vs 0,0% pada laparoskopi dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
apendektomi terbuka dan laparoskopi (1,4% vs 1,3%).
Pada makalah terbaru yang dibuat oleh Reshef et al. Yang membandingkan
resiko ASBO pada 205 pasien yang dilakukan operasi laparoskopi kolorektal dan
205 yang dilakukan operasi serupa terbuka, keduanya tanpa riwayat operasi
terbuka sebelumnya. Setelah rata- rata follow up selama 41 bulan penulis
mendapatkan bahwa walaupun tingkat penerimaan ASBO sama (9% vs 13%, p =
0,3 untuk kelompok laparoskopi yang dan kelompok terbuka), kebutuhan
intervensi operasi ASBO secara signifikan lebih rendah setelah operasi
laparoskopi (2% vs 8%, p = 0,006). Data- data ini menunjukkan bahwa insidens
adesi diduga lebih rendah setelah operasi laparoskopik yang menjadi manfaat
jangka panjang dalam menurunkan SBO.
Faktor resiko lain yang diketahui mencakup operasi kolon dan rectum
(yaitu kolektomi local dengan anastomosis ileal pouchanal), operasi ginekologik,
umur kurang dari 60 tahun, laparotomi sebelumnya dalam waktu 5 tahun,
peritonitis, multiple laparotomi, operasi darurat, reseksi omental, dan trauma
abdomen penetrasi, terutama luka tembak, jumlah episode ASBO sebelumnya
yang tinggi.
Penilaian awal
Setelah pemeriksaan fisik yang akurat dan evaluasi pada WBC, Laktat,
Elektrolit, BUN/ kreat; langkah kerja diagnostik pertama ASBO adalah foto
abdomen supine dan erek yang dapat menunjukkan multiple air- fluid level,
distensi loop- loop usus halus, dan tidak adanya gas pada bagian kolon.
Semua pasien yang dievaluasi untuk obstruksi usus halus sebaiknya
dilakukan foto polos (Tingkat Bukti 2b GoR C).
Penilaian sekunder
CT Scan adalah alat diagnostic tinggi pada SBO dan memiliki nilai yang
baik pada semua pasien dengan foto polos yng tidak dapat disimpulkan apakah
tingkat SBO komplit atau tingkat tinggi SBO. Namun, CT- scan tidak rutin
dilakukan dalam proses penentuan- keputusan, kecuali apabila riwayat klinis,
pemeriksaan fisik, dan foto polos tidak dapat menyimpulkan diagnosis obstruksi
usus halus (Tingkat bukti 2b GoR B).
CT scan sering digunakan untuk menkonfirmasi adanya obstruksi komplit
dalam mengdiagnosis penyebab SBO, yang juga mengeksklusi patologi non- adesi
dan menilai terjadinya strangulasi dengan sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi
dari 90% dan NPV mendekati 100%.
Hubungan CT Scan dengan tanda- tanda iskemia usus seharusnya
menunjukkan ambang rendah terhadap campur tangan operasi (Tahap Bukti 2a
GoR B).
Ultrasound memiliki nilai terbatas dalam obstruksi usus atau pada pasien
dengan distensi usus, karena udara dapat menggelapkan temuan yang ada. Temuan
US yang biasa adalah distensi, peristalsis (diagnosis banding ileus vs SBO
mekanis), perbedaan pada lipatan mukosa disekitar titik transisi, cairan bebas
(tanda- tanda iskemia).
Penggunaan MRI sebaiknya dibatasi pada pasien dengan kontraindikasi
CT atau kontras iodin (Tingkat bukti 2c GoR C).
Kontras larut- air bernilai pada pasien yang dilakuka penatalaksanaan
konservatif non- operatif awal dalam menilai ASBO komplit dan memprediksi
kebutuhan operasi (Tingkat Bukti 1b GoR A). Pemberian kontras larut air
memiliki nilai diagnostic dan terapeutik.
Penyelidikan ini lebih aman daripada barium dalam kasus dan penyebaran
peritoneal dan memiliki nilai terapeutik dalam kasus obstruktif adesif usus halus.
Penatalaksanaan konservatif dan waktu operasi
Penatalaksanaan ASBO menjadi kontroversi karena operasi dapat memicu
perlengketan baru, dimana penatalaksanaan konservatif tidak menghilangkan
penyebab obstruksi. Penatalaksanaan konservatif melibatkan intubasi nasogastric,
pemberian cairan intravena, dan observasi klinis. Strangulasi usus membutuhkan
operasi segera, tetapi iskemia usus sulit untuk ditentukan secara klinis.
Model operasi perawatan akut atau acute care surgery (ACS) dapat
mempengaruhi pasien yang datang dengan SBO karena mereka diserahkan dari
dokter bedah ke dokter bedah lain tanpa perawatan definitif. Pasien ini tidak
6
ASBO parsial dan memendekkan lamanya tinggal di rumah sakit (Tingkat Bukti
1b GoR A).
Terapi hiperbaric oksigen (HBO) dapat bermanfaat terhadap pasien tua
dengan resiko anestesiologik yang tinggi (Tingkat Bukti 2b GoR B). Terapi HBO
dapat menjadi salah satu pilihan pada penatalaksanaan pasien dimana operasi
tidak dapat dilakukan.
Indikasi Penundaan Operasi
Biasanya NOM, jika tidak ada tanda- tanda strangulasi atau peritonitis,
dapat ditunda hingga 72 jam pada SBO adesif (Tingkat Bukti 2b GoR C).
Setelah
hari
tanpa
perbaikan,
studi
WSCA
atau
operasi
10
11
12
kembali, (3) lama tinggal di rumah sakit lebih pendek, (4) berkurangnya waktu
pemulihan menyebabkan cepatnya kembali ke aktivitas lengkap, (5) menurunnya
komplikasi luka, dan (6) menurunnya perlengketan terbentuknya perlengketan
pasca operasi.
Data- data ini telah divalidasi dalam satu meta- analisis yang dilakukan
oleh Ming- Zhe Li et al. yang mendapati bahwa tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan antara operasi terbuka berbanding laparoskopi adhesiolysis dalam
jumlah cedera usus intraoperatif, juga infeksi luka, juga pada moertalitas secara
keseluruhan. Sebaliknya terdapat perbedaan statistik yang signifikan mengenai
komplikasi paru- paru dan penurunan panjangnya ileus pada kelompok
laparoskopi daripada kelompok terbuka. Penulis mendukung pendekatan
laparoskopi lebih aman daripada tindakan terbuka, tetapi di tangan dokter bedah
laparaskopik berpengalaman pada pasien yang dipilih.
Selain itu, Stephanian et al. memperhatikan bahwa trauma minimum,
durasi operasi yang singkat, hasil kosmetik yang baik dan periode pasca operasi
tanpa komplikasi dengan efikasi pendekatan laparoskopi.
Pada konferensi consensus mengenai laparoscopic adhesiolysis, panel ahli
Italia merekomendasikan pilihan intraoperatif pasien setelah laparoskopi
eksplorasi, karena pendekatan ini membolehkan banyak pasien yang mendapatkan
manfaat dari tindakan mini-invasif ini. Mereka setuju bahwa hanya kriteria
eksklusi absolute adhesiolysis laparoskopi pada SBO berkaitan dengan
pneumoperitoneum
(yaitu
ketidakstabilan
hemodinamik
atau
gangguan
13
14
mempunyai
peningkatan
insiden
komplikasi
intraoperative
dan
patologi yang tidak dikenali dan cedera iatrogenic berperan terhadap mayoritas
konversi. Apabila etiologi terkait dengan perlengketan single- band, tingkat
kesuksesan menjadi 73,4%. Morbiditas dan mortalitas sebesar 14,8% dan 1,5%.
Tingkat enterotomy yang tidak sengaja adalah 6,6%. Pada perspektif laparoskopi
menjadi pengobatan ASBo yang efektifdengan morbiditas yang dapat diterima.
Navez et al. melaporkan bahawa apabila penyebab obstruksi adalah
single- band, adhesiolysis laparoskopi berhasil 100%.
Apabila etiologi lain yang ditemukan, seperti hernia internal, hernia
inguinal, neoplasma, inflammatory bowel disease, intususepsi, dan batu empedu
ileus, konversi menajdi minilaparotomi atau laparotomi formal sering diperlukan.
15
16
diminimalisir
dengan
mengendalikan
mesenteri
usus.
Untuk
adhesiolysis
berbahaya dan resikonya meningkat sepanjang obstruksi yang terjadi; hal ini
merupakan alasan mengapa operasi awal dianjurkan pada studi multisenter yang
menunjukkan: tingkat kesuksesan intervensi laparoskopi awal pada SBO akut
lebih tinggi setelah durasi gejala yang lebih singkat (24 jam vs 48 jam).
17
18
midline sebelumnya dan jumlah episode ASBO sebelumnya dengan estimasi skor
PAI > = 2 pada lebih dari 3 daerah abdomen, terkait dengan serangkaian kasus
peningkatan konversi dan lamanya waktu operasi.
Pencegahan
Kami perlu mencegah ASBO (Loe 2b Gor B).
Pada gambaran insidens perlengketan dan tingkat rekurensi ASBO serta
pembesaran masalah kesehatan dan beban keuangan terkait perlengketan,
pencegahan atau pengurangan perlengketan pasca operasi adalah prioritas penting.
Membrane hyaluronic acid- carboxycellulose dan icodextrin dapat mengurangi
perlengketan (LoE 1a GOR A dan LoE 1b GOR A).
Icodextrin dapat mengurani resiko obstruksi ulang pada ASBO (LoE 1 b
GOR A).
Hyaluronic acid-carboxycellulose tidak menurunkan kebutuhan operasi
ASBO (LoE 1a GOR A).
Kebanyakan literature yang ada berdasarkan pada pasien ginekologi. Pada
pasien bedah umum tidak ada rekomendasi atau pedoman khusus.
Setiap strategi pencegahan seharusnya aman, dapat dilakukan, dan murah.
Gabungan strategi pencegahan mungkin lebih efektif.
Pada review yang sama, penulis merekomendasikan pendekatan
laparoskopi jika boleh, penggunaan barrier bioabsorbable, hemostasis yang
cermat, menghindari diseksi jaringan berlebih dan iskemia serta menurunkan
bahan operasi yang ada.
Pada follow up jangka panjang, studi yang dilakukan oleh Fevang et al.
operasi dapat mengurangi resiko masuknya pasien dengan ASBO dimasa
mendatang, walaupun resiko operasi baru episode ASBO sama tanpa melihat
metode pengobatannya (pembedahan vs konservatif).
Teknik intraoperatif seperti menghindari diseksi peritoneal yang tidak
perlu, menghindari tertumpahnya kandungan usus atau batu empedu, dan
penggunaan sarung tangan bebas- kanji adalah prinsip dasar yang perlu digunakan
pada semua pasien.
19
20
Gambar 3. Peritoneal adhesion index: dengan deskribsi pada setiap daerah abdomen dengan skor
perlengketan terkait, jumlah skor akan menjadi hasil PAI.
Kuantifikasi Perlengketan
Diantara system penilaian perlengketan yang berbeda yang diajukan,
utamanya oleh ginekolog, lebih komplit dan mudah untuk menggunakan skor PAI
yang diajukan oleh Coccolini et al. faktanya, perhatian khusus sebaiknya
diberikan dalam penilaian keseragaman. Kami kemudian menyarankan sistem
klasifikasi tegas untuk perlengketan dalam usaha menyeragamkan definisi dan
21
analisis berikutnya. Dengan cara ini, dokter bedah yang berbeda dengan
penatalaksanaan yang berbeda dapat secara efektif mengevaluasi pasien dan
membandingkan kondisinya dengan evaluasi yang lalu dengan menggunakan
sistem klasifikasi universal (Gambar 3). Klasifikasi ini berdasarkan tampilan
makroskopik perlengketan dan perluasannya pada wilayah abdomen yang
berbeda. Dengan menggunakan kriteria penilaian tertentu, doktor dapat
menetapkan peritoneal adhesion index (PAI) antara 0 hingga 30, dengan uraian
keadaan intra-abdomen.
Kesimpulan
ASBO adalah penyakit yang umum terjadi. Pengobatan non- operatif
sebaiknya dicoba dengan tidak adanya tanda- tanda peritonitis atau strangulasi.
WSCM aman dan memiliki peran definitive dalam mendiagnosis (untuk
memprediksi perbaikan atau dibutuhkannya operasi) dan terapi (untuk
mengurangi waktu perbaikan gejala dan lamanya tinggal di rumah sakit). Operasi
terbuka pada beberapa dokter bedah masih menjadi yang paling aman dan
pendekatan operasi yang paling berkesan, walaupun pendekatan laparoskopi aman
dan dapat dilakukan pada pasien terpilih karena komplikasi yang sedikit, lamanya
tingkat ileus, komplikasi pulmonal terkait penggunaannya. Pencegahan dengan
membran hyaluronik- acid carboxycellulose atau icodextrin, sebenarnya telah
mendapat modal relevan. Kuantifikasi perlengketan dan penilaian perlengketan
adalah alat yang menjanjikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang
mengarah
pada
diagnosis
dan
penatalaksnaan ASBO
dan
pencegahan
perlengketan peritoneal.
22