e. Apabila tidak ada daerah undercut yang baik maka dilakukan tilting model atau
perubahan posisi model dari horizontal. Tilting bisa ke anterior, posterior, lateral
kiri dan lateral kanan.
f. Bila ditemukan undercut yang baik pada posisi tilting meja model dikunci
kembali dan buat garis survey terpilih.
g. Tripoding dilakukan dengan membuat tiga titik pada model dengan ketinggian
yang sama, atau dibuat garis pada bidang yang sejajar dengan arah pemasangn,
dan garis tersebut sejajar dengan tongkat vertical.
C. PEMBUATAN CENGKERAM
Cengkeram atau klamer adalah bagian dari geligi tiruan yang terbuat dari logam
tahan karat yang memeluk gigi dan berfungsi sebagai retensi dari gigi yang masih ada.
Cengkeram merupakan penahan langsung ekstra koronal dan berfungsi menahan, mendukung
dan mestabilkan geligi tiruan sebgian lepasan. Desain cengkeram memiliki prinsip
pemelukan, pengimbangan, retensi, stabilisasi, dukungan dan pasifitas (Soelarko, 1980).
Menurut Gunadi (1991), macam-macam dari cengkeram antara lain Akers clasp, Roach
clasp, kombinasi Akers-Roach, Back Action clasp, Reverse back Action clasp, Ring clasp, T
clasp, I clasp, Compound clasp, cengkeram 2 jari, cengkeram 3 jari, dll. Bagian-bagian dari
cengkeram yaitu, badan cengkeram (body),lengan cengkeram (arm), bahu cengkeram
(shoulder), ujung lengan (terminal), sandaran (rest),dan konektor minor.
1. Alat dan Bahan
a. Model rahang yang sudah disurvei
b. Kawat klamer 0,7mm dan 0,8mm
c. Tang klamer
d. Tang potong
e. Marker
2. Cara Kerja Pembuatan Cengkeram
a. Gambar desain cengkeram pada model
b. Ukur dan potong kawat sesuai kebutuhan
c. Bengkokkan kawat sesuai dengan desai dan tandai dengan marker, selama
pembengkokan jangan sampai merusak model
d. Cengkeram yang sudah sesuai ujungnya dibulatkan sehingga tidak tajam.
3. Syarat Cengkeram
a. ujung lengan retentif berada di daerah gerong dan ujungnya kira-kira 1-2 mm
b.
c.
d.
e.
f.
kemudian ditandai.
Galangan gigit dipasangkan pada model yang sudah di radir
Permukaan galangan gigit dilunakkan
Gigi-gigi pada model rahang atas dan bawah dioklusikan dalam oklusi sentrik
Malam yang berlebih dirapikan sesuai kontur gigi dan hasil penapakan gigitan oklusi
sentrik merupakan catatan gigitan sebagai kunci oklusi.
Galengan gigit rahang atas dimasukkan dan cek pada bagian labial, apakah pasien merasa
galengan gigit terlalu penuh atau tidak, kemudian kondisi filtrumnya apakah sudah
kencang, usahakan filtrumnya tidak kencang dan tidak kendor.
2. Galengan gigit rahang atas dikeluarkan dan masukan galengan gigit rahang bawah,
lakukan tindakan yang sama.
3. Membuat garis Chumber dengan merentangkan benang dari tragus kanan sampai tragus
kiri dengan melewati filtrum, tentukan kesejajaran galengan gigit rahang atas dan yang
bawah mengikuti.
4. Menentukan tinggi gigitnya dengan cara lepas semua galengan gigit dan instruksikan
pasien mengucapkan huruf M, ukur dengan jangka jarak antara ujung hidung dan ujung
dagu ini untuk mencari rest posisi dari pasien, setelah itu pasang galengan gigit atas
bawah dan instruksikan pasien untuk oklusi sentris kemudian ukur jaraknya, kemudian
ukur freeways spacenya dengan posisi rest oklusi.
5. Galengen gigit rahang atas di tambah bendolan malam di bagian paling distal,
instruksikan pasien untuk menyentuh bendolan itu sambil menutup mulutnya, itulah
posisi paling distal dari gigi. Kemudian rahang bawah, pasien di instruksikan untuk
menengadah dan lihat galengan gigit rahang bawah lebih retrusi dari rahang atas.
6. Menentukan garis sudut mulut untuk menentukan lebar mesio distal 6 gigi anterior,
menentukan garis median, menentukan garis senyum.
7. Fiksasi galengan gigit setelah mendapatkan penetapan gigit.
G. PEMASANGAN MODEL PADA ARIKULATOR
Menurut Thomson (2007), artikulator merupakan alat mekanis yang mewakili
sendi-sendi rahang dimana model rahang atas dan bawah dicekatkan. Penggunaan artikulator
dimaksudkan untuk pengerjaan laboratorium yang dapat dilakukan tanpa kehadiran pasien
karena alat tersebut sudah dapat mewakili.
1. Alat dan Bahan
a. Artikulator
b. Rubber bowl
c. Spatula
d. Karet gelang
e. Amplas
f. Pensil
g. Penggaris
h. Vaselin
i. Malam mainan
j. Gips putih
2. Cara Kerja Pemasangan Artikulator
a. Model rahang atas dan bawah yang telah difiksasi diletakkan di artikulator degan
bantuan malam mainan untuk menahan bagian bawah dasar model dengan mounting
table.
b. Base plate dan bite rim (oklusal bite rim) bersama dengan model rahang atas
diletakkan pada mounting table dengan pedoman :
1) Garis tengah model rahang atas berhimpit dengan garis tengah mounting table.
2) Bidang oklusal galangan gigit terletak dalam satu bidang dengan letak bidang
oklusal artikulator. Bidang oklusal artikulator sendiri ditentukan dengan
memasang karet gelang sekeliling artikulator secara horizontal setinggi incisal
guide pin dan tanda bidang oklusal pada artikulator, jarum horizontal incisal
guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior dari midline model rahang atas.
3) Buat adonan gips
4) Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada bagian
atas model kerja rahang atas, kemudian upper member digerakkan kebawah
menutup sampai menekan gips yang ada pada model kerja rahang atas, gips
dihaluskan sebelum mengeras.
5) Setelah gips mengeras artikulator dibalik, kemudian malam pengganjal diambil
6) Buat adona gips
7) Lower member diangkat keatas dan adonan gips dituang pada model kerja rahang
bawah, kemudian lower member digerakkan kebawah atau ditutup sampai
menekan adonan gips dan lengan insisal menyentuh meja insisal.
8) Fiksir lengan atas dan lengan bawah artikulator dengan karet gelang sampai gips
benar-benar mengeras.
H. PENYUSUNAN GIGI
Penyusunan gigi artificial harus sesuai dengan bentuk, ukuran, tekstur permukaan,
warna, dan bahan elemen. Pemilihan warna gigi bisa denan menggunakan color shade guide
atau dengan menyesuaikan warna gigi tetangganya (Soelarko, 1980).
1. Alat dan Bahan
a. Gigi pengganti
b. Color shade guide
c. Model kerja
2. Cara Kerja Penyusunan Gigi
a. Pemilihan dan penyusunan gigi anterior
1) Ukuran mesiodistal gigi harus sesuai dengan daerah yang tidak bergigi dan sesuai
dengan oklusi gigi lawan. Pada kasus free end digunakan patokan jarak dari tepi
distal gigi asli terakhir yang masih ada ke mesial dari retromolar pad.
2) Ukuran bukolingual gigi buatan harus sama atau lebih kecil dari gigi yang diganti
3) Ukuran oklusogingival ditentukan oleh besarnya ruanga intermaksiler atau
interoklusal dengan gigi tetangganya
b. Pemilihan dan penyusunan gigi anterior
1) Prosedur klinis langsung pemilihan ukuran, warna, dan bentuk gigi yang dipilih
sesuai dengan gigi asli yang masih ada.
2) Penyusunan gigi anterior untuk GTSL menyesuaikan dengan ukuran inklinasi gigi
tetangganya.
I. KONTURING GINGIVA
Kontur gingiva dari geligi tiruan adalah memberi bentuk landasan lilin geligi
tiruan semirip mungkin dengan anatomi dari gingiva dan jaringan lunak mulut. Bentuk
permukaan ini akan memberikan retensi dan estetik pada geligi tiruan. Kontur gingiva
meliputi margin gingiva, interdental papilla, tonjol akar (Soelarko, 1980).
1. Alat dan Bahan
a. Spirtus
b. Lekron
c. Kain flannel
2. Cara Kerja
a. Adaptasi lilin lunak pada permukaan bukal, labial, dan lingual, kemudian tanda-tanda
anatomi dibentuk/diukir sesuai dengan batas desain yang ditentukan.
b. Lilin yang sudah dibentuk dihaluskan
c. Permukaan dihaluskan setelah waxing dilakukan dengan menggunakan api spirtus
atau dengan alcohol torch kemudian digosok dengan menggunakan kain flannel
sampai halus mengkilap.
J. FLASKING dan BUANG MALAM
1. Flasking
Flasking atau penanaman dalam kuvet merupakan prosedur penanaman suatu
model dengan gigi tiruan malam untuk kemudian diganti dengan bahan basis gigi tiruan
sehingga bentuknya seperti geligi tiruan yang dikehendaki.
a.
b.
2. Buang Malam
a.
Cara Kerja
1) Air yang mendidih disiapkan sampai kuvet dapat terendam semua
2) Kuvet dimasukkan sampai diperkirakan malam sudah meleleh kurang lebih 5-10
menit kemudian dibuka. Malam model yang lunak dibuang dan sisanya dibuang
dengan air yang mendidih, disikat sampai benar-benar bersih.
K. PACKING
Menurut Gunadi (1991), packing merupakan pengisian suatu bahan basis gigi
tiruan ke dalam suatu ruangan yang telah disiapkan dalam suatu kuvet, bahan yang
digunakan adalah akrilik.
1. Cara Kerja
a. Mould pada kuvet diberi separasi could mould seal (CMS) memakai kuas, kecuali
pada gigi geliginya.
b. Setelah fase dough stage aduk adonan dan padatkan ke dalam mould.
c. Adonan diambil dan diletakkan pada sehelai kertas plastic, untuk RA adonan dibentuk
bola/dibulatkan ditempatkan di region palatum pada gigi, untuk RB dibentuk
gulungan bulat panjang diletakkan pada mould yang bergigi.
d. Kuvet atas dipasang dan diantara kuvet atas dan kuvet bawag diberi selapis plastic
untuk dilakukan press percobaan. Kuvet ditekan perlahan supaya adonan yang
berlebih mengalir dan buang kelebihan.
e. Press percobaan dilakukan 2-3 kali sampai tidak ada lagi kelebihan akrilik.
f. Jika sudah baik kuvet bawah dioles CMS kemudian dibiarkan sampai mongering lalu
olesi permukaan akrilik dengan liquid, dan press tanpa selapis plastic.
g. Kuvet dikencangkan dengan sekrup dan direndam sampai kurang lebih 30 menit.
L. DEFLASKING
Deflasking merupakan pengeluaran model dan geligi tiruan dari dalam kuvet
tanpa adanya kerusakan sehingga siap dikembalikan ke dalam artikulator.
1. Cara Kerja
a. Kuvet bagian atas dibuka, dan dinding bagian atas/bawah diketuk-ketuk supaya kuvet
terpisah dari plaster.
b. Model dan geligi tiruan dipisahkan dari plaster perlahan sehingga didapatkan model
beserta geligi tiruan dalam keadaan utuh.
c. Geligi tiruan dibiarkan tetap melekat pada model.
M. REMOUNTING
10
menit dengan suhu panas, 2-4 mm diatas basis artikulator dan model fisiologis.
d. Remounting dengan membasahi basis artikulator dan model, kemudian pasang dan
biarkan mongering.
e. Lekukan horizontal dibuat pada basis model.
f. Isi gips sebagai kunci.
N. SELECTIVE GRINDING
Selective grinding dilakukan apabila ada bagian-bagian gigi yang mengganggu
oklusi. Caranya adalah dengan mengoklusikan rahang atas dan rahang bawah keludian
menggunakan kertas oklusi apabila ada daerah terwarnai maka gaerah tersebut dapat
dilakukan grinding dengan menggunakan bur. Hal tersebut terus dilakukan sampai oklusi
baik (Thomson, 2007).
O. FINISHING dan POLISHING
Finishing dan polishing merupakan tahap akhir dari pembuatan geligi tiruan
sebelum di insersikan ke dalam mulut pasien. Hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah
membuang atau memotong bagian akrilik yang bukan bagian dari geligi tiruan,
membersihkan interdental sisa gips, menghaluskan seluruh permukaan geligi tiruan kecuali
bagian yang dekat dengan mukosa, dan polishing atau mengkilapkan geligi tiruan. Pemolesan
geligi tiruan dapat dilakukan dengan menggunakan handpiece, bur stone, kryte, dan pumice
(Soelarko, 1980).
P. INSERSI
Insersi merupakan fitting geligi tiruan kedalam mulut pasien untuk mengetahui
apakah geligi tiruan sudah baik atau belum dalam retensi, stabilisasi serta estestiknya.
Q. REPARASI
11
Reparasi geligi tiruan dapat dilakukan ketika geligi tiruan patah, reparasi untuk
menyatukan geligi tiruan yang patah disebut relining. Selain patah relining juga dapat
dilakukan untuk memperbiki GTSL yang kehilangan retensi karena perubahan relasi dengan
jaringan pendukung. Cara yang dilakukan antara lain
1. Merekatkan kembali GTSL dengan menggunakan sticky wax pada bagian labial/bukal
dan lingual GTSL yang patah.
2. Fiksasi GTSL agar stabil, alirkan gips plaster pada fitting surface GTSL yang direparasi,
kemudian cetakkan GTSL yang telah diisi gips plaster dengan ditekankan pada gips di
plate.
3. Preparasi GTSL yang patah dengan membentuk dovetail sebagai retensi dengan jarak 1-2
mm.
4. Pasangkan kembali GTSL pada cetakan dan oles CMS, aduk resin dan alirkan.
5. Rendam dalam air minimal 30 menit.
6. Lakukan finishing dan polishing.
DAFTAR PUSTAKA
12
Gunadi, H, Anton Margo, Lusiana K Burhan, Freddy Suryataneggara, Indra Setiabudi, 1991,
Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1, Hipokrates, Jakarta.
Soelarko, R M, Wachijati H, 1980, Diklat Prostodonsia Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, FKG
Universitas Padjajaran, Bandung.
Thomson dan Harmish, 2007, Oklusi, Edisi 2, Alih Bahasa Narlan Sumawinata, EGC, Jakarta.
13