Kekuatan
1 Kekuatan
Kebijaksanaan
Keutamaan
kognitif: kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran,
dan mencintai kegiatan belajar, perspektif (memiliki
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pengetahuan
gambaran besar mengenai kehidupan).
Kekuatan
interpersonal: cinta kasih, kebaikan hati (murah hati,
Kemanusiaan
dermawan,
peduli,
sabar,
penyayang,
menyenangkan dan cinta altruisitik), serta
memiliki kecerdasan sosial.
Kekuatan
emosional: keberanian untuk menyatakan kebenaran dan
Kesatriaan
mengakui kesalahan, teguh dan keras hati,
integritas (otentisitas, jujur), serta bersemangat
dan antusias.
Kekuatan kewarganegaraan citizenship (tanggung jawab sosial, kesetiaan,
(Civic): Berkeadilan
mampu bekerjasama), fairness (memperlakukan
orang setara dan adil), serta kepemimpinan.
Kekuatan menghadapi dan pemaaf dan pengampun, kerendahatian, hati-hati
mengatasi hal-hal yang tak dan penuh pertimbangan, serta regulasi-diri.
menyenangkan:
Pengelolaan-diri
(Temperance)
Kekuatan
spiritual: apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh
Transendensi
rasa terima kasih, harapan (optimis, berorientasi
ke masa depan), spritualitas (religiusitas,
keyakinan, tujuan hidup), serta menikmati hidup
dan humor,
2) Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup
pengetahuan; dan
3) Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa
yang seharusnya dilakukan manusia.
Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan.
Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan
filsafat:
Rasionalisme: aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua
pengetahuan bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu
mendapatkan pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpilah (distinct) tentang
realitas.
A. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan.
B. Kritisisme: aliran filsafat yang dibangun oleh filsuf besar: Imanuel Kant. Aliran
ini pada dasarnya adalah kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang
dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia. Akal menerima
bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik, lalu mengatur dan
menertibkannya dalam kategori-kategori.
C. Idealisme: aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah prosesproses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi
tidak memiki kedudukan yang independen melainkan hanya merupakan
materialisasi dari pikiran manusia.
D. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya
dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan
benda mati. Manusia memiliki kehendak yang mampu mengubah keadaannya
yang statis menjadi lebih dinamis.
E. Fenomenologi: aliran filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan
memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.
Ada banyak cara untuk belajar filsafat sesuai dengan pesatnya perkembangan
filsafat sehingga sekarang kini. Secara umum, filsuf berusaha memperoleh makna
istilah-istilah dengan cara melakukan analisis terhadap istilah-istilah itu berdasarkan
pengenalan obyeknya dalam kenyataan. Setelah analisis istilah, filsuf berusaha untuk
memadukan hasil-hasil penyelidikannya melalui aktivitas sintesis. Penggunaan analisis
dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode analisis-sintesis. Metode ini merupakan
metode yang paling banyak digunakan oleh filsuf.
Metode belajar filsafat sebenarnya bukan hanya dapat digunakan untuk belajar
filsafat, melainkan juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di bidang ilmu
pengetahuan lain. Secara umum, disadari atau tidak, filsafat digunakan manusia untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Di sisi lain, berpikir filosofis juga
5
analitik). Definisi nominal ialah definisi yang menerangkan makna kata. Definisi real
dibedakan atas dua, yakni definisi esensial dan definisi deskriptif.
Definisi esensial menerangkan inti (esensi) dari suatu hal dengan menyebutkan
genus dan diferentia-nya. Definisi ini adalah definisi yang ideal dan mendekati
pengertian hal yang hendak didefinisikan. Definisi deskriptif mengemukakan segi-segi
yang positif tetapi belum tentu esensial mengenai suatu hal. Definisi deskriptif
dibedakan atas empat, yakni definisi distingtif, definisi genetik, definisi kausal, dan
definisi aksidental.
Pembuatan definisi yang memadai untuk digunakan dalam pemikiran logis harus
mengikuti aturan-aturan berikut ini. Pertama, definisi harus lebih jelas dari yang
didefinisikan. Kedua, definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang
didefinisikan. Ketiga, definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan
pas. Keempat, definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif.
Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu
kesamaan karakteristik tertentu. Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam
bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu.
Penguraian dengan divisi real atau aktual dilakukan berdasarkan bagian-bagian
yang ada pada objek itu sendiribaik fisik maupun metafisikterlepas dari aktivitas
mental manusia.
Divisi berdasarkan bagian fisik dilakukan berdasarkan faktor-faktor fisik yang
dapat dipisahkan, satu dari yang lain. Divisi berdasarkan bagian metafisik dilakukan
berdasarkan bagian-bagian yang merupakan esensi dari sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena dalam kenyataannya bagian-bagian itu merupakan
ketunggalan.
Dalam divisi logis mental manusialah yang membagi keseluruhan hal menjadi
bagian-bagian. Kegiatan menambahkan elemen-elemen ini, yang merupakan kegiatan
dari divisi logis, disebut sintesis.
Divisi harus dibuat memadai; artinya, jumlah semua bagian harus sama dengan
keseluruhan. Ada sejumlah aturan yang harus diikuti dalam pembuatan divisi.
tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan sesuatu hal. Benar atau salahnya
struktur suatu kalimat ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan tata bahasa suatu
bahasa.
Salah satu jenis kalimat adalah pernyataan (bahasa Inggris statement) yang
dalam praktiknya sama dengan kalimat berita. Tetapi, pernyataan memiliki pengertian
yang lebih khusus. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu
klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah.
Kalimat yang berupa pertanyaan atau perintah berbeda dari pernyataan karena
pertanyaan dan perintah tidak bisa benar dan sekaligus salah. Suatu pernyataan tidak
bisa benar dan salah sekaligus. Jika ada pernyataan yang mengandung benar dan salah
sekaligus, maka itu adalah paradoks yang merupakan satu bentuk kesalahan dalam
berpikir.
Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata
lain arti atau interpretasi dari suatu pernyataan. Proposisi juga dapat dipahami sebagai
makna dari kalimat berita, mengingat bahwa pernyataan merupakan kalimat berita yang
dapat dinilai benar atau salah.
Kalimat atau pernyataan yang boleh ditafsirkan lebih dari satu makna (multitafsir) dapat menyebabkan kita salah dalam memahami dan menanggapinya. Oleh
karena itu, perlu dihindari penggunaan kalimat atau pernyataan yang multi-tafsir dengan
membuat pernyataan yang baik, yang jelas maknanya.
Untuk membuat suatu pernyataan yang baik, perlu dilakukan hal-hal berikut.
Pertama, membangun suatu kalimat yang mengungkapkan suatu proposisi. Kedua,
mengusahakan supaya proposisi yang ingin diungkapkan menjadi jelas.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembuatan kalimat atau pernyataan
adalah yang berikut. 1) Kalimatnya tidak koheren sehingga tidak dapat dimaknai oleh
pendengar atau pembaca. 2) Kalimatnya sudah koheren tetapi proposisi apa yang
dimaksudkan tidak jelas sehingga dapat menyebabkan salah tafsir. 3) Tidak
menunjukkan dengan jelas bahwa kita sedang menyatakan nilai kebenaran dari kalimat
kita
Secara umum, berdasarkan proposisi yang dikandung, ada dua jenis pernyataan,
yaitu pernyataan sederhana dan pernyataan kompleks. Proposisi yang dikandung oleh
suatu pernyataan juga disebut komponen logika dari pernyataan. Komponen logika
adalah komponen yang turut menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Tidak semua kalimat kompleks (kalimat yang mengandung lebih dari satu
komponen) merupakan pernyataan kompleks, karena komponen itu belum tentu
merupakan komponen logika. Biasanya, komponen yang mengikuti kata-kata yang
menunjukkan sikap atau pendapat pribadi, seperti pikir, harap, kira, dan percaya bukan
merupakan komponen logika.
Hubungan di antara proposisi atau pernyataan sederhana dalam pernyataan
kompleks ditunjukkan oleh penggunaan kata penghubung seperti tidak, dan, atau, jika,
dan maka. Berdasarkan hubungan di antara proposisi-proposisi yang terkandung dalam
pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Negasi (bukan P)
Konjungsi (P dan Q), dan
Disjungsi (P atau Q)
Kondisional (Jika P maka Q)
Secara logika, jika A, maka B ekuivalen dengan jika tidak B, maka tidak A.
Kedua bentuk ini disebut kontrapositif. Pernyataan kondisional yang mempunyai
anteseden yang salah disebut kondisional yang berlawanan dengan kenyataan.
Ada banyak cara untuk mengungkapkan pernyataan kondisional, yang semuanya
dapat dikembalikan ke bentuk standar Jika A, maka B. Kadang-kadang jika suatu bentuk
kondisional yang tidak standar diterjemahkan ke bentuk standar, maka artinya berubah.
Oleh sebab itu, dalam mengubah suatu bentuk kondisional menjadi bentuk standarnya,
kita harus melihat apakah bentuk standar ataukah bentuk kontrapositifnya yang lebih
dapat menangkap arti sesungguhnya dari pernyataan asalnya.
Ada dua kondisi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisional,
yaitu yang mencukupi (sufficient condition, S) dan kondisi niscaya (necessary
condition, N). Oleh karena pernyataan kondisional digunakan untuk menggambarkan
hubungan tertentu antara komponennya, maka kondisi yang mencukupi dan niscaya
juga demikian.
Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan.
Alasan-alasan itu dapat berupa bukti, data, informasi akurat, atau penjelasan tentang
hubungan antara beberapa hal. Penalaran berlangsung dalam pikiran. Ungkapan verbal
dari penalaran adalah argumentasi.
Fungsi akal manusia adalah mencapai kebenaran. Kebenaran pertama-tama
dapat dicapai melalui penyimpulan langsung (immediate inference), yaitu penyimpulan
yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika. Penyimpulan langsung dilakukan
melalui indera, umpamanya memberikan putusan bahwa mawar berwarna merah
(putusannya: mawar merah), hari sedang hujan, matahari bersinar, atau saat ini pagi
hari. Penyimpulan langsung menghasilkan pengetahuan dasar bagi manusia.
Untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang hal-hal yang tidak
dapat dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu membandingkan
ide-ide. Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan tak langsung.
Proses membandingkan dua ide dengan melibatkan ide ketiga untuk menghubungkan
dua ide itulah yang disebut penalaran. Dengan kata lain, penalaran adalah penyimpulan
tak langsung atau penyimpulan dengan menggunakan perantara (mediate inference).
Ada dua jenis penaralan, yaitu deduksi atau penalaran deduktif dan induksi atau
penalaran induktif. Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat
suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu
keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu.
Induksi adalah proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau
prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).
Manusia tidak jarang memperoleh pengetahuan yang tidak benar karena adanya
kesalahan dalam proses penyimpulan. Kesalahan penyimpulan digolongkan atas dua,
10
yakni kesalahan material dan kesalahan formal. Kesalahan material adalah kesalahan
putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang seharusnya memberikan fakta atau
kebenaran. Kesalahan formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan
yang tidak konsisten.
Ada dua macam argumentasi yang umum digunakan dalam logika, yaitu
silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. Silogisme kategoris adalah argumentasi
yang menggunakan proposisi kategoris yang oleh Aristoteles disebut analitika.
Silogisme hipotetis adalah argumentasi yang menggunakan proposisi hipotetis
(silogisme hipotetis) yang oleh Aristoteles disebut dialektika.
Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengikuti premispremisnya. Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin
validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untuk
menghasilkan kesimpulan tepat.
Istilah argumen induktif atau induksi biasanya mencakup proses-proses
inferensial dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang
mengandung risiko atau ketidakpastian. Ketidakpastian dalam argumen induktif muncul
dalam dua area yang berhubungan, yaitu dalam premis-premis argumen dan dalam
asumsi-asumsi inferensial argumen.
Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa
penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang
disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika.
Etika dan Moralitas
Ada dua kata yang seringkali rancu penggunaanya, yaitu etika dan moralitas.
Kita dapat memahami perbedaan antara dua kata tersebut dengan cara yang lebih baik,
jika kita mencoba untuk memahami apa makna dua kata tersebut dari interpretasi yang
paling dasar.
Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti
"adat", "kebiasaan", atau "watak. Lain halnya dengan moralitas berasal dari kata Latin
"moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat.
Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek
kajiannya. Etika membahas persoalan moral pada situasi tertentu dengan pendekatan
tertentu pula. Sedang moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama
dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk.
Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara
etis. Dengan kata lain, etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau
11
keputusan etis. Dalam etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika
12
Di satu sisi, melalui menggunakan kerangka etika, dua orang yang saling
berdebat mengenai masalah moral dapat menemukan apa yang mereka tidak sepakat
tentang sesuatu, bisa menyadari bahwa mereka hanyalah tidak sepakat pada salah satu
bagian tertentu dari masalah tersebut.
Apa yang ditawarkan etika biasanya adalah beberapa jawaban yang tepat, atau
hanya beberapa jawaban sedikit lebih baik daripada jawaban yang lain. Memang harus
dimengerti bahwa etika tidak selalu memberi jawaban yang tepat untuk masalah moral.
Hal ini karenakan masalah-masalah moral, seringkali tidak ada jawaban yang tunggal.
Satu masalah etika adalah hal itu sering digunakan sebagai senjata. Jika sebuah
kelompok percaya bahwa aktivitas tertentu adalah "salah", kemudian dengan prinsipprinsip etika digunakan sebagai pembenaran untuk menyerang mereka yang melakukan
aktivitas tersebut.
Daftar Pustaka
Takwin, Bagus, Hadinata, Fristian, Putri Saraswati. 2013. Buku Ajar I Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A : Kekuatan dan Keutamaan Karakter,
Filsafat, Logika, dan Etika. Depok: Universitas Indonesia.
13