Anda di halaman 1dari 60

PROFIL PUSKESMAS TANJUNG SENGKUANG

1.1 Pengertian dan Kedudukan Puskesmas


Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
b. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Pertanggungjawab

utama

penyelenggaraan

seluruh

upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas


kabupaten/kota, sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan/kabupaten/kota sesuai kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah ( desa/kelurahan atau

RW).

Masing-masing

Puskesmas

tersebut

secara

operasional

bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan/kabupaten/kota.


Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan sistem
kesehatan Nasional, Sisitem Kesehatan Kabupaten/ Kota dan sistem Pemerintah
Daerah :
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan Nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/ Kota
Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan Kabupaten/kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintahan Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem pemerintahan Daerah adalah
sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik
dan balai kesehatan masyarakat.Kedudukan Puskesmas di antara berbagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di
wilayah kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti Posyandu, Poskesdes,
Polindes, dan Pos UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan barbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah
sebagai pembina.

1.2. Tugas Pokok Dan Fungsi


Tugas Pokok Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
Nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas. Semuanya
diselaraskan dengan terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015
Puskesmas berfungsi sebagai:
a. Pusat penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan.
Dengan fungsi ini Puskesmas selalu berupaya untuk menggerakkan
dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor yang
dilakukan masyarakat dan dunia usaha di lingkungan kerjanya. Hal ini
berarti puskesmas secara aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari pembangunan tersebut. Dalam hal ini puskesmas
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Dengan pengertian ini puskesmas selalu berupaya agar anggota
masyarakat baik pribadi/ keluarga maupun dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri untuk hidup
sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaan. Semuanya ini diselenggarakan dengan
memperhatikan situasi, kondisi, dan sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas

bertanggungjawab

menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan


yang meliputi :
1) Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan ini bersifat pribadi(private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan. Untuk

itu disediakan fasilitas rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu


ditambah dengan rawat inap.
2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan ini bersifat publik ( public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain : Promosi
Kesehatan, Pemberantasan Penyakit, Penyehatan Lingkungan, Perbaikan
Gizi, Peningkatan Kesehatan keluarga melalui Pemantauan Wilayah
dengan Program KIA, KB, Imunisasi, dsb.
1.3 Latar Belakang
Wilayah kecamatan Batu Ampar merupakan wilayah yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Yang penduduk asli
masyarakat pribumi suku melayu dan pendatang Bugis, Batak, Padang, Flores,
Jawa. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri yang terdapat di Kelurahan Batu
Ampar. Kecamatan Batu Ampar merupakan daerah padat penduduk serta daerah
perdagangan sehingga mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai
pedagang ataupun pengusaha. Selain itu Kecamatan Batu Ampar juga sebagai
daerah industri berat dan ringan yang terdapat di Kelurahan Tanjung Sengkuang,
dengan 28 Perusahaan besar dan 25 perusahaan kecil namun masih ada segelintir
yang menjadikan laut sebagai mata pencaharian dimana masih terdapat 52 rumah
tangga yang bergerak di sektor perikanan laut dan 5 rumah tangga yang bergerak
di budidaya laut yang mampu menghasilkan 316 ton dengan nilai produksi
perikanan mencapai Rp 1,2 Triliun.
1.4 Letak geografis
a. Puskesmas Tanjung Sengkuang terletak di wilayah kelurahan Tanjung
Sengkuang Kecamatan Batu Ampar Kota Batam terletak antara 0,55
lintang utara dan 45- 104,10 bujur timur.

b. Batas Wilayah:
Utara

: berbatasan dengan laut.

Selatan

: berbatasan dengan kelurahan Bengkong Harapan Baru

Timur

: berbatasan dengan kelurahan Bengkong Laut

Barat

: berbatasan dengan kelurahan Lubuk Baja

c. Luas wilayah kerja 11,3 Km2


d. Wilayah kerja : 1 kecamatan (Batu Ampar) terdiri dari 4 Kelurahan,
yaitu :
1. Tanjung Sengkuang
2. Sei Jodoh
3. Batu Merah
4. Kampung Seraya

1.5 Luas wilayah kerja, jumlah desa/kelurahan, dan jumlah penduduk di


kecamatan Batu Ampar
Tabel 1
Jumlah Desa/ Kelurahan, Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kecamatan Batu Amar Tahun 2012

NO

1.

KECAMATAN/KELURAHAN

BATU AMPAR
TANJUNG SENGKUANG

LUAS
WILAYAH
(km2)

11,3
3,8

JUMLAH
RT

RW

JUMLAH
PENDUDUK

141
79

145
20

97.465
33.390

2.
SUNGAI JODOH
2,2
34
9
3.
BATU MERAH
3,8
28
8
4.
KAMPUNG SERAYA
1,5
1
Sumber : Dinas Kepadatan & Catatan Sipil Kota Batam Tahun 2012

24.055
11.072
28.948

1.6 Ketenagaan
Table 2. Jumlah Ketenagaan di Kecamatan Batu Ampar
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Jenis tenaga
Dokter umum
Dokter gigi
Bidan
Perawat
Analis kesehatan
Sanitarian
Gizi
Asisten apoteker
Perawat gigi
Administrasi
Sopir
Pramu kantor
Penjaga malam

jumlah
6
2
11
10
1
2
2
2
2
2
1
4
1

Keterangan
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
1 honor daerah
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS

1.7. Sarana kesehatan di Kecamatan Batu Ampar


Tabel 3. Sarana Kesehatan di Kecamatan Batu Ampar
Sarana kesehatan
Rumah Sakit
Rumah Sakit Khusus
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
BP
Rumah Bersalin
Polindes
Apotek
Klinik

Jumlah
1
1
2
2
8
3
1
1
1

Keterangan

1.7 Struktur Organisasi Puskesmas Tanjung Sengkuang Kecamatan Batu


Ampar
KEPALA UPT PKM

BAGIAN TATA

USAHA

Bagian
Kepegawain
/ Umum

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Koordinator
Yankesmas

KesLing
Imunisasi
DBD

Koordinator
Pemberday
aan
Masyarakat

Koordinat
orYankes
Peroranga
n
KIA

Promkes

KB

PHBS

Farmasi /
Apotek

UKK

TB Paru

Bagian
Keuangan

Bidan
Koordinat
or

UKS
USILA

Malaria

PKRR
DDTK

ISPA
Diare

BATRA
Penunjang
Medik

PMS/IMS
Kusta

Rekam
Medik

Campak

JPKM

Gizi

Laboratorium

Perkesmas
Kes. Jiwa

PUSTU SEI
JODOH

PUSTU TANGKI
SERIBU

Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Sengkuang 2013

POLINDES
BATU MERAH

PROGRAM KESEHATAN PUSKESMAS


Program kesehatan Puskesmas mengacu pada program kesehatan nasional
dengan Visi Indonesia Sehat 2025, dengan mempertimbangkan paradigma
masyarakat, dimana masyarakat semakin sadar akan tuntutan pelayanan kesehatan
yang lebih optimal, dengan dilandasi oleh kesadaran dan keyakinan bahwa
kesehatan merupakan hak azasi manusia, sehingga pemerintah dalam hal ini
lembaga pelayanan kesehatan dituntut peka terhadap berbagai permasalahan
kesehatan yangt berkembang dimasyarakat serta memberikan pelayanan yang
lebih optimal kepada masyarakat.
2.1 Visi
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang diberi
kewenangan dan tanggungjawab bidang kesehatan di tingkat kecamatan/wilayah
kerjanya, dalam operasionalnya telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI nomor 128 tahun 2006 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas,maka di sepakati
bahwa Visi Puskesmas Tanjung Sengkuang adalah Menjadikan masyarakat Batu
Ampar hidup bersih, sehat dan berkeadilan.
2.2 Misi
Misi Puskesmas Tanjung Sengkuang, di jabarkan dalam 4 Misi yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk masyarakat swasta.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
bagi kesehatan pari purna, merata, bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

2.3. Kebijakan Mutu


Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, maka untuk lebih meningkatkan Mutu
pelayanan Puskesmas, ditetapkanlah kebijakan mutu yakni :
- Memberikan pelayanan optimal kepada Pasien
- Pelayanan terhadap pasien dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
- Peningkatan Kompotensi Staf Puskesmas.
- Semua staf wajib memperhatikan masalah lingkungan dan keselamatan kerja.
- Inovasi staf untuk perbaikan dihargai dan ditindak lanjuti.

2.4. Sasaran Sasaran Mutu.


Guna lebih memantapkan implementasi pelayanan Mutu di Puskesmas,
maka disusunlah sasaran-sasaran mutu Puskesmas,sebagai berikut :
Meningkatkan kepuasan pelanggan dalam hal :

Pelayanan yang dilakukan oleh tenaga yang kompeten

Waktu pelayanan dilakukan seefisien dan seefektif mungkin.

Kenyamanan ruang tunggu, unit-unit pelayanan termasuk pemeriksaan


penunjang.

Peningkatan kinerja provider yang tepat waktu.

2.5.

Sasaran Program Puskesmas

Adapun Sasaran Program Puskesmas :


AKI : < 1,5 Per 1000 KH.
AKB : < 5 Per 1000 KH
AKABA : < 8
Gizi Buruk Balita dan Bumil : < 5 %
Imunisasi : > 90 %

Penemuan penderita TB ( CDR ) : > 70 %


Penyembuhan penderita TB (CR) : > 85 %
2.6. Pelaksanaan Upaya Kesehatan
1.

Upaya Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada diwilayah
indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a. Upaya Promosi Kesehatan .
b.Upaya Kesehatan Lingkungan. c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana. d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat. e.Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular. f. Upaya Pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengebangan puskesmas adalah upaya yang ditapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni :
1. Upaya Kesehatan Sekolah. 2.Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. 4. Upaya Kesehatan Mata. 5.Upaya
Kesehatan Usia lanjut.

Laporan Program Puskesmas


1.

Program KIA
KIA mempunyai tujuan penurunan AKI (Angka Kematian ibu) dan
anak serta peningkatan derajat kesehatan ibu.Angka kematian ibu dan
anak (AKI) di indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara di asean.
Sasaran yaitu ibu hamil, Bulin (ibu bersalin), Bufas (ibu nifas),
bayi dan balita. Program KIA mempunyai sasaran langsung terhadap ibu

10

dan janin atau bayi, yang menekankan programnya kepada keberhasilan


pelayanan antenatal sampai pada saat nifas serta bertujuan untuk
mencapai kesehatan ibu dan bayi. Untuk mengetahui pencapaian target
program KIA dibutuhkan data ibu hamil, balita, neonatus di wilayah
puskesmas Tanjung Sengkuang 2010-2012.
Tabel 4. Gambaran Hasil Pencapaian, Target dan Indikator KIA
Di Puskesmas Tanjung Sengkuang 2011-2012
NO
.
1
2

3
4
5
6

7
8
9

INDIKATOR
Kunjungan Ibu
Hamil K4
Komplikasi
Kebidanan Yang
Ditangani
Pertolongan
Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
Yang Memiliki
Kompetensi
Kebidanan
Pelayanan Nifas
Neonatus Dengan
Komplikasi Yang
Ditangani
Kunjungan Bayi
Desa/Kelurahan
Universal Child
Immunization
(UCI)
Pelayanan Anak
Balita
Peserta KB Aktif

2011 (%)
TARG PENCAPAI
ET
AN

2012 (%)
TARGE PENCAPAI
T
AN

85

89,22

88

82,18

40

10

50

26,73

80
80

88
88

83
83

86,89
86,89

80
90

5,8
69

80
90

2,91
71,66

100

100

83

100

90
70

79,36
67,43

90
70

80,89
68,08

Tabel 5. Jumlah Sasaran 2011-2012


INDIKATOR

SASARAN
2011

2012

15965

16568

IBU HAMIL

2376

3516

IBU BERSALIN

2268

3356

IBU NIFAS

2268

3356

PASANGAN USIA SUBUR

11

BAYI

2160

3197

BALITA

8941

11520

A. KUNJUNGAN IBU HAMIL K4


Tabel 6. Jumlah Kunjungan Ibu Hamil K4
Di Puskesmas Tanjung Sengkuang 2011 s/d 2012
No
.
1
2

Tahun
2011
2012

Sasaran
2376
3516

Kunjungan Ibu Hamil K4


Target (%)
Jumlah
85
88

%
89,22
82,18

2120
2890

DEFINISI OPERASIONAL
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 : Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu
kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
Pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan,
(2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian
Tetanus Toksoid), (4) (ukur) tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi (90
tablet selama kehamilan), (6) temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal
dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau
berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
FORMULA
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K-4 :

Jumlah Ibu hamil yg memperoleh pelayanan antenatal K1/K4 sesuai standar


di satu wilay ah kerja pada kurun wakt u tertentu
100%
Jumlah seluruh ibu hamil di satu wilay ah kerja dalam kurun wakt u yang sama

12

a. Pada tahun 2011 targetnya adalah 85%, sedangkan pencapaiannya adalah


89,22%. Target sudah tercapai.
b. Pada tahun 2012 targetnya adalah 88%, sedangkan pencapaiannya adalah
82,18%. Target tidak tercapai.

B. KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI


Tabel 7. Jumlah Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani
Di Puskesmas Tanjung Sengkuang 2011 s/d 2012
No.

Tahun

1.
2.

2011
2012

Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani


Sasaran
Target (%)
Jumlah
%
475
40
49
10,31
703
50
188
26,73

DEFINISI OPERASIONAL
-

Komplikasi Kebidanan : Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas

yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi


Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani : Ibu hamil, bersalin dan nifas
dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas

PONED, Rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)


Penanganan Definitif : Penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan

FORMULA
Cakupan Komplikasi Yang Ditangani :
Jumlah Komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif

disatu wil ayah kerja pada kurun wakt u tertentu


100%
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilay ah kerja pada kurun wakt u yang sama

13

a. Pada tahun 2011, targetnya adalah 40%, sedangkan pencapaiannya adalah


10,31%. Target belum tercapai.
b. Pada tahun 2012, targetnya adalah 50%, sedangkan pencapaiannya adalah
26,73%. Target belum tercapai.

C. NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI YANG DITANGANI


Tabel 8. Jumlah Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani
Di Puskesmas Tanjung Sengkuang 2011 s/d 2012
No.

Tahun

1.
2.

2011
2012

Komplikasi Dengan Komplikasi Yang Ditangani


Sasaran
Target (%)
Jumlah
%
324
80
19
5,86
480
80
14
2,9

DEFINISI OPERASIONAL
-

Neonatus Komplikasi : Neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat


menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr ),

sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital


Neonatus Komplikasi Yang Ditangani : Neonatus komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, dan bidan
di sarana pelayanan kesehatan

FORMULA
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani :

Jumlah neonatus dgn komplikasi yg tertangan i pada wilayah dan kurun wakt u tertentu
100%
Jumlah seluruh neonatus dgn komplikasi yg ada pada wilayah dan kurun wakt u yang sama

a. Pada tahun 2011, targetnya adalah 80%, sedangkan pencapaiannya adalah


5,86%. Target belum tercapai.

14

b. Pada tahun 2012, targetnya adalah 80%, sedangkan pencapaiannya adalah


2,9%. Target belum tercapai.
Data yang tercatat cakupan komplikasi kebidanan dan neonatus
dengan komplikasi yang ditangani pada tahun 2011 dan 2012 target
nasional tidak tercapai. Dari hasil wawancara dengan kepala program
PWS KIA, didapatkan bahwa, kebidanan dan neonatus dengan komplikasi
yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas adalah dirujuk ke pelayanan
kesehatan yang lebih berkompetensi (Rumah Sakit Rujukan). Selama ini
rujukan tersebut banyak yang tidak tercatat oleh petugas puskesmas
sebagai cakupan komplikasi kebidanan dan neonatus dengan komplikasi
yang telah ditangani.
D. KUNJUNGAN BAYI
Tabel 9. Jumlah Kunjungan Bayi
Di Puskesmas Tanjung Puskesmas 2011 s/d 2012

No.

Tahun

Jumlah Bayi

1.
2.

2011
2012

2160
3197

Kunjungan Bayi Minimal 4 Kali


Jumlah Bayi
%
Target (%)
(L+P)
1509
69,86
90
2291
71,66
90

DEFINISI OPERASIONAL
-

Cakupan Kunjungan Bayi : Cakupan kunjungan bayi umur 29 hari 11


bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah
bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan
anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi
memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur
29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan,
dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak),
stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan
bayi meliputi : konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping

15

ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai
MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru
pada usia 6 11 bulan.

FORMULA
Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar minimal 4 kali

disatu wil ayah kerja pada kurun wakt u tertentu


100%
Jumlah seluruh bayi lahir hidup disatu wil ayah kerja dalam kurun wakt u yg sama

Cakupan Kunjungan Bayi :

a. Pada tahun 2011 targetnya adalah 90%, sedangkan pencapaiannyaa adalah


69,86%. Target belum tercapai
b. Pada tahun 2012 targetnya adalah 90%, sedangkan pencapaiannya adalah
71,66%. Target belum tercapai.

Data yang tercatat kunjungan bayi pada tahun 2011 hanya 69,86%
dan pada tahun 2012 hanya 71,66%, sedangkan target nasional adalah
90%. Dari wawancara yang dilakukan dengan kepala program pelayanan
anak balita, tidak tercapainya target disebabkan oleh ibu yang merasa
cukup apabila anaknya sudah mendapat imunisasi lengkap, sehingga ibu
tidak lagi melakukan kunjungan ke posyandu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Pada tahun 2013, target ini berusaha dicapai dengan
kunjungan petugas kesehatan ke rumah ibu yang tidak mengantar
balitanya ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
E. PELAYANAN ANAK BALITA
Tabel 10. Jumlah Pelayanan Anak Balita

16

Di Puskesmas Tanjung Sengkuang 2011 s/d 2012

No.

Tahun

Anak Balita (12-59 bulan)


Mendapat Pelayanan Kesehatan Minimal 8
Jumlah

1.
2011
8941
2.
2012
11520
DEFINISI OPERASIONAL
-

Pemantauan

Jumlah (L+P)
7096
9319

Pertumbuhan

Balita

Kali
%
79,36
80,89
Pengukuran

Target
90
90
berat

badan

pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan


pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap
bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini), Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul
-

Athfal dll.
Pemantauan Perkembangan Balita : Meliputi penilaian perkembangan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Jika ada keluhan atau
kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental

emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.


Cakupan Pelayanan Anak Balita : anak balita (12 59 bulan) yang
memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

FORMULA
Cakupan Pelayanan Anak Balita :

Jml anak balita yg memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuha n minimal 8 kali setahun
disatu wil ayah kerja pada waktu ter tentu
100%
Jumlah seluruh anak balita disatu wil ayah kerja dalam waktu yg sama

a. Pada tahun 2011, targetnya adalah 90%, sedangkan pencapaiannya adalah


79,36%. Target belum tercapai.
b. Pada tahun 2012, targetnya adalah 90%, sedangkan pencapaiannya adalah
80,89%. Target belum tercapai.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 1259 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali

17

pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan
Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya
melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
anak.
F. PESERTA KB AKTIF
Secara

umum

KB

mempunyai

tujuan

untuk

menekan

laju

pertumbuhan penduduk sehingga mencegah kehamilan dengan kontrasepsi


secara rasional.sasaran program KB adalah PUS (Pasangan Usia Subur).
KB sendiri memiliki kegiatan yaitu pemasangan alat-alat KB dengan cara:
A. MKJP

: Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang meliputi IUD,

MOP/MOW, Implan
B. Non MKJP : Metode bukan jangka panjang kontrasepsi yang meliputi
suntik, pil, kondom dan lainnya.
Tabel 11. Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Di Puskesmas Tanjung Sengkuang Tahun 2011 s/d 2012
N
O.

1
2

TAHU
N

201
1
201
2

IU
D

50
9
51
8

MKJP
MO
MO
P
W

JUMLA
H
IMPLA
N

NON-MKJP
SUNTI
KOND
K
PIL
OM

93

133

735

5115

95

139

752

5329

416
8
427
7

748
828

JUML
AH

1003
1
1043
4

Tabel 12. Peserta KB Aktif


Di Puskesmas Tanjung Sengkuang 2011 s/d 2012

No.

Tahun

1.
2.

2011
2012

Jumlah
PUS
15965
16568

Peserta KB Aktif
Jumlah
%
Target (%)
10452
67,43
70
10870
68,08
70

DEFINISI OPERASIONAL

18

Pasangan Usia Subur (PUS) : Pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah atau tidak,

dimana umur istrinya dari 15 hingga 49 tahun.


Peserta Aktif KB
: Pasangan usia subur yang menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi

FORMULA
Cakupan Peserta KB Aktif :
Jumlah Pasangan U sia Subur yang memperoleh pelayanan kontraseps i
standar di suatu wila yah kerja pada kurun wakt u tertentu

x 100%
Jumlah Pasangan U sia Subur diwilayah kerja
dan kurun wakt u yang sama

Pada tahun 2011


Data peserta KB baru dan aktif ini didapatkan dari pelayanan di
Puskesmas, Pustu-pustu dan Bidan Praktek swasta yang melaporkan
pelayanan KB nya. Target Nasional untuk tahun 2011 bagi peserta KB
aktif sebesar 70 %. Menurut data yang dihimpun Puskesmas jumlah
PUS yang sudah dilayani sebesar 67,43 %. Kesenjangan ini bisa
terjadi karena selain belum semua Bidan Praktek dan Klinik di
Tanjung Sengkuang menyerahkan datanya, termasuk pelayanan di
RSUD juga karena kemungkinan masih banyak PUS yang
melaksanakan pelayanan KB di luar wilayah Tanjung Sengkuang
misalnya di rumah sakit swasta atau pemerintah yang ada di Batam.
Jalan keluar dari permasalahan ini adalah dengan melakukan
pendataan door to door oleh kader Keluarga Berencana atau petugas
PLKB yang masing-masing ada di kelurahan.Tapi tentu saja ini
menjadi kendala selama belum ada kebijakan yang mengatur.
Pada Tahun 2012

19

Data peserta KB baru dan aktif ini didapatkan dari pelayanan di


Puskesmas, Pustu-pustu dan Bidan Praktek swasta yang melaporkan
pelayanan KB nya. Target Nasional untuk tahun 2011 bagi peserta KB
aktif sebesar 70 %. Menurut data yang dihimpun Puskesmas jumlah
PUS yang sudah dilayani sebesar 68,08 %. Hal ini bisa terjadi karena
sudah ada kerjasama yang baik dengan BPS , disamping perbaikan
dalam pencatatan dan pelaporan dalam kohort KB.

2.

PROGRAM GIZI
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan

merupakan unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan. Kurang gizi


menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental,
mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Keadaan
gizi lebih dapat mengakibatkan kegemukan dan obesitas yang dalam jangka waktu
panjang dapat berakibat timbulnya penyakit degeneratif.
Di puskesmas Tanjung Sengkuang balita dengan gizi buruk pada tahun
2012 adalah 6 balita. Hal ini mengalami penurunan dari jumlah balita gizi buruk
tahun 2011 yaitu sebanyak 27 balita. Adanya balita yang menderita gizi buruk
menandakan perlunya peningkatan kegiatan penimbangan di Posyandu. Di
posyandu anak balita dapat dipantau pertumbuhan dan perkembangannya oleh
petugas kesehatan sehingga petugas dapat mengidentifikasi balita yang
mengalami gangguan gizi dan dan dapat melakukan tindakan untuk memperbaiki
keadaan gizi balita tersebut.
Oleh sebab itu perlu dilaksanakan program perbaikan gizi masyarakat
dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan lapangan
dengan memberikan contoh-contoh makanan sehat bergizi, suplemen vitamin,
protein dan mineral. Dengan demikian diharapkan masyarakat secara mandiri
mampu meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan adanya dukungan
dan partisipasi baik dari masyarakat itu sendiri maupun tokoh masyarakat sebagai
bagian dari masyarakat.

20

Tujuannya adalah meningkatkan status gizi yang optimal bagi masyarakat,


terutama masyarakat miskin dan rawan gizi yaitu bayi, balita, anak sekolah, ibu
hamil, ibu menyusui dan usia lanjut melalui kemampuan masyarakat itu sendiri
secara mandiri.
Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Tanjung Sengkuang meliputi
kegiatan rutin dan kegiatan proyek. Kegiatan di puskesmas Tanjung Sengkuang
antara lain:
A.
B.
C.
D.

Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita di Posyandu


Konsultasi gizi
Penyuluhan gizi
Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita seperti bubur, ibu hamil
diberikan tablet Fe dan Kalsium, ibu nifas diberikan vitamin A.
Pelaksanaan kegiatan di Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat yaitu

kader-kader kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai


gizi melalui penyuluhan gizi, diharapkan masyarakat mampu memperoleh status
gizi yang baik pada anak balita mereka.
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
A. Penimbangan anak balita di posyandu setiap bulan.
Pelaksanaan penimbangan anak balita di posyandu dilaksanakan oleh
masyarakat yaitu kader-kader posyandu yang telah dilatih oleh petugas kesehatan
agar dapat mengelola dan menjalankan pelayanan di Posyandu. Khususnya dalam
penyampaian informasi mengenai kesehatan dan gizi bagi masyarakat. Sasaran
yang datang ke Posyandu pada umumnya anak balita, ibu hamil, ibu menyusui
dengan tujuan agar mendapatkan pelayanan penimbangan balita, pelayanan KB,
pelayanan imunisasi, pemberian Vitamin A, tablet Fe, tablet kalsium dan oralit.
Kader akan dibantu oleh petugas kesehatan di Puskesmas yang akan memantau
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang datang ke posyandu terutama
ibu hamil dan balita. Hasil pelaksanaan di posyandu akan dicatat kedalam format
laporan bulanan gizi (F1) tingkat kelurahan, lalu dikirim ke tingkat kecamatan
(FII/LB3) yang kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan masyarakat dalam
bentuk LB3 Gizi.
Tabel 13. Status Gizi Balita Puskesmas Tanjung Sengkuang tahun 2011

21

No

Bulan

Jumlah
Balita

Gizi Lebih
Jumlah

Gizi Baik

Gizi Kurang

Jumlah

Jumlah

8216

99,90

9311

111,87

8358

998,69

8.554

98,86

8.531

98,72

12

8.452

98,53

14

8.489

98,47

15

8.553

98,36

14

8.310

98,82

14

8.318

98,79

16

8.316

98,87

15

8.355

98,91

15

Gizi Buruk
jumlah

0,02

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

Ditimbang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER

8224

8323

8369

8653

8642

8578

8621

8696

8409

8420

8411

8447

Jumlah

0,0
5
0,0
5
0,0
4
0,0
3
0,0
5
0,0
5
0,0
6
0,0
6
0,0
7
0,0
7
0,0
7
0,0
7

56

101.763

0,0
4
0,0
7
0,0
7
0,1
0
0,1
4
0,1
6
0,1
7
0,1
6
0,1
7
0,1
9
0,1
8
0,1
8

139

Tabel 14. Status Gizi Balita Puskesmas Tanjung Sengkuang tahun 2012
No

Bulan

Jumlah
Balita

Gizi Lebih
Jumlah

Gizi Baik

Gizi Kurang

Jumlah

Jumlah

8.847

98,31

16

8.307

99,72

8.279
8.362
8.371
8.371

99,76
100
98,17
96,31

0
0
0
0

8.528

99,78

Gizi Buruk
jumlah

0,03

0
0
0
0

0
0
0
0

Ditimbang
1
2
3
4
5
6
7

JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI

8.999

8.330

8.299
8.362
8.527
8.692

0
0
0
0

8.548

0,0
6
0,0
1
0
0
0
0
0,0
1

0,1
8
0,0
2
0
0
0
0
0,0
2

22

8
9
10
11
12

AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER

8.613

8.241

8.137

8.021

7.895

Jumlah

0,0
1
0,0
1
0
0,0
1
0

10

8.594

99,78

8.225

99,81

8.117

99,75

0,03

8.000

99.74

7.875

99,75

99.876

0,0
1
0,0
1
0,0
1

23

Tabel 15. Status Gizi Balita Puskesmas Tanjung Sengkuang tahun 2011 dan
2012
Tahun

Jumlah Balita

2011
2012

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

Ditimbang

Jumlah

Jumlah

Jumlah

jumlah

101.963
99.915

56
10

0,594
0,01

101.763
99.876

99,80
99,96

139
23

0,136
0,23

5
6

0,0049
0,006

Definisi Operasional
Balita Gizi Lebih

: status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U)

dengan Z-Score SD 2
Balita Gizi Baik

: status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U)

dengan -2 < Z-Score SD < 2


Balita Gizi Kurang

: status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U)

dengan -2 < Z-Score SD < -3


Balita Gizi Buruk

: status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U)

dengan Z-Score SD < -3 dan atau dengan tanda-tanda klinis ( marasmus,


kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor)

Jumlah balita gizi lebih/baik /kurang/bu ruk yang ditemukan

pada tempat dan kurun wakt u tertentu


100%
Jumlah seluruh balita pada tempat dan periode waktu yang sama

Form
ula

23

% balita gizi lebih


/baik/kurang/buruk
Pada tahun 2011
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Tanjung Sengkuang
tahun 2011, jumlah balita gizi lebih adalah 56 balita dengan persentase sebesar
0,594%. Balita gizi baik adalah 101.763 balita dengan persentase sebesar 99,80%.
Balita gizi kurang adalah 139 balita dengan persentase 0,136% dan balita gizi
buruk adalah 5 balita dengan persentase 0,0049%
Pada tahun 2012
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Tanjung Sengkuang
tahun 2012, terjadi penurunan jumlah balita gizi lebih dan gizi kurang,
peningkatan jumlah balita gizi baik dan peningkatan jumlah balita gizi buruk.
Jumlah balita gizi lebih adalah 10 balita dengan persentase 0,01%. Jumlah balita
gizi baik adalah 99.876 balita dengan persentase 99,96%. Balita gizi kurang
adalah 23 balita dengan persentase 0,23%. Dan jumlah balita gizi buruk
bertambah 1 balita dari tahun sebelumnya yaitu 6 balita dengan persentase 0,06%.
Terjadinya penurunan angka balita gizi lebih dan balita gizi kurang serta
peningkatan jumlah balita dengan status gizi baik sangat menggembirakan, tetapi
terjadinya penambahan jumlah balita gizi buruk haruslah dijadikan fokus evaluasi
dan merencanakan solusi serta upaya-upaya lebih lanjut untuk menurunkan angka
status gizi buruk tersebut. Hal ini merupakan tanggung jawab berbagai sektor baik
petugas kesehatan maupun masyarakat.
Tabel 16. Cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan di
Puskesman Tanjung Sengkuang 2011 dan 2012
Tahun
2011
2012

Sasaran
5
6

Balita gizi buruk


Mendapat perawatan
5
6

%
100
100

24

Definisi Operasional
Balita gizi buruk mendapatkan perawatan : balita dengan status gizi menurut berat
badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score 3 SD dan atau dengan tanda-tanda
klinis (marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor)
Balita gizi buruk : balita gizi buruk yang dirawat/ditangani disarana pelayanan
kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Jumlah Balita gizi buruk yang dirawat di sarana pelayanan kesehatan

sesuai standar di satu wilay ah kerja pada kurun wakt u tertentu


Jumlah seluruh Balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilay ah

100%

kerja pada kurun wakt u yang sama

Formula
Balita gizi buruk
Mendapat perawatan
Tahun 2011 terdapat 5 balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
dipelayanan kesehatan dari jumlah balita yang menderita gizi buruk adalah 5,
sehingga dapat disimpulkan realisasi perawatan balita gizi buruk dipuskesmas
Tanjung Sengkuang adalah 100%.
Tahun 2012 jumlah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan adalah
6 balita dari total 6 balita yang menderita gizi buruk. Sehingga dapat disimpulkan
realisasi perawatan balita gizi buruk dipuskesmas Tanjung Sengkuang adalah
100%.
Perawatan balita gizi buruk dipuskesmas Tanjung Sengkuang menurut
kepala program gizi dilaksanakan dengan cara konseling gizi dan jika mendapat
bantuan dari dinas, maka penderita gizi buruk akan diberikan makanan
pendamping ASI berupa biskuit selama 3 bulan. Setelah itu petugas gizi akan
memantau perkembangan balita penderita gizi buruk dengan mengunjungi rumah
penderita dan melakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
untuk menilai ada tidaknya perbaikan terhadap terapi yang diberikan selama 2
minggu.
B. Konsultasi Gizi

25

Konsultasi gizi dilaksanakan didalam gedung puskesmas Tanjung


Sengkuang yang dilakukan oleh petugas gizi. Ruang konsultasi gizi dibuka setiap
hari kerja. Pasien yang datang adalah rujukan dari masing-masing poli baik
rujukan internal maupun eksternal.
C. Penyuluhan Gizi
Penyuluhan Gizi dilaksanakan di Posyandu yang dilakukan oleh petugas
kesehatan atau kader yang terlatih. Materi yang diberikan berupa: Anemia,
KEP,gizi dan tumbuh kembang anak,

Vit A dan masalah-masalah gizi yang

dianggap penting disesuaikan dengan keadaan setempat.

Tabel 17. Jumlah bayi yang diberi Asi Eksklusif puskesmas Tanjung
Sengkuang 2011
No

Bulan

Cakupan

Jumlah Bayi yang diberi Asi

L+P

Eksklusif (%)

JANUARI

578

502

1.080

27,48

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER

578
578
578
578
578
578
578
578
578
578
578

502
502
502
502
502
502
502
502
502
502
502

1.080
1.080
1.080
1.080
1.080
1.080
1.080
1.080
1.080
1.080
1.080

19,59
21,21
10,85
11,38
12,98
13,47
13,04
14,39
15,26
15,19
16,34

Tabel 18. Jumlah bayi yang diberi Asi Eksklusif puskesmas Tanjung
Sengkuang 2012

26

No

Bulan

1
2

FEBRUARI
AGUSTUS

Jumlah Bayi yang diberi Asi Eksklusif (%)


L
P
L+P
58,06
55,5036
56,798
54,0776
48,432
51,255

Tabel 19. Jumlah bayi yang diberi Asi Eksklusif puskesmas Tanjung
Sengkuang tahun 2011 dan 2012
Tahun
2011
2012

Sasaran

Cakupan Bayi yang diberi Asi

1080
1.080

Eksklusif (%)
15,932
54,018

Definisi Operasional
Bayi yang mendapat ASI eksklusif

: Bayi yang hanya mendapat ASI ( air susu

ibu) saja sejak lahir sampai 5 bulan (sebelum mencapai usia 6 bulan) di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah bayi yang mendapat hanya ASI eksklusif sejak lahir sampai

usia 5 bulan di satu wilay ah kerja pada kurun wakt u tertentu


Jumlah bayi di satu wilay ah kerja pada kurun wakt u yang sama

x 100%

Formul
a
Persentase bayi yang
mendapat ASI eksklusif
Berdasarkan data diatas, pada tahun 2011 cakupan bayi yang diberikan
ASI eksklusif adalah 15,932% dan pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan
menjadi 54,018%.
D. Pemberian Suplemen Vitamin A dan Tablet Fe.
Vitamin A diberikan pada anak balita dan bayi setiap bulan Februari dan
Agustus. Vitamin A biru (100.000 IU) untuk bayi usia 6-11 bulan sedangkan

27

vitamin A merah (200.000 IU) untuk balita 12-59 bulan, tablet Fe diberikan pada
ibu hamil (KIA). Hasil pemberian suplemen ini akan dilaporkan setiap bulannya.

Tabel 20. Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita puskesmas
Tanjung Sengkuang pada tahun 2011
No

Bulan

Bayi
Jumlah

1
FEBRUARI
2
AGUSTUS
Jumlah

1.083
1.080
2.163

Jumlah Anak Balita

Bayi 6-11 bulan


mendapat vit A
Jumlah
%
828
76,5
807
77,6
1.635
75,59

Jumlah

Mendapat vit A 2 kali


Jumlah
8.649
7.328
15.977

10.562
8.941
19.503

%
81,9
81,95
81,92

Tabel 21. Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita puskesmas
Tanjung Sengkuang pada tahun 2012
Bulan

Bayi

Jumlah Anak

Jumlah Balita

(6-11 bulan)

(12-59) bulan

(6-59)bulan

mendapat
Sasaran
FEBRUARI
AGUSTUS
Jumlah

1.598
1.598
3.196

kapsul vit A
Jumlah
%
1.086
67,96
1.145
71,65
2.231
69,81

Mendapat kapsul
Sasaran
8.322
8.322
16.644

vit A
Jumlah
%
6.563
78,86
6.736
80,94
13.299
79,90

Mendapat kapsul
Sasaran
9.920
9.920
19.840

vit A
Jumlah
7.649
7.881
15.530

Tabel 22. Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita puskesmas
Tanjung Sengkuang tahun 2011 dan 2012
`Tahun

Sasaran
Bayi
Balita
2011
2.163
19.503
2012
3.196
16.644
Definisi Operasional

Bayi
%
Cakupan
1.635
75,59
2.231
69,81

Balita
Cakupan
%
15.977
81,92
13.299
79,90

Cakupan bayi mendapat kapsul vitamin A : cakupan bayi 6-11 bulan mendapat
kapsul vitamin A 100 uA satu kali pertahun disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

28

%
77,12
79,44
78,28

Cakupan anak balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali/tahun : cakupan anak balita
umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200uA 2 kali pertahun
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A
dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus.
Jumlah bayi 6 - 11 bulan yang mendapat v itamin A 100 A
di suatu wila yah kerja pada kurun wakt u tertentu
100%
Jumlah seluruh bayi pada wilayah dan kurun wakt u yang sama

Formula
Cakupan bayi
mendapat vit A

Cakupan anak balita mendapat kapsul vit A 2 kali per tahun

Jumlah anak balita 12 - 59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam setahun
di satu wilay ah kerja pada kurun wakt u tertentu
100%
Jumlah anak balita 1 - 4 tahun yang ada di satu wilay ah kerja
pada kurun wakt u yang sama

Tahun 2011
Pada tahun 2011 jumlah bayi 6-11 bulan yang mendapatkan vitamin A
adalah 1.635 balita dari jumlah keseluruhan jumlah bayi 2.163, dengan persentase
75,59%. Hal ini mengalami penurunan dari tahun sebelum yang mencapai 100%.
Sedangkan jumah balita 12-59 bulan yang mendapatkan vitamin A adalah 15.977
dari keseluruhan jumlah balita 19.503, dengan persentase 81,92%. Hal ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 63,4%.
Tahun 2012
Pada tahun 2012 jumlah bayi 6-11 bulan yang mendapatkan vitamin A
adalah 2.231 bayi dari jumlah keseluruhan jumlah bayi 3.196, dengan persentase
69,81%. Pada tahun ini juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
dimana pada tahun 2011 persentasenya adalah 75,59%. Sedangkan jumlah balita
12-59 bulan yang mendapatkan vitamin A adalah 13.299 dari keseluruhan jumlah

29

balita 16.644, dengan persentase 79,90%. Pada tahun ini juga mengalami
penurunan dari tahun 2011 yaitu 81,92%.
E. Penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil
Untuk mencegah terjaadinya anemia pada ibu hamil adalah pemberian Fe1
dan Fe3 (90 tablet Fe).

Tabel 23. Ibu Hamil yang mendapatkan 90 Tablet Fe tahun 2011 dan 2012
Tahun

Sasaran

2011
2012

2.376
3.516

Cakupan ibu yang mendapatkan 90 tablet Fe


Jumlah
%
2120
89,22
2890
82,18

Definisi Operasional
Pemberian Fe 1

: ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe ( suplemen zat besi)

selama periode kehamilan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Pemberian Fe 3

: ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe ( suplemen zat besi)

selama periode kehamilan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Formula

Jumlah ibu hamil mendapat 30/90 tablet Fe selama periode kehamilann ya


pada wilayah dan kurun wakt u tertentu
100%
Jumlah ibu hamil pada wilayah dan kurun wakt u yang sama

Cakupan ibu
hamil mendapat
(30/90 tablet Fe)

Pada tahun 2011 jumlah ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe yaitu
menjadi 2.120 ibu keseluruhan jumlah ibu hamil 2.376, dengan persentase
89,22%. Dan pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe
tidak berbeda jauh dari tahun 2011 yaitu 2.890 ibu dari keseluruhan jumlah ibu
hamil 3.516, dengan persentase 82,18%.

30

3. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT


Promosi

Kesehatan

adalah

upaya

puskesmas

melaksanankan

pemberdayaan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan


setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat.
a. Sasaran Program
Sasaran promosi kesehatan Masyarakat di wilayah kerja puskesmas
tanjung sengkuang adalah :

Meningkatkan jumlah presentase pasien yang dirujuk oleh

lembaga pelayanan kesehatan lebih kecil


Meningkatnya jumlah pelayanan antenatal, postnatal, neonatal
Meningkatnya kualitas petugas pelayanan kesehatan
Berkurangnya prevelensi kesakitan dan kematian akibat

penyakit menular
Meningkatnya cakupan imunisasi

b. Tujuan
Promosi kesehatan adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh
puskesmas yang mempunyai tujuan, yaitu meningkatnya upaya preventif
dan promotif pada masyarakat serta meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan sehingga terjadi peningkatan kesadaran
masyarakat di bidang kesehatan.
c. Kegiatan
Program Promosi Kesehatan Masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas tanjung sengkuang adalah penyuluhan dan posyandu. Pada
program ini, bagian PKM bekerjasama dengan bagian-bagian lainnya
melalui lintas saektoral yaitu KIA, KB, P2M, Gizi dan kesehatan
lingkungan untuk melaksanakan program ini. Penjelasan masing-masing

31

program serta mengenai pencapaian dan target penyuluhan akan dibahas di


tiap bagian.
A. PENYULUHAN
Tabel 24. Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Per Bulan
Penyuluhan kesehatan
Jumlah seluruh
kegiatan
Jumlah kegiatan
penyuluhan
penyuluhan massa
kelompok

Tahun

2011
2012

350
353

Total

350
353
Puskesmas Tanjung Sengkuang Tahun 2011-2012

DEFINISI OPERASIONAL
Upaya Penyuluhan

: Semua usaha secara sadar dan berencana


yang

dilakukan

untuk

memperbaiki

perilaku manusia sesuai prinsip prinsip


pendidikan dalam bidang kesehatan.
Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan

yang

dilakukan

pada

kelompok sasaran tertentu


Penyuluhan Massa

: Penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran

massal, seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa


(cetak dan elektronik)
Pembutuhan dukungan saran dan prasarana promosi kesehatan

Spanduk
Mengambil tema :

32

PHBS

Poster
Mengambil tema :
Tbc, Pneumonia, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung, Imunisasi,
Anemia, Pencegahan penyakit DBD

Leaflet dan brosur


Mengambil tema :
Gizi balita, TBC, Rheumatoid artritis, Kejang demam,
hipertensi.

B. POSYANDU
Tabel 25. Jumlah Posyandu Menurut Strata Dan Kelurahan Kecamatan Batu Ampar
Tahun 2011- 2012

Kelurahan

Pratama
Jumla
%
h

Tanjung
Sengkuang

Sungai
Jodoh

posyandu
purnama

Madya
jumlah

Jumlah

46,67

46,67

6,67

0,00

50,00

50,0
0

0,00

75,00

25,0
0

posyandu
mandiri
Jumla
%
h
0,0
0

jumlah
jumlah

jumla
h

15

100,00

0,0
0

100,00

0,0
0

100,00

Batu Merah
Kampung
Seraya

33

jumlah

0,00

100,0
0

29,17

14

58,33

0,00
3

12,5
0

0,0
0

100,00

0,0
0

24

100,00

rasio
posyandu per
100 balita

0,46

Jenis UKBM yang paling penting di masyarakat dewasa ini adalah


Posyandu. Posyandu merupakan bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselnggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memperdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat angka
kematian ibu dan bayi. Kegiatan di posyandu meliputi : promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, KIA, KB, Imunisasi dan perbaikan gizi.
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan satu kali tiap bulan dengan
sistem lima meja dimana empat meja pertama dikelola oleh kader dan satu meja
terakhir merupakan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan sistem lima meja disini bukan
menunjukkan arti harfiah meja, melainkan menunjuk pada jumlah dan jenis
pelyanan, yang masing masing pelayanan dilaksanakan terpisah.

Posyandu aktif adalah posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka


dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas
5 orang atau lebih, cakupan utama (KIA, KB, Gizi, imunisasi, dan
penanggulangan diare) lebih dari 50% dan sudah ada satu atau lebih program
tambahan, serta cakupan dana sehat < 50%.

Posyandu pratama merupakan Posyandu yang kegiatan

pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas


Posyandu madya merupakan Posyandu dengan kegiatan lebih
teratur dibandingkan posyandu pratama dan jumlah kader 5
orang

34

Posyandu purnama merupakan Posyandu dengan

frekuensi

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader


tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya
yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi, dan penanggulangan diare

lebih dari 50%, serta sudah ada program tambahan


Posyandu mandiri sudah dapat melakukan kegiatan secara
teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program
tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50% KK

C. DESA SIAGA

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber


daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara
mandiri. Pengertian Desa ini dapat berarti Kelurahan atau istilah-istilah
lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.

Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana
dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi
pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku
sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).

Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka upaya mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dikelola
oleh 1 orang Bidan dan minimal 2 orang kader dan merupakan
koordinator dari UKBM yang ada.

35

Rumah tangga
Tahun

Jumlah
%
Ber phbs
%
dipantau
dipantau
*
2011
50.188
15.940
31.76
13.361
84
2012
22.363
15.940
44.92
13.361
83,82
Tabel 26. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (ukbm) menurut
kelurahan kecamatan batu ampar tahun 2011-2012
Jumlah

Tahun 2011

Desa
siaga

Tahun 2012

Desa
siaga
aktif
2

Desa
siaga

50

Sasaran
tahun
2011

Desa
siaga
aktif
2

Target
Tahun
2011
(%)

Sasaran
tahun
2012

Target
Tahun
2012
(%)

50

100

100

D. PHBS
Sebuah kegiatan yang merupakan bagian penting dalam promosi
kesehatan. Tujuan dari promosi kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan
baik dan mempertahankan seoptimal mungkin. Kegiatan untuk berperilaku hidup
sehat dan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan ini mencakup
antara lain: mengkonsumsi garam beryodium, membuang air besar di jamban,
memelihara taman obat keluarga, mengkonsumsi makanan berserat, cuci tangan
sebelum makan, mengubur tempat yang memungkinkan jentik nyamuk
berkembang biak.

Tabel 27. Persentase rumah berprilaku hidup bersih dan sehat


Kecamatan Batu Ampar 2011-2012

36

DEFINISI OPERASIONAL
Rumah Tangga ber PHBS :
Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan
sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu : pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, balita ditimbang setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah sekali
seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam Rumah
Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak
ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber PHBS adalh rumah
tangga yang memenuhi 7 indikator.
Persalinan Ditolong Oleh tenaga kesehatan :
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter kandungan dan kebidanan,
dokter umum dan bidan).
Memberi bayi ASI Ekslusif

Bayi yang mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Menimbang balita setiap bulan

Balita ditimbang setiap bulan dan tercatat di KMS atau buku KIA.
Menggunakan air bersih

Rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari


hari yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa, sumur
terlindung, mata air terlindung, dan penampungan air hujan dan
memenuhi syarat air bersih yaitu tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
berwarna. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak
minimal 10 meter dari sumber pencemar seperti tempat penampungan
kotoran dan limbah.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :

37

Penduduk 5 tahun ke atas mencuci tangan sebelum makan dan sesudah


buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, dan
sebelum menyiapkan makanan menggunakan air bersih mengalir dan
sabun.
Menggunakan jamban sehat

Anggota rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa dengan


tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan
akhir dan terpelihara kebersihannya. Untuk daerah yang sulit air dapat
menggunakan jamban cemplung, jamban plengsengan.
Memberantas jentik dirumah sekali seminggu :
Rumah tangga melakukan pemberantasan jentik nyamuk didalam atau
diluar rumah seminggu sekali dengan cara 3M plus/abatisasi/ikanisasi
atau cara lain yang dianjurkan.
Makan sayur dan buahsetiap hari

Anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi


minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buat atau sebaliknya setiap hari.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Penduduk atau anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
Tidak merokok di dalam rumah

Penduduk atau anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak


merokok di dalam rumah ketika berada bersama anggota keluarga
lainnya.

Tabel 28.
Sarana Promosi Kesehatan Puskesmas Tanjung Sengkuang
No

Jenis sarana peralatan

Jumlah

Flip chart

0 buah

38

Over Head Projector(OHP)

1 buah

Papan informasi

3 buah

Leaflet

100 lembar

Tape recorder

0 buah

Amplifier dan wearless microphone

2 buah

Poster kesehatan

90 buah

1. Kegiatan promosi kesehatan di luar gedung


Promosi kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
diluar gedung puskesmas atau masih dalam ruang lingkup wilayah
kerja puskesmas tersebut. Didapatkan dari hasil wawancara dengan
informan bahwa pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di luar
gedung puskesmas dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan PHBS melalui pengorganisasian masyarakat.
Kegiatan promosi kesehatan diluar gedung memiliki cukup
banyak variasi kegiatannya antara kunjungan ke rumah, posyandu,
usaha kesehatan sekolah, musyawarah masyarakat.
2. Kegiatan promosi kesehatan didalam gedung
Promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan
gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran, poliklinik, ruang
perawatan, laboraturium, kamar obat, tempat pembayaran dan
halaman puskesmas. Kegiatan ini sejalan dengan pelayanan yang
diselenggarakan oleh puskesmas.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan
program promosi kesehatan di puskesmas Tanjung sengkuang dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

39

1. Tenaga SDM yang terdapat di puskesmas Tanjung sengkuang sudah


cukup memadai, masing-masing sudah memiliki tanggung jawab
dalam setiap program kegiatan puskesmas. Pelatihan sudah cukup
diadakan, dan kegiatan program promosi kesehatan sudah cukup sering
dilakukan dipuskesmas.
2. Fasilitas dan sarana yang terdapat di puskesmas Tanjung Sengkuang
adalah cukup dalam segi jumlah.
3. Sasaran program promosi kesehatan yang menjadi target operasional
adalah sasaran berupa kelompok individu, keluarga dan masyarakat.
Tetapi tingkat pengetahuan dan motivasi masyarakat akan kesehatan
masih kurang.
4. Perilaku hidup bersih dan sehat sudah mulai diterapkan pada
masyarakat namun pada kenyataannya karena faktor pendidikan dan
sosial budaya maka perubahan perilaku lebih sehat sulit dilakukan.
5. Pada hasil keluaran atau output yang memiliki kegiatan promosi
kesehatan diluar gedung puskesmas difokuskan kepada masyarakat
yang jarang mengunjungi puskesmas namun masih berada di dalam
wilayah kerja puskesmas. Hal ini memiliki kekurangan yaitu
masyarakat masih kurang berminat untuk mengikuti acara yang sudah
diadakan.
6. Pada hasil keluaran atau output yang memiliki kegiatan promosi
kesehatan didalam gedung puskesmas difokuskan kepada masyarakat
yang sering mengunjungi puskesmas untuk mendapatkan pelayanan
medis. Hal ini memiliki kekurangan yaitu sasaran masih belum
sepenuhnya menyadari program promosi kesehatan di puskesmas,
mereka datang hanya untuk berobat saja.

4.

PROGRAM P2M (PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR)


Tabel 29. Hasil Pencapaian Target Program P2M Tahun 2011-2012

N
o

Program

2011

201
2

40

2
3
4
5

Acute
Flacid
Paralysis
(AFP) rate
per
100.000
penduduk
< 15 tahun
Penemuan
Penderita
Pneumonia
Balita
Penemuan
Pasien Baru
TB BTA +
Penderita
DBD Yang
Ditangani
Penemuan
Penderita
Diare

Sasar
an

Target (%)

Pencapa
ian (%)

Sasar
an

Targ
et
(%)

18210

>2/100.000pend
uduk
usia<5tahun

1110

100

0.18017

2943

100

0.237817

150

100

7.320527

156

70

13.46637

36

100

111.1111

100

5400000

3973

100

32.82516

4006

100

26.9109

A. Demam Berdarah Dengue


1. Visi, Misi dan Tujuan Pengendalian DBD
a. Visi
Untuk meningkatkan kemampuan penduduk khususnya di daerah
endemis sehingga mampu mencegah dan melindungi diri dari
penularan DBD melalui perubahan prilaku (PSN DBD) dan
kebersihan lingkungan.
b. Misi
1. Program

pengendalian

DBD

bertujuan

untuk

menghentikan dan mencegah penularan penyakit dari


penderita ke orang sehat melalui pengendalian vector.
2. Penduduk yang menjadi sasaran program pengendalian
termasuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
terutama yang tinggal di daerah endemis, pimpinan
lembaga

pemerintah,

swasta

dan

organisasi

kemasyarakatan dan lingkungan tempat pemukiman baik

41

Pencapa
ian (%)

yang ada di dalam dan di luar rumah agar bebas dari


tepat perkembangbiakan vector.
c. Tujuan
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan
dan pengendalian DBD
2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang beresiko
terhadap penularan DBD
3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
4. Menurukan angka kesakitan DBD
5. Menurunkan angka kematian akibat DBD
2. Kebijakan, Strategi, dan Sasaran Pengendalian DBD
a. Kebijakan Nasional Pengendalian DBD
Kebijakan

nasional

untuk

pengendalian

DBD

sesuai

KEPMENKES No.581 /MENKES/ SK/ VII/ 1992 tentang pemberantasan


penyakit demam berdarah dengue, adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan

prilaku

dalam

hidup

kemandirian terhadap pengendalian DBD


2. Meningkatkan perlindungan kesehatan

sehat

dan

masyarakat

terhadap penyakit DBD.


3. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program
pengendalian DBD.
4. Memantapkan kerjasama lintas sector/ lintas program.
5. Pembangunan berwawasan lingkungan.
b. Strategi Pengendalian DBD
Berdasarkan visi, misi, kebijakan, dan tujuan pengendalian DBD
stategi dirumuskan sebagai berikut :
1. Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan

peran

aktif

masyarakat

dalam

pencegahan dan pengendalian penyakit DBD merupakan


salah satu kunci keberhasilan upaya pengendalian DBD.
Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat,
maka KIE, pemasaran social, advokasi dan berbagai upaya
penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif
dan berkesinambungan melalui berbagai media massa

42

maupun

secara

berkelompok

atau

individual

dengan

memperhatikan aspek social budaya yang local spesifik.


2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit
DBD.
Upaya pengendalian DBD tidak dapat dilaksanakan
oleh sector kesehatan saja, peran sector terkait pengendalian
penyakit DBD sangat menentukan. Oleh sebab itu maka,
identifikasi stake-holders baik sebagai mitra maupun pelaku
potensi merupakan langkah awal dalam menggalang,
meningkatkan

dan

mewujudkan

kemitraan.

Jejaring

kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala guna


memadukan berbagai sumber daya yang tersedia di masingmasing mitra. Pertemuan

berkala sejak dari tahap

perencanaan sampai tahap pelaksanaan pemantauan dan


penilaian melalui wadah kelompok kerja operasional
(POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan administrasi.
3. Peningkatan Profesionalisme Pengelolaan Program
SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan salah satu unsur penting dalam
mencapai keberhasilan pelaksanaan program pengendalian
DBD.
4. Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan
kegiatan

pengendalian

DBD

kepada

pemerintah

kabupaten/Kota, melalui SPM bidang kesehatan.


5. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan
Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat
mengurangi resiko penularan DBD kepada manusia, sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan akibat infeksi dengue
/DBD.
c. Sasaran

43

Berdasarkan strategi yang telah dirumuskan, maka sasaran pengendalian


DBD adalah:
1. Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN
yaitu tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja ,
tempat-tempat umum, tempat penjual makanan, fasilitas olah
raga dan fasilitas kesehatan yang secara keseluruhan di daerah
terjangkit

DBD

mampu

mengatasi

masalah

termasuk

melindungi diri dari penularan DBD di dalam wadah organisasi


kemasyarakatan yang ada dan mengakar di masyarakat.
2. Lintas program dan lintas sector terkait termasuk swasta /dunia
usaha, LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai
komitmen dalam penangulangan penyakit DBD.
3. Penanggungjawab program tingkat pusat, provinsi kabupaten,
kecamatan dan desa atau kelurahan mampu membuat dan
menetapkan kebijakan operasional dan menyusun prioritas
dalam pengendalian DBD.
4. SDM bidang kesehatan

di

tingkat

pusat,

provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan dan desa /kelurahan.


5. Kepala wilayah /pemerintah daerah, pimpinan sector terkait
termasuk dunia usaha, LSM dan masyarakat.
3. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD
a. Surveilans Epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan
surveilans kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vector
(Aedes sp), surveilans laboratorium dan surveilns terhadap
faktor resiko penularan penyakit seperti pengaruh curah
hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans akibat
adanya perubahan iklim (climate change)
b. Penemuan dan Tatalaksana Kasus
Penyediaan sarana dan pasarana untuk melakukan
pemeriksaan dan penangan penderita di puskemas rumah
sakit.
c. Pengendalian vektor

44

Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase


nyamuk dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk
dewasa

dilakukan

dengan

cara

pengasapan

untuk

memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi


kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN
dengan kegiatan 3M plus :
1. Secara

fisik

dengan

menguras,

menutup

dan

memanfaatkan barang bekas.


2. Secara kimiawi degan larvasida.
3. Secara biologis dengan pemberian ikan.
4. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk
bakar, kelambu, memasang kawat kassa dan lain-lain).
Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :
1. Mengaktifkan peran dan fungsi juru pemantau jentik
(jumantik) dan dimonitor oleh petugas puskesmas.
2. Melaksanakan bulan bakti Gerakan 3M pada saat
sebelum musim penularan.
3. Pemeriksaan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali
dan dilaksanakan oleh petugas puskesmas.
4. Pemantauan
wilayah
setempat
(PWS)

dan

dikomunikasikan kepada pimpinan wilayah pada rapat


bulanan POKJANAL DBD, yang menyangkut hasil
pemeriksaan Angka Bebas Jentik Jentik (ABJ).
d. Peningkatan peran serta masyarakat
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga
melalui peran PKK dan organisasi kemasyarakatan atau
LSM, murid sekolah melalui UKS dan pelatihan guru,
tatanan institusi (kantor, tempat-tempat umum dan tempat
ibadah). Berbagai upaya secara politis telah dilaksanakan
seperti intruksi gubernur / bupati/ walikota, surat edaran
Mendagri, Mendiknas, serta terakhir pada 15 Juni 2011 telah
dibuat suatu komitmen bersama pimpinan daerah gubernur
dan bupati /walikota untuk pengendalian DBD.
e. Sistim Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan KLB

45

Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk


mencegah tejadinya KLB dan apabila telah telah terjadi KLB
dapat segera ditanggulani dengan cepat dan tepat. Upaya di
lapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan
epidemiologi (PE) dan penanggulangan sepenuhnya meliputi
foging focus, pergerakan masyarakat dan penyuluhan untuk
PSN serta larvasidasi.
Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat
menampung pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur,
sarana logistic dan tenaga medis, paramedis dan laboratorium
yang siga 24 jam permerintah daerah menyiapkan anggara
untuk pasien tidak mampu.
f. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya
menyebarkan pamphlet atau poster tetapi juga kearah
perubahan prilaku dalam pemberantasan saranga nyamuk
sesuai dengan kondisi setempat.
g. Kemitraan atau jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan
hanya oleh sector kesehatan saja, tetapi peran lintas program
dan lintas sector terkait sangat besar. wadah kemitraan telah
terbentuk

melalui

SKKEPMENKES

581/1992

dan

SKMENDEGRI 441/1994 dengan nama Kelompok Kerja


Operasional (POKJANAL). Organisasi ini merupakan wadah
koordinasi dan jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.
h. Capacity Building
Peningkatan kapasitas dari sumberdaya baik manusia
maupun sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya
target dan indicator dalam pengendalian DBD. Sehingga
secara rutin perlu diadakan sosialisasi/ penyelenggaraan
/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader, Puskesmas
sampai dengan pusat.

46

i. Penelitian dan Survei


Penelitian

dan

upaya

pengembangan

kegiatan

pengendalian tetap terus dilaksanakan oleh berbagai pihak,


antara lain universitas, Rumah Sakit, Litbang, LSM, dan lainlain. Penelitian ini menyangkut beberapa aspek yaitu
bionomic vector, penanganan kasus, laboratorium, prilaku,
obat herbal dan saat ini sedang dilakukan uji coba terhadap
vaksin DBD.
j. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara
berjenjang dari tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang
menyangkut pelaksanaan pnengedalian DBD, di mulai dari
input, proses, output dan outcome yang dicapai pada setiap
tahun.

4. Target atau Indikator Pengendalian DBD


Indikator DBD ini telah tertuang dalam dokumen RPJMN tahun
2010 sampai 2014 serta Rencana Strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan tahun 2010 sampai 2014 dab Kepmenkes Nomor 828 tahun
2008 tentang petunjuk teknis Standar Pelayanan minimal (SPM) Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu saat ini pemerintah telah memulai dan terus
mengembangkan kinerja Kementrian /Lembaga berdasarkan indicator
kinerja tersebut di atas, apa yang menjadi target dalam pengendalian DBD
harus kita capai.
Indikator Nasional DBD
Indikator Angka kesakitan Penderita DBD per 100.000 penduduk:
Tahun 2011

: 43

Tahun 2012

: 72

Tabel 30. Rekapitulasi Insidensi DBD Tahun 2011-2012 di Wilayah


Puskesmas Sengkuang

47

Jumlah Penemuan kasus


Tahun
2011
2012

Insiden Rate

Target
SPM (%)

L+P

22

18

40

43

100

30

24

54

72

100

Keterangan :
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas
tersebut termasuk kasus yang ditemukan di Rumah Sakit.
Definisi Operasional :
Penderita DBD : penderita penyakit yang memenuhi sekurang-kurangnya 2
kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium.
Kriteria Klinis :

Panas mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa sebab yang jelas


Tanda-tanda perdarahan
Pembesaran hepar
Shock
Sekurang-kurangnya uji tourniquet positif

Kriteria Laboratorium :
Trombositopenia (<100.000)
Hematokrit naik lebih dari 20%
Formula :

Jumlah penderita DBD


100.000
Jumlah penduduk pada tempat dan waktu yang sama

Angka kesakitan
DBD(Incidence Rate)

48

Dari Tabel 30 data penderita DBD sesuai dengan pedoman pengendalian demam
berdararah dengue adalah:
Indikator Angka kesakitan Penderita DBD per 100.000 penduduk:
Tahun 2011

: 43, kasus yang ditemui 40 kasus.

Tahun 2012

: 72, kasus yang ditemui 54 kasus

Dari tabel 30 diatas dapat diinterpretasikan untuk tahun 2011 jumlah kasus
penderita DBD di Puskesmas Sengkuang masih dibawah angka indikator yang
ditetapkan. Sedangkan jumlah untuk DBD tahun 2012 walaupun masih dibawah
batas indikator tetapi terjadi peningkatan jumlah kasus DBD.
Berdasarkan keterangan pemegang program P2M peningkatan kasus DBD
di puskesmas Tanjung Sengkuang tahun 2012 disebabkan karena musim
penghujan yang lebih panjang dibanding musim penghujan di tahun 2011. Selain
itu kurangnya respon masyarakat terhadap pola hidup sehat dan bersih yang
merupakan salah faktor meningkatnya insiden DBD pada tahun 2012.
Serta terjadi peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2011 berjumlah
93.914 dan jumlah penduduk tahun 2012 berjumlah 97.465 jadi dapat disimpulkan
terjadi peningkatan jumlah penduduk sebnyak 3,6%.

B. TUBERKULOSIS
TUJUAN DAN TARGET
Tujuan:
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai
penularan, serta mencegah terjadinya MDR TB.
Target:
Target program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasien
baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85%
dari semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada

49

tahhun 2012 dibanding tahun 1999, dan mencapai tujuan millennium development
goals (MDGs) pada tahun 2015.
KEBIJAKAN
a. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan asas
desentralisasi dengan Kabupaten/Kota sebagai titik berat manajemen
program dalam kerangka otonomi yang meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan
sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi
DOTS.
c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap
program penanggulangan TB.
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya MDR-TB.
e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB
dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi
Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru
(RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan
lain serta Dokter Praktek Swasta.
f. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalan kerja
sama dan kemitraan dengan program terkait, sector pemerintah, non
pemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan
ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.
h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan
kepada pasien secara Cuma-Cuma dan dijamin ketersediannya.
i. Ketersedian sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang
memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
j. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan
kelompok rentan terhadap TB.
k. Penanggulan TB harus berkolaborasi dengan penanggulangan HIV.
l. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, ,asyarakat dan pekerjaannya.

50

m. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.

KEGIATAN
a. Tata Laksana Pasien TB:
Penemuan tersangka TB
Diagnosis
Pengobatan
b. Manajemen Program:
Perencanaan
Pelaksanaan
o Pencatatan dan Pelaporan
o Pelatihan
o Bimbingan Tekhnis
o Pemantapan Mutu Laboratorium
o Pengelolaan logistic
Pemantauan dan Evaluasi
c. Kegiatan Penunjang
Promosi
Kemitraan
Penelitian
d. Kolaborasi TB/HIV di Indonesia meliputi :
Membentuk mekanisme kolaborasi,
Menurunkan beban TB pada ODHA dan
Menurunkan beban HIV pada pasien TB.
Tabel 31. Rekapitulasi Kasus dan Angka Penemuan TB Paru Berdasarkan
BTA Positif
Tahun 2011-2012 di Wilayah Puskesmas Sengkuang
No

Tahun

Jumlah Perkiraan
Kasus TB Berdasarkan
Klinis
L
P
L+P

2011

80

70

150

2012

83

73

156

TB Paru Klinis
L

31
65
136
239

L+P

34
103

Pemeriksaan
BTA (+)
L
P
L+P

1
0
1
0

Angka Penemuan Kasus


(CDR)
L
P
L+P

Target
SPM
(%)

17

12,5

10

11,3

100

1
4

24

6,4

8,9

15,3

70

Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada diwilayah kerja puskesmas tersebut
termasuk kasus yang ditemukan di Rumah Sakit.

51

Definisi Operasional
Jumlah Perkiraan Penderita Baru :
Perkiraan pasien baru TB BTA(+) adalah insiden rate TB baru BT(+) per 100.000
penduduk x jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu. Insiden rate kabupaten/
kota mempergunakan hasil survey nasional tentang prevalensi TB pada tahun
terakhir.
TB paru Klinis:
Gejala klinis pada penderita TB paru yaitu :

Demam yang tidak terlalu tinggi berlangsung lama biasanya dirasakan


pada malam hari dan disertai berkeringat malam. Kadang-kadang

serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.


Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak dan lemah.
Bila terjadi sumbatan sebagian broncus akibat penekanan

TB paru BTA positif :

Penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak SPS dalam suatu


wilayah kerja pada waktu tertentu.

Penemuan penderita TB paru BTA positif :

Angka penemuan penderita TB BTA posotif baru adalah presentase

Formula :
Case Detection Rate/CDR

Jumlah penderita baru TB Paru BTA yang ditemukan dan diobati


x 100%
Jumlah penderita baru TB Paru BTA yang diperkirak an
ada dalam wilayah t ersebut

52

Dari tabel 31 diatas dapat diinterpretasikan dari Penemuan kasus baru dari
tahun

2011

ke

2012

mengalami

peningkatan.

Dari

target

pedoman

penanggulangan tuberculosis seharusnya angka penemuan kasus baru 70%


sedangkan kasus yang di temui dari tahun 2011-2012 yang paling tinggi hanya
15,3% . Sehingga dapat disimpulkan belum tercapainya target penemuan kasus
baru.
Belum

tercapainya

sasaran

diduga

karena

kurangnya

kesadaran

masyarakat untuk memeriksakan diri ke puskesmas dan kurangnya kunjungan


pada pasien yang terdiagnosis menderita TB untuk control dan melanjutkan
pengobatan, serta terdapatnya sebagian pasien yang diduga menderita TB tetapi
tidak patuh untuk menyerahkan dahaknya sebanyak 3 kali yaitu dahak sewaktu,
dahak pagi, dan dahak sewaktu untuk diperiksa disebabkan karena kurangnya
tingkat pengetahuan tentang penyakit TB.
Selain itu kurangnya angka penemuan hasil BTA positif kemungkinan
dapat disebabkan oleh karena kurangnya sensitifitas dari reagen yang digunakan
untuk pemeriksaan dahak dan kemungkinan juga disebabkan oleh petugas
laboratorium dalam pengambilan sample dari penderita, sehingga penderita yang
mengalami klinis TB paru memberikan hasil negative palsu pada pemeriksaan
BTA.
C. DIARE
Tujuan Umum:
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas
program dan sector terkait.
Tujuan Khusus:
1. Tercapainya penurunan angka kesakitan.
2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar.
3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit
diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam
pencegahan, penanggulangan maupun pembrantasannya pada semua
jenjeng pelayanan.
4. Terwujudnya masyarakat

yang

mengerti,

menghayati

dan

melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan

53

pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat


dicegah.
5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit Diare di suatu
wilayah

kerja

yang

meliputi

target,

kebutuhan

logistic

dan

pengelolaannya.

KEBIJAKAN
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di Sarana
Kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga.
2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
Diare.
3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare.
4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas

dalam

pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis.


5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sector dipusat, provinsi
dan Kabupaten/Kota.
6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai
kualitas pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal
dan,
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan
sebagai dasar perencanaan selanjutnya.
STRATEGI
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar disarana
kesehatam melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE).
2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat
dan benar.
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare.
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang evektif.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
KEGIATAN
1.
2.
3.
4.

Tatalaksana Penderita Diare.


Surveilans Epidemiologi.
Promosi Kesehatan.
Pencegahan Diare.

54

5. Pengolaan Logistik.
6. Pemantauan dan Evaluasi.
Tabel 32. Kasus Diare yang Ditangani di Puskesmas Sengkuang Tahun 20112012
Kasus

Diare
Tahun

Jumlah perkiraan kasus


L
P
L+P

yang ditangani
Jumlah
Persentase

2011

2.122

1.851

3.973

1.293

32,5

2012

2.139

1.869

4.008

1.121

27,9

Target SPM
(%)
100
100

Keterangan : jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada diwilayah kerja
puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS.
Defenisi Operasioanal
Penderita diare yang ditangani : jumlah penderita yang datang dan dilayani di
sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader
adalah 10% dari angka kesakitan x jumlah penduduk disatu wilayah kerja dalam
waktu satu tahun. Angka kesakitan adalah angka kesakitan nasional hasil Survei
Morbiditas Diare tahun 2006 yaitu sebesar 423/1000 penduduk.
Formula
Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana Kesehatan dan Kader

di suatu wila yah terten tu dalam waktu satu tahun .


100%
Jumlah perkiraan penderita diare pada satu wilay ah tertent u dalam waktu yg sama
(10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)

Pen
derita diare- ditangani

Menurut data hasil rekapitulasi kejadian diare tahun 2011-2012 ditemukan


peningkatan yang cukup bermakna dari tahun 2011 ke 2012 kemungkinan

55

disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2012, dan terjadi
penurunan kasus yang di tangani dari tahun 2011 ke 2012. Di sini walaupun masih
terjadi penurunan angka kasus yang di tangani, tetapi masih cukup tinggi angka
kasus tahun 2012 dibandingkan kejadian 2011.
Menurut sumber tenaga kesehatan, belum tercapainya penatalaksanaan
yang baik dan masih tingginya angka kejadian diduga karena kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat dan bersih walaupun penyuluhan
sudah dilakukan secara rutin dan baik.

5. PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penentuan derajat kesehatan masyarakat, bahkan lingkungan merupakan faktor
yang sangat penting dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat, dengan
demikian pengendalian faktor lingkungan yang baik akan sangat berguna dalam
upaya penurunan angka kesakitan (morbidity rate) maupun menurunkan angka
kematian (mortality rate) yang berhubungan dengan penyakit penyakit yang
berbasis lingkungan.
Program kesehatan lingkungan yang berada di wilayah Puskesmas
Sengkuang adalah:
1. Pengawasan dan pemeriksaan akses air bersih
2. Penilaian rumah sehat
3. Progres sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
4. Pemeriksaan bangunan/rumah bebas jentik
5. Pembinaan tempat umum dan pengelolaan makanan sehat (TUPM)
Tabel 33. Keluarga Yang Memiliki Akses Air Bersih

% AKSES AIR BERSIH TERHADAP JU

AKSES AIR BERSIH

Jumlah
Tahun

keluarga
yang ada

2011

50.188

Jumlah
keluarga
yang
diperiksa

11.868

%
S

keluarga
di periksa

ledeng

SGL

PAH

23,65

11.440

366

KELURGA YANG DIPERIKSA


k
e
S
Jumlah

ledeng

m
SGL

PAH

11.806

96,39

lainnya

3,08

56

2012

93.914

8.152

8,68

7.907

342

8.249

96,99

4,19

1. Pengawasan dan pemeriksaan air bersih


a. Target kegiatan
Pencegahan penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan
kualitas air, dengan pengambilan sampel 4 x per tahun.
b. Cakupan kegiatan
Kegiatan ini mencakup :

Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air


Analisis hasil pemeriksaan
Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul

dari hasil kegiatan


Kegiatan tindak

lanjut

berupa

pemantauan

upaya

penanggulangan atau perbaikan termasuk kegiatan penyuluhan


c. Syarat-syarat air bersih
Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif.
Defenisi operasional :
Air bersih

: Sumber air untuk keperluan minum/masak serta mandi/cuci


sebagian besar penduduk.

Air ledeng

: Air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan


sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa
saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM, PDAM, atau
BPAM, baik dikelola pemerintah atau swasta.

SPT

: Sumur pompa tangan

SGL

: Sumur galian

PAH

: Penampungan air hujan

Air kemasan : Air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan
dalam kemasan botol dan kemasan gelas serta air minum isi ulang.

57

Formula

Keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan :


Jumlah SAB yang memenuhi syarat kesehatan X 100%
SAB yang diperiksa periode/kurun waktu tertentu
Pembahasan :
Dari hasil pemeriksaan tahun 2011, 2012, tercapainya akses air bersih terhadap
jumlah keluarga yang diperiksa.
2. Penilaian rumah sehat
a. Target kegiatan
Mengatur tatalaksana penilaian rumah dalam rangka peningkatan
kondisi perumahan yang memenuhi persyaratan kesehatan, dengan
dilaksanakan kegiatan 4 x per tahun.
b. Kriteria rumah sehat
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari

kebisingan yang mengganggu.


Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain privacy yang
cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan

penghuni rumah.
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan
tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

cukup.
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah,

bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah.


c. Indikator rumah sehat
Kelompok higiene rumah, meliputi

58

Langit- langit
Dinding
Lantai
Jendela kamar tidur
Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
Ventilasi
Sarana pembuangan asap dapur
Pencahayaan
Kelompok sarana sanitasi, meliputi
Sarana air bersih
Sarana pembuangan kotoran
Sarana pembuangan air limbah
Sarana pembuangan sampah
Kelompok perilaku penghuni, meliputi
Membuka jendela kamar tidur
Membuka jendela ruang keluarga
Membersihkan rumah dan halaman
Buang air besar dijamban
Membuang sampah di tempat sampah
Tabel 34. Jumlah Rumah Sehat
Rumah
Tahun

Jumlah

Jumlah

seluruhnya

diperiksa

2011

17.483

11.885

67,98

8.815

74,17

2012

17.483

8.152

46,63

6.981

85,64

% diperiksa

Jumlah
sehat

% sehat

Defenisi operasional :
Rumah sehat : Bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan , yaitu
rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai
rumah
yang
terbuat
dari
tanah
(Kepmenkes
no.
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang
persyaratan
kesehatan
perumahan).

59

Formula

:
Jumlah rumah sehat di suatu wila yah terten tu

pada kurun wakt u tertentu


Jumlah seluruh rumah yang diperiksa

x 100%

di wilayah dan pada kurun wakt u yang sama

Persentase rumah sehat


Pembahasan

Pemeriksaan rumah sehat untuk tahun 2011 terdapat 74,17 %, dan tahun 2012
terdapat 85,64 %, terjadi peningkatan jumlah rumah sehat dari tahun ke tahun.

3. Progres sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)


a. Target kegiatan
Merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat melalui metode pemicuan.
b. Indikator STBM
Tidak buang air besar sembarangan
Mencuci tangan pakai sabun
Mengelola air minum dan makanan dengan aman
Mengelola sampah dengan benar
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Diharapkan dengan peningkatan indikator tersebut
didapatkan penurunan kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi
dan perilaku.

60

Anda mungkin juga menyukai