Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan
penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk.
Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat
kesejahteraan rakyat.1
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya
ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih
relatif tinggi dengan kelahiran 5.000.000/tahun. Menurut data BPS (Badan
Pusat Statistik) jumlah penduduk Indonesia tahun 2008 sebesar 238,5 juta
jiwa, jumlah ini mengalami pertambahan sebesar 19,7 juta jiwa bila
dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 218,8 juta jiwa. Dengan demikian
selama 3 tahun tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata
pertahunnya 3%. Bila angka pertumbuhan tetap seperti ini maka
diproyeksikan tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai sebesar
273,7 juta jiwa. Konsekuensi dari penduduk yang sangat besar ini akan timbul
masalah-masalah

kependudukan,

kesehatan dan masalah lainnya.

seperti

kemiskinan,

pengangguran,

Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah
jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan
demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa
Indonesia. Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar bagi wanita. Meskipun tidak selalu
demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB, namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi
yang cocok untuk dirinya. Sebagian besar akseptor KB memilih dan
membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia namun
kenyataannya banyak faktor-faktor seperti umur pasangan, jumlah anak yang
dinginkan, faktor kesehatan, faktor metode kontrasepsi, tingkat pendidikan,
pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari pasangan
memiliki hubungan bermakna dengan pemakaian jenis kontrasepsi dan
mempengaruhi keberhasilan program KB. Berdasarkan hal di atas maka kami
memilih judul FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemakaian
Alat Kontrasepsi Di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider,
Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung Tahun 2011.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam
pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider,
Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung tahun 2011?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi ibu dalam pemakaian alat kontrasepsi di RT 004,
Lingkungan I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang
Barat, Bandar Lampung tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi pemakaian alat
kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun
2011.
2. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi umur ibu di RT 004,
Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.
3. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi jumlah anak dalam
keluarga di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun
2011.
4. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat pendidikan ibu
di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011.

5. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat pengetahuan ibu


tentang program KB di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan
Segalamider tahun 2011.
6. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dukungan dari keluarga
mengenai program KB di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan
Segalamider tahun 2011.
7. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat kesejahteraan
keluarga di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun
2011.
8. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu terhadap pemakaian alat
kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun
2011.
9. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anak dalam keluarga terhadap
pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan
Segalamider tahun 2011.
10. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap
pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I, Kelurahan
Segalamider tahun 2011
11. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu tentang
program KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004,
Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011

12. Untuk mengetahui pengaruh dukungan dari keluarga mengenai


program KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004,
Lingkungan I, Kelurahan Segalamider tahun 2011
13. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesejahteraan keluarga
terhadap pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan I,
Kelurahan Segalamider tahun 2011

1.4. Manfaat Penelitian


1.Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya mengenai pemakaian alat kontrasepsi dan
penerapan ilmu yang didapat selama studi.
2.Bagi Pihak Instansi kesehatan terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi
kesehatan dalam menyukseskan program pembangunan kesehatan
nasional dan program Indonesia Sehat 2011.
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan khususnya
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerjanya tentang
Pemakaian Alat Kontrasepsi serta dapat meningkatkan program
penyuluhan dan penyebaran informasi lebih lanjut kepada masyarakat.

3.Bagi Ibu yang sudah berkeluarga


Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan menambah
wawasan dan pengetahuan ibu sehingga ibu dapat memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dan cara penggunaannya dengan benar.
4.Bagi Universitas Malahayati Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran
Umum
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk
memperluas wawasan mahasiswanya tentang Alat Kontrasepsi.

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1.

Sifat Penelitian

: Survey analitik tipe cross sectional.

2.

Subyek Penelitian : Ibu yang sudah menikah dan berumur 49 tahun di


RT 004, Lingkungan I Kelurahan Segalamider,
Kecamatan

Tanjung

Karang

Barat,

Bandar

Lampung.
3.

Objek Penelitian

: Faktorfaktor yang mempengaruhi ibu (umur ibu,


jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan
ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang program KB,
dukungan dari keluarga mengenai program KB,
dan

tingkat

kesejahteraan

keluarga)

dalam

pemakaian alat kontrasepsi di RT 004, Lingkungan


I, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung
Karang Barat, Bandar Lampung tahun 2011.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Keluarga Berencana


Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.2Dengan adanya program KB
diharapkan setiap wanita dapat melahirkan pada umur optimal yaitu 20
sampai 30 tahun dengan jumlah anak yang cukup, yaitu 2 atau 3.8
Sedangkan menurut WHO 1970 (World Health Organization) KB
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk
mengatur jarak kelahiran, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,
upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent.
Penggunaan

kontrasepsi

merupakan

salah

satu

variabel

yang

mempengaruhi fertilitas.3
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Keluarga Berencana adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suami
isteri untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,

mengatur jarak kelahiran, dan menetukan jumlah anak dalam keluarga,


baik yang dilakukan untuk sementara waktu atau permanent.

2.2.

Jenis-jenis Kontrasepsi
Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain
aman, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan
oleh dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai
dalam jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat
kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal.
Jenis-jenis kontrasepsi:
A. Kontrasepsi Hormonal
1. Pil KB
2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/ IUD (Intra Uterine
Devices)
3. Suntik KB
4. Implant/ Susuk KB
B. Kontarsepsi Non Hormonal
1. Laki-laki
a. Kondom pria
2. Perempuan
a. Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons,
dan kondom wanita.
b. Spermisid antara lain : vaginal cresm, vaginal foam, vaginal
jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal soluble
film.
C. Kontarsepsi Mantap
1.
Vasektomi pada laki-laki
2.
Tubektomi pada perempuan3,4,5

Jenis-jenis kontrasepsi yang paling sering digunakan di Indonesia,


antara lain: suntik (27,8 %), pil (13,2 %), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)/Intra Uterine Devices (IUD) (6,2 %), implant (4,3 %), tubektomi
(3,7 %), metode kalender (1,6 %), metode senggama terputus (1,5 %),
kondom (0,9 %), dan vasektomi (0,4 %)1
2.2.1. Suntik KB
Suntik KB adalah kontrasepsi bagi wanita yang dilakukan
melalui suntikan berisi obat dan dapat mempengaruhi kesuburan
sehingga dapat mencecah kehamilan. Suntikan KB ini berisi
hormone progesterone yang mempengaruhi pengeluaran hormone
dari glandulla Pituatari yang mengatur ovulasi dan menyebabkan
lendir servik menjadi lebih kental sehingga susah ditembus oleh
spermatozoa.1
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia
semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya
praktis, harganya relatif murah dan aman. Cara ini mulai disukai
masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai
kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan). Penelitian
lapangan kontrasepsi suntikan dimulai tahun 1965 dan sekarang di
seluruh dunia diperkirakan berjuta-juta wanita memakai cara ini
untuk tujuan kontrasepsi.
-

Mekanisme kerja:
Berdasarkan penghambatan pelepasan LH dan mengahalangi
ovulasi serta pengentalan lender servik.

10

Jenis-jenis:
a. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
b. Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston
Efektivitas:
Keberhasilannya praktis 99.7 %.

Indikasi:
a. Klien yang menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka
panjang.
b. Klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan.
c. Klien yang menghendaki tidak ingin menggunakan
kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama.
d. Klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen.
e. Klien yang sedang menyusui.
f. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang
menunggu proses sterilisasi.

Kontarindikasi:
a. Ibu sedang hamil
b. Penyakit Jantung
c. Varises
d. Hipertensi
e. Kanker payudara atau organ reproduksi
f. Penderita Diabetes Melitus
g. Perokok
h. Migraine
Keuntungan:
a. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
b. Dapat digunakan walaupun sedang menyusui, dengan
catatan suntikan pertama diberikan 6 minggu setelah

melahirkan.
c. Memberi perlindungan terhadap kanker rahim.
d. Memberi perlindungan terhadap penyakit infeksi panggul.
Kerugian:
a.
Siklus haid mungkin berubah menjadi tidak teratur,
b.

berkepanjangan, atau tidak haid sama sekali.


Siklus haid yang tidak teratur mungkin berlanjut beberapa
bulan setelah berhenti KB suntik.

11

c.

d.

e.

Beberapa wanita mengalami penambahan berat badan


pada KB suntik 3 bulanan.
Efek samping lain misalnya sakit kepala, jerawat, nyeri
payudara, perubahan suasana hati, kembung.
Kesuburan biasanya segera kembali begitu KB dihentikan,
tetapi pada beberapa kasus, baru pulih setelah beberapa

f.

bulan.
Penggunaan KB suntik 3 bulanan menurunkan kadar
hormon estrogen, akibatnya dapat memicu timbulnya
osteoporosis.3,4,5

Gambar 2.1 Suntik KB

12

2.2.2. Pil KB
Pil KB merupakan kontrasepsi yang berbentuk pil/tablet
dimana didalam stripnya berisi gabungan hormon estrogen dan
progesin atau hanya hormon progesteron saja. Setiap trip pil KB
berjumlah 21 dan 28 buah. Hormon hormon didalam pil itu akan
menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur perempuan
dari indung telur.
-

Mekanisme kerja:
Menekan ovulasi dengan cara mengurangi aktivitas indung
telur sehingga sel telur tidak bisa matang dan Hormon
progrestin yang terdapat dalam pil KB akan mencegah
penebalan

endometrium

(lapisan

dalam

rahim

tempat

menempelnya sel telur yang siap dibuahi sehingga pembuahan


tidak akan terjadi.
-

Jenis-jenis:
a. Pil kombinasi (estrogen dan progestin)
b. Pil mini (progestin)
c. Pil kontrasepsi darurat (progestin)
- Efektivitas:
Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1 5
kehamilan per 100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila
digunakan dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka
kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7 - 7%.

Kontarindikasi:
a. Ibu sedang hamil
b. Tromboflebitis

13

c.
d.
e.
f.
-

Penyakit Jantung
Varises
Hipertensi
Kanker payudara atau organ reproduksi.

Keuntungan:
a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin.
b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu
senggama.
c. Reversibilitas tinggi.
d. Efek samping sedikit.
e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena
pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang
terlatih.
f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti

kankerovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.


g. Relatif murah.
- Kerugian:
a.
Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum
b.
c.

d.
e.

secara rutin tiap hari.


Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi.
Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat
tertentu.
Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa.
Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit
Menular Seksual.3,4,5

Gambar 2.2 Pil KB

14

2.2.3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/ IUD (Intra Uterine


Devices)
AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus
berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter atau paramedis lain yang
terlatih.
-

Mekanisme kerja:
Respon peradangan local intens yang terjadi, terutama oleh
alat yang mengandung tembaga, akan memicu aktivasi
lisosom dan peradangan yang bersifat spermisidal. Apabila
akhirnya terjadi pembuahan, reaksi peradangan yang sama
akan akan ditujukan kepada blastokista.

Jenis-jenis:
a. Progestasert
b. AKDR Levonorgestrel (AKDR-L Ng)
c. Copper T 380A
- Efektivitas:
Efektivitas AKDR mencapai 0,6 0,8 kehamilan per 100
wanita selama tahun pertama penggunaannya. Angka
kegagalan AKDR 1 3 kehamilan per 100 wanita per tahun.
-

Kontraindikasi:
a. Hamil.
b. Kelainan uterus.
c. Penyakit radang panggul.
d. Endometritis pascapartum atau abortus terinfeksi.
e. Alergi terhadap tembaga.
f. Aktinomikosis genital.
g. Perdarahan genital yang tidak diketahui penyebabnya.

15

Keuntungan:
a. Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai

10 tahun.
b. Mengurangi pengeluaran darah saat menstruasi.
c. Dapat digunakan untuk mengobati menorgia.
d. Bermanfaat untuk wanita dengan fibroid uteri.
e. Setelah penghentian, kesuburan tidak terganggu.
- Kerugiaan:
a.
Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum
b.

c.

pemasangan.
Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi
jika terjadi kram, bercak, atau nyeri.
Pemakai alat kontrasepsi ini tidak dapat berhenti
menggunakan kapanpun ia mau. 3,4,5

Gambar 2.3 AKDR/IUD

2.2.4. Susuk KB/Impalnt


Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant.
Susuk

adalah

kontrasepsi

sub

dermal

yang

mengandung

Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Norplant terdiri atas

16

enam kapsul, masing-masing mengandung 36 mg levonorgestreal


dengan diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm.

Mekanisme kerja:
Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan
tetapi mungkin sama seperti metode lain yang hanya
mengandung Progestin. Norplant memiliki efek mencegah
ovulasi, mengentalkan lender serviks, dan menghambat
perkembangan siklis endometrium.

Efektivitas:
Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,04 kehamilan
per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka
kegagalan Norplant <1 kehamilan per 100 wanita per tahun
dalam 5 tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB, dan
AKDR.

Kontraindikasi:
a. Tidak untuk wanita-wanita berumur.
b. Perdarahan uterus yang tidak jelas.
c. Riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.
- Keuntungan:
a. Norplant merupakan metode kontrasepsi yang sangat
efektif.
b. Tidak merepotkan dan tidak mengganggu senggama.
c. Resiko untuk lupa lebih kecil dibandingkan pil KB dan
suntikan karena Norplant dipasang tiap 5 tahun.
d. Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan
akseptor akan kembali.

17

e. Pemasangan dapat dilakukan oleh petugas non medis yang


terlatih.
f. Dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh
Estrogen karena Norplant tidak mengandung Estrogen.
g. Lebih efektif secara biaya karena walaupun harganya
mahal tetapi masa pemakaiannya mencapai 5 tahun.
- Kerugian:
a.
Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obatobatan tertentu.
Merubah siklus haid dan meningkatkan berat badan.
Tergantung pada petugas.
Tidak melindungi dari resiko tertularnya PMS. 3,4,5

b.
c.
d.

Gambar 2.4 Susuk KB

2.2.5. Kondom
Kondom adalah selubung tipis dari karet, vinil, atau produk
alamiah dapat berwarna maupun tidak berwarna, biasanya

18

ditambahkan spermisida untuk perlindungan tambahan, serta


digunakan untuk menutupi penis sesaat sebelum berhubungan.
-

Mekanisme kerja:
Mekanisme kerja kondom adalah dengan cara menghalangi
masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna
wanita, sehingga pembuahan dapat dicegah.

Jenis-jenis:
a. Kondom kulit (terbuat dari usus domba)
b. Kondom karet/lateks (lebih elastis, murah, sehingga lebih
banyak dipakai)
Efektivitas:
Efektivitas kondom sendiri tidak terlalu tinggi, hanya sekitar
3-4 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama. Wanita
berusia 30 tahun lebih jarang mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan dibandingkan dengan mereka yang berusia
kurang dari 25 tahun.

Kontraindikasi:
Kontraindikasinya adalah pada pemakai yang alergi terhadap
kondom karet/lateks.

Keuntungan:
a. Murah.
b. Mudah didapat (tidak perlu resep dokter).
c. Tidak perlu pengawasan.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya penularan penyakit
kelamin.
Kerugian:

19

a.

Efektivitas dipengaruhi kesediaan akseptor mematuhi

b.

instruksi yang diberikan dan motivasi pemakai.


Efektivitas tidak terlalu tinggi.
Perlu menghentikan aktivitas dan spontanitas hubungan

c.

d.

seks guna memasang kondom.


Dapat mengurangi sensitifitas penis sehingga ereksi sukar
dipertahankan.3,4,5

Gambar 2.5 Kondom

2.3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi


Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB
diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor
pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB
diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan
kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang.7
Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam
kontrasepsi antara lain:

penggunaan

20

1. Faktor internal
- Umur ibu
2. Faktor external
- Jumlah anak dalam keluarga
- Tingkat pendidikan ibu
- Tingkat pengetahuan ibu tentang program KB
- Dukungan dari keluarga mengenai program KB
- Tingkat kesejahteraan keluarga
2.4. Definisi Menopause
Menopause merupakan suatu bagian dari proses menua yang
ireversibel yang melibatkan sistem reproduksi wanita. Klimakterium
merupakan istilah umum pada siklus reproduksi perempuan untuk
menunjukkan rentang waktu mulai dari proses transisi sampai pada masa
postmenopause awal. WHO mendefinisikan perimenopause sebagai interval
yang mendahului berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa satu tahun
setelah siklus menstruasi terakhir, yang menurut temuan pada Massachusetts
Womens Healthy Study, jangka waktunya berkisar tiga setengah tahun.
Perimenopause ditandai dengan mulai timbulnya gejala vasomotor dan
ketidakteraturan haid. Pada masa perimenopause, hot flushes sering kali
mendahului siklus anovulasi. Keluhan fisik, seperti tegangnya payudara,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur, hot flush dan dispareunia, dan
masalah emosional, seperti gangguan tidur, kelelahan, rasa tegang, dan
mudah tersinggung hampir selalu ditemukan.
Menopause dimulai sejak 12 bulan setelah haid terakhir dan ditandai
dengan berlanjutnya gejala vasomotor dan gejala urogenital seperti keringnya
vagina dan dispareunia. Walaupun masa waktu yang dihabiskan selama
menopause ( 1/3 dari masa hidup) terus meningkat, usia onset menopause

21

tidak banyak berubah yaitu sekitar 50-51 tahun. Faktor-faktor yang


mempercepat terjadinya menopause sangat sedikit, termasuk diantaranya
merokok, histerektomi, dan tinggal pada tempat yang tinggi (pegunungan).
Berdasarkan survey Perkumpulan Menopause Indonesia tahun 2005, usia
menopause rata-rata wanita Indonesia adalah 49 0,20 tahun.9
Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan usia lanjut sebagai
berikut:
- Usia dewasa muda (Elderly Adulhood) = 18/20 25 tahun.
- Usia dewasa penuh (Middle Years) = 25 60/65 tahun.
- Usia lanjut (Geriatric Age) = > 65/70 tahun ; terbagi :
- untuk umur 70 75 tahun (Young Old)
- untuk umur 75 80 tahun (Old)
- untuk umur > 80 tahun (Very Old)

2.5. Program Wajib Belajar


Guna meningkatkan sumber daya manusia yang ada di negara ini,
pemerintah menerapkan program wajib belajar 9 tahun yang tertera dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 47 Tahun 2008 Tentang
Wajib Belajar Pasal 1, berikut ini:
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.

Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti


oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan
pemerintah daerah.

22

2.

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang


pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.

3.

Sekolah Dasar yang selanjutnya disebut SD adalah salah satu bentuk


satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang pendidikan dasar.

4.

Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disebut MI adalah salah satu


bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, di
dalam pembinaan Menteri Agama.

5.

Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disebut SMP adalah salah


satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari
SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.

6.

Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disebut MTs adalah salah satu


bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar
sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat, di dalam
pembinaan Menteri Agama.

7.

Program paket A adalah program pendidikan dasar jalur nonformal


yang setara SD.

23

8.

Program paket B adalah program pendidikan dasar jalur nonformal


yang setara SMP.

9.

Pemerintah adalah Pemerintah pusat.

10.

Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten,


atau pemerintah kota.

11.

Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang


pendidikan nasional.10

2.6. Upah Minimum Regional Kota Bandar Lampung

Tabel 2.1 Upah Minimum Regional Kota Bandar Lampung Tahun 2011
Kabupaten
Jumlah UMR/UMK
Tanggal berlaku
Tahun berlaku
Nomor SK
Tanggal SK
Penandatangan SK

Kota Bandar Lampung


Rp 865.000,01 Januari 2011
2011
Kep. Gub. No. G/690/III.05/HK/2010
01 Januari 2011
Gubernur Lampung

2.7. Kerangka Teori

Umur ibu

Jumlah anak dalam keluarga

Tingkat pendidikan ibu

Tingkat pengetahuan ibu tentang


program KB

Dukungan dari keluarga mengenai


program KB

Tingkat kesejahteraan keluarga

Pemakaian alat
kontrasepsi

24

Gambar 2.6
Kerangka
Teori.

Sumber: (BKKBN : 2002)

2.8. Kerangka Konsep

Umur ibu
Jumlah anak dalam keluarga
Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pengetahuan ibu tentang
program KB

Pemakaian alat
kontrasepsi

Dukungan dari keluarga


mengenai program KB
Tingkat kesejahteraan keluarga

Gambar 2.7
Kerangka Konsep

2.9. Hipotesis
Ha: Adanya pengaruh antara umur ibu terhadap pemakaian alat
kontrasepsi.
Ha: Adanya pengaruh antara jumlah anak dalam keluarga terhadap
pemakaian alat kontrasepsi.

25

Ha: Adanya pengaruh antara tingkat pendidikan ibu terhadap pemakaian


alat kontrasepsi.
Ha: Adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu tentang program KB
terhadap pemakaian alat kontrasepsi.
Ha: Adanya pengaruh antara dukungan dari keluarga mengenai program
KB terhadap pemakaian alat kontrasepsi.
Ha: Adanya pengaruh antara tingkat kesejahteraan keluarga terhadap
pemakaian alat kontrasepsi.

26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik
tipe cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach).
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian

: Bulan Juni 2011.

Tempat penelitian

: RT 004, Lingkungan I, Kelurahan Segalamider,


Kecamatan
Lampung.

Tanjung

Karang

Barat,

Bandar

27

3.3. Rancangan Penelitian


Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek
penelitian diamati pada waktu yang sama.6

3.4. Subyek Penelitian


a.

Populasi
Populasi penelitian adalah ibu yang sudah menikah dan berumur
49 tahun dan tinggal di RT 004, Lingkungan 1, Kelurahan
Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung
sejumlah 92 orang.

b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi atau keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Untuk
menghitung besar sampel, dapat digunakan formula sebagai berikut:
N
n=
1+N(d)2

28

92
n=
1+ 92 (5%)2
n= 74, 79 (pembulatan menjadi 75)

keterangan :
N : besar populasi
n : besar sampel
d : persentasi sebesar 5%
c. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling. Yaitu dengan cara mengocok seluruh
populasi yang berjumlah 92 orang kemudian diambil satu per satu
sampai 75 orang dan sisanya tidak dipakai.6

3.5. Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian terbagi menjadi 2 variabel yakni :
1.Variabel Dependent, yang termasuk di dalamnya adalah pemakaian alat
kontrasepsi.
2.Variabel Independent, variabel yang akan dicari hubungannya dengan
variabel dependent yaitu umur ibu, jumlah anak dalam keluarga, tingkat
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang program KB, dukungan

29

dari keluarga mengenai program KB, dan tingkat kesejahteraan


keluarga.

3.6. Definisi Operasional Variabel

Variabel

Definisi
Variabel

Alat Ukur

Cara Ukur

Pemakaian
Alat
Kontrasepsi

Status
pemakaian alat
kontrasepsi pada
saat dilakukan
penelitian

Kuesioner

Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)

Umur ibu

Umur ibu pada


saat dilakukan
penelitian

Kuesioner

Jumlah anak
dalam
keluarga

Jumlah
anak
dalam keluarga
pada
saat
dilakukan
penelitian
Pendidikan
terakhir
ibu
pada
saat
dilakukan
penelitian
Kemampuan
responden
menjawab
dengan
benar
pertanyaan

Kuesioner

Tingkat
pendidikan
ibu
Tingkat
pengetahuan
ibu tentang
program KB

Kuesioner

Kuesioner

Hasil Ukur

Skala Ukur

Kategori
0= memakai
1=tidak
memakai

Kriteria
0= ibu yang sudah
menikah
dan
memakai
alat
kontrasepsi
1= ibu yang sudah
menikah dan tidak
memakai
alat
kontrasepsi

Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)

0=dewasa muda
1=dewasa penuh

Ordinal

Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)
Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)
Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)

0= cukup
1= banyak

0=ibu yang sudah


menikah dan
berumur 18 25
tahun.
1=ibu yang sudah
menikah dan
berumur > 25 dan
belum
menopause.
0=jumlah anak 2
1=jumlah anak >2

0=pendidikan ibu
lulus s.d SMP
1=pendidikan ibu
tidak lulus s.d
SMP
0=
ibu
yang
memiliki
nilai
pengetahuan
mean
1=
ibu
yang

Ordinal

0= tinggi
1= rendah

0= baik
1= kurang baik

Ordinal

Ordinal

Ordinal

30

Dukungan
dari keluarga
mengenai
program KB

Tingkat
kesejahteraa
n keluarga

tentang KB, dan


alat-alat
kontrasepsi(klas
ifikasi, jangka
waktu,
efek
samping)
Keluarga
mendukung ibu
melakukan
program
KB
atau tidak pada
saat dilakukan
penelitian
Pendapatan
keluarga selama
1 bulan

memiliki
nilai
pengetahuan
<mean

Kuesioner

Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)

0=mendukung
1=tidak
mendukung

Kuesioner

Menanyakan
langsung
kepada
responden
(angket)

0= tinggi
1 = rendah

0=keluarga
memperbolehkan
ibu
melakukan
program KB
1=keluarga tidak
memperbolehkan
ibu
melakukan
program KB
0= keluarga yang
memiliki
pendapatan Rp.
865.000,1= keluarga yang
memiliki
pendapatan < Rp.
865.000,-

Ordinal

Ordinal

3.7. Pengolahan data


Setelah data terkumpul melalui kuesioner yang telah melalui uji
validitas dan reliabilitas, maka dilakukan tahap pengolahan data.
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
komputer melalui program SPSS 16 dengan langkah sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak
dalam pengisian.
2. Coding
Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu
pada tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan
analisa data.

31

3. Processing
Processing adalah proses pengetikan data dari kuesioner keprogram
komputer agar dapat dianalisis.
4. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang dientri
kedalam program komputer agar tidak terdapat kesalahan6.
3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Univariat
Tekhnik analisa data dengan menggabungkan data yang sejenis
yang kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi untuk dipresentasikan.
Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi digunakan rumus
sebagai berikut:

P = f x100%
N

Keterangan:
P= persentase
f= jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh responden
N= jumlah skor maksimal dari seluruh pertanyaan
100= bilangan tetap.6
Untuk pengelompokan kategori umur ibu, dalam penelitian
penulis membagi umur ibu menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kategori dewasa muda, jika umur ibu 18-25 tahun.
2. Kategori dewasa penuh, jika umur ibu > 25 dan belum menopause.

32

Untuk pengelompokan kategori jumlah anak dalam keluarga,


dalam penelitian penulis membagi jumlah anak dalam keluarga menjadi
2 kelompok, yaitu:
1. Kategori cukup, jika jumlah anak dalam keluarga 2.
2. Kategori banyak, jika jumlah anak dalam keluarga > 2.
Untuk pengelompokan kategori tingkat pendidikan ibu, dalam
penelitian penulis membagi tingkat pendidikan ibu menjadi 2
kelompok, yaitu:
1. Kategori tinggi, jika tingkat pendidikan ibu lulus s.d SMP.
2. Kategori rendah, jika tingkat pendidikan ibu tidak lulus s.d SMP.
Untuk pengelompokan kategori tingkat pengetahuan ibu tentang
KB, dalam penelitian penulis membagi tingkat pengetahuan ibu tentang
KB menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kategori baik, jika nilai pengetahuan ibu mean.
2. Kategori kurang baik, jika nilai pengetahuan ibu < mean.
Untuk pengelompokan kategori dukungan dari keluarga
mengenai program KB, dalam penelitian penulis membagi dukungan
dari keluarga mengenai program KB menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kategori mendukung, jika keluarga memperbolehkan ibu
menjalankan program KB.
2. Kategori tidak mendukung, jika keluarga tidak memperbolehkan
ibu menjalankan program KB.

33

Untuk pengelompokan kategori tingkat kesejahteraan keluarga


dalam penelitian penulis membagi tingkat kesejahteraan keluarga
menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kategori tinggi, jika keluarga memiliki pendapatan Rp.865.000,2. Kategori rendah, jika keluarga memiliki pendapatan < Rp.865.000,-

3.9.2. Analisa Bivariat


Analisis hubungan antara variable umur ibu, jumlah anak dalam
keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang
program KB, dukungan dari keluarga mengenai program KB, dan
tingkat kesejahteraan keluarga dengan pemakaian alat kontrasepsi,
dianalisis menggunakan uji statistik chi square(x2), dimana data-data
yang sudah diedit diberi kode dan ditabulasikan kemudian dimasukkan
diolah dengan menggunakan komputerisasi menggunakan rumus chi
square sebagai berikut:
Rumus chi square:

( 0-E )2

X =
E

Keterangan :
Keterangan:
= penjumalahan
X= chi square
O= nilai observasi pada sel tabel

34

E= nilai ekspektasi yang dihitung dengan rumus.6


Derajat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 95% taraf
kebebasan dan 0,05 jika p value 0,05 , artinya ada hubungan
bermakna secara statistik atau Ha diterima dan jika p value > 0,05 tidak
ada hubungan secara statistik atau Ha ditolak.

Anda mungkin juga menyukai