energi selama kerja eksternal dan internal dikenal sebagai laju metabolik.
Karena sebagian besar pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul sebagai panas maka laju
6

metabolik normalnya dinyatakan sebagai laju produksi panas dalam kalori per jam.
Peningkatan aktivitas otot rangka adalah faktor yang dapat meningkatkan laju metabolik
paling besar. Bahkan peningkatan ringan tonus otot menyebabkan peningkatan laju metabolik
yang nyata, dan berbagai tingkat aktivitas fisik secara mencolok mengubah pengeluaran
energi dan produksi panasa. Karena itu, laju metabolik seseorang ditentukan di bawah kondisi
basal terstandar yang diciptakan untuk mengontrol sebanyak mungkin variabel yang dapat
mengubah laju metabolik. Dengan cara ini, aktivitas metabolik yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi tubuh dasar saat istirahat dapat ditentukan. Karena itu apa yang
disebut sebagai laju metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) adalah cerminan
kecepatan langsam rubuh, atau laju pengeluaran energi internal minimal saat terjaga. BMR
dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan fungsi tiroid. Pasien yang mengalami
gangguan fungsi tiroid, khususnya hipertiroid, nilai BMR nya akan tinggi karena hormon
tiroid adalah penentu utama meskipun bukan satu-satunya penentu laju metabolisme basal.
BMR diukur di bawah kondisi khusus berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Dalam keadaan istirahat fisik dan mental sempurna


Dalam keadaan post absorptive atau sudah berpuasa selama 12 sampai 14 jam
Ruang pemeriksaan nyaman
Istirahat selama jam sebelum pemeriksaan
Satu hari sebelum pemeriksaan mengurangi makanan protein

Laju produksi panas pada pengukuran BMR dapat ditentukan secara langsung dan tak
langsung.

Pada kalorimetri langsung, yang bersangkutan duduk dalam suatu kamar

berinsulasi dengan air mengalir mengelilingi dinding. Perbedaan suhu air yang masuk dan
keluar kamar mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh yang bersangkutan dan
diserap oleh air sewaktu air mengalir melewati kamar. Pada kalorimetri tidak langsung
hanya penyerapan O2 per satuan waktu yang diukur, yang merupakan tugas sederhana dengan
peralatan peralatan minimal.
Terdapat hubungan langsung antara volume O2 yang digunakan dan jumlah panas yang
dihasilkan. Hubungan ini jua bergantung pada jenis makanan yang dioksidasi. Dapat dibuat
perkiraan rerata tentang jumlah panas yang dihasilkan per liter O 2 yang dikonsumsi. Dengan
munggunakan metode ini, laju metabolik seseorang yang mengonsumsi 15 liter O 2/jam dapat
diperkirakan sebagai berikut :
15 liter/jam

= konsumsi O2

x 4,8 kilokalori/liter

= ekivalen energi O2

72 kilokalori/jam

= perkiraan laju metabolik

Dengan cara ini, pengukuran sederhana konsumsi O2 dapat digunakan untuk memperkirakan
secara layak produksi panas dalam menentukan laju metabolik.4

Efek pada Metabolisme Antara

Selain meningkatkan laju metabolik secara keseluruhan, hormon tiroid juga memodulasi
kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan bakar. Efek
hormon tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek; hormon ini tidak saja
dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein tetapi
hormon dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek sebaliknya. Sebagai
contoh, perubahan glukosa menjadi glikogen , bentuk simpanan glukosa, dipermudah oleh
hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi kebalikannya, pemecahan glikogen menjadi glukosa
terjadi pada jumlah hormon yang tinggi.

Efek Simpatometik

Setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dikenal sebagai
efek simpatomimetik (menyerupai simpatis). Hormon tiroid meningkatkan responsivitas
sel sasaran terhadap katekolamin (epinefin dan norepinefrin), pembawa pesan kimiawi yang
digunakan oleh sistem saraf simpatis dan medula adrenal. Hormon tiroid melaksanakan efek
permisif ini dengan menyebabkan proliferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin.
Karena pengaruh ini, banyak dari efek yang diamati ketika sekresi hormon tiroid meningkat
adalah serupa dengan yang menyertai pengaktifan sistem saraf simpatis.

Efek pada Sistem Kardiovaskular

Melalui efek meningkatkan kepekaan jantung terhadap katekolamin dalam darah, hormon
tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah jantung
meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang dihasilkan oleh efek
kalorigenik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk membawa kelebihan panas ke
permukaan tubuh dikeluarkan ke lingkungan.

Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf

Hormon tiroid penting bagi pertumbuhan normal karena efeknya pada hormon pertumbuhan
(GH) dan IGF-I. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi GH dan meningkatkan
produksi IGF-I oleh hati tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada sintesis
proteinstruktual baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak dengan defisiensi tiroid mengalami
hambatan pertumbuhan yang dapat dipulihkan dengan terapi sulih tiroid. Namun, tidak
seperti kelebebihan GH, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang
berlebihan.
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, khususnya SSP,
suatu efek yang terganggu pada anak dengan defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon tiroid juga
esensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
Thyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah
regulator fisiologik terpenting sekresi hormon tiroid. Hampir setiap tahap dalam sintesis dan
pelepasan hormon tiroid dirangsang oleh TSH.
Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga mempertahankan integritas struktural
kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid akan mengalami atrofi dan mengeluarkan hormon
tiroid dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi dan hiperplasia
(peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respon terhadap TSH yang berlebihan.
Thyroid-releasinghormone (TRH) hipotalamus, melalui efek tropiknya, menyalakan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid, melalui mekanisme umpan
balik negatif, memadamkan sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior. Seperti
lengkung umpan balik lainnya, mekanisme antara hormon tiroid dan TSH ini cenderung
mempertahankan kestabilan hormon tiroid.
Umpan balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior melaksanakan regulasi kadar hormon
tiroid bebas sehari-hari, semetara hipotalamus memerantai penyesuaian jangka panjang.
Tidak seperti kebanyakan sistem hormon lainnya, hormon-hormon di aksis tiroid pada orang
dewasa tidak mengalami perubahan sekresi yang mendadak dan lebar. Sekresi hormon tiroid
yang relatif tetap sesuai dengan respons lambat dan berkepanjangan yang diinduksi oleh
hormon ini; peningkatan atau penurunan mendadak kadar hormon tiroid tidak memiliki
manfaat adaptif.

Satu-satunya faktor yang diketahui meningkatkan sekresi TRH adalah pajanan cuaca dingin
pada bayi baru lahir, suatu mekanisme yang sangat adaptif. Para ilmuwan berpikir bahwa
peningkatan

drastis

sekresi

hormon

tiroid

yang

menghasilkan

panas

membantu

mempertahankan suhu tubuh sewaktu penurunan mendadak suhu lingkungan saat lahir ketika
bayi keluar dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang sangat dingin. Respons
TSH serupa terhadap pajanan dingin tidak terjadi pada orang dewasa, meskipun secara
fisiologis masuk akal dan memang terjadi pada beberapa jenis hewan percobaan.
Berbagai jenis stres menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, mungkin melalui pengaruh
saraf pada hipotalamus, meskipun makna adaptif inhibisi ini masih belum jelas.
Kelainan Pembesaran Fungsi Tiroid (Hipertiroidisme)
Kelainan fungsi tiroid adalah salah satu gangguan endokrin yang paling sering ditemukan.
Kelainan ini tergolong ke dalam dua kategori utama yaitu hipotiroidisme dan
hipertiroidisme yang masing-masing mencerminkan defisiensi dan kelebihan sekresi
hormon tiroid. dalam makalah ini kita akan membahas tentang hipertiroidisme sesuai dengan
kasus.
Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Graves. Ini adalah suatu penyakit
otoimun di mana tubuh secara salah menghasilkan long-acting stimulator (LATS), suatu
antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid. LATS merangsang sekresi dan
pertumbuhan tiroid mirip dengan yang dilakukan oleh TSH. LATS tidak dipengaruhi oleh
inhibisi umpan balik hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid berlanjut tanpa
kendali. Meskipun lebih jarang, hipertiroidisme dapat terjadi karena kelebihan TRH atau TSH
berkaitan dengan tumor tiroid dengan hipersekresi.
Pasien hipertiroid mengalami peningkatan laju metabolik basal. Meningkatnya produksi
panas menyebabkan keringat berlebihan dan intoleransi panas. Meskipun nafsu makan dan
asupan makanan meningkat yang terjadi sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan
metabolik namun berat tubuh biasanya turun karena tubuh menggunakan bahan bakar jauh
lebih cepat. Terjadi penguraian netto simpanan karbohidrat, lemak dan protein. Berkurangnya
protein otot menyebabkan tubuh lemah. Berbagai kelainan kardiovaskular dilaporkan
berkaitan dengan hipertiroidisme, disebabkan baik oleh karena efek langsung hormon tiroid
maupun interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan denyut dengan kekuatan kontraksi
dapat meningkat sedemikian besar sehingga individu mengalami palpitasi (jantung berdebar10

debar). Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak sanggup memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh meskipun curah jantung meningkat. Efek pada SSP ditadai oleh peningkatan
berlebihan kewasapadaan mental hingga ke titik di mana pasien mudah tersinggung, tegang,
cemas dan sangat emosional.
Tiga metode umum terapi dapat menekan kelebihan sekresi hormon tiroid: pengangkatan
dengan pembedahan sebagian dari kelenjar tiroid yang sekresinya berlebihan; pemberian
iodium radioaktif yang setelah dipekatkan di kelenjar tiroid oleh pompa iodium, secara
selektif merusak jeringan kelenjar tiroid; dan pemakaian obat antitiroid yang secara spesifik
mengganggu sintesis hormon tiroid.
Pasien yang menderita kelainan fungsi tiroid terkadang disertai dengan gondok. Gondok
adalah pembesaran kelenjar tiroid. Gondok dapat terjadi apabila TSH atau LATS merangsang
secara

berlebihan

kelenjar

tiroid.

Gondok

dapat

menyertai

hipitiroidisme

atau

hipertiroidisme. Dengan mengetahui sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid dan kontrol umpan


balik, kita dapat memperkirakan tipe disfungsi tiroid apa yang menyebabkan gondok.

Hipotiroidisme akibat kegagalan hipotalamus atau hipofisis anterior tidak akan


disertai gondok, karena kelenjar tiroid tidak dirangsang secara adekuat, apalagi

dirangsang secara berlebihan.


Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan
iodium, gondok terjadi karena kadar hormon tiroid dalam darah sedemikian rendah
sehingga tidak terdapat inhibisi umpan balik negatif di hipofisis anterior, dan
karenanya sekresi TSH meningkat. TSH bekerja pada tiroid untuk meningkatkan
ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk meningkatkan laju sekresinya. Jika sel tiroid
tidak dapat mengeluarkan hormon karena kurangnya enzim esensial atau iodium,
maka seberapapun jumlah TSH tidak dapat menginduksi sel-sel ini untuk
mengeluarkan T3 dan T4. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan
hiperplasia tiroid, dengan konsekuensi terjadinya pembesaran paradoks kelenjar (yaitu
gondok) meskipun produksi kelenjar tetap kurang.

Demikian juga, gondok mungkin menyertai hipertiroidisme mungkin juga tidak:

Sekresi TSH yang berlebihan akibat defek dari hipotalamus atau hipofisis anterior
akan jelas disertai oleh gondok dan sekresi berlebihan T3 dan T4 karena stimulasi
pertumbuhan tiroid yang berlebihan. Karena kelenjar tiroid dalam situasi ini juga
11

mampu berespons terhadap kelebihan TSH disertai peningkatan sekresi hormon maka
pada gondok ini terjadi hipertiroidisme
Pada penyakit Graves, terjadi gondok dengan hipersekresi karena LATS mendorong

pertumbuhan tiroid sekaligus meningkatkan sekresi hormon tiroid. Karena tingginya


kadar T3 dan T4 menghambat hipofisis anterior, maka sekresi TSH itu sendiri rendah.
Hipertiroidisme yang terjadi karena aktivitas berlebihan tiroid tanpa overstimulasi,

misalnya karena tumor tiroid yang tidak terkendali, tidak disertai gondok. Sekresi
spontan T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan akan menekan TSH sehingga tidak ada
sinyal stimulatorik yang mendorong pertumbuhan tiroid.3
Hormon tiroid erat kaitannya adalah pemicu utama meskipun bukan satu-satunya penentu
laju metabolisme basal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan BMR. BMR
merupakan laju pengeluaran energi internal minimal saat terjaga. Energi internal tersebut
diperoleh dari hasil metabolisme zat makanan yang masuk ke dalam tubuh (karbohidrat,
lemak dan protein). Berikut adalah mekanisme metabolisme berbagai jenis zat makanan
Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat adalah komponen utama dalam makanan yang merupakan sumberenergi yang
utama bagi organisme hidup. Pada dasarnya metabolisme glukosa dapatdibagi dalam dua
bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yangmenggunakan oksigen
atau aerob. Glukosa adalah bahan bakar utama kebanyakan jaringan. Glukosa
dimetabolismemenjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme piruvat
menjadiasetil koA yang dapat memasuki asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2
dan

H2O,

yang

berkaitan

dengan

pembentukan

ATP

dalam

proses

fosforilasi

oksidatif.Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob (tanpa oksigen), dengan produk
akhirberupa laktat. Glukosa dan metabolitnya juga ikut serta dalam proses lain, misalnya (1)
sintesis polimer simpanan glikogen di otot dan rangka hati, (2) jalur pentosa fosfat
suatualternatif sebagai jalur glikolisis. Jalur ini adalah sumber ekuivalen produksi
(NADPH)untuk sintesis asam lemak dan sumber ribosa untuk membentuk nukleotda dan dan
asamnukleat. (3) Triosa fosfat membentuk gugus gliserol triasil gliserol. (4) Piruvat dan zatzatanta siklus asam sitrat menyediakan kerangka karbon untuk sintesis asam amino danasetil
koA adalah prekusor sam lemak dan kolwsterol (dan karenanya semua steroid dibentuk oleh
tubuli).

12

Metabolisme utamanya yaitu yang pertama glikolisis Emden Myerhof (EM). Padaglikolisis
EM, menguraikan glukosa menjadi piruvat (dalam keadaan aerob) atau laktat(dalam keadaan
anaerob) untuk menghasilkan energi. Terjadi di sitosol. Jumlah ATP yang dihasilkan pada
keadaan aerob yaitu 8 ATP/mpl glukosa dan pada keadaan anaerobmenghasilkan 2 ATP/mol
glukosa. Di dalam sel darah merah (eritrosit), glikolisis EMselalau anaerob dan hasil akhirnya
asam laktat. Proses yang kedua yaitu oksidasi piruvat menjadi asam laktat. Proses ini terjadi
dimitokondria. Di dalam sel darha merah tidak ada mitokondria, maka piruvat diubahmenjadi
laktat. Enzim yang digunakan yaitu piruvat dehidrogenase yang meningkat pada saat/setelah
makan, berhenti saat lapar, meningkat bila banyak piruvat, dan dihambat oleh peningkatan
asetil koA. Selanjutnya siklus asam sitrat merupakan jalur akhir metabolisme bermacam zat.
Terjadi di mitokondria. Diawali dengan oksidasi setil koaA membentuk suatu siklus. Asetil
koA dapat diperoleh dari oksidasi karbohidrat, lemak dan asam amino. Terjadi dimitokondria.
SAS adalah suatu rangkaian reaksi yang melakukan oksidasi terhadap asetilkoA,
membebaskan H+ dan e- sehingga menghasilkan ATP. SAS berfungsi amfibolik yaitu
berfungsi dalam jalur anabolik dan katabolik. Siklus terdiri dari penggabungan 1molekul
asetil koA (2C) dengan asam dikarboksilat (4C)

oksaloasetat

asam

trikarboksilat (6C) yaitu asam sitrat. Dalam siklus asam sitrat dihasilkan 12 ATP.
Jadi, produksi ATP pada oksidasi 1 molekul glukosa adalah Glikolisi EM pada keadaan aeob
8 ATP, oksidasi piruvat menjadi asetil koA 6 ATP, dana pada siklus asam sitrat yaitu 24 ATP.
Pada keadaan aerob dihasilkan 38 ATP.
Metabolisme Protein
Asam-asam amino diperlukan untuk mebentuk energi. Sebagian harus dipasok dari makanan
(asam amino esensial) karena tidak dapat dibentuk di tubuh. Sisanya asam amino non esensial
yang berasal dari makanan, tetapi juga dapat dibentuk dari zat-zat antar metabolik melalui
transaminasi dengan menggunakan nitrogen amino dari asam amino lain. Setelah deaminasi
nitrogen amino dikeskresikan sebagai urea, dan kerangka karbon yang tesisa setelah
transaminasi dapat (1) dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (2) digunakan untuk
membentuk glukosa (glukoneogenesis) atau (3) untuk membentuk badan keton. Beberapa
asam amino menjadi prekusor bagi senyawa lain, misalnya purin, pirimidin, hormon, seperti
epinefrin, tiroksin, dan neurotransmiter.
Metabolisme Lemak

13

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan
energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energidari karbohidrat
barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jikaharus memecah
cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida inidinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA.Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein,asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga
dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses
inidinamakan

ketogenesis.

keseimbanganasam-basa

yang

Badan-badan
dinamakan

keton
asidosis

dapat

menyebabkan

metabolik.

Keadaan

gangguan
ini

dapat

menyebabkan kematian.

Metabolisme gliserol

Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini
selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal,
gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya
senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksiaseton fosfat, suatu
produk antara dalam jalur glikolisis.

Oksidasi asam lemak jenuh (oksidasi beta asam lemak)

Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak, tetapi dapat
pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan antara
metabolisme karbohidrat, lemak, protein atau asam amino. Asam lemak yang terjadi pada
proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkanasetil-KoA. Berikut ini
adalah tahap-tahap reaksi:
14

1.

Pembentukan asil-KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil-

2.

KoA sintase (tiokinase).


Reaksi kedua ialah pembentukan enoil-KoA dengan cara oksidasi. Enzim asilKoAdehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang
dibutuhkandalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen.
Dua molekulATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari

3.

molekul FADH2 melalui transpor elektron.


Reaksi ketiga, enzim enoil-KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan
L-hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap

4.

antara C-2 dan C-3.


Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil-KoA
menjadiketoasil-KoA. Enzim L-hidroksiasil koenzim A dehidrogenase merupakan
katalisdalam reaksi ini dan melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH.

5.

Prosesoksidasi kembali NADH ini melalui transpor elektron menghasilkan 3 ATP.


Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C C, sehingga menghasilkan
asetil-KoA dan asil-KoA yang mempunyai jumlah atom C yang dua buah lebih
pendek dari molekul semula.

Asil-KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami metabolisme lebih lanjutmelalui
reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya sampai rantai C padaasam lemak
terpecah menjadi molekul-molekul asetil-KoA. Selanjutnya asetil-KoAdapat teroksidasi
menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat atau digunakanuntuk reaksi-reaksi yang
memerlukan asetil-KoA.

Oksidasi asam lemak tidak jenuh

Seperti pada asam lemak jenuh, tahap pertama oksidasi asam lemak tidak jenuh
adalahpembentukan asil-KoA. Selanjutnya molekul asil-KoA dari asam lemak tidak jenuh
tersebut mengalami pemecahan melalui proses oksidasi seperti molekul asam lemak
jenuh, hingga terbentuk senyawa sis-sis-asil KoA atau trans-sis-asil KoA, yangtergantung
pada letak ikatan rangkap pada molekul tersebut.Pembentukan dan Metabolisme Senyawa
KetonAsetil-KoA yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi asam lemak dapat ikut dalam siklus
asam sitrat apabila penguraian lemak dan karbohidrat seimbang. Dalam siklus asamsitrat,
asetil-KoA bereaksi dengan asam oksaloasetat menghasilkan asam sitrat. Jadi, ikutsertanya
asetil-KoA dalam siklus asam sitrat tergantung pada ketersedian asamoksaloasetat dan hal ini

15

bergantung pula pada konsentrasi karbohidrat. Dalam keadaanberpuasa atau kekurangan


makan, konsentrasi karbohidrat (glukosa) berkurang, sehinggasebagian dari asam
oksaloasetat diubah menjadi glukosa. Karenanya, asetil-KoA darilemak tidak masuk ke dalam
siklus asam sitrat tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat,asam hidroksibutirat dan aseton.
Ketiga senyawa ini dinamakan senyawa keton. Asam asetoasetat terbentuk dari asetil-KoA
melalui tiga tahap reaksi :
1.

Dua molekul asetil-KoA berkondensasi membentuk asetoasetil-KoA oleh

2.

enzimketotiolase yang menjadi katalisnya.


Kedua asetoasetil-KoA bereaksi dengan asetil-KoA dan air menghasilkan 3hidroksi-3-metilglutaril

3.

koenzim

A.

Dalam

reaksi

ini

enzim

metilglutarilKoA bekerja sebagai katalis.


Reaksi ketiga ialah pemecahan 3-hidroksi-3-metilglutaril

hidroksi-

koenzim

menjadiasetil-KoA dan asam asetoasetat.Asam asetotasetat yang terjadi, secara


spontan membentuk aseton dengan jalandekarboksilasi. Di samping itu asam asam
3-hidroksi-butirat dapat dibentuk dariasam asetoasetat dengan jalan reduksi.
Enzim yang bekerja ialah D-3-hidroksibutirat dehidrogenase dengan NADH
sebagai koenzim.5
Iodium, Komponen Penting dalam Pembentukan Hormon Tiroid
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena tubuh tidak dapat mensintesisnya
sendiri. Zat iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (Glandula Thyroidea) untuk
dipergunakan dalam sintesis hormon thyroxin. Kekurangan zat iodium memberikan kondisi
hipotiroidisme. Sebaliknya kebanyakan zat iodium memberikan gejala-gejala pada kulit yang
disebut iodium dermatitis.
Defesiensi iodium terdapat dibanyak daerah di seluruh Indonesia secara endemik, terutama di
kepulauan yang besar dan terpencil di pegunungan. Ini karena air dan tanah di daerah tersebut
miskin akan kandungan zat iodium, sedangkan bahan makanan yang berasal dari laut yang
biasanya kaya akan zat iodium tidak dapat mencapai daerah-daerah tersebut.
Defisiensi iodium memberikan gambaran klinik yang disebut Iodium Deficiency Diseases
(IDD) yang meliputi :

Gondok endemik
Myxedema
Cretinisme
16

Upaya prevensi IDD dilakukan dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan
iodium dalam bentuk KJO3. Sebagai upaya jangka pendek, diberikan suntikan depot larutan
iodium dalam minyak dengan menggunakan preparat LIPIODOL dan diberikan secara
periodik sebagai dosis depot.6

PENUTUP
Hormon tiroid adalah penentu utama laju metabolisme keseluruhan tubuh. Dengan
mempercepat laju sebagian besar jaringan, hormon ini juga meningkatkan produksi panas.
Kelainan fungsi dari kelenjar tiroid, seperti pembesaran kelenjar tiroid atau hipertiroidisme
tentunya akan mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh. Maka dari itu, pada pasien
penderita hipertiroidisme cenderung memperlihatkan gelaja seperti keringat berlebihan,
frekuensi pernafasan meningkat dan berat badan yang menurun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell R S. Anatomi klinik. Jakarta: EGC; 2006. Halaman 86-94.
2. Junqueria LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks & atlas. Jakarta: EGC; 2007. Halaman
112-8.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta: EGC; 2011. Halaman 75863.
4. Guyton, arthur C. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: EGC; 2006.
Halaman 589-99.
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2006.
p.139-224.
6. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Erlangga; 2009. Halaman 176-81.

17

Anda mungkin juga menyukai