Anda di halaman 1dari 2

Mewaspadai Virus Tamayyu

Oleh: Abu Muhammad Hisan


Interaksi sosial adalah keniscayaan dalam berdakwah. Menjadi tuntutan bagi para dai
untuk terjun di tengah-tengah masyarakat, melakukan kontak dan komunikasi dengan
sebanyak mungkin manusia.
Melalui interaksi sosial tersebut diharapkan akan banyak individu atau masyarakat yang
merasa tertarik dan mau melaksanakan nilai-nilai yang diajarkan oleh para dai, sehingga
sikap, tindakan, dan tingkah laku individu dan masyarakat tersebut terwarnai oleh nilainilai ajaran Islam.
Ada satu hal yang harus diwaspadai oleh para dai dalam melakukan interaksi sosial,
terlebih lagi jika kontak dan komunikasi sosial tersebut dilakukan dalam lingkungan
masyarakat yang memiliki karakter, budaya, nilai, ideologi, dan agama yang berbeda,
bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka perjuangkan. Dalam kondisi
seperti itu para dai harus berhati-hati dan menjaga diri dari serangan virus tamayyu
(pencairan), yakni kondisi dimana seorang dai malah terpengaruh oleh gaya, pemikiran,
kebiasaan, budaya, ideologi yang dimiliki oleh individu atau masyarakat yang
didakwahinya; lalu secara lambat laun mulai meninggalkan idealisme yang dianutnya.
Naudzubillahi min dzalik
Tamayyu Khuluqi
Tamayyu yang pertama kali muncul biasanya adalah tamayyu khuluqi, pencairan akhlak.
Ditandai dengan munculnya sikap tasahul (menggampangkan/menyepelekan suatu
pelanggaran). Dimulai dari hal-hal yang sederhana, misalnya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melakukan isyraf (berlebih-lebihan) dalam makan dan minum.


Berlebih-lebihan dalam gaya berpakaian.
Menyepelekan rambu-rambu hijab.
Berlebih-lebihan dalam menikmati musik, nyanyian, dan tontonan.
Longgar atau tidak berhati-hati dalam muamalah maaliyah
Terlalu banyak tertawa dan bergurau.

Sampai akhirnya munculah sikap ibahiyah (permissive/segala hal boleh) tanpa sungguhsumgguh memperhatikan rambu-rambu syariat.
Tamayyu Ubudiyyah
Jika tamayyu khuluqi tersebut tidak segera diobati, maka yang akan terjadi selanjutnya
adalah tamayyu ubudiyyah, pencairan amal ibadah. Ditandai dengan menyepelekan
amalan-amalan sunnah atau bahkan amalan-amalan wajib. Misalnya:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Malas qiyamu lail.


Meremehkan shalat-shalat sunnah rawatib.
Semakin jarang shalat berjamaah di masjid.
Sering melaksanakan shalat wajib tidak tepat waktu.
Sering terlambat melaksanakan shalat shubuh.
Malas melakukan shaum-shaum sunnah
Sedikit menyebut nama Allah/ wirid dan dzikir.
Sedikit membaca al-Quran.

Tamayyu Fikriyyah
Berikutnya dari tamayyu ubudiyah akan merembet kepada tamayyu fikriyyah,
pencairan ideologi. Diantaranya ditandai dengan hilangnya ciri khas fikrah Islami dari
seorang dai. Bahkan pemahamannya terhadap fikrah islami tersebut semakin lemah dan
luntur. Warna pemikirannya menjadi tidak jelas, apakah ia seorang abnaul harakah
islamiyah, ataukah seorang liberalis, sosialis, atau nasionalis? Dari pembicaraannya tidak
dapat diketahui lagi apakah ia meyakini Islam sebagai satu-satunya jawaban yang benar
dan bersih terhadap persoalan manusia, ataukah menurutnya ada jawaban yang lain?
Tidak jelas apakah ia meyakini Islam sebagai sistem yang sempurna dan lengkap ataukah
tidak?
Tamayyu Aqidiyah
Tamayyu yang terparah adalah tamayyu aqidiyah, pencairan aqidah. Sebuah kondisi
dimana seseorang sudah benar-benar jauh menyimpang, karena tidak lagi memahami
Islam sebagai satu-satunya kebenaran yang mesti dianut seluruh manusia. Padahal Allah
Taala berfirman,
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Q.S. Ali Imran:
19)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. Ali
Imran: 85)
Virus tamayyu ini dapat dihindari jika para dai memiliki imunitas dan senantiasa
meningkatkan kualitas dirinya.
Naudzubillahi min dzalikwa la haula wala quwwata illa bi-Llaah

Anda mungkin juga menyukai