Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PERSALINAN PREMATUR

Oleh :

Riris Purwita Widodo


220110120048

Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2015

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN PREMATUR

A. Konsep Medik
1. Definisi
Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan
sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir. (ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan
prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan
disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut :
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
Menurut Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi
pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28
sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu
atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
2. Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga
persalinan premature terjadi setelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi
kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan
multi janin,hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan
infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun
menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus
prematur, yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih
dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari
satu kali, riwayat persalinan prematur sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor :
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan
12 minggu, riwayat pielonefitis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat
abortus trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari satu kali.

Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya


persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor ibu :
-

Gizi saat hamil yang kurang

Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah


(perokok)
-

Faktor pekerja yang terlalu berat

2. Faktor kehamilan :
-

Hamil dengan hidramnion

Hamil ganda

Perdarahan antepartum

Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuabn pecah dini.

3. Faktor janin:
-

Cacat bawaan

Infeksi dlam rahim.

3. Manifestasi Klinis
1. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar
ligamen.
2. Sakit punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita hamil.
3. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran
kencing.
4. Sensasi tekanan atau berat pelviks.
5. Perubahan karakter jmlah muatan vaginal (lebih tebal, lebih tipis, berair, berdarah,
coklat, atau tak berwarna).
6. Diarrhea.

7. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada
setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
8. Pecah membran prematur.
Tanda dan gejala kelainan preterm harus termasuk sebagia rutin pendidikan wanita
sekitar 20-24 minggu kehamilan.

4. Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin.
Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan
untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
5. Asuhan Keperawatan
5.1 Pengkajian
A. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit
sebelumnya.
B. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
C. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
D. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama
paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.

E. Pernafasan
Mungkin

perokok

berat

(7-10

rokok

perhari)

F. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
G. Seksualitas
Tulang servikal dilatasi.
Perdarahan mungkin terlihat.
Membran mungkin ruptur (KPD).
Perdarahan trimester ketiga.
Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus.
Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi
multiple.
H. Interaksi sosial
Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.
I. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
5.2. Diagnosa
1. Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
2. Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan
dengan dosis / efek samping tokolitik.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi
preterm.

4. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng


dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
5. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan
prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
6. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek
obat-obatan.
5.3. Intervensi
1. Diagnosa : Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
Tujuan : Menurunkan tingkat aktifitas.
Intervensi Rasional :
-

Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben kiri/miring dan
penurunan aktifitas. Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari
serviks dan meningkatkan perfusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka
rangsang uterus.
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau
penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) Menurunkan tegangan
otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.
Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat tanda vital dan
pengkajian. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara
interupsi untuk tindakan berikutnya.
Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur. Meningkatkan istirahat,
mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.
Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan rasio dan menonton
televisi atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga. Membantu klien
dalam koping dengan penurunan aktifitas .

2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang
berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik
Tujuan : Mencegah atau meminimalkan cedera materal Mandiri.
Intervensi Rasional :
-

Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus obat IV
Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah hipotensi
supine.
Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan
dispnea / sesak dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung /

takikardia, agitasi , dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma
mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor beta (ritrodin, isoxuprin) dan
terbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada penggunaan
steroid bersama).
Timbang klien setiap hari Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan / retensi
cairan.
Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan depresi
refleks tendon dalam dengan tepat. Tanda depresi neuromuskular, menandakan
meningkatkan kadar MgSO4 serum.
Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgSO4 propanol untuk ritrodin atau
terbulatin sulfat). Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau mengatasi
efek agen tokoitik.
Kolaborasi

Intervensi Rasional :
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji status
servikal. Pemerikasaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini dapat
menambah kepekaan uterus. Keamanan tokolitik bila serviks berdilatasi lebih dari 4
cm atau menonjol 80% tidak di dokumentasikan dan secara umum di
kontraindikasikan.
Berikan larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapatmenurunkan
aktifitas uterus. Sebelum mulai terapi obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal dan
meminamalkan hipotensi.
Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan dan minum.
Nifedipine dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran
kalsium, digunakan secara percobaan bila obat lain gagal untuk menekan aktifitas
uterus.
Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gerka pasif pada kaki setiap
1-2jam. Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang dapat terjadi
karena relaksasi otot halus.
Pasang kateter indwellng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantaudan
dipertahankan bila memberikan MgSO4. Haluaran harus pada sedikitknya 30 ml/jam
atau 100 ml pada periode 4 jam.
Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan tarsier,
bila aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik. Membantu
menjamin ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin diperlukan oleh
bayi baru lahir bersamaan dengan kelahiran preterm.

3. Diagnosa : Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan
bayi preterm.

Tujuan : Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukkan


matutitas bayi.
Intervensi Rasional :
-

Kaji kondisi ibu yang di kontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan
maturitas paru janin. Pada HKK dan korioamnionitis, terapi steroid dapat
memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan
glukosa darah pada pasien dengan diabetes. Obat tidak akan efektif bila tidak mampu
menunda kelahiran sedikitnya 48 jam.
Kaji DJJ ; perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan sevikal. Siapkan
terhadap kemungkinan kelahiran preterm. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ.
Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak
responsif pada tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut.
Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut Jika janin tidak dilahirkan dalam 7 hari
dari pemberian ateroid, dosis harus diulang setiap minggu.
Berikan terapi tokolitik sesuai pesanan Membantu menurunkan aktifitas smiometrial
untuk mencegah / menunda kelahiran dini.

4. Diagnosa : Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng


dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kamungkinan hasil akhir.
Intervensi Rasional :
-

Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien dan
orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka keuntungan
maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran
darah uterus.
Anjurkan pengungkapan rasa rasa takuk dan masalah. Dapat membantu menurunkan
ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan dan
traquiliser.

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan


prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
Tujuan : Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan
preterm.
Mandiri

Intervensi Rasional :
-

Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan preterm dan kemungkinan hasil


Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan
Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang Klien mungkin
perlu kembali untuk keteraturan pemantauan adan atau tindakan
Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setipa 2 jam saat terjaga. Mencegah
tekanan kandung kemih penuh pada uterus yang peka.
Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 2,81)
cairan dan menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan peningkatan kepekaan
otot uterus.

Kolaborasi
Intervensi Rasional :
-

Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik
diberikan kecuali dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang dijual
bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual bebas
mempunyai efek samping serupa dengan agen tokolitik (misalnya, antihistamin atau
inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti spinefrin).
Berikan informasi tentang menggunkan tokolitik oral bersama makanan. Makanan
memperbaiki toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping

6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan
efek obat-obatan.
Tujuan : Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal dan terkontrol.
Intervensi Rasional :
-

Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan menggunakan
posisi miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapt
menurunkan kepekaan uterus.
Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu menurunkan persepsi klien tentang
ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol.
Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan dan
ketidaknyamanan otot.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
2. Doengoes, E. Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai