Anda di halaman 1dari 3

Bermaaf-maafan Sebelum Ramadhan

Juni 15, 2013 Tinggalkan Komentar Go to comments

1 Votes

Kali ini akan kita bahas mengenai sebuah tradisi yang banyak dilestarikan oleh
masyarakat, terutama di kalangan aktifis dawah yang beramal tanpa didasari ilmu, tradisi
tersebut adalah tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan. Ya, saya katakan demikian
karena tradisi ini pun pertama kali saya kenal dari para aktifis dawah kampus dahulu,
dan ketika itu saya amati banyak masyarakat awam malah tidak tahu tradisi ini. Dengan
kata lain, bisa jadi tradisi ini disebarluaskan oleh mereka para aktifis dawah yang kurang
mengilmu apa yang mereka dawahkan bukan disebarluaskan oleh masyarakat awam.
Dan perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Islam.
Mereka yang melestarikan tradisi ini beralasan dengan hadits yang terjemahannya
sebagai berikut:
Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jumat (dalam bulan Syaban),
beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar
Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi
para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai
shalat Jumat, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan:
ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah
Amin-kan doa ku ini, jawab Rasullullah.
Doa Malaikat Jibril itu adalah:
Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan
Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Namun anehnya, hampir semua orang yang menuliskan hadits ini tidak ada yang
menyebutkan periwayat hadits. Setelah dicari, hadits ini pun tidak ada di kitab-kitab
hadits. Setelah berusaha mencari-cari lagi, saya menemukan ada orang yang menuliskan
hadits ini kemudian menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah
(3/192) dan Ahmad (2/246, 254). Ternyata pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah (3/192)
juga pada kitab Musnad Imam Ahmad (2/246, 254) ditemukan hadits berikut:
: :
: : : : !
: :
: :
Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam naik mimbar lalu
bersabda: Amin, Amin, Amin. Para sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata
demikian, wahai Rasulullah? Kemudian beliau bersabda, Baru saja Jibril berkata
kepadaku: Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa
mendapatkan ampunan, maka kukatakan, Amin, kemudian Jibril berkata lagi, Allah
melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun
tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua), maka
aku berkata: Amin. Kemudian Jibril berkata lagi. Allah melaknat seorang hambar
yang tidak bershalawat ketika disebut namamu, maka kukatakan, Amin. Al Azhami
berkata: Sanad hadits ini jayyid.
Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407,
3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami
dalam Majma Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul
Badi (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679).
Dari sini jelaslah bahwa kedua hadits tersebut di atas adalah dua hadits yang berbeda.
Entah siapa orang iseng yang membuat hadits pertama. Atau mungkin bisa jadi pembuat
hadits tersebut mendengar hadits kedua, lalu menyebarkannya kepada orang banyak
dengan ingatannya yang rusak, sehingga berubahlah makna hadits. Atau bisa jadi juga,
pembuat hadits ini berinovasi membuat tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan, lalu
sengaja menyelewengkan hadits kedua ini untuk mengesahkan tradisi tersebut. Yang
jelas, hadits yang tidak ada asal-usulnya, kita pun tidak tahu siapa yang mengatakan hal
itu, sebenarnya itu bukan hadits dan tidak perlu kita hiraukan, apalagi diamalkan.
Meminta maaf itu disyariatkan dalam Islam. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam
bersabda:


Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib
meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari
dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal

shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia
tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia
zhalimi (HR. Bukhari no.2449)
Dari hadits ini jelas bahwa Islam mengajarkan untuk meminta maaf, jika berbuat
kesalahan kepada orang lain. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada
semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam. Jika ada yang berkata:
Manusia khan tempat salah dan dosa, mungkin saja kita berbuat salah kepada semua
orang tanpa disadari. Yang dikatakan itu memang benar, namun apakah serta merta kita
meminta maaf kepada semua orang yang kita temui? Mengapa Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam dan para sahabat tidak pernah berbuat demikian? Padahal
mereka orang-orang yang paling khawatir akan dosa. Selain itu, kesalahan yang tidak
sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Taala. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam:

Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak
sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi,
7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni
Majah)
Sehingga, perbuatan meminta maaf kepada semua orang tanpa sebab bisa terjerumus
pada ghuluw (berlebihan) dalam beragama.
Dan kata ( hari ini) menunjukkan bahwa meminta maaf itu dapat dilakukan kapan saja
dan yang paling baik adalah meminta maaf dengan segera, karena kita tidak tahu kapan
ajal menjemput. Sehingga mengkhususkan suatu waktu untuk meminta maaf dan
dikerjakan secara rutin setiap tahun tidak dibenarkan dalam Islam dan bukan ajaran
Islam.
Namun bagi seseorang yang memang memiliki kesalahan kepada saudaranya dan belum
menemukan momen yang tepat untuk meminta maaf, dan menganggap momen datangnya
Ramadhan adalah momen yang tepat, tidak ada larangan memanfaatkan momen ini untuk
meminta maaf kepada orang yang pernah dizhaliminya tersebut. Asalkan tidak dijadikan
kebiasaan sehingga menjadi ritual rutin yang dilakukan setiap tahun.
Wallahualam.
sumber : http://kangaswad.wordpress.com/2009/08/16/bermaafan-sebelum-ramadhan/

Anda mungkin juga menyukai