Anda di halaman 1dari 7

Studi Potong Lintang (Cross

Sectional)

Studi potong lintang (cross sectional)


bersifat non-directional
sebab hubungan antara paparan dan penyakit
pada populasi diteliti pada satu waktu yang sama

Cara studi potong lintang meneliti hubungan


antara paparan dan penyakit :
(1) membandingkan prevalensi penyakit pd berbagai subpopulasi
Yg berbeda status paparannya
(2) membandingkan status paparan pada berbagai subpopulasi yang
Berbeda status penyakitnya

Frekuensi penyakit dan paparan pd populasi diukur


pd saat yang sama

Data :
prevalensi
(kasus baru dan lama)

Bukan insidensi (kasus baru)

Potong lintang disebut : studi prevalensi atau survei

Contoh : tingkat keamanan alat kontrasepsi terhadap kemungkinan terjadinya


Kehamilan pada pasangan suami istri usia produktif

Dilakukan survei pd setiap pasangan suami istri pd waktu tertentu


(minggu, bulanan, tahunan) untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas penggunaan alat kontrasepsi untuk
menghindari terjadinya kehamilan pd pasangan berusia produktif

Kelebihan Cross sectional : murah


Kelemahan : Bias krn pelaksanaan survei tdk diamati faktor lain yg kemungkinan
bias menimbulkan pd penelitian

Mengatasi bias :
Penetapan kriteria :
(1) inklusi : sampel yg dipilih sesuai dengan tujuan penelitian
(2) ekslusi : kriteria untuk mengeliminasi bbrp sampel agar
sampel yg terjaring adalah benar-benar sampel spesifik

Kriteria inklusi : sampel yg menggunakan alat kontrasepsi pil merk A


dlm jangka waktu 1 tahun atau lebih
Kriteria ekslusi : sampel yg sama menggunakan alat kontrasepsi pil
tapi selain merk A dgn jangka waktu pemakaian pil
kurang dari 1 tahun

Kriteria diatas memudahkan pelaksanaan survei krn peneliti akan lebih


fokus pd penggunaan pil merk A dan juga info tentang pemakaian
dan efektivitasnya akan lebih mudah diperoleh krn sampel
yg digunakan telah menggunakan merk A dlm waktu yg relatif lama

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai