Sampai akhirnya munculah sikap ibahiyah (permissive/segala hal boleh) tanpa sungguhsumgguh memperhatikan rambu-rambu syariat.
Tamayyu Ubudiyyah
Jika tamayyu khuluqi tersebut tidak segera diobati, maka yang akan terjadi selanjutnya
adalah tamayyu ubudiyyah, pencairan amal ibadah. Ditandai dengan menyepelekan
amalan-amalan sunnah atau bahkan amalan-amalan wajib. Misalnya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tamayyu Fikriyyah
Berikutnya dari tamayyu ubudiyah akan merembet kepada tamayyu fikriyyah,
pencairan ideologi. Diantaranya ditandai dengan hilangnya ciri khas fikrah Islami dari
seorang dai. Bahkan pemahamannya terhadap fikrah islami tersebut semakin lemah dan
luntur. Warna pemikirannya menjadi tidak jelas, apakah ia seorang abnaul harakah
islamiyah, ataukah seorang liberalis, sosialis, atau nasionalis? Dari pembicaraannya tidak
dapat diketahui lagi apakah ia meyakini Islam sebagai satu-satunya jawaban yang benar
dan bersih terhadap persoalan manusia, ataukah menurutnya ada jawaban yang lain?
Tidak jelas apakah ia meyakini Islam sebagai sistem yang sempurna dan lengkap ataukah
tidak?
Tamayyu Aqidiyah
Tamayyu yang terparah adalah tamayyu aqidiyah, pencairan aqidah. Sebuah kondisi
dimana seseorang sudah benar-benar jauh menyimpang, karena tidak lagi memahami
Islam sebagai satu-satunya kebenaran yang mesti dianut seluruh manusia. Padahal Allah
Taala berfirman,
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Q.S. Ali Imran:
19)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. Ali
Imran: 85)
Virus tamayyu ini dapat dihindari jika para dai memiliki imunitas dan senantiasa
meningkatkan kualitas dirinya.
Naudzubillahi min dzalikwa la haula wala quwwata illa bi-Llaah