Teknik Pengaturan: Modul Ke-10
Teknik Pengaturan: Modul Ke-10
MODUL KE-10
DOSEN PENGASUH
Ir. PIRNADI. T. M.Sc
Pendahuluan
Telah dijelaskan pada kuliah-kuliah sebelumnya bahwa langkah pertama dalam
menganalisis sistem pengaturan adalah menurunkan model matematik dari
sistem pengaturan yang ditinjau. Setelah model diperoleh, dapat dengan
menggunakan berbagai metoda untuk analisis performansi sistem. Dalam
praktek, sinyal masukan sistem pengaturan tidak dapat diketahui sebelumnya,
tetapi mempunyai sifat acak, sehingga masukan sesaat tidak dapat dinyatakan
secara analitis.
Sebuah sistem fisis dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial orde-1 atau
orde-tinggi yang tergantung pada karakter sistem tersebut.
Contoh: sebuah sistem pengaturan dinyatakan oleh persamaan diferensial,
berikut :
a
dy
+ b y = f(t)
dt
(10.1)
maka solusi persamaan ini terdiri dari fungsi komplemeter dan solusi khusus.
Secara fisis fungsi komplemeter disebut jawaban peralihan (transient response),
sedang solusi khusus disebut respons mantap (steady state). Jawaban total
adalah penjumlahan kedua jawaban tersebut.
Sinyal uji yang khas, dari sinyal masukan uji yang biasa digunakan adalah fungsi
tangga, fungsi ramp, fungsi percepatan, fungsi impulsa, fungsi sinusoida, dan
lain-lain. Dengan sinyal uji ini dapat dilakukan analisis matematik dan
eksperimenal sistem pengaturan secara mudah karena sinyal-sinyal ini
merupakan fungsi waktu yang sangat sederhana. Contoh: untuk fungsi masukan
yang banyak ditemukan dalam praktek adalah fungsi tangga (step function),
dengan persaman berikut :
TEKNIK PENGATURAN
(10.2)
Catatan, respons terhadap waktu untuk sistem pengaturan terdiri dari dua
bagian: respons transien (sebelum mencapai kondisi yang mantap) adalah
respons sistem yang berlangsung dari keadaan awal sampai keadaan akhir yang
masih dipengaruhi oleh waktu dan respons keadaan tunak (mantap) yaitu
perilaku keluaran sistem jika (t) mendekati tak terhingga akan mencapai harga
yang tetap atau konstan.
Contoh, untuk persamaan diferensial (10.1) dan dengan fung step persamaan
(10.2) akan diperoleh berikut : hasil fungsi komplemeter yo = C e
b
t
a
sedang
A
, sehingga respons total adalah :
b
y = yss + yo =
b
A
+ C e at
b
(10.3)
Dimana:
C suatu konstanta yang besarnya dapat dihitung dari kondisi awal (i.c).
a
pada persamaan
b
(10.3).
Menjadi :
y=
b
A
+ C eat
b
(10.4)
A
sehingga
b
b
b
A
+ C e = yss [ 1 + e ]
b
(10.5)
Contoh Solusi Transien, untuk sistem elektrik dari suatu bentuk rangkaian listrik
yang memenuhi persamaan (10.1) yaitu rangkaian seri R-L, seperti ditunjukkan
pada Gambar 10.1 (a) dan Gambar 10.1 (b) respons arus setelah penutupan
sakelar.
(Penjelasan saat kuliah)
TEKNIK PENGATURAN
Gambar 10.1.
di
+RI=E
dt
(10.6)
Sehingga menurut persamaan (10.3) solusi arus dalam keadaan mantap adalah
E
iss =
dan solusi transien adalah :
R
R
io = Ae L t
(10.7)
Selama sakelar (S) terbuka, maka arus (i) adalah nol, dank arena perubahan
energi tidak akan terjadi, begitu sakelar (S) ditutup, maka pada (t) = 0 berlaku
arus = 0, dengan menggantikan syarat ini ke dalam persamaan (10.7) diperoleh :
0=
E
+A
R
atau
A=-
E
R
(10.8)
t
E
L
[ 1 - e ], dimana =
R
R
ditunjukkan pada Gambar 10.2 (b), yang terdiri dari respons transient dan
mantap dengan respons total, bentuk ekponensial menunjukkan sifat sistem
orde-1
Contoh sistem orde satu untuk mekanis, pada oprasi servomotor arus searah
(dc) di maba tegangan jangkar adalah berubag-ubah, sedang yang akan diatur
adalah kecepatan poros. Dengan menganggap bahwa karakteristik motor dapat
dinyatakan oleh hubungan linier antara torsi terhadap kecepatan putaran, maka
untuk eksitasi medan yang konstan, torsi motor akan sebanding terhadap arus
jangkar, yaitu ;
Mm = Ka ia
(10.9)
Selama jangkar motor berputar, dihasilkan suatu gaya gerak listrik e b yang
sebanding dengan kecepatan motor, yaitu :
eb = Kb
di mana,
Kb
d
= Kb
dt
(10.10)
TEKNIK PENGATURAN
va eb va K b
Ra
Ra
(10.11)
ML
I
=
=
f
(10.12)
= torsi beban
= momen inersia
= percepatan sudut
= koefisien gesek
Karena torsi beban ini harus sama dengan torsi yang dikeluarkan oleh motor,
maka dengan menyamakan persamaan (10.11) dan (10.12) akan diperoleh :
Ka
[ va Kb ] = I + f
Ra
(10.13)
IRa Ra
K a Kb
[f+
] = va
Ka
Ka
Ra
(10.14)
atau :
= dan = .
karena : =
Bentuk persamaan (10.14) ini sama dengan persamaan (10.1) dengan ()
sebagai veriabel tidak bebas dan t sebagai variable bebas. Solusi total dapat
ditentukan dengan cara seperti pada contoh sebelumnya.
Karakteristik momen puntir (torsi) motor arus searah (DC) dan karakteristik
torsi terhadap putaran dengan mengatur arus jangkar ditunjukkan pada Gambar
10.2 (a) dan Gambar 10.2 (b).
TEKNIK PENGATURAN
Bm =
(10.15)
Ms
Bm =
(10.16)
TB
dalam hal ini Ma adalah stall torque pada tegangan rencana. Dan ( TB ) adalah
kecepatan tanpa beban pada kecepatana rencana (rad/sek). Selanjutnya dengan
menyatakan kemiringan tersebut dalam konstanta motor, harga Bm menjadi :
Bm =
M s K a va / Ra K b K a
TB
va / K b
Ra
(10.17)
Sehingga total (B) merupakan peredaman motor (Bm) dan gesekan karena
kekentalan, yaitu :
B = Bm + f
(10.18)
IRa BRa
Ka
Ka
(10.19)
M s Ka Ia Ka
va
va
Ra
(10.20)
1 B
Kt
Kt
(10.21)
a
Kt v
= Km va
B
(10.22)
TEKNIK PENGATURAN
I / Kt
I /B
B / Kt
(10.23)
= ss (1 - e m )
(10.24)
Fungsi respons impulsa, untuk sistem transien parameter konstan maka fungsi
ahlinya dapat dinyatakan, berikut :
Y ( s)
(10.25)
X (s)
Dimana, X(s) adalah transformasi Laplace masukan dan Y(s) adalah transformasi
G(s) =
Laplace keluaran. Oleh sebab itu Y(s) adalah transformasi Laplace keluaran.
Oleh sebab itu Y(s) dapat juga ditulis, berikut :
Y(s) = G(s) X(s)
(10.26)
y(t) =
x () g (t ) d
g() x(t ) d
(10.27)
Transformasi Laplace balik dari keluaran yang diberikan oleh persamaan (10.27)
adalah fungsi respons impulsa, atau :
y(t) = g(t) = fungsi respons impuls disebut juga fungsi bobot sistem.
TEKNIK PENGATURAN
1 -t/T
e (t 0)
T
(10.28)
respons
terhadap
integral
sinyal
asal
dapat
diperoleh
dengan
Sistem orde dua, mencari respons sistem pengauran orde dua tertentu terhadap
mesukan tangga dan analisis untuk responsnya. Ditinjau sevomekanisme seperti
dapat dilihat pada Gambar 10.9.a. Sasaran sistem ini mengatur posisi beban
mekanik sesuai dengan posisi acuannya. Sepasang potensiometer bekerja
sebagai perangkat ukur kesalahan. Perangkat ini mengubah posisi masukan dan
keluaran menjadi sinyal listrik yang sebanding. Sinyal masukan komando
menentukan posisi sudut ( R) dari lengan kontak potensiometer masukan. Posisi
sudut (r ) adalah masukan acuan sistem, dan potensial listrik dengan kontak
sebanding dengan posisi sudut lengan tersebut. Posisi lengan keluaran
menentukan posisi sudut c dari lengan kontak potensiometer keluaran. Beda
TEKNIK PENGATURAN
pada
kumparan
medan.
Jika
ada
kesalahan,
maka
motor
(10.29)
dia
d
+ Ra ia + K3
= K1 e
dt
dt
(10.30)
dimana, K3 adalah konstanta gaya gerak listrik balik dari motor dan adalah
perpindahan sudut poros motor. Persamaan untuk kesetimbangan torsi, adalah :
Jo
d
d 2
+ fo
= T = K2 ia
2
dt
dt
(10.31)
dimana Jo adalah inersia gabungan dari motor, beban, dan rangkaian roda gigi
pada poros motor dan fo adalah koefisien gesekan viskos gabungan dari motor,
beban, dan rangkaian roda gigi pada poros motor. Fungsi alih antara
perpindahan poros motor dan sinyal kesalahan diperoleh dari persamaan (10.30)
dan (10.31), sebagai berikut :
( s )
K1K 2
E ( s ) s ( La s Ra )( J o s f o ) K 2 K 3 s
(10.32)
dimana (s) = [ (t)] dan E(s) = [e(t)]. Kita anggap bahwa rasio roda gigi dari
rangkaian roda gigi adalah sedemikian rupa sehingga poros keluaran berputar n
kali untuk setiap putaran poros motor. Jadi,
C(s) = n (s)
(10.33)
Dimana C(s) = [c(t)] dan c(t) adalah perpindahan sudu poros keluaran.
TEKNIK PENGATURAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Katsuhito OGATA, Teknik Kontrol Automatik, Erlangga, 1991
2. Pakpahan.S, Kontrol Otomatik, Erlangga, 1994
3. Richard C. Dorf, Modern Control Systems, Addision-Wesley, 1980
4. John Van de Vegte, Feedback Control Systems, 1986
5. Pirnadi, Modul, Hand out, Teknik Pengaturan, 2008.
TEKNIK PENGATURAN
10