Anda di halaman 1dari 7

PENYUSUN BATUBARA

Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan ditemukannya cetakan
tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai
macam polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll. Namun komposisi dari
polimer-polimer ini bervariasi tergantung pada spesies dari tumbuhan penyusunnya.
Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan sisa
tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan molekul umum dari lignin belum diketahui dengan
pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam jenis
tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai susunan p-koumaril alkohol
yang kompleks. Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol.
Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin merupakan unsur organik
utama yang menyusun batubara.
Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima sampai delapan
atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil
yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun
polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan
jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian terurai
dan membentuk batubara.
Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai protoplasma
dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang
dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai steroid, lilin.
Material Organik Lain
Resin
Resin merupakan material yang muncul apabila tumbuhan mengalami luka pada batangnya.
Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada bagian batangnya.
Alkaloida
Alkaloida merupakan komponen organik penting terakhir yang menyusun batubara. Alkaloida sendiri
terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul dalam bentuk rantai.
Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem pyrrole. Porphirin biasanya terdiri
atas suatu struktur siklik yang terdiri atas empat cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan
methin. Kandungan unsur porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai marker yang sangat
penting untuk mendeterminasi perkembangan dari proses coalifikasi.
Hidrokarbon
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen kartenoid. Sebagai tambahan,
munculnya turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik polinuklir dalam ekstrak batubara
dijadikan tanda inklusi material sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini menandakan bahwa
struktur rangka tetap utuh selama proses pematangan, dan tidak adanya perubahan serta
penambahan struktur rangka yang baru.
Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)
Selain material organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan adanya material inorganik yang
menyusun batubara. Secara umum mineral ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral
inheren dan unsur mineral eksternal. Unsur mineral inheren adalah material inorganik yang berasal dari
tumbuhan yang menyusun bahan organik yang terdapat dalam lapisan batubara. Sedangkan unsur

mineral eksternal merupakan unsur yang dibawa dari luar kedalam lapisan batubara, pada umumya
jenis inilah yang menyusun bagian inorganik dalam sebuah lapisan batubara.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat
adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
b. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan
mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair,
misalnya rawa-rawa.
c. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami
perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian
akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana
(CH4).
d. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan
kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. Selain itu gaya
tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah
batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona
batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
e. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan
kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada
permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat
dinyatakan dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara
yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan
umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini perlu diperhatikan agar panas yang
ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam proses industri.

Material utama penyusun batubara adalah


karbon. Jumlah kandungan karbon di dalam batubara
akan menentukan nilai kalori batubara tersebut. Namun
di dalam setiap batubara juga terkandung komponen
lain seperti air, abu, dan material-material lain yang
akan lenyap apabila dibakar (
volatile matter
). Kadar
masing-masing komponen dinyatakan sebagai
perbandingan berat komponen tersebut terhadap berat
batubara. Dengan demikian jumlah kadar air, abu,
Volatile Matter
(
VM
) dan karbon di dalam batubara

adalah 100 % [13]


batubara semi-antrasit
mengandung kadar karbon tertinggi (80,6 %), disusul
oleh bituminus (70,1 %), dan yang paling rendah adalah
sub-bituminus (46,3 %). Sesuai dengan kadar
karbonnya, maka seperti terlihat pada Gambar 2,
nilai kalori tertinggi hasil pengukuran adalah
semi-antrasit (7.885 kkal/kg), disusul bituminus
(7.594 kkal/kg), dan yang terendah adalah sub-bituminus
(6.453 kkal/kg)
Nilai kalori batubara makin rendah, apabila kadar
karbonnya menurun.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai kalori
batubara tidak hanya tergantung pada kadar karbonnya,
tetapi masih tergantung kepada hal-hal lain, seperti umur,
asal-usul, kondisi lingkungan pembentukan batubara,
dan sebagainya
Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya berisi air
atau fluida lain untuk dipanaskan. Energi panas dari fluida tersebut selanjutnya
digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas
ruangan, mesin uap, dan lain sebagainya. Secara proses konversi energi, boiler
memiliki fungsi untuk mengkonversi energi kimia yang tersimpan di dalam bahan
bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida kerja.

2. Fire-Tube Boiler (Boiler Pipa-Api)


Pada perkembangan selanjutnya muncul desain bari boiler yakni boiler pipa-api. Boiler ini
terdapat 2 bagian di dalamnya, yaitu sisi tube/pipa dan sisi barrel/tong. Pada sisi barrel berisi
fluida/air, sedangkan sisi pipa merupakan tempat terjadinya pembakaran.
Boiler Pipa Api

Boiler pipa-api biasanya memiliki kecepatan produksi uap air yang rendah, tetapi memiliki
cadangan uap air yang lebih besar.
3. Water-Tube Boiler (Boiler Pipa-Air)
Sama seperti boiler pipa-api, boiler pipa-air juga terdiri atas bagian pipa dan barrel. Tetapi
sisi pipa diisi oleh air sedangkan sisi barrel menjadi tempat terjadinya proses pembakaran.
Boiler jenis ini memiliki kecepatan yang tinggi dalam memproduksi uap air, tetapi tidak
banyak memiliki cadangan uap air di dalamnya.
Boiler Pipa-Air

Untuk memanaskan nya ada beberapa tipe boiler


fire tube di mana api berada dalam tubing-tubing dengan cairan berada di luar.
water tube di mana sebaliknya, air berada dalam tubing dengan api berada di
luar.

A.

Fire Tube Boiler

Pada fire tube boiler, gas panas


melewati pipa-pipa dan air umpan boiler
ada didalam shell untuk dirubah menjadi
steam.

Fire tube boilers biasanya

digunakan untuk kapasitas steam yang


relative kecil dengan tekanan steam
rendah sampai sedang. Sebagai pedoman,
fire

tube

boilers

kompetitif

untuk

kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam


dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire
tube boilers dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat
dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boilers dikonstruksi
sebagai paket boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar.

B.

Water Tube Boiler


Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk kedalam
drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah uap
dalam drum.
Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam
dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada
kasus boiler untuk pembangkit tenaga. Water
tube boiler

yang sangat modern dirancang

dengan kapasitas steam antara 4.500 12.000


kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak
water tube boilers yang dikonstruksi secara
paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar
dan gas.
Untuk water tube yang menggunakan bahan
bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
Karakteristik water tube boilers sebagai berikut:
Forced, induced dan balanced draft
membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran.
Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai