Anda di halaman 1dari 49

HIDUNG

ANATOMI
Berbentuk piramid berongga
Terdiri :
Kerangga tulang
Tulang rawan
Jaringan penyangga
Dibagi :
I. Nasus Ekternus ( luar )
II. Kavum Nasi ( rongga hidung )

I. NASUS EKSTERNUS
1. APEX NASI : bagian paling menonjol
puncak pyramid
2. DORSUM NASI
3. RADIX NASI : pertemuan Dorsum
dengan dahi
4. COLUMELLA : dari apek bagian
tengan bibir atas
5. BASIS NASI : pertemuan columella
dan bibir atas
6. NARES : lubang hidung
7. ALAE NASI : batas lateral superior
nares

Kerangka hidung : hidung tegak


1. Os Nasale (kaki)
2. Kartilago Lateralis Nasi (kaki)
3. Kartilago Alaris Nasi (kaki)
4. Kartilago Alaris Nasi Minor
5. Kartilago Sesamoideae Nasi
6. Processus Frontalis Maxillae (kaki)
7. Septum Nasi
Bagian tulang sering fraktur
merupakan sentral dari muka.

Tulang rawan : jarang trauma karena


elastis, tapi sering laserasi, goresangoresan.

Bentuk & estetika yang harmonis serta


fungsi dari hidung ditentukan :
Ukuran
Posisi

tulang & tulang

Bangun

rawan

OTOTOTOT NARES EKSTERNUS :


bekerja pada alae nasi
1. Dilator :
m. dilator nasi anterior et post
m. procerus
caput angulare dari m. quadritus labii
superior
2. Konstriktor :
m. nasalis
m. depressor septi

ALIRAN DARAH NARES EKSTERNUS

a. carotis eks & int.


1. a. carotis ekt a. maxilla ext. a.

angularis memb.
r. lateralis nasi
Cab.
r. alaris nasi
2. a. carotis int. a. opthalonika

a.

dorsalis nasi.
Pembuluh darah vena melalui V. fasialis
anterior berjalan bersama-sama a. maxil.
Eksterna.
KELENJAR GETAH BENING
Mengikuti v. fasilais ant. Lnn.
Submaxillaris
Beranastomose dengan KGB dari kavum
nasi
PERSYARAFAN : Cab. N. trigeminus :

n. nasociliaris
N. optikus
n. intratochlearis
N. Maxillaris mell. cabang-cabang n.
infrorbital
II. CAVUM NASI ( Rongga Hidung)
Dibagi dua oleh septum nasi (medial)
Mempunyai :
1. Dasar ( lantai )
2. Atap
3. Dinding lateral
Pada posterior terdapat Choane :
Bentuk oval
Menghubungakan cavum nasi dengan
nasofaring
Paling depan didapatkan :

Nares : menghubungkan cavum Nasi


dengan dunia luar
Vestibulum yang ditutupi oleh
apidermis, rambut dan kelenjar
Sebaseus.
SEPTUM NASI :
Bagian medial dari cavum nasi
Dibentuk oleh :
1. Lamina
perpendikularis
ethmoidalis (superior)

osis

2. Cartilago Septum nasi (cartilago


Quadrangularis ) (anterior)
3. Os. Vomer (posterior)

Terdiri dari :

1. Pars. Cartilagineous
Dibagian anteriornya terdapat Plexus
Kiesselbach daerah ini disebut
Area Littre ( mudah kena trauma
epistaksis)
Anterocaudal : mudah digerakkan
septum nasi mobille
2. Pars Osseus
DASAR CAVUM NASI
Dibentuk oleh :
1. Processus palatinus ossis maxilare
2. Processus horizontal ossis palatinae

ATAP CAVUM NASI

Menyerupai busur sebagian besar


dibentuk oleh lamina cribrosa ossis
athmoidalis
Disebelah anterior dibentuk oleh os
frontalis
Disebelah posterior dibentuk oleh os
sphenoidalis
Terdapat Regio Olfactoria :
Keluarnya ujung-ujung n. olfactorius
lewat lamina cribosa mukosa
bagian atas septum nasi & permukaan
kranial dari konka nasi superior
DINDING LATERAL CAVUM NASI
1. Konka Nasi :
Merupakan
tonjolan-tonjolan
memanjang dari anterior posterior
Mempunyai kerangka tulang
Besarnya bervariabel

Superior : kecil
Inferior : besar
2. Metaus nasi :
Terletak
dibawah
konka nasi

maing-masing

Merupakan bagian dari cavum nasi.


KONKA NASI
Konka Nasi Inferior
Paling besar
Dilapisi mukosa tebal dan mengadung
banyak plexus venosus
Membentuk jaringan cavernosus: Plex.
Cavernosi konkarum.

Rangka tulang melekat pada :


Os platina
Os ethmoidales
Os maxillaris

Os lacrimalis
Konka Nasi Media
ke dua terbesar
Mukosa yang melapisi sama seperti
konka inferior
Kerangka tulang merupakan bagian dari
:
os etmoidales
Konka nasi Superior
Terkecil
Mukosa yang melapisi lebih tipis
Kerangka tulang merupakan bagian dari
:
os etmoidales
Konka Nasi Suprema

Ada / tidak
Ada sangat kecil, sebenarnya bagian
dari konka superior

MEATUS NASI
Meatus Nasi Inferior
Dibawah konka inferior
Dekat ujung anterior bermuara ductus
nasolacrimalis, dinding dilindungi oleh
lipatan mukosa yang disebut katup dari
Hasner (plika lacrimalis Hasneri)
Meatus Nasi Medius
Dibawah konka medius
Didapatkan :
Infundibulum ethmoidalis (dianterior)
berakhir pada cellulae ethmoideus
anterior.
Meatus semikularis : celah yang
menuju infundibulum.

Muara semi frontalis (bagian inferior)


Muara semi maxillaris (dibagian
tengah)
Meatus Nasi Superior Rongga terkecil
Dibawah konka superior
Terdapat muara sinus
posterior

etmoidales

Recessus Sphenoethmoidales
Pada dinding lateral cavum nasi :
diantara atap dan konka superior
Terdapat muara sinus sphenoidales
Aliran Darah Cavum Nasi
A. ethmoidales anterior
Cabang a. opthalmika yang berasal
dari a. carotis ext.
Mengalirkan darah ke :
Atap
anterosuperior
cavum Nasi

dinding

lateral

Septum nasi
A. Sphenopalatina
A. Nasopalatina
Kelanjutan a. sphenopalatina
Mengalirkan darah ke :
Bagian atap
Sebagian besar septum nasi
dasar cavum nasi anastomose a.
palatina descendens daras
cavum nasi dan dinding belakang
lateral.
A. lateralis nasi
Cab. a. maxilaris interna
memberikan kebagian dinding lateral
cavum nasi dekat nares
A. pharingea
Cab. a. maxilaris interna
Bagian posterior radix nasi

A. Ethmoidales posterior
Cabang a. ophtalmika
Mengalirkan darah ke :
Bagian superior septum nasi
Bagian superior dinding lateral
cavum nasi
A. nasales posterior nasi
Cabang a. maxilaris interna
Alirankan darah ke bagian inferior
septum nasi sepanjang dasar cavum
nasi
PERSARAFAN
Oleh n. trigeminus dengan cabangcabang : n. opthalmika dan n. maxillaris
1. N. Ophtalmikus : mell. N.ethmoidales
anterior.

a)

n. nasalis interna medialis


septum nasi bagian anterosuperior

b). n. nasalis interna lateralis


dinding lateralis cavum nasi
bagian anterosuperior
c). n. nasalis externus
cabang n. nasalis interna lateralis
kulit dorsum nasi
2. N.
Maxillaris
:
mell.
Ggl.
Spenopalatina cabang-cabang :
a). n. nasalis posterior superior
ramus lateralis dinding lat.
Cavum nasi bagian post dan
kebawah sampai konka medius
Ramus
medialis

n.
nasopalatinus septum bagian
post dan kebawah sampai dasar
cavum nasi.
b). n. nasalis posterior inferior
memelihara konka inferior dan
dasar cavum nasi
n. pharingealis choane
n. alveolaris anteior upeior
meliputi ramus nasalis konka
infeior.

n. infraorbita melalui raus


nasalis vestibulum
n. olfaktoria axonnya pada
mukosa regio olfaktoria
Aliran Getah Bening Cavum Nasi
Dari posterior cavum nasi Lnn.
Retropharingii & Lnn. Cervicalis
profunda
Dari anterior Lnn. Submaxillaris
Mukosa Cavum Nasi
Dilapisi oleh mukosa kecuali nares dan
vestibulum
dilapisi
oleh
kulit
ditumbuhi rambut yang disebut
VIBRICAE
Mukosa berupa epitel pseudostratified
ciliated columnar
Diantaranya terdapat sel goblet yang
menghasilkan lendir
Lendir dengan pH 6,5 dan mengandung
lysozim bersifat antiseptik.

Regio olfaktoria : dilapisi epitel


stratified squamous dan sel olfactoria
penciuman
Setiap sel mukosa cavum nasi
mempunyai cilia
FUNGSI HIDUNG
Secara fisiologis fungsi hidung :
1. Fungsi Respirasi
2. Fungsi Olfactoria
3. Fungsi Resonansi Suara
4. Fungsi Drainase Vestilasi
I.

FUNGSI RESPIRASI =
Conditioning The Air
Menyiapkan udara agar sesuai dengan
keadaan fisiologi paru
Fungsi ini dilaksanakan dengan cara :
a). Mengatur banyaknya udara yang
masuk
b). Menyiapkan udara yang masuk
keparu sesuai dengan keadaan
paru dengan cara :

Menyaring
Membasahi
Memanasi
c). Desinfeksi
Dilaksanakan dengan adanya :
lendir, enzym, cilia, phagocil dan
lain-lain.
1.1. Mengatur
masuk

banyaknya

udara

yang

Udara yang masuk perlu diatur dan


disesuaikan dengan kebutuhan kita
Jalannya udara didalam cavum nasi,
baik
hawa
inspirasi
maupun
ekspirasi, ditentukan oleh 3 faktor :
Pengatur arah oleh nares
Bentuk cavum nasi
Nares bentuknya lebih kecil
dari choane
Nares yang kecil pembuntuan
yang relatif perubahan tek.
Intranasal pada waktu bernafas

Udara inspirasi diarahkan keatas oleh


nares keposterior dalam bentuk
busur yang lebar . Inspirasi yang
lebih dalam banyak udara yang
mencapai regio olfactoria
membaui lebih jelas. Waktu udara
mengalir keposterior terjadi jaringan
pusaran-pusaran

udara
mengadakan
kontak
dengan
permukaan mukosa.
Udara ekspirasi oleh nares yang kecil
pusaran-pusaran lebih banyak
daripada inspirasi.
Selain itu konka nasi mengandung
jaringan kavernosus dapat membesar
dan mengecil cavum nasi dapat
melebar dan menyempit.
1.2. Menyiapkan udara yang masuk
keparu-paru
a). Menyaring
Pertama oleh lendir vibricea
(untuk partikel-partikel yang
besar)

Lendir (partikel yang halus)


didorong oleh cilia kebelakang
bawah.
b). Membasahi
Udara luar terlalu kering oleh
mukosa
sel
nafas

dilembabkan, dikerjakan oleh


lendir yang dihasilkan oleh goblet
menguapkan air dari dalam
tubuh kita.
Selain itu pharing ikut bekerja
haus.
Udara basah dan dingin
hidung meneteskan air.
c). Memanasi
Suhu tubuh 36 - 37 c udara
kering dan dingin dipanasi oleh
konka nasi (>> sa. Darah)
1.3. Desinfeksi : cara :
a). Kuman dalam udara melekat
pada mukosa.
b). Lendir pada mukosa lysozim
yang dapat membunuh kuman
bagian belakang, udara sudah steril.

c). Suasana asam dari lendir tidak


cocok untuk kehidupan kuman
kuman mati.
d). Cilia akan melempar kebelakang
pharing ditelan lambung
kuman mati.
f). Bila tidak mati diteruskan ke
kelenjar regional
II. FUNGSI OLFACTORIUS
Pada hewan sangat berguna membantu :
Mempertahankan diri
Mempertahankan kehidupan (mencari
makan)
Mempertahankan spesies antara lain
mengeluarkan bau untuk menarik
perhatian hewan jantan.
Pada manusia fungsi ini tidak bergitu
utama tetapi berarti secara psikologis
antara lain bau badan menurunkan daya
tarik individu.

Pada manusia sys. Olfactorius


bekerja sama dengan sys Gustatorius
(pengecapan) yang juga pada hidung.
Rasa enak makanan 25% dirasakan
oleh lidah dan 75% karena dicium oleh
hidung.
III. FUNGSI RESONANSI SUARA
Cavum nasi bersama-sama dengan sinus
paranasalis merupakan resonansi dari
suara yang dihasilkan oleh laring. Bila
hidung buntu bindeng (rhinolalia
oclusa)
IV.

FUNGSI

DRAINASE

VENTILASI
Terutama untuk ostium sinus paranasalis
sekret dikeluarkan cavum nasi
Ventilasi : udara masuk dari cavum nasi
ostium paranasalis
SIMPTOMATOLOGI

RHINOLOGI
Ilmu yang mempelajari :

Organ hidung
Organ yang
berdekatan
dgn hidung

secara susunan
fungsi-fungsi
kelainan-kelainan
Terapi

Gejala umum
Gejala khusus
GEJALA UMUM
1. Febris
2. Malaise
3. Anorexia
4. Sakit kepala
5. Muntah
GEJALA KHUSUS
1.

Headache

a). Vacum headache


Kevakuman
udara
paranasalis

pada

sinus

b). Migraine / Trigeminal Neuralgia / sakit


kepala separo.
D.D :
Sinusitis unilateral
Tumor nasofaring (keganasan)
c). Rhinologic Meningitis
Meningitis karena infeksi hidung
2. Rhinalgia
Sakit pada hidung
Vestibulitis
Abses septum
Fraktur os nasal
Sakit pada Sinus paranasalis
Sinus Maxillaris daerah fosa
kanina
Sinus Frontalis daerah dahi
Sinus Ethmoidalis daerah
epikantus medialis

Sinus Sphenoidalis
occipital (belakang kepala)

daerah

3. Obstruksi Nasal
Sumbatan pada hidung unilateral / bilateral.
Corpus alienum (unilateral)
Polip koanal soliter unilateral
Angiofibroma nasofaring
4. Gangguan Pembau
a). Parosmia
Gangguan pembau karena halusinasi
(pasien histeris)
b). Hyperosmia
Hypersensitif terhadap bau-bauan
Kehamilan hyperemis gravidarum
Pasien histeria
c). Hyposmia
Pengurangan dari persepsi bau-bauan.
d). Anosmia

Udara respirasi tidak sampai regio


olfactoria.
Anosmia essensial antara lain :
Trauma kepala
Ozaena
Tumor bulbus olfactoria
5.

Foetor ex Nasale
Bau yang keluar dari hidung
Tak dirasakan oleh penderita :
Ozaena
Dirasakan oleh penderita, antara lain :
Corpus alenum
Sinusitis Maxillaris et kausa dentogen
Tumor
Rhinitis Kronis

6.

Nasolalia / Rhinolalia
Gangguan resonansi suara dari hidung
sengau
Nasolalia aperta (terbuka)
terjadi karena adanya hubungan antara
kavum oris dan cavum nasi, antara lain :
Palatoschizis

Parese palatum mole


Trauma palatum
Nasolalia Calusa
Adanya sumbatan pada cvum nasi, antara
lain :
Polip nasi
Adenoid hypertopi
Tumor kavum nasi
7. Rhinorrhoe
Keluar cairan dari hidung secara berlebihan.
a). Nasal Hydrorhoe
dari cavum nasi / sinus
Sifat sifat :
Encer kental
Putih, kuning hijau
Bercampur darah
Berbau / tidak
b). Cerebrospinale Liquorrhoe
Cairan dari cerebrospinale cavum
nasi.
Fractur basis cranii

Post operasi hidung


Nasal Hydrorhoe
- Hilang-timbul
- Berhenti
- Berganti
- Dapat berubah
pekat
- (- )

DD
Keluarnya
Saat tidur
Kavum nasi
Cairan
Reaksi Fehling

Cerebr. Liq.
- Terus menerus
- Keluar terus
- Keluar satu
sisi yang
sama
- Encer
- (+)

8. Akrosexitia Nasale
Gangguan konsentrasi karena kelainan
hidung
9. Sneezing (bersin) & gatal pada hidung.
Rhinits alergika
10.

Post Nasal Drip


Sekret yang mengalir
hidung.

kebelakang

11. Epifora
Gangguan pada ductus nasolacrimalis /
tersumbat

12. Hawking
Sekret tidak dapat dikelurkan kedepan
dan diisapkan tidak bisa sehingga
timbul seperti suara elang. Biasanya
kaerana rhinitis khronika.
SINUS PARANASALIS
1. Sinus Maxillaris
2. Sinus Ethmoidalis
4 Pasang Sinus
3. Sinus Frontalis
4. Sinus Sphenoidalis
1. SINUS
MAXILLARIS
HIGHMORI)

(ANTRUM

Waktu lahir sebesar biji jagung


Sinus yang paling besar
umur kurang lebih 3 tahun rongga sinus
~ dewasa
Pada dewasa : bentuk piramid terbalik :
dinding atas (atap) : basis / dasar
orbita

Bawah : Resesus akar P2, M1, M2, M3.


2. SINUS
ETHMOIDALIS
Ethmoidalis

Cellulae

Waktu lahir sudah ada


Terdiri dari :
Lamina perpendikularis septinasi
Crista Galli
Lamina cribosa
Cellulae ethmoidalis, konka sup. Dan
konka media.
Dinding atas : basis kranii (tulang tebal)
Medial : konka superior dan konka
media.
Dinding bawah :konka media dan bulla
ethmoidalis
Dinding lateral : lamina papyracea =
dinding medial obita sangat tipis.

Ada 2 golongan cellulae ethmoidalis


1. Cell. Eth. Anterior : Ostium dalam
meatus medius ditutupi oleh
konka media.
2. Cell. Eth. Posterior : ostium dalam
meatus superior ditutupi konka superior
Semua cellulae saling berhubungan satu
sama lain dan berhubungan dengan kavum
nasi.
Cellulae Ethmoidalis berhadapan dengan
ostium sinus sphenoidalis.

3. SINUS FRONTALIS
Waktu lahir belum ada
Mulai terbentuk umur 6 tahun
Bervaribel :
tidak sama besar
Tidak terbentuk
Kadang sangat besar
Kadang hanya satu terbentuk

Ostium dalam meatus medius, lateral konka


media
Ductus nasofrontalis : panjang dan sempit.
Dinding muka : paling tebal
Dinding belakang : paling tipis fossa
cranii anterior
Dinding bawah : tebal orbita

4. SINUS SPHENOIDALES
Dalam corpus os sphenoidales
Terbentuk sejak lahir
Besar lumen variabel
Ostium dekat meatus superior
Superior terdapat hipopisis
Kiri & kanan posterior terdapat sinus
kavernosus dengan lateral n. III, IV, VI.
PERANAN OSTIA

1. Sin. Sphenoidales : Ost. Dimuka dan tengah


drainase mudah
2. Sin. Frontalis : Ost. Dibawah drainase
mudah
3. Sin. Ethmoidales : Cellulae banyak
kedua ostia drainase susah.
4. Sin. Maxillaris :
a). Ostium tinggi dekat atap
drainase
b). Ostium kecil
susah
c). Ostium tertutup konka media
d). Ostium terletak paling bawah
dari sin. Front. & Ethmoidales
sekret masuk ke Ost. Sinus mudah
Maxillaris.
infeksi
e). Pus / sekret dari graham /
dentogen.

KELAINAN SEPTUM
I. SEPTUM DEVIASI

Septum yang tidak lurus sempurna


ditengah.
dapat / tidak mengganggu fungsi
hidung/
Etiologi :
Trauma

Kelahiran
K.L.L
Olah raga

Ketidak seimbangan pertumbuhan


kerangka hidung & palatum durum
Bentuk deviasi : C atau S
Dislokasi : bagian bawah kartilago
septum keluar krista maksilaris &
masuk kedalam rongga hidung.
KRISTA : bila penonjolan memanjang
dari depan kebelakang
KRISNA : bila runcing dan pipih
SINEKIA : terbentuknya perlekatan
antara mukosa septum deviasi dengan
mukosa konka obstruksi nasi.

GEJALA KLINIK :
Obstruksi hidung uni / bilateral.
Mula sumbatan pada sisi yang deviasi
disusul
keduanya
karena
timbul
hypertopi kompensata dari konka
imferior.
Sakit kepala & disekitar mata
Gangguan penciuman (hyposmia)
KOMPLIKASI :
Sinusitis

Gangguan oksigenasi Vakum

Otitis Media

Gangguan drainase

TX :
Gangguan ringan Tx. ( - ) / kauterisasi
konka imferior.
Gangguan berat :
Reseksi Submukosa (Killian)

Septoplasti
II. HEMATOM SEPTUM
Perdarahan sub perichondrium (pecahnya
p.d. ) truma.
Gx. Klinik :
Obstruksi nasi yang progresif
(unilateral)
Nyeri
Tumor dalam kavum nasi dengan
warna merah tua biru, permukaan
licin.

TX :
Fungsi insisi (steril) pasang
tampon ( 24 jam )
A. B

KOMPLIKASI
Obstruksi nasi permanen Tx. (-)
terjadi fibrosis septum menebal
Abses septum (infeksi sekunder)
III.

ABSES SEPTUM
Kausa dari hematom septum
infeski
Insisi tidak steril
Dari infeksi luka mukosa septum
GX. :
1. Obstruksi nasi unilateral bilateral
karena nekrosisi kartilago
2. Nyeri hebat
3. Febris
PX. :
Apek nasi hyperemi. Oedem, kulit
mengkilat
Nyeri pada sentuhan
Rhinoskopi anterior : tumor pada
septum merah keabua-abuan, fluktuasi

(lunak). Pemberian varokonstr. Tidak


mengecil.
Fungsi pus
TX. :
Insisi pasang tampon yang tiap hari
diganti, pus (+) luka dibuka lagi
A.B.
KOMPLIKASI :
Nekrosis Cartilago Saddle nose
Perforasi Septum nasi
Thrombosis Sinus Cavernosus.

PEMERIKSAAN HIDUNG
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Inspeksi
Palpasi
Rhinoscopi Anterior
Rhinoscopi Posterior
Transilluminasi - Diaphanoscopia
Radiologi

7. Funksi percobaan
8. Biopsi
9. Laboratorium
1. Inpeksi
Perubahan kerangka dorsum nasi.
Melebar polip, tumor
Miring fraktur
Saddle nose
Warna
Oedem
Sulcus nasolabialis
2. Palpasi
a). Dorsum nasi :
Krepitasi
Dislokasi kerangka
tulang

Fraktur
Os nasal

b). Alae nasi :


Nyeri tekan furunkel vestibulum nasi

c). Regio frontalis sinus frontalis


Menekan dasar sinus frontalis.
Tekanan optimal dan simetris kanan
dan kiri kearah medio superior.
Menekan dinding depan sinus
frontalis.
d). Fossa Canina Sinus Maxillaris
Pemeriksaan ini mempunyai nilai
bila terdapat perbedaan antara kiri &
kanan.
3. Rhinoscopi Anterior
Alat :
Lampu kepala
Spekulum hidung
a). Dasar kavum nasi
b). Dinding medial Septum nasi
c). Puncak kavum nasi :
Fissura olfactoria

d). Dinding lateral :


Konka nasi
Meatus nasi
e). Palatum molle phenomen
Gerakan Palatum mole keatas, bila
pasien disuruh i gerakan (+)
Gerakan (-) bila ada halangan,
antara lain :
Tumor
Adenoid hypertropi
Parese palatomole
4. Rhinoscopia Posterior
Melihat kavum nasi dari orofaring
Alat :
Lampu kepala
Spatula lidah
Cermin mulut ukuran kecil.
Perhatikan :
Nasofaring
Choane
Kauda konka nasi superior medius
Septum nasi.

5. Transluminasi
Mengetahui keadaan sinus dengan
bantuan lampu kepala didalam kamar
gelap, antara lain :
Sinus maxillaris
N = sama terang

Sinus frontalis
Pemeriksaan
mempunyai
nilai
didapatkan perbedaan kanan dan kiri.
6. Radiologi

bila

Sebagai penunjang. Proyeksi yang dipakai :


Waters
Cadwell
7. Fungsi Percobaan
8. Biopsi
9. Laboratorium
EPISTAXIS
( NASAL HEMORRHAGIA )

Merupakan suatu gejala penyakit.


Perdarahan dari :
Rongga hidung
Jaringan sekitar :
Sinus paranasalis
Nasofaring
ETIOLOGI
I. Lokal
1. Trauma ringan berat, antara lain :
Mengeluarkan ingus terlalu kuat
Bersin-bersin
Mengorek hidung
Benda asing
2. Infeksi :
Rinitis
Sinus Paranasalis
Granuloma spesifik
3. Neoplasma :
Hemangioma
Angiofibroma nasoaring

Ca. Nasofaring
4. Kongenital, antara lain :
Hereditary hemorraghig
(osles dideases)

telengectasis

II. Sistemik
1. Kardiovasculer :
Hypertensi
Kelainan pembuluh darah
Nepritis Kronis
Cirrhosis hepatis
2. Kelainan darah
Hemophilia
Trombositopenia
Leukemia
3. Infeksi :
DHF
Demam typhoid
Morbili
4. Perubahan tekanan
diseases)
5. Gangguan endokrine :

atmosfir

(coison

hamil
Menopause
Sumber & Lokasi Perdarahan
a. Ethmoid. ant.
hidung atas

a. Ethmoid. post.
Posterior

a. Spenopalatina
Plexus Kieselbach
(Littres area)

hidung bawah
hidung depan

Anterior

(septum nasi)

Penatalaksanaan
Tiga prinsip utama :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis
1. Menghentikan perdarahan
1. Bersihkan bekuan darah
Tujuan :
Mencari asal perdarahan

Menghilangkan
secara
efektif
penutupan pembuluh darah yang
terbuka
Mempermudah
vasokontriktor
(Bekuan darah perdarahan terus
terjadi)
2. Tekan / jepit ala nasi 5 10 menit
untuk perdarahan pleksus Kiesselbach
3. Pemberian Vasokonstriktor + lokal
anastesi ( Lidocain epidril 1 %)
Vasokontriktor
menghentikan perdarahan
mencari sumber perdarahan
Lokal anestesi :
diperlukan
untuk
tindakan
selanjutnya
Cara: kapas + vasokontriktor +
lidocain,
masukkan
dalam
kavum nasi 10 menit
4. Kaustik

Diberikan pada sekitar perdarahan,


antara lain :
Triclor acetic acid 100%
Nitrat argenti 20% 30 %
Elektro kauter
5. Pemasangan tampon anterior
Tampon kasa berupa pita yang telah
diberikan Boorzalf (vaselin) salep
antibiotika
Cara : Masukkan kedalam kavum
nasi dari anterior secara
beraturan.
Biarkan 2 x 24 jam lepas
6. Pemasangan tampon posterior.
Pada perdarahan bagian posterior dan
nasofaring
Bila dengan tampon anterior tidak
teratasi :
Cara :
Pasang tampon Belloq, masukkan
lewat mulut fiksasi pada daerah
nasofaring. Bila perdara- han

anterior + pasang tampon


anterior
Foley kateter nomor 12 14
Masuk lewat hidung balon
diisi dengan air 12 14 cc
Bila perdarahan (-) air
dikeluarkan
sedikit
demi
sedikit.
7. Ligasi arteri

a. Ethmoidalis anterior
a. Ethmoidalis posterior
a. Karotis ekterna
a. Maxillaris interna

II. Mencegah Komplikasi & Terapi Umum


Pada Perdarahan Hebat.
Infus
Tranfusi darah bila Hb < 8%
Antibiotika
Obat-obat hemostatika
III. Mencegah Berulangnya Epistaksis
Mencari penyebab Terapi yang
sesuai kausa.

Anda mungkin juga menyukai