Anda di halaman 1dari 2

Wahai Muslimah, Dekaplah Suamimu!

Sabtu, 16 Maret 2013

Oleh: Abu Hudzaifah, Lc.


Lepaskan kepergian suamimu dengan doa dan sambutlah kedatangannya dengan senyuman. Anak-anak kita
mengajarkan kepada orangtua bagaimana sepatutnya menyambut kedatangan mereka. Ya, mereka akan berlari
penuh gembira sambil berucap, Ayah datang Ayah datang Sambutan yang baik kepada suami ketika
pulang ke rumah, berarti mengusir segala keletihan, meringankan beban hidup, dan pekerjaan dengan segala
probelatika yang dihadapinya. Ritual semacam ini bagi seorang istri yang cerdik merupakan sebuah latihan
rohani dan jasmani. (Daqqatul Qulub, Dr. Muhammad Nabil Kazim).
***
ADA sebuah kisah yang cukup menarik untuk disimak yang menggambarkan betapa seorang suami sangat
butuh respon positif dari istrinya manakala sang suami tengah menghadapi masa-masa yang sulit dan
mengelisahkan. Kisah tersebut dialami oleh Rasulullah Muhammad Shallallahualaihi Wassalam bersama istri
beliau, Khadijah.
Aisyah bertutur, Awal permulaan wahyu kepada Rasulullah Muhammad Shallallahualaihi Wassalam adalah
mimpi yang benar. Beliau tidak melihat sesuatu mimpi, kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh.
Kemudian beliau menyendiri di Gua Hira untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan
mengambil bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat Jibril pada saat
berada di Gua Hira.
Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, Bacalah!
Rasulullah Muhammad Shallallahualaihi Wassalam n menjawab, Saya tidak dapat membaca.
Beliau menuturkan, Lalu malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku merasa lelah. Kemudian ia
melepaskanku dan megnatakan, Bacalah! Aku menjawab, Aku tidak dapat membaca!
Malaikat itu mengulanginya untuk yang ketiga sambil mengatakan, Iqra bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah,
dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan. (Al-Alaq [96] : 1).
Kemudian Rasulullah Muhammad Shallallahualaihi Wassalam pulang. Kepada istrinya, Khadijah, beliau berkata,
Selimuti aku, selimuti aku. Lalu beliau diselimuti sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau
menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah. Aku Khawatir terhadap diriku.
Khadijah menjawab, Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau
orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain. Engkau orang yang menghormati
tamu, membantu orang yang susah, dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran. (HR. Bukhari).
Dekaplah suamimu. Sebagain orang memandang itu hanya layak dilakukan di saat-saat bulan madu. Seakanakan masa-masa romantis itu hanya ada di awal-awal pernikahan. Seolah-olah perhatian kepada pasangan
terlihat dan terwujud permulaan membanggun rumah tangga.
Bukan seperti itu. Kedekatan antara suami istri tetap diperlukan, seberapaun usia pernikahan Anda. Suami
Anda butuh dampingan dari istri, guna memberikan secercah harapan dalam mengerakkan bahtera rumah
tangga. Saat suami gelisah, khawatir, dan cemas, yang diperlukan adalah ketenangan. Bila mengetahui kondisi
demikian, maka seyogyanya seorang istri sigap dan segera memberikan ketenangan bagi sang suami. Tak jarang
kita temui para istri yang acuh tak acuh menyaksikan kondisi suaminya yang tengah dilanda kecemasan.
Sehingga, sang suami merasa seolah-olah hanya dia yang menanggung beban tersebut.

Segeralah beri kesejukan pada suamimu. Segeralah beri ketenangan padanya. Segeralah bersikap seolaholah engkau ikut serta dalam masalah yang tengah dihadapinya. Niscaya itu merupakan resep mujarab yang
dapat mendatangan ketenangan baginya.
Sekali lagi, berilah ketenangan pada suami. Jangan sampai suamimu merasakan bahwa ia hidup sendiri.
Tunjukkan empatimu padanya. Berikan solusi terbaik padanya. Berikan motivasi padanya. Pompa semangatnya.
Munculkan harapan baginya. Semoga, keharmonisan tetap menyapa.*
Penulis buku, tinggal di Solo, Jawa Tengah

Red: Cholis Akbar

Anda mungkin juga menyukai