Anda di halaman 1dari 13

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

Keutamaan dan Kekuatan Karakter


Persoalan karakter belakangan ini mencuat kembali. Pembentukan karakter
memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa.
Pembentukan karakter juga merupakan isu penting dalam pendidikan mengingat tujuan
pendidikan adalah pembentukan watak atau karakter (Santoso, 1979).
Karakter bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Perlu dibahas
lebih dulu apa yang dimaksud dengan kepribadian mengingat istilah ini sering
dipertukarkan dengan karakter. Kepribadian manusia adalah kesatuan yang teratur
dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Kepribadian manusia tampil dalam
perilaku yang melibatkan aspek psikis seperti berpikir, mempercayai dan merasakan
sesuatu. Kepribadian juga tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek fisik manusia
seperti berjalan, berbicara dan melakukan tindakan-tindakan motorik.
Karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan
disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu. Karakter, dengan demikian, adalah
kumpulan sifat mental dan etis yang menandai seseorang. Karakter diperoleh melalui
pengasuhan dan pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang.
Peterson dan Seligman (2004) mengemukaan tiga level konseptual dari karakter,
yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional dari karakter. Hubungan antara
keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan berada
di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah.
Keutamaan merupakan karakteristik utma dari karakter (Peterson & Seligman,
2004). Para filsuf dan agamawan menjadikan keutamaan sebagai nilai moral oleh
karena itu keutamaan dianggap sebagai dasar dari tindakan yang baik. Kekuatan
karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang
mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui
pencapaian kekuatan karakter.
Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan
orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu. Tema situasional
dapat muncul dalam lingkungan yang meleluasakan individu tampil apa adanya, jujur
dan tulus. Dari sini dapat dipahami bahwa lingkungan juga berperanan penting dalam
memfasilitasi munculnya kekuatan karakter melalui pemunculan tema situasional.
Dalam usaha membentuk karakter, diperlukan pemahaman mengenai apa yang
saja keutamaan dan kekuatan karakter yang sejauh ini sudah dikembangkan oleh
manusia. Berikut ini 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan.
No.

Kekuatan
1 Kekuatan
Kebijaksanaan

Keutamaan
kognitif: kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran,
dan mencintai kegiatan belajar, perspektif (memiliki

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

1.
2.

3.

4.

5.

6.

pengetahuan
gambaran besar mengenai kehidupan).
Kekuatan
interpersonal: cinta kasih, kebaikan hati (murah hati,
Kemanusiaan
dermawan,
peduli,
sabar,
penyayang,
menyenangkan dan cinta altruisitik), serta
memiliki kecerdasan sosial.
Kekuatan
emosional: keberanian untuk menyatakan kebenaran dan
Kesatriaan
mengakui kesalahan, teguh dan keras hati,
integritas (otentisitas, jujur), serta bersemangat
dan antusias.
Kekuatan kewarganegaraan citizenship (tanggung jawab sosial, kesetiaan,
(Civic): Berkeadilan
mampu bekerjasama), fairness (memperlakukan
orang setara dan adil), serta kepemimpinan.
Kekuatan menghadapi dan pemaaf dan pengampun, kerendahatian, hati-hati
mengatasi hal-hal yang tak dan penuh pertimbangan, serta regulasi-diri.
menyenangkan:
Pengelolaan-diri
(Temperance)
Kekuatan
spiritual: apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh
Transendensi
rasa terima kasih, harapan (optimis, berorientasi
ke masa depan), spritualitas (religiusitas,
keyakinan, tujuan hidup), serta menikmati hidup
dan humor,

Manusia memiliki kemampuan untuk memahami keterkaitan dirinya dengan


seluruh alam semesta, juga keterkaitan semua hal yang ada di alam semesta. Kekuatan
karakter transendensi memungkinkan manusia memahami keterkaitan itu. Kekuatan
transendensi ditandai oleh kemampuan untuk membayangkan apa yang mungkin ada di
luar situasi yang dialami kini dan di sini. Kemampuan membayangkan apa yang
mungkin ada dan kemampuan melampaui situasi kini dan di sini mensyaratkan adanya
kemampuan memahami keterkaitan semua unsur alam semesta. Daya yang
memungkinkan manusia untuk melakukan itu semua disebut spiritualitas.
Istilah spiritualitas mempunyai pengertian yang luas dan menghasilkan
penafsiran yang berbeda-beda. Pembicaraan tentang spiritualitas merujuk kepada halhal yang berhubungan dengan roh dan hal-hal sakral lainnya yang dianggap berkaitan
dengan roh, misalnya Tuhan dan makhluk-makhluk di luar manusia yang memiliki sifat
dan kekuatan gaib.
Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Dengan daya-daya spiritual, manusia
dapat melampaui dirinya, berkembang terus sebagai makhluk yang self-trancendence.
Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang karakter maka kita juga berbicara
tentang spiritualitas, tentang daya-daya yang menguatkan dan mengembangkan manusia
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
2

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan.


Pada akhirnya, orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah orang yang
berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada masyarakatnya.
Seligman (2004) menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari
semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan
kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar
dari diri sendiri. Jadi, jika kita ingin bahagia, maka kita harus mulai dengan belajar
berpikir positif, memandang hidup dan orang lain sebagai hal yang baik, serta
memaknai dunia dan seisinya sebagai kebaikan yang dianugerahkan kepada kita.
Pendidikan harus diarahkan kepada ketiga kebahagiaan itu. Peserta didik
difasilitasi dan dilatih untuk selalu memaknai setiap tindakan yang dilakukannya.
Perpaduan dari tiga kebahagiaan dan keutamaan-keutamaan karakter merupakan bahan
dari pendidikan karakter. Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan
karakter maka seharusnyalah dicamkan pula bahwa setiap pendidikan adalah
pembentukan karakter.
Dasar-dasar FIlsafat
Penjelasan tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat kita
temui dalam literatur filsafat ilmu. Meski ada pertentangan pendapat mengenai
hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat, hubungan keduanya erat lagi dewasa
ini.
Karakter dan filsafat memiliki hubungan yang saling menguatkan. Dari sini
dapat dipahami bahwa berfilsafat membutuhkan kekuatan dan keutamaan karakter.
Dengan dasar itu, maka filsafat dipelajari beriringan dengan pengembangan karakter.
Kata filsafat pertama kali ditemukan dalam tulisan sejarawan Yunani Kuno,
Herodotus (484-424 SM). Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang
berati pencinta kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta
dari kata dasar sophia yang berarti cinta.
Orang-orang yang gagasan dan pemikirannya didasari oleh pengetahuan tentang
kebenaran dan dapat mempertahankannya dengan argumentasi yang kuat patut disebut
filsuf. Apa yang dilakukan oleh filsuf kemudian disebut filsafat. Dari asal katanya dalam
bahasa Yunani Kuno yaitu philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) maka artinya
adalah cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan (wisdom).
Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno
hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami
segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Dari definisi itu dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses, bukan
semata produk.

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

Meski produk filsafat berupa pemikiran filosofis mencerminkan proses


pencariannya dan merupakan pelajaran penting, tidak tepat jika dalam memahami
filsafat kita hanya fokus pada produknya. Filsafat mengupayakan pengetahuan
universal. Lebih penting lagi, filsafat mengupayakan berlangsungnya proses pencarian
pengetahuan universal.
Istilah kritis dalam pengertian filsafat berasal dari istilah latin kritein yang
berarti memilah-milah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai. Secara lebih
khusus lagi kritis di sini diartikan sebagai terbuka pada kemungkinan-kemungkinan
baru, dialektis, tidak membakukan dan membekukan pikiran-pikiran yang sudah ada,
serta selalu hati-hati dan waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran.
Sifat utama filsafat yang lain adalah radikal. Istilah radikal berasal dari kata
radix yang berarti akar. Radikal berarti mendalam, sampai ke akar-akarnya. Sifat radikal
pada filsafat memungkinkannya memahami persoalan sampai ke akar-akarnya dan
mengajukan penjelasan yang mendasar.
Berfilsafat dilakukan secara sistematis. Asal kata sistematis adalah systema yang
berarti keteraturan, tatanan dan saling keterkaitan. Dengan kata lain, sifat sistematis
dalam filsafat sekaligus mencakup sifat logis. Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat
mencakup logika. Artinya, filsafat selalu memegang keyakinan akan daya argumen dan
penalaran.
Berdasarkan pengertian filsafat yang sudah dipaparkan di sini, dapat
disimpulkan bahwa berpikir filosofis berarti merenung yang bukan mengkhayal atau
melamun. Merenung yang dimaksudkan adalah berkontemplasi, yaitu berpikir
mendalam, kritis, dan universal dengan konsentrasi tinggi yang terfokus atau
menitikberatkan pada segi usaha mengetahui sesuatu. Perenungan itu dapat dilakukan
oleh perseorangan, sama seperti cara bertanya kepada diri sendiri, dan bisa juga secara
berkelompok yang diisi dengan dialog yang bersifat analitis dan kritik secara timbal
balik.
Kegiatan filosofis sesungguhnya merupakan perenungan atau pemikiran yang
sifatnya kritis, tidak begitu saja menerima sesuatu, mengajukan pertanyaan,
menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan mengapa, dan
mencari jawaban yang lebih baik dari jawaban pertama.
Ada berbagai cara untuk membagi filsafat menjadi cabang-cabang yang
memiliki obyek kajian khusus. Kita dapat menemukan pembagian filsafat berdasarkan
sistematika permasalahan yang secara garis besar terdiri dari ontologi, epistemologi dan
axiologi.
1) Ontologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being) atau
tentang apa yang nyata;

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

2) Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup
pengetahuan; dan
3) Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa
yang seharusnya dilakukan manusia.
Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan.
Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan
filsafat:
Rasionalisme: aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua
pengetahuan bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu
mendapatkan pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpilah (distinct) tentang
realitas.
A. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan.
B. Kritisisme: aliran filsafat yang dibangun oleh filsuf besar: Imanuel Kant. Aliran
ini pada dasarnya adalah kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang
dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia. Akal menerima
bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik, lalu mengatur dan
menertibkannya dalam kategori-kategori.
C. Idealisme: aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah prosesproses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi
tidak memiki kedudukan yang independen melainkan hanya merupakan
materialisasi dari pikiran manusia.
D. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya
dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan
benda mati. Manusia memiliki kehendak yang mampu mengubah keadaannya
yang statis menjadi lebih dinamis.
E. Fenomenologi: aliran filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan
memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.
Ada banyak cara untuk belajar filsafat sesuai dengan pesatnya perkembangan
filsafat sehingga sekarang kini. Secara umum, filsuf berusaha memperoleh makna
istilah-istilah dengan cara melakukan analisis terhadap istilah-istilah itu berdasarkan
pengenalan obyeknya dalam kenyataan. Setelah analisis istilah, filsuf berusaha untuk
memadukan hasil-hasil penyelidikannya melalui aktivitas sintesis. Penggunaan analisis
dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode analisis-sintesis. Metode ini merupakan
metode yang paling banyak digunakan oleh filsuf.
Metode belajar filsafat sebenarnya bukan hanya dapat digunakan untuk belajar
filsafat, melainkan juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di bidang ilmu
pengetahuan lain. Secara umum, disadari atau tidak, filsafat digunakan manusia untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Di sisi lain, berpikir filosofis juga
5

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

memberikan kesadaran kepada orang mengenai keterbatasan pengetahuannya. Dengan


demikian, berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun keutamaan
pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan-kekuatan yang dikandungnya.
Dasar-dasar Logika
Logika dapat diartikan sebagai kajian tentang prinsip, hukum, metode, dan cara
berpikir yang benar untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Dari sejarah filsafat
kita mengenal Aristoteles sebagai filsuf yang pertama kali membeberkan hal-ihwal
logika secara komprehensif. Dalam matematika, logika dikaji dalam kaitannya dengan
upaya menyusun bahasa matematika yang formal, baku, dan jernih maknanya, serta
dalam kajian tentang penyimpulan dan pembuatan pernyataan yang benar.
Terlepas dari latar belakang kajian dan penemuannya serta klasifikasinya dalam
penggolongan ilmu, logika merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian berbagai ilmu
pengetahuan dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai asas pengaturan, logika
menjelaskan bahwa alam yang awalnya tampak sebagai kekacau-balauan (chaos)
sebenarnya merupakan jagat raya (cosmos) yang teratur.
Sebelum pembahasan lebih khusus tentang logika, di sini dikemukakan dua
pengertian lain dari logika, yakni logika sebagai kajian tentang kebenaran khusus atau
fakta dan logika sebagai kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan. Sebagai kajian
tentang kebenaran khusus, logika merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan
menjelaskan kebenaran atau fakta tertentu, sama halnya dengan ilmu pengetahuan lain
yang bertujuan menjelaskan kebenaran lainnya.
Dalam arti kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan atau bentuk pikiran
dari putusan, logika dapat dipahami sebagai kajian yang mempelajari unsur-unsur
putusan dan susunannya dengan tujuan untuk memperoleh pola atau bentuk umum dari
proses pembuatan putusan. Fokus kajian dari logika ini adalah pikiran, representasi
linguistik, meskipun pikiran dan bahasa saling terkait erat.
Setiap hal yang diinderai dan dipersepsi dibentuk oleh pikiran menjadi ide. Hasil
dari pembentukan ini adalah konsep. Setiap konsep ditandakan dalam bentuk term.
Term merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai sesuai dengan
pakat. Secara umum term adalah tanda yang didasarkan pada kelaziman, bukan tanda
alamiah.
Suatu term sering kali mempunyai bermacam-macam arti. Jika dikelompokkan,
setidaknya ada tiga jenis makna term dan penggabungannya dalam kalimat, yakni
makna denotatif, makna kesan (sense), dan makna emotif.
Menurut kesesuaiannya dengan hal atau kenyataan yang diwakilinya ada dua
jenis definisi, yakni definisi nominal (definisi sinonim) dan definisi real (definisi

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

analitik). Definisi nominal ialah definisi yang menerangkan makna kata. Definisi real
dibedakan atas dua, yakni definisi esensial dan definisi deskriptif.
Definisi esensial menerangkan inti (esensi) dari suatu hal dengan menyebutkan
genus dan diferentia-nya. Definisi ini adalah definisi yang ideal dan mendekati
pengertian hal yang hendak didefinisikan. Definisi deskriptif mengemukakan segi-segi
yang positif tetapi belum tentu esensial mengenai suatu hal. Definisi deskriptif
dibedakan atas empat, yakni definisi distingtif, definisi genetik, definisi kausal, dan
definisi aksidental.
Pembuatan definisi yang memadai untuk digunakan dalam pemikiran logis harus
mengikuti aturan-aturan berikut ini. Pertama, definisi harus lebih jelas dari yang
didefinisikan. Kedua, definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang
didefinisikan. Ketiga, definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan
pas. Keempat, definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif.
Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu
kesamaan karakteristik tertentu. Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam
bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu.
Penguraian dengan divisi real atau aktual dilakukan berdasarkan bagian-bagian
yang ada pada objek itu sendiribaik fisik maupun metafisikterlepas dari aktivitas
mental manusia.
Divisi berdasarkan bagian fisik dilakukan berdasarkan faktor-faktor fisik yang
dapat dipisahkan, satu dari yang lain. Divisi berdasarkan bagian metafisik dilakukan
berdasarkan bagian-bagian yang merupakan esensi dari sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena dalam kenyataannya bagian-bagian itu merupakan
ketunggalan.
Dalam divisi logis mental manusialah yang membagi keseluruhan hal menjadi
bagian-bagian. Kegiatan menambahkan elemen-elemen ini, yang merupakan kegiatan
dari divisi logis, disebut sintesis.
Divisi harus dibuat memadai; artinya, jumlah semua bagian harus sama dengan
keseluruhan. Ada sejumlah aturan yang harus diikuti dalam pembuatan divisi.

Tidak boleh ada bagian yang terlewati.


Bagian tidak boleh melebihi keseluruhan.
Tidak boleh ada bagian yang meliputi bagian yang lain.
Divisi harus jelas dan teratur.
Jumlah bagian harus terbatas.

Secara umum, kalimat didefinisikan sebagai: serangkaian kata yang disusun


berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan sesuatu hal. Benar atau salahnya
struktur suatu kalimat ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan tata bahasa suatu
bahasa.
Salah satu jenis kalimat adalah pernyataan (bahasa Inggris statement) yang
dalam praktiknya sama dengan kalimat berita. Tetapi, pernyataan memiliki pengertian
yang lebih khusus. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu
klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah.
Kalimat yang berupa pertanyaan atau perintah berbeda dari pernyataan karena
pertanyaan dan perintah tidak bisa benar dan sekaligus salah. Suatu pernyataan tidak
bisa benar dan salah sekaligus. Jika ada pernyataan yang mengandung benar dan salah
sekaligus, maka itu adalah paradoks yang merupakan satu bentuk kesalahan dalam
berpikir.
Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata
lain arti atau interpretasi dari suatu pernyataan. Proposisi juga dapat dipahami sebagai
makna dari kalimat berita, mengingat bahwa pernyataan merupakan kalimat berita yang
dapat dinilai benar atau salah.
Kalimat atau pernyataan yang boleh ditafsirkan lebih dari satu makna (multitafsir) dapat menyebabkan kita salah dalam memahami dan menanggapinya. Oleh
karena itu, perlu dihindari penggunaan kalimat atau pernyataan yang multi-tafsir dengan
membuat pernyataan yang baik, yang jelas maknanya.
Untuk membuat suatu pernyataan yang baik, perlu dilakukan hal-hal berikut.
Pertama, membangun suatu kalimat yang mengungkapkan suatu proposisi. Kedua,
mengusahakan supaya proposisi yang ingin diungkapkan menjadi jelas.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembuatan kalimat atau pernyataan
adalah yang berikut. 1) Kalimatnya tidak koheren sehingga tidak dapat dimaknai oleh
pendengar atau pembaca. 2) Kalimatnya sudah koheren tetapi proposisi apa yang
dimaksudkan tidak jelas sehingga dapat menyebabkan salah tafsir. 3) Tidak
menunjukkan dengan jelas bahwa kita sedang menyatakan nilai kebenaran dari kalimat
kita
Secara umum, berdasarkan proposisi yang dikandung, ada dua jenis pernyataan,
yaitu pernyataan sederhana dan pernyataan kompleks. Proposisi yang dikandung oleh
suatu pernyataan juga disebut komponen logika dari pernyataan. Komponen logika
adalah komponen yang turut menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Tidak semua kalimat kompleks (kalimat yang mengandung lebih dari satu
komponen) merupakan pernyataan kompleks, karena komponen itu belum tentu
merupakan komponen logika. Biasanya, komponen yang mengikuti kata-kata yang

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

menunjukkan sikap atau pendapat pribadi, seperti pikir, harap, kira, dan percaya bukan
merupakan komponen logika.
Hubungan di antara proposisi atau pernyataan sederhana dalam pernyataan
kompleks ditunjukkan oleh penggunaan kata penghubung seperti tidak, dan, atau, jika,
dan maka. Berdasarkan hubungan di antara proposisi-proposisi yang terkandung dalam
pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Negasi (bukan P)
Konjungsi (P dan Q), dan
Disjungsi (P atau Q)
Kondisional (Jika P maka Q)

Dalam praktiknya, tidak mudah menemukan struktur logika suatu pernyataan


atau suatu argumen. Untuk dapat menemukan struktur logika dari pernyataanpernyataan, kita perlu mempelajari struktur logika dari keempat pernyataan kompleks
itu.
Negasi dari suatu pernyataan sederhana adalah pengingkaran atas pernyataan itu.
Benar atau salahnya (nilai kebenaran) suatu negasi tergantung pada nilai kebenaran
komponen logikanya. Karena itu, negasi termasuk pernyataan kompleks, bukan
pernyataan sederhana.
Suatu pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan
kata dan disebut konjungsi atau kalimat konjungtif. Suatu konjungsi benar bila semua
konjungnya benar, dan salah jika salah satu konjungnya salah. Menurut logika, urutan
konjungsi boleh dibolak-balik tanpa mempengaruhi nilai kebenarannya. Namun, dalam
kasus-kasus tertentu, urutannya tidak dapat dibalik.
Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata atau
disebut disjungsi atau pernyataan disjungtif. Suatu disjungsi benar bila paling sedikit
salah satu disjungnya benar, dan salah jika semua disjungnya salah. Dalam percakapan
sehari-hari, kadang-kadang kata atau digunakan sebagai atau-eksklusif, yang berarti
bahwa hanya salah satu dari disjungnya yang benar.
Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan jika,
maka disebut pernyataan kondisional atau hipotetisis. Nilai kebenaran suatu
pernyataan kondisional agak rumit penentuannya. Hal ini menyebabkan timbulnya
pandangan yang berbeda-beda. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan
pernyataan kondisional untuk menggambarkan hubungan antara komponenkomponennya.

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

Secara logika, jika A, maka B ekuivalen dengan jika tidak B, maka tidak A.
Kedua bentuk ini disebut kontrapositif. Pernyataan kondisional yang mempunyai
anteseden yang salah disebut kondisional yang berlawanan dengan kenyataan.
Ada banyak cara untuk mengungkapkan pernyataan kondisional, yang semuanya
dapat dikembalikan ke bentuk standar Jika A, maka B. Kadang-kadang jika suatu bentuk
kondisional yang tidak standar diterjemahkan ke bentuk standar, maka artinya berubah.
Oleh sebab itu, dalam mengubah suatu bentuk kondisional menjadi bentuk standarnya,
kita harus melihat apakah bentuk standar ataukah bentuk kontrapositifnya yang lebih
dapat menangkap arti sesungguhnya dari pernyataan asalnya.
Ada dua kondisi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisional,
yaitu yang mencukupi (sufficient condition, S) dan kondisi niscaya (necessary
condition, N). Oleh karena pernyataan kondisional digunakan untuk menggambarkan
hubungan tertentu antara komponennya, maka kondisi yang mencukupi dan niscaya
juga demikian.
Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan.
Alasan-alasan itu dapat berupa bukti, data, informasi akurat, atau penjelasan tentang
hubungan antara beberapa hal. Penalaran berlangsung dalam pikiran. Ungkapan verbal
dari penalaran adalah argumentasi.
Fungsi akal manusia adalah mencapai kebenaran. Kebenaran pertama-tama
dapat dicapai melalui penyimpulan langsung (immediate inference), yaitu penyimpulan
yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika. Penyimpulan langsung dilakukan
melalui indera, umpamanya memberikan putusan bahwa mawar berwarna merah
(putusannya: mawar merah), hari sedang hujan, matahari bersinar, atau saat ini pagi
hari. Penyimpulan langsung menghasilkan pengetahuan dasar bagi manusia.
Untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang hal-hal yang tidak
dapat dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu membandingkan
ide-ide. Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan tak langsung.
Proses membandingkan dua ide dengan melibatkan ide ketiga untuk menghubungkan
dua ide itulah yang disebut penalaran. Dengan kata lain, penalaran adalah penyimpulan
tak langsung atau penyimpulan dengan menggunakan perantara (mediate inference).
Ada dua jenis penaralan, yaitu deduksi atau penalaran deduktif dan induksi atau
penalaran induktif. Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat
suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu
keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu.
Induksi adalah proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau
prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).
Manusia tidak jarang memperoleh pengetahuan yang tidak benar karena adanya
kesalahan dalam proses penyimpulan. Kesalahan penyimpulan digolongkan atas dua,
10

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

yakni kesalahan material dan kesalahan formal. Kesalahan material adalah kesalahan
putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang seharusnya memberikan fakta atau
kebenaran. Kesalahan formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan
yang tidak konsisten.
Ada dua macam argumentasi yang umum digunakan dalam logika, yaitu
silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. Silogisme kategoris adalah argumentasi
yang menggunakan proposisi kategoris yang oleh Aristoteles disebut analitika.
Silogisme hipotetis adalah argumentasi yang menggunakan proposisi hipotetis
(silogisme hipotetis) yang oleh Aristoteles disebut dialektika.
Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengikuti premispremisnya. Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin
validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untuk
menghasilkan kesimpulan tepat.
Istilah argumen induktif atau induksi biasanya mencakup proses-proses
inferensial dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang
mengandung risiko atau ketidakpastian. Ketidakpastian dalam argumen induktif muncul
dalam dua area yang berhubungan, yaitu dalam premis-premis argumen dan dalam
asumsi-asumsi inferensial argumen.
Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa
penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang
disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika.
Etika dan Moralitas
Ada dua kata yang seringkali rancu penggunaanya, yaitu etika dan moralitas.
Kita dapat memahami perbedaan antara dua kata tersebut dengan cara yang lebih baik,
jika kita mencoba untuk memahami apa makna dua kata tersebut dari interpretasi yang
paling dasar.
Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti
"adat", "kebiasaan", atau "watak. Lain halnya dengan moralitas berasal dari kata Latin
"moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat.
Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek
kajiannya. Etika membahas persoalan moral pada situasi tertentu dengan pendekatan
tertentu pula. Sedang moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama
dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk.
Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara
etis. Dengan kata lain, etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau

11

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

keputusan etis. Dalam etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika

utilitarianisme, etika deontologis, etika kebajikan dan lain-lain.


Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik
kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang,
hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi
etika profesi, etika bisnis dan etika lingkungan.
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh
individu atau masyarakat. Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk menggambarkan
tentang apa yang dianggap oleh seseorang atau masyarakat sebagai bernilai etis serta
apa kriteria etis yang digunakan untuk menyebut seseorang itu etis atau tidak.
Penyelidikan etka deskriptif juga melibatkan tentang apa yang dianggap oleh
seseorang atau masyarakat sebagai sesuatu yang ideal. Oleh karena itu, etika deskriptif
melibatkan stud-studi empris seperti psikologi, sosiologi dan antropologi untuk
memberikan suatu gambaran utuh. Akan tetapi, etika deskriptif bisa digunakan dalam
argumentasi filosofis terkait dengan masalah etis tertentu.
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Metaetika juga bisa
dimengerti sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan
etika. Dalam pembahasan ini metaetika biasanya terbagi menjadi dua, yaitu realisme
etis dan nonrealisme etis.
Gagasan realisme etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang
memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Masalah bagi etika realis adalah
manusia mengikuti keyakinan etis yang berbeda-beda. Padahal konsekuensi dan
keadaan etis itu sangat relevan dengan dengan kategori tindakan itu baik atau buruk.
Keberatan terhadap realisme etis di atas menimbulkan cara melihat persoalan
etis yang disebut dengan nonrealisme etis. Gagasan utama dari nonrealisme etis adalah
manusia yang menciptakan kebenaran etis. Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan
relativisme etis.
Etika sebenarnya tidak secara langsung mengharuskan orang mengikuti hasil
analisisnya. Hal ini dikarenakan etika sebagai bagian dari filsafat menekankan jika
seseorang menyadari bahwa secara etis lebih baik untuk melakukan sesuatu, maka akan
menjadi tidak rasional untuk orang tidak melakukannya. Akan tetapi, ada kegunaan dari
etika dapat dirumuskan.
Etika menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral.
Dengan kata lain, etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa
digunakan untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit.

12

Muhammad Ivan Halim Perdana/ Ilmu Komputer 2014/ MPKT A - E

Di satu sisi, melalui menggunakan kerangka etika, dua orang yang saling
berdebat mengenai masalah moral dapat menemukan apa yang mereka tidak sepakat
tentang sesuatu, bisa menyadari bahwa mereka hanyalah tidak sepakat pada salah satu
bagian tertentu dari masalah tersebut.
Apa yang ditawarkan etika biasanya adalah beberapa jawaban yang tepat, atau
hanya beberapa jawaban sedikit lebih baik daripada jawaban yang lain. Memang harus
dimengerti bahwa etika tidak selalu memberi jawaban yang tepat untuk masalah moral.
Hal ini karenakan masalah-masalah moral, seringkali tidak ada jawaban yang tunggal.
Satu masalah etika adalah hal itu sering digunakan sebagai senjata. Jika sebuah
kelompok percaya bahwa aktivitas tertentu adalah "salah", kemudian dengan prinsipprinsip etika digunakan sebagai pembenaran untuk menyerang mereka yang melakukan
aktivitas tersebut.

Daftar Pustaka
Takwin, Bagus, Hadinata, Fristian, Putri Saraswati. 2013. Buku Ajar I Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A : Kekuatan dan Keutamaan Karakter,
Filsafat, Logika, dan Etika. Depok: Universitas Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai