Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Salah satu cara untuk mengurangi limbah cangkang bekicot adalah dengan
mengolahnya menjadi kitosan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini mulai memanfaatkan kitosan sebagai salah satu alternantif adsorben
karena memiliki pasangan elektron bebas dari nitrogen dan oksigen sehingga
dapat membentuk kompleks dengan logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efisiensi penjerapan logam berat dengan kitosan pada berbagai variasi
konsentrasi logam berat. Digunakan Cr, Fe, Zn, Ni, dan Cu sebagai sampel logam
berat. Untuk mengolah cangkang bekicot menjadi kitosan melalui tiga proses
yaitu deproteinasi yang bertujuan untuk menghilangkan protein, demineralisasi
untuk menghilangkan mineral, dan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil.
KATA KUNCI
Cangkang bekicot, kitosan, adsorben, logam berat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam berat adalah logam dengan berat 5 g atau lebih per cm 3 dan selain
itu dapat dikatakan logam ringan (Darmono, 1995). Sebenarnya logam berat
adalah unsur penting yang dibutuhkan makhluk hidup. Dalam jumlah yang tidak
berlebih, logam berat esensial seperti selenium (Se), tembaga (Cu), Zink (Zn) dan
Besi (Fe) diperlukan untuk metabolisme tubuh. Jumlah yang berlebihan akan
menimbulkan toksik pada tubuh. Sedangkan logam nonesensial yang termasuk
elemen mikro tidak mempunyai fungsi untuk tubuh atau toksik, contohnya: timbal
(Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium (Cd). Keberadaan logam berat
bersifat alami dalam artian tidak dapat didegradasi atau dihancurkan dan akan
berbahaya bila terjadi bioakumulasi dalam tubuh manusia (Arsentina Panggabean,
2008).
Adsorpsi (penjerapan) paling banyak digunakan untuk perlakuan terhadap
logam berat karena keamanannya, tidak memberikan efek samping yang
membahayakan kesehatan, tidak memerlukan peralatan yang rumit dan mahal,
mudah pengerjaannya dan dapat didaur ulang (Priyambodo, dkk).
Bekicot (Achatina fullica) merupakan hama bagi persawahan. Cangkang
bekicot meskipun sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai hiasan namun tidak
jarang cangkang bekicot di buang begitu saja dan dibiarkan membusuk sehingga
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu cara untuk
mengurangi limbah cangkang bekicot adalah dengan mengolahnya dari kitin
menjadi kitosan. Pengolahan kitosan dari cangkang bekicot memiliki keuntungan
salah satunya karena di dalam cangkang bekicot (Achatina fullica) terkandung
sekitar 70% - 80% zat kitin, sedangkan dalam udang terdapat kitin sebanyak 15%
- 20% dan rajungan 20% - 30% (Srijanto, 2003).
Kegunaan kitosan sebagai adsorben telah banyak diteliti, diantaranya
merujuk pada: (1)Kemampuannya mengikat ion logam cukup tinggi, (2)
kemungkinan mengambil kembali terhadap ion logam yang terikat kitosan relatif
mudah dengan menggunakan pelarut tertentu. Keuntungan kitosan sebagai
adsorben adalah dapat digunakan untuk penanganan limbah secara berulang
(Muzzarelli,1997). Sifat penukar ion kitosan bergantung pada suhu, pH larutan,
kristalisasi, ukuran partikel, dan derajat deasetilasi dari kitosan (Stephen, 1995).
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efisiensi penjerapan logam Cr, Fe, Zn, Ni, dan Cu oleh kitosan
dari cangkang bekicot.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal:
a. Pengembangan dan pemanfaatan limbah cangkang bekicot sebagai
adsoben yang ramah lingkungan
b. Pengaplikasian kitosan sebagai adsorben limbah yang mengandung logam
berat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BEKICOT
Bekicot (Achatina fullica) dapat dibedakan menjadi empat menurut
jenisnya, yakni; Achatina variegata, Achatina fullica, Helix pomatia dan Helix
aspersa sedangkan hanya dua jenis pertama yang ditemukan di Indonesia. Di
Indonesia rata-rata terjadi peningkatan potensi bekicot sebesar 7,4 persen per
tahun (Srijanto, 2003).
Bekicot (Achatina fullica) adalah hewan melata yang termasuk binatang
lunak (mollusca) dan dilindungi cangkang yang keras, pada tempurungnya
terdapat warna garis yang tidak terlalu mencolok, dan banyak terdapat di daerah
lembab dan pegunungan (Prihatman, 2000).
Menurut Santoso (1989), klasifikasi bekicot dapat diuraikan sebagai berikut:
Divisio
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Pulmonata
Familia
: Achatinidae
Genus
: Achatina
Spesies
: Achatina fullica
untuk mengambil kembali ion yang terikat kitosan dengan pelarut tertentu cukup
mudah (Rahkmawati, 2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Prosedur Penelitian
1. Isolasi Kitosan dari Cangkang Bekicot
a. Preparasi cangkang bekicot
Cangkang bekicot di bersihkan sampai benar-benar bersih lalu dikeringkan
dan dihaluskan. Setelah itu diayak dengan ayakan 200 mesh .
b. Deproteinasi
Cangkang bekicot yang sudah halus dideproteinasi menggunakan larutan
NaOH 2N dengan perbandingan 1:6 (b/v) sambil diaduk dan dipanaskan pada
suhu 90oC selama 1 jam. Setelah dipisahkan dari larutannya, cangkang dicuci
dengan akuades hingga pH-nya netral. Kemudian dikeringkan pada suhu 70 80C selama 24 jam dalam oven. (Rahayu, 2004).
c. Demineralisasi
Padatan kering hasil deproteinasi selanjutnya didemineralisasi dengan
menggunakan larutan HCl 1N (perbandingan 1:12 b/v) dan diaduk pada suhu
kamar selama 1 jam. Setelah disaring, padatan dicuci dengan akuades hingga pH
nya netral kemudian dikeringkan pada suhu 70 - 80C selama 24 jam dalam oven
untuk mendapatkan kitin kering.
d. Deasetilasi
Kitin direbus dalam larutan NaOH 50 % dengan perbandingan 1:10 (b/v) pada
suhu 70o-80oC masing-masing dengan waktu perebusan 60 90 menit. Padatan
kemudian dipisahkan dengan cairan, selanjutnya dicuci dengan aquades hingga
netral pH-nya. Setelah itu padatan dikeringkan pada suhu 70-80 o C dalam oven
selama 24 jam, produk hasil ini disebut kitosan.
2. Pembuatan Larutan Standar
Dibuat larutan standar logam Cr, Fe, Zn, Ni, dan Cu dalam konsentrasi 50,
100, 150, 200, dan 250 ppm.
3. Proses Adsorpsi
Disiapkan larutan yang mengandung logam Cr, Fe, Zn, Ni, dan Cu
sebanyak 25 mL, masing-masing 5 buah. Lalu ditambahkan kitosan ke dalam
setiap larutan logam berturut-turut sebanyak 0,05; 0,125; 0,25; 0,375; dan 0,5
gram. Kemudian diaduk selama 40 menit dan didiamkan selama 24 jam, dan
disentrifugasi. Supernatan dianalisis dengan AAS untuk menentukan kadar logam.
4. Analisis Data
a. Penetuan persamaan kurva Standar
Persamaan
kurva
standar
diperoleh
dengan
mengalurkan
grafik
Keterangan:
Eff
: efisiensi penjerapan
Co
Ct
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, L. H., dan Purnavita, S., (2004), Optimasi Proses Deproteinasi dan
Demineralisasi pada Isolasi Kitin dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus
pelagicus), Prosiding: Teori Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS Surabaya, hal.
III.8 III.11.
Rakhmawati, E., (2007), Pemanfaatan Kitosan Hasil Deasetilasi Kitin Cangkang
Bekicot Sebagai Adsorban Zat Pewarna Remazol Yellow, Surakarta
,Universitas Sebelas Maret.
Santoso, H.B. 1989. Budidaya Bekicot. Kanisius. Yogyakarta.
Srijanto, B., (2003), Kajian Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kitin dan
Kitosan Secara Kimiawi, Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia
2003, Volume I, hal. F01-1 F01-5
Stephen A.M. 1995. Food Polysaccharides and Their Aplications. department Of
Chemistry.University Of Cape Town Rondebosch.
T Arsentina Panggabean, Nurul Mardhiyah dan Evi Mardiastuty Silalahi. Logam
Berat Pb (Timbal) Pada Jeroan Sapi. Prosiding PPI Standarisasi. Laboratorium
Kesmavet DKI Jakarta; 2008.
Tan EWY, Lee VR (2002) Enzymatic hydrolysis of prawn shell waste for
purification of chitin. Loughborough University, UK