LP SD 3
LP SD 3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
Menelan udara (aerofagi)
Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
Iritasi lambung (gastritis)
Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
Kanker lambung
Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
Kelainan gerakan usus
i.
j.
a.
Faktor pemicu
Aspirin(OAINS),
biometosin
Lambung kosong lama
Makanan masuk
Memblok prostaglandin
Sekresi
mukus
Peregangan di perut
lambung
Merangsang syaraf lambung
HCL
Permeabilitas dinding
di kirim ke hipotalamus
pengeluaran
B,P,H
bakteri sisa masuk ke usus
Merangsang reseptor
nyeri
Diare
Medulla
spinalis
Kurang cairan
perasaan tidak nyaman
dibagian epigastrum
anorexia
Thalamus
Korteks serebri
respon nyeri
anorexia dalam waktu lama (hipermatabolik)
Nyeri
kelelahan
Intoleransi aktivitas
5. GAMBARAN KLINIK
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa,
maka penderita harus menjalani pemeriksan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan
pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan
penyebab organik lainnya antara lain pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil
b.
mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
c. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk
mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian
diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh
Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai diagnostic
sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
CLO (rapid urea test)
Patologi anatomi (PA)
Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan kontras ganda,
serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer,
2007
e. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon
kerongkongan terhadap asam.
7. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
a.
b.
c.
d.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi dan farmakologi :
(Monsjoer Arif, 2001)
a. Penatalaksanaan non farmokologi
Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
Menghindarai faktor resiko seperti alkohol,maka makanan yang pedas,obat-obatan yang
berlebihan,nikotin, rokok, dan stress.
Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologi
Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti karena froses fatofisiologi pun belum
jelas.
Obat-obatan yang di berikan pada klien dyspepsia meliputi :
antasid (menetralkan asam lambung).
Golongan antikolinergi (menghambat pengeluaran asam lambung),dan
prognetik (mencegah terjadinya muntah)
9. PENCEGAHAN
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar
asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu
penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi
lambung.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. DATA DASAR PENGKAJIAN
Identitas
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan
pasien, alamat.
Pengkajian
Alasan utama datang ke rumah sakit
Keluhan utama (saat pengkajian)
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat pengobatan dan alergi
Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.
b. Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
2)
Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata,
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan mukosa, submukosa,
dan lapisan otot lambung
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis dan anorexia.
c. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.
Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa
nyeri.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 1.
Berguna dalam pengawasan kefektifan
2.
3.
10)
obat, kemajuan penyembuhan
Berikan istirahat dengan posisi
2.
Dengan posisi semi-fowler
dapat
semifowler
menghilangkan tegangan abdomen yang
Anjurkan klien untuk menghindari
bertambah dengan posisi telentang
makanan yang dapat meningkatkan
3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat
hati/epigastrium
5. sebagai indikator untuk melanjutkan
ajarkan teknik
intervensi berikutnya
relaksasi
6.
Mengurangi rasa nyeri atau dapat
7. Kolaborasi dengan pemberian obat
analgesik
terkontrol
7.
Menghilangkan
mempermudah
rasa
nyeri
kerjasama
dan
dengan
RASIONAL
dokumentasikan dan
1.
Untuk mengidentifikasi
indikasi/
c.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
dan diare
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu
untuk memperbaiki defisit cairan.
Kriteria hasil: klien mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan
cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi,
1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi
pengisian kapiler, status membran perifer dan hidrasi seluler.
2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama
mukosa, turgor kulit.
2. Awasi jumlah dan tipe masukan sekali mengakibatkan dehidrasi atau
cairan, ukur haluaran urine dengan mengganti cairan untuk masukan kalori
akurat.
3.
Diskusikan
menghentikan
4.
yang
strategi
pada
keseimbangan
untuk
elektrolit.
dan
3. Membantu klien menerima perasaan
muntah
penggunaan laksatif/diuretik.
Identifikasi
rencana
berdampak
bahwa
untuk
akibat
muntah
dan
atau
meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan
cairan
memperbaiki
keseimbangan
untuk
berhasil.
5.
Tindakan daruat untuk memperbaiki
ketidak seimbangan cairan elektroli
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2: Jakarta. EGC.
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi
III), EGC, Jakarta.