PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan "Patient safety" atau keselamatan pasien telah menjadi spirit dalam
pelayanan Rumah Sakit di seluruh dunia. Tidak hanya Rumah Sakit di negara
maju yang menerapkan patient safety (keselamatan pasien) untuk menjamin
mutu pelayanan tetapi juga rumah sakit di negara berkembang, seperti
Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Peraturan ini menjadi tonggak utama operasionalisasi Patient safety
(keselamatan pasien) di Rumah Sakit seluruh Indonesia. Banyak Rumah Sakit
di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Patient
safety (keselamatan pasien), namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan
pemahaman manajemen terhadap Patient safety (keselamatan Pasien).
Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen Rumah sakit agar
dapat menjalankan spirit Patient safety (keselamatan pasien) secara utuh.
Menurut KKP-RS (2007) Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien
bebas dari harm (cedera) yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera
fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian yang seharusnya tidak
terjadi/cedera yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan.
Melihat definisi dari patient safety (keselamatan pasien) menurut KKP-RS
(2007) tersebut, apabila diterapkan oleh manajemen rumah sakit maka
diharapkan kinerja pelayanan klinis di rumah sakit dapat meningkat serta halhal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya) dapat
dikurangi semaksimal mungkin. Dari uraian diatas maka kelompok tertarik
untuk mengungkap lebih dalam tentang Patient Safety (keselamatan pasien) di
Ruang Teluk Jambe RSUD Karawang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud patient safety (keselamatan pasien)?
2. Apakah tujuan dari patient safety (keselamatan pasien)?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Patient Safety (keselamatan pasien)
wrong-site,
wrong-patient,
wrong
procedure
surgery
proaktif
untuk
orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk
keperluan analisis;
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi dengan benar dan jelas tentang
analisa akar masalah (RCA) KNC/Near miss
dan kejadian
kejadian
sentinel
atau
kegiatan
proaktif
untuk
setiap
jabatan
mencakup
keterkaitan
jabatan
dengan
kelompok
teamwork
guna
mendukung
pendekatan
Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting;
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Bagi Rumah Sakit
Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien &
keluarga;
Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden;
Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien);
Bagi Tim:
Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi
insiden;
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi
insiden;
Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga;
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, dorong staf
anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana &
mengapa kejadian itu timbul
Bagi Rumah Sakit:
Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab;
Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau
metoda analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per
tahun untuk proses risiko tinggi;
Bagi Tim:
Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden;
Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tersebut;
7) Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, Gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan
Bagi Rumah Sakit:
adalah
berbahaya.
Rekomendasinya
adalah
membuat
standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas
campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik
masalah
ini.
Rekomendasinya
adalah
mendorong
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
A. PENGKAJIAN RUANGAN ( SECARA UMUM )
1) SASARAN KESELAMATAN PASIEN
NO
1.
SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
Ketepatan identifikasi
- Nama dan No CM
IMPLEMENTASI
PERMASALAHAN
SOLUSI
- Nama pasien hanya tertulis - Resiko tertukar / salah pasien - Memberikan pemaparan
pada papan tulis diluar nurse bisa terjadi jika kita tidak mengenai
gelang
station dan tidak selalu di melakukan identifikasi awal.
identitas dan gelang
rubah cepat pencatatan dan
resiko.
Memsosialisasikan
penggantian nama nama
tentang gelang identitas
pasien. Pasien tidak memakai
dan gelang resiko serta
gelang identitas, identitas dan
cara penggunaan gelang
no. CM pasien hanya berada
identitas dan gelang
pada status.
resiko.
- Memberikan
usulan
untuk pengadaan dan
pemberlakuan
penggunaan
gelang
identitas.
- saat bertemu dengan
2.
- Saat
operan
hanya
menyebutkan
nama
dan
diagnosa medis, misalnya
bilang terapi lanjut, tanpa
menyebutkan jenis terapinya.
Intervensi medis, transfusi,
pasien
berikan
pertanyaan
terbuka
untuk
menanyakan
namanya.
- Sebelum
adanya
penggunaan
gelang
identitas dan gelang
resiko setiap kali
- Resiko salah pasien yang
diberikan tindakan
- Perawat
memberikan
pertanyaan terbuka dan
mengecek dokumentasi
untuk memastikan nama
pasiennya
sebelum
melakukan
tindakan
pemberian terapi obat,
transfusi,
dan
pengambilan
darah.
Radiologi.
- Resiko tidak diobservasi - Saat melakukan operan
secara mendetail pasiennya
seharusnya
secara
menyeluruh
tentang
keadaan pasien baik
intervensi yang sudah
dilakukan
ataupun
cek
lab,
pemeriksaan
radiologi, dan visit dokter
yang selanjutnya disebutkan
serta rencana keperawatan
yang sudah dilakukan tidak
disebutkan .
- Operan dilakukan di ruangan
perawat, kemudian perawat
berkeliling ke masing-masing
pasien.
- (Perintah tertulis, lisan/telpon,
ditulis
secara
lengkap,
dikonfirmasi
ulang
dan
dikerjakan dengan lengkap)
3.
rencana
yang
akan
dilakukan pada hari
tersebut dan menindak
lanjuti hasil visite dari
dokter.
- Berhati-hati
dalam
menyimpan obat dengan
konsentrasi tinggi
elektrolit
Benar obat
Benar dosis
- Resiko terjadi
minum obat.
kesalahan
- Mengecek
kembali
untuk pemberian obat
tersebut.
Benar pasien
Benar dokumentasi
- Dipertahankan
ditingkatkan.
- Perbaikan
formulir
DPO untuk
kolom
waktu pemberian obat.
- Dipertahankan
ditingkatkan.
- Saat
memberikan
obat
perawat menjelaskan lagi
pada pasien jika pemberian
lewat IV IM/Drip.
- Untuk obat oral pasien akan
memastikan kembali bahwa
obat yang didapat untuk
diminum atau bukan pada
perawat yang berdinas. Selain
itu perawat akan memberi
tahu bahwa pasien tersebut
dan
dan
4.
- Resiko
ketidaktahuan
perawat apakah pasien
sudah mendapatkan obat
atau belum.
- Perbaikan
formulir
DPO
dengan
menambahkan kolom
untuk nama dan tanda
tangan
yang
memberikan obat.
- Pencatatan jenis obat
dengan menggunakan
pembedaan
warna
tulisan jenis obat.
Tulisan obat dengan
huruf kapital.
- Dari
beberapa
inform
concent lengkap ditanda
tangani oleh dokter dan
keluarga.
- Dipertahankan
- Dipertahankan
tangani.
- Ada tim operasi
- Ada checklist
5.
- Dibuatkan
checklis
sistem
- Resiko
kekurangan
dan
ketinggalan alat saat operasi
- Format cheklist alat yang pada tubuh pasien.
digunakan belum ada.
- Melaksanakan
cuci
tangan sebelum dan
sesudah
melakukan
tindakan. Memberikan
contoh untuk melakukan
five
moment,
melakukan dan saling
mengingatkan
untuk
melakukan cuci tangan
dan menyebutkan kapan
waktu
untuk
five
6.
- Infuse
set
jika
tidak
bermasalah tidak diganti,
pasien
yang
terpasang
kateter dan
NGT tidak
diberi keterangan tanggal
pemasangan.
- Tidak ada tanggal baik pada
infuse, kateter dan NGT
yang
terpasang.
Infuse
diganti hanya jika bengkak
ataupun rusak abocathnya.
- Assessment resiko jatuh
belum dilakukan dan tidak
ada distatus pasien untuk
formulir resiko jatuh.
- Harus
selalu
menggunakan
handscoon
saat
melakukan tindakan
- Setiap
tindakan
diberikan tanggal. Jika
ada kejadian KTD,
KNC,
dan
resiko
sdilakukan pencatatan
atau dokumentasi
Instrumen
Ada/ Tidak
Akar masalah
Solusi
Ada
dalam
bentuk pigura
yang ditempel.
DPJP
DPJP
dalam
bentuk formulir
di status.
2.
CP
Tidak ada
Koordinasi antar tenaga / unit Ada dalam bentuk
pelayanan
formulir catatan
perkembangan
terintegrasi
Segera dibuatkan
Antar profesi yang merawat
pasien harus menulis hasil atau
tindakan dan rencana untuk
pasien pada lembar catatan
perkembangan terintegrasi.
3.
Penerapan 7 langkah
keselamatan pasien
4.
5.
6.
Belum ada
Belum ada
Orientasi
patient
safety
keseluruhan belum semua karena
terkendala waktu dan anggaran
Saat orientasi bersamaan dengan
orientasi Rumah Sakit
Perlu
diadakannya
sosialisasi
secara
menyeluruh
kesemua
karyawan
Dilakukan pelatihan patient safety
untuk karyawan baru
2.
Instrumen
Kebijakan / SK tim KPRS
Tupoksi
Program kerja
Sosialisasi
SOP
Pelaporan
Evaluasi
Rapat
tim
KPRS
dengan
manajement
Ada/ Tidak
Akar masalah
Solusi
SK belum Karena baru dibentuk tim KPRS Segera dibuat rencana kerja dan di
ada
baru jadi belum ada program dan berlakukan untuk kebijakan dan
kegiatan.
surat keputusan KPRS.
Belum ada
3.
4.
5.
6.
Ada
Ada
Belum ada
Belum ada
JENIS
RESIKO
FISIK
FORMAT PENGKAJIAN K3
FAKTOR RESIKO DI RUANG TELUK JAMBE
KEMUNGKINAN YANG AKAN
ADA / TIDAK
PEMECAHAN MASALAH / SOLUSI
TERJADI
- Luas ruangan kamar
- Pasien tidak nyaman.
1. kamar 103 dengan
6,3m x 6,3m yang
terisi oleh 6 bed
dengan 6 pasien dan 6
penunggu pasien.
2. kamar 112 dengan 6m
x 4,5m yang terisi
oleh 5 bed dengan 5
pasien
dan
5
penunggu pasien.
- Suhu
panas,
pasien
angin,
ngipas
- Pasien tidak nyaman, pasien bisa saja - Ventilasi atau jendela bisa dibuka agar
Ruangan yang dehidrasi jika kurang minum dan cairan udara bisa masuk dan membuat ruangan
tidak terlalu panas. Selain itu bisa
ditandai dengan yang masuk sedikit tapi selalu berkeringat.
dipasang kipas angin untuk ruangan, dan
membawa kipas
diberikan gordyn di jendela ruangan
pasien mengipasagar matahari tidak langsung menyinari
- Resiko pasien dan keluarga terpeleset dan dengan terik.
menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
KIMIA
- Ada Asap rokok, ditandai - Menimbulkan rasa tidak nyaman pada - Security sudah tegas menegur keluarga
dengan keluarga pasien pasien, selain itu asap rokok dapat terhirup
dan memberitahu bahwa ada larangan
yang merokok depan oleh pasien yang sedang sakit.
merokok diruangan. Selain itu, terdapat
ruangan
BIOLOGI
ERGONOMI
- Belatung , pada pasien - Resiko infeksi nosokomial pada pasien - Memandikan pasien, membersihkan
BK2 pada alat kelamin karena keadaan yang lembab pada pempers badan pasien, dan mengganti pempers
dan luka pada bokong pasien
dan bisa menimbulkan iritasi, pasien 2kali/hari.
pasien
yang dekubitus.
menggunakan pampers.
- Membersihkan luka pasien minimal 1
Selain itu pada pasien - Bisa menimbulkan infeksi pada luka kaki.
kali/hari.
BK3 terdapat belatung
diluka kaki kanan yang
tertutup lama dan kotor.
- Bed yang seperti blankar - Resiko terjatuh dan ketidaknyamanan - Sebisa
mungkin
meminimalisir
( tidak ada siderell dan
untuk pasien
penggunaan tempat tidur yang datar
backreist ) ada 15%.
tanpa ada siderell dan backreist.
PSIKOSOSIAL
- Perkerjaan
monoton.
- Rotasi pegawai
- Diklat pelatihan
- Rekreasi
Cara
Dikerjakan/
Tidak
dikerjakan
Dikerjakan
Permasalahan
Solusi
Pemilahan &
pengemasan
Pengumpulan
&
pengangkutan
Dikerjakan
Penampungan
&
penyimpanan
sementara
Dikerjakan
Implementasi
Pemilihan dan pengemasan dilakukan
secara langsung oleh perawat dengan benar.
Contohnya : spuit baru dibuka saat mau
melakukan tindakan (memasukan obat),
kemudian kertas disposible dibuang ke
plastik bewarna hitam, obat (ampul, vial)
dibuang ke safety box, jika sudah dipakai
untuk memasukan obat, neadle dibuka dan
dimasukan ke safety box, dan disposible ke
plastik bewarna kuning yang disimpan serta
dibawa oleh troli.
Pengumpulan dilakukan oleh Cleaning
Service. Pengangkutan menggunakan satu
troli yang tertutup dengan isinya plastik
warna kuning dan warna hitam. Roda troli
tempat pengangkutan terbuat dari karet,
tempat troli tidak bocor.
Penampungan safety box dan sampah
medis (plastik warna kuning) di simpan
dalam ruangan penyimpanan sementara
limbah medis yang lokasinya disebelah TPS
Pengolahan
atau
pemusnahan
Dikerjakan
/ IPAL.
Penyimpanan sementara maksimal selama
2x24 jam.
Pengolahan atau pemusnahan dilakukan
oleh pihak ketiga, limbah medis ditimbang
terlebih dahulu kemudian diberi manifest.
Terpasang Infus
Gaya Berjalan
Status Mental
SKALA
POIN
SKOR
Ya
Tidak
Ya
Tidak
25
0
15
0
0
15
-
30
15
0
20
0
20
10
0
15
20
20
-
0
55
= 45
Risiko sedang
= 25 44
Risiko rendah
= 0 24
Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien
Skor 0 jika tidak
c. Bantuan berjalan
Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat batu/ dibantu, menggunakan
kursi roda, atautirah baring dan tidakdapat bangkit dari tempat tidur
sama sekali
Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat,atau walker
Skor 30 jika pasien berjalan mencengkramfurniture untuk topangan
d. Menggunakan infuse:
Skor 20 jika pasien diinfus
Skor 0 jika tidak
e. Gaya berjalan/ transfer:
Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan cirriberjalan dengan kepala
tegak, lengan terayun bebas di samping tubuh, danmelangkah tanpa
ragu-ragu
Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuktapi dapat mengangkat
kepala saat berjalan tanpa kehilangan keseimbangan.Langkah pendekpendek dan mungkin diseret.
Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasienmengalami kesulitan
bangkit dari kursi, berupaya bangun dengan mendorong lengankursi
atau dengan melambung (menggunakan beberapa kali upaya bangkit).
Kepalatertunduk, melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien
buruk, beliaumenggenggam furniture,orang, atau alat bantu jalan dan
tidak dapat berjalantanpa bantuan..
f.
Status mental
Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuanberjalannya normal.
Tanyakan pada pasien,Apakah Bapak dapat pergi ke kamarmandi
sendiri atau perlu bantuan?jika jawaban pasien menilai dirinya
konsistendengan kemampuan ambulasi, pasien dinilai normal.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Ketepatan Identifikasi pasien
Dari hasil pengkajian yang didapatkan mengenai ketepatan
identifikasi
pencatatan dan penggantian nama nama pasien. Ientitas dan no. CM pasien
hanya berada pada status. Selain itu, saat melakukan tindakan pemberian
obat, pengambilan darah, pemberian produk darah, dan untuk ke radiologi,
perawat langsung menyebutkan nama pasien tanpa memberikan pertanyaan
terbuka untuk nama pasien.
Dari beberapa data yang didapat kemungkinan terjadinya resiko tertukar /
salah pasien bisa terjadi jika kita tidak melakukan identifikasi awal, dan
resiko salah pasien yang diberikan tindakan
Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek
diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya
error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam
keadaan terbius atau tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar
sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah
sakit; mungkin mengalami disabilitas sensori; atau
dapat
dipercaya
individu
yang
pengobatan;
dan
(reliable)
dimaksudkan
mengidentifikasi
untuk
mendapatkan
pasien
pelayanan
sebagai
atau
(Depkes
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1. Cetak stiker
identitas
2. Lengkap identitas
pasien pada lembar
RM
3. Buat gelang
identitas dengan
menempelkan
stiker pada gelang
identitas
4. Cek ulang data
identitas pada
gelan
proses
identifikasi,
untuk mengidentifikasi
khususnya
pasien
ketika
proses
yang
pemberian
obat,
darah atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan
atau
prosedur
memerlukan
sedikitnya
dua cara
untuk
Papan nama pasien yang berisi nama dan lokasi kamar kurang sesuai
dengan kebijakan JCI bahwa Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa
digunakan untuk identifikasi. Karena kebijakan atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama
pasien, nomor identifikasi umumnya digunakan nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan bar-code, atau cara lain,
maka penggunaan gelang dengan menempelkan bar-code pada gelang
identitas dan memasangkan pada pasien perlu dilakukan. Selain itu,
pengkajian dan pemasangan gelang resiko perlu dilakukan. Dengan gelang
identitas akan mempermudah tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi dan
klarifikasi nama dan no. CM tanpa melihat catatan medis/status pasien.
5.
salah-prosedur,
salah-pasien
operasi,
adalah
kejadian
komunikasi
terbuka
antar
anggota
tim
bedah,
prosedur
yang
menginvestigasi
dan/atau mengobati penyakit dan kelainan atau disorder pada tubuh Joint
BAB V
PENUTUP