Anda di halaman 1dari 13

EKSPLORASI BIJIH BESI

(Makalah Tugas Geofisika Pertambangan)

Oleh
Ferry Anggriawan
1215051023

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Biji atau bijih besi adalah cebakan yang digunakan untuk membuat besi gubal.
Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam
molekul. Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan
besi oksida dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu
tua, hingga merah karat anjing Saat ini, cadangan biji besi nampak banyak,
namun seiring dengan bertambahnya penggunaan besi secara eksponensial
berkelanjutan, cadangan ini mulai berkurang, karena jumlahnya tetap. Sebagai
contoh, Lester Brown dari Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa
bijih besi bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi
konservatif dari 2% pertumbuhan per tahun.
Dalam proses eksplorasi Bijih Besi, para geofisikawan memiliki peran sangat
penting. Banyak metode yang dapat digunakan dalam proses penentuan
cadangan Bijih Besi pada suatu daerah yang berpotensi memiliki bijih besi.
Pada makalah ini, akan lebih jauh membahas penentuan suatu lapisan yang
mengandung bijih besi dengan Metode Geomagnet.

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai apa itu bijih
besi dan teknik eksplorasinya.

3.3. Manfaat
Setelah penulisan serta pembahasan makalah ini diharapkan nantinya
mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari bijih besi serta teknik eksplorasi
yang tepat digunakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bijih Besi


Besi merupakan unsur kuat golongan VIII B yang mempunyai nomor atom 26.
Kita dapat melihat besi di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari. Segala
barang yang harus kuat pasti terbuat dari besi, seperti tiang listrik, jembatan,
pintu air, dan kerangka bangunan. Peralatan perang juga semuanya berbahan
dasar besi. Tidak hanya barang-barang besar sampai yang berkekuatan raksasa
saja yang terbuat dari besi, barang-barang kecil pun banyak sekali yang terbuat
dari besi, seperti peniti, paku, pisau, pines, cangkul, kawat dan sebagainya
(Widyamartaya, 1983). Kegunaan utama besi adalah untuk membuat baja. Baja
tahan karat yang terkenal adalah stainless stell yang merupakan paduan besi
dengan 14-18% kromium 7-9% dan Nikel.
Bijih besi merupakan batuan yang mengandung mineral-mineral besi dan
sejumlah mineral gangue seperti silika, alumina, magnesia, dan lain-lain. Besi
yang terkandung dalam batuan tersebut dapat diekstraksi dengan teknologi
tertentu secara ekonomis.

2.2. Metode Geomagnet


Metode geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk survei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, panas bumi, batuan
mineral, maupun untuk keperluan pemantauan (monitoring) gunung berapi.
Dasar dari metode magnetik adalah gaya coulomb antara dua kutub magnetik
m1 dan m2 (emu) yang berjarak r (cm) dalam bentuk (Telford,dkk., 1979):

dengan 0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi


dan berharga satu. Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang berjarak r dari
m1 didefinisikan sebagai gaya perstuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan
sebagai:

Bila dua buah kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet
+p dan p, keduanya terletak dalam jarak l, maka momen magnetik M dapat
ditulis sebagai:

dengan M adalah vektor dalam arah unit vektor r1 dari kutub negatif ke kutub
positif. Benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan dari sejumlah
momen-momen magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam
medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Oleh karena
itu, intensitas kemagnetan I adalah tingkat kemampuan menyearahnya
momenmomen magnetik dalam medan magnet luar, atau didefinisikan sebagai
momen magnet persatuan volume:

Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh


suseptibilitas kemagnetan atau k, yang dituliskan sebagai:

Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang


dipergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada batuan semakin besar
apabila dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang
bersifat magnetik. Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magent luar
H, kutub-kutub internalnya akan menyearahkan diri dengan H dan terbentuk
suatu medan magnet baru yang besarnya adalah:

Medan magnet totalnya disebut dengan induksi magnet B dan dituliskan


sebagai:

dengan mr = 1+4pk dan disebut sebagai permeabilitas relatif dari suatu benda
magnetik. Satuan B dalam emu adalah gauss, sedangkan dalam geofisika
eksplorasi dipakai satuan gamma (g) dengan 1 g = 10-5 gauss = 1 nT. Pada
metode geomagnet variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
merupakan target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali
magnetik berkisar ratusan sampai dengan ribuan nanotesla, tetapi ada juga yang
lebih besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar
anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat
rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami
sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism
yang merupakan akibat dari magnetisasi medan utama.
Anomali yang diperoleh dari survey merupakan hasil gabungan dari keduanya.
Bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi
maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survey
magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet
kurang dari 25% medan magnet utama bumi. Adanya anomali magnetik
menyebabkan perubahan dalam medan magnet total bumi dan dapat dituliskan
sebagai:

dengan :
H T = medan magnetik total bumi
H M = medan magnetik utama bumi
H A = medan anomali magnetik
Bila besar H A << H T dan arah H A hampir sama dengan arah H T maka
anomali magnetik totalnya adalah:

Gambar 3. Vektor yang menggambarkan medan anomali (FA), medan utama


(FM) dan medan magnet total (FT).

III. PEMBAHASAN

3.1. Topografi dan Geologi


Kondisi topografi Lokasi tambang bijih besi pada umumnya bergelombang
dan berbukit-bukit daerahnya relatif datar dengan kemiringan berkisar 20
sampai 40 derajat, terdiri dari lembah sedang dan perbukitan kecil, dimana
daerah yang paling tinggi dengan ketinggian + 100 m dari permukaaan laut.
Sedangkan keadaan geologi lokasi pada umumnya didominasi oleh kwarsa
dan pasir, batuan alluvial, dan batuan granit dengan intrusi mineralisasi bijih
besi di antara batuan alluvial. Vegetasi pada lokasi terdiri dari tumbuhan
pepohonan khas daerah pulau belitung dan semak belukar, dan sebahagian
berupa lahan perkebunan kelapa sawit.
Pengukuran lintasan ukur dan titik ukur dilakukan oleh regu topografi dengan
menggunakan alat ukur theodolit. Pengukuran geomagnit dilakukan secara kisi
(gridding) dengan sistim tertutup (looping) ABAB. Penyelidikan geomagnit didaerah
bijih besi, biasaya dilakukan dengan

menggunakan alat proton unimag

geomagnetometer tipe.

3.2. Eksplorasi Bijih Besi


Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan
adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,
terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang
memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos
batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap
Formasi Barisan (Pb, Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah
proses

rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada


bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya. Perubahan ini
disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari
aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini
hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak
metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan
cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak
mengandung bijih.
Eksplorasi detail dapat kita lakukan dengan penyelidikan kerberadaan bijih
besinya secara detail, yaitu penelitian sampai detail dari jumlah luas dan
kedalaman posisi persis penyebaran dan batas-batas keberadaan dari bijih
besi. Cara penelitian detail ini yaitu dengan beberapa cara seperti pengeboran
dan cara beberapa metode geofisika. Salah satu cara penelitian eksplorasi
detail yang digunakan adalah dengan metoda eksplorasi geomagnet.
Penerapan metode eksplorasi geomagnet ini prinsipnya menggunakan daya
kemagnetan bijih besi yang ada didaerah yang mencari anomali kemagnetan
yang lebih besar dari sekitarnya. Adapun alat yang digunakan untuk
pengukuran daya kemagnetan adalah magnetometer yang terdiri dari main
unit GSM 19T Magnetometer, Tabung sensor berisi cairan elektrolit, dan
stick alluminium sebagai tempat dan pengarah dari tabung sensor. Cara kerja
pengukurannya adalah setelah main unit diaktifkan dan disetting waktu
tanggal bulan dan tahun, posisikan stick pada titik yang diukur, hadapkan
sensor ke arah utara, untuk pengukurannya tekan tombol F pada GSM 19T
Magnetometer secara bersamaan dengan GPS, yang gunanya untuk tracking
dan koreksi waktu pengukuran.
Kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan sistem tambang terbuka,
yaitu penambangan pengambilan bijih besinya dengan menggunakan bantuan
peralatan alat berat yang bijihnya dikumpulkan untuk dicuci atau dipisahkan
sesuai dengan diameter ukurannya masing-masing. Alat-alat berat yang
digunakan pada penambangan antara lain untuk pengupasan dan penggalian
dengan bulldozer dan back hoe, untuk pengangkutan dengan dump truk. Pada
lokasi, bijih besi yang sudah ditambang diangkut dan dikumpulkan di

stockfile yang berjarak sekitar 2 km. Bijih besi sudah ada di stockfile dicuci,
dan dibagi ukurannya. Mineral dressingnya meliputi proses pengolahan
pencucian dan proses pemisahan ukuran (size). Proses pencuciannya
dilakukan pada saat bersamaan dengan proses pemisahan ukuran bijihnya.
Pemisahan bijih besinya menggunakan sistem magnet bijih besinya dengan
hasil pemisahan berbagai macam ukuran yang ukuran diameter kurang dari
10 cm. Sumber air untuk pencuciannya diperoleh dari danau sekitar area dan
limbah bekas pencuciannya dibuang pada pond2 yang dibuatkan di sebelah
area penambangan. Di lokasi terdapat peralatan Magnetic Separator untuk
sizing atau pemisahan type ukuran bijih besinya, namun tidak ada peralatan
chrushing plant (penghancuran atau pengecilan ukuran). Untuk ukuran bijih
besi dengan diameter lebih dari 20 cm sudah dihancurkan terlebih dahulu
dengan breaker back hoe, sehingga bijih yang diambil untuk dicuci sudah
berukuran kecil-kecil. sehingga mudah dimuat ke Magnetic Separator atau
dimuat ke papan palong pencucian untuk selanjutnya dikarungi/dipacking
pada ukuran-ukuran tertentu.

3.3. Hasil Penyelidikan Geomagnet


Dari penyelidikan geomagnit didapat hasil berupa data kerentanan magnit
batuan (K), peta anomali geomagnit total sisa dan profil anomali geomagnit
total sisa. Penyelidikan geomagnit dilakukan untuk melokalisir zona
mineralisasi bijih besi, anomali yang dicari adalah anomaly positif tinggi, dan
selanjutnya hanya anomali positif tinggi ini yang akan dibahas, karena biji
besi memberikan atau mempunyai nilai kemagnitan positif akibat adanya
kandungan mineral magnetit dan ilmenit di dalam batuan.
Struktur sesar sangat erat kaitannya dalam proses terjadinya mineralisasi bijih
besi, karena zona-zona mineralisasi pada umumnya terjadi pada zona struktur
sesar/hancuran, karena bidang tersebut merupakan zona yang lemah sehingga
memudahkan terjadinya akumulasi bijih besi atau dengan kata lain zona
tersebut merupakan host rock untuk terjadinya mineralisasi bijih besi.
Keberadaan struktur sesar tersebut selain dari data hasil penyelidikan
geomagnit juga didukung oleh kenampakan dilapangan

10

3.4. Zona Mineralisasi Bijih Besi dan Struktur Sesar


Hasil penyelidikan geomanit menunjukkan bahwa zona mineralisasi bijih besi
(Fe) ditandai dengan nilai anomali geomagnit positif tinggi > 1000 gamma
yang disebabkan oleh kandungan mineral magnetit dan titan didalam batuan.
-6

Pada umumnya mineral tersebut mempunyai nilai K : 71 94 x 10 cgs, dan


% Fe total yang relatif tinggi (59 69 %) diperkirakan berkaitan dengan zona
mineralisasi bijih besi. Ditemukannya singkapan batuan yang insitu dan
endapan besi deluvial juga merupakan suatu indikasi permukaan/data
pendukung untuk keberadaan zona mineralisasi bijih besi.
Beberapa faktor yang berperan penting dalam proses pembentukan
mineralisasi bijih besi di didaerah penyelidikan antara lain keberadan struktur
sesar, dan batuan induknya. Besarnya nilai kerentanan magnetik batuan,
persentase Fe total merupakan indikasi yang baik dalam mengaplikasikan
metoda geomagnetik. Aplikasi metoda geomagnet dalam menentukan
keberadaan sumber daya bijih besi didaerah penyelidikan memberikan hasil
yang baik dengan kontras yang besar antara daerah mineralisasi dan bukan
mineralisasi. Daerah yang memiliki potensi cadangan bijih besi (Fe) memiliki
kontur anomaly Magnetik berkisar 500 nT - 4000 nT.

3.5. Pengolahan Data Geomagnet


Dalam proses pengolahan data Geomagnet diperlukan langkah-langkah dari :

Penyiapan lintasan Geomagnet (studi literatur, peta, lokasi survey).

Akuisisi data pengukuran (pengambilan data, pengumpulan data,


persiapan untuk pengolahan).

Pengolahan

data

(penyiapan

data

agar

menjadi

suatu

bentuk

peta/penyajian yang bisa dibaca untuk diinterpretasi.


Sebelum melakukan proses pengolahan geomagnet, terlebih dahulu kita
persiapkan data-data mentah dari hasil akuisisi pengukuran, data-data tersebut
adalah sebagai berikut :

11

Data akuisisi pengukuran geomagnet di Base Station dan geomagnet


Mobile.

Pengolahan data hasil pengukuran geomagnet menggunakan software


GEM magnetometer dan software ArcView.

Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah :

Project Baru : (View New Bentuk DBF) _ Di blok Save as DBF _


Save tutup_ Memasukkan Titik dari Tabel : (Tabel ADD (data DBF))
_ Klik Tutup tabel_

View - Project Baru : (View ADD EVEN TEMPT) _ Tabel X, W, Z _


Add Tempt _Tabel ADD Tabel.

Membuat Poligon : (View New Tempt Poligon Tempat simpan


nama) _ Tempt Stop Editing

Buat Kontur : (File Extention , Image Analisis, 3D analisis) _ Surface


create Countur (IDW) _ 2 values _ Interval Countur

Croop Data Kontur : (Theme new temp polygon) _ Theme stop


editing _ File Ext_ Geoprocesing result _ Clip _ Theme Convert to SHP
file _ Convert counter DBF SHP_View Geoprocesing CLIP_Warna
klik 2x _Uniq Value_ Value Countur _ Add point _ Pilih point, letakkan
ukuran grafik dan posisi _ Theme Convertto SHP File.

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kondisi topografi Lokasi tambang bijih besi pada umumnya bergelombang
dan berbukit-bukit daerahnya relatif datar dengan kemiringan berkisar 20
sampai 40 derajat, terdiri dari lembah sedang dan perbukitan kecil, dimana
daerah yang paling tinggi dengan ketinggian + 100 m dari permukaaan laut.
Beberapa faktor yang berperan penting dalam proses pembentukan
mineralisasi bijih besi di didaerah penyelidikan antara lain keberadan struktur
sesar, dan batuan induknya
Hasil penyelidikan geomanit menunjukkan bahwa zona mineralisasi bijih besi
(Fe) ditandai dengan nilai anomali geomagnit positif tinggi > 1000 gamma
yang disebabkan oleh kandungan mineral magnetit dan titan didalam batuan.
-6

Pada umumnya mineral tersebut mempunyai nilai K : 71 94 x 10 cgs, dan


% Fe total yang relatif tinggi (59 69 %) diperkirakan berkaitan dengan zona
mineralisasi bijih besi.
Dalam proses pengolahan data Geomagnet diperlukan langkah-langkah dari :
Penyiapan lintasan Geomagnet (studi literatur, peta, lokasi survey).
Akuisisi data pengukuran (pengambilan data, pengumpulan data, persiapan
untuk pengolahan).
Pengolahan data (penyiapan data agar menjadi suatu bentuk peta/penyajian
yang bisa dibaca untuk diinterpretasi.

Anda mungkin juga menyukai