Anda di halaman 1dari 3

PINTU MASUK

(Cerita Rakyat Hulu Sungai Tengah)


Oleh: Ali Syamsudin Arsi

Aruh Sastra VIII Kalsel di kota Barabai yang akan dilaksanakan tanggal 16 19 September 2011
ini mengagendakan pula sebuah lomba penulisan cerita rakyat. Agenda berupa lomba ini akan
sangat memberikan peluang terbukanya beberapa kemungkinan secara publikasi bagi wilayah,
tokoh, serta peristiwa yang ada di seluruh banua murakata. Ini tentu saja sangat positif.
Panitia telah membuka peluang kepada seluruh calon peserta lomba penulisan cerita rakyat Hulu
Sungai Tengah secara umum, jadi ada kemungkinan penulis yang bukan urang kuta apam
mampu menuliskan, memaparkan, merangkai cerita-cerita rakyat tersebut. Diketahui pula bahwa
banyak cerita itu masih dalam bentuk ujaran dari mulut ke mulut, masih banyak dalam bentuk
lisan. Pada ajang lomba ini maka bentuk cerita lisan itu wajib disampaikan dalam bentuk tulisan.
Beberapa keuntungan yang akan didapat ketika lomba ini berjalan dan sampai kepada tuntasnya
ke dalam bentuk sebuah penerbitan buku kumpulan cerita rakyat Hulu Sungai Tengah. Misalnya
akan terjadi upaya dokumentasi sesuai dengan naskah lomba yang masuk. Berharap agar ceritacerita dari masing-masing wilayah, tokoh serta peristiwa itu dapat bermunculan kembali dan
menjadi hangat dalam setiap pembicaraan sehari-hari di seluruh Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Adalah lebih elok bila kegairahan menulis cerita rakyat ini dilakukan oleh penulis-penulis urang
banua murakata sendiri karena mereka yang lebih memahami seluk beluk cerita, mereka yang
merasakan ruh dari cerita rakyat yang beredar di sekitar tinggalnya, ini bukan berarti menutup
kemungkinan bagi penulis yang berasal atau tinggal di luar wilayah cerita tersebut.
Barabai, sebagai ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berjarak sekitar 160 km dari kota
Banjarmasin, ternyata banyak memiliki cerita rakyatnya dan ini merupakan pintu masuk pertama
bila ingin mengenal segala sesuatu tentang Hulu Sungai Tengah secara menyeluruh. Misalnya,
adakah cerita di balik sebutan kota apam. Di mana dan mengapa orang-orang harus mengetahui
tentang adanya Gua Berangin itu. Adakah hubungan nama Durian Gantang dengan nama buah
durian. Peristiwa apa yang berhubungan dengan Desa Jatuh. Sejarah besar apa yang
mengakibatkan Kampung Tubau selalu disebut-sebut sebagai asal-muasal berkembangnya
kesenian daerah Kalimantan Selatan sampai ke manca negara yakni teater rakyat Mamanda. Apa
dan bagaimana peran seorang dalang kesohor yang bernama Tulur, cerita apa saja yang
berhubungan dengannya. Mengapa nama Kampung Barikin tak dapat dipisahkan dengan nama
Hulu Sungai Tengah bahkan nama Kalimantan Selatan. Peran apa saja yang telah ditorehkannya
sehingga setiap ada pagelaran wayang serta tampilan kesenian di seluruh kawasan banua banjar

ini sulit bila tidak menyertakannya. Apakah ada hubungan erat antara nama Taras dengan sifatsifat masyarakatnya di seputar Telaga Padang. Mengapa setiap orang mengenal pertigaan jalan di
Pantai Hambawang, benarkah dahulunya itu berupa sebuah pantai serta mengapa dihubungkan
dengan nama buah-buahan. Entah dengan Kampung Kadi, apa yang ada, apa yang terjadi. Tentu
saja tidak kalah menariknya dengan Pajukungan. Bahkan menurut informasi dari seorang pakar
budaya tradisi banjar, Drs. Mukhlis Maman, menyebutkan selain legenda Batu Benawa yang
sudah ditulis dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris ada pula cerita seperti Lok Laga di
Haruyan, Telaga Air Mata di Bukat, Mandiangin di Mandiangin, Si Talimun (Tokoh nang gaib
tapi rancak muncul wayah juriatnya melahirkan) di Banua Kupang, Kec. Labuan Amas Utara, Si
Jumantan (urang nang sugih tapi gila) di Pandawan, Batu Tangga di Hantakan, juga ada cerita di
Palajau, tentu masih ada yang lain.
Daerah, tokoh, atau segala peristiwa yang berpotensi untuk dijadikan obyek cerita dan atau
diceritakan kembali boleh jadi akan berbeda satu versi dengan yang lain, apalagi yang bermula
dari lisan dan ketika dialihkan ke dalam bentuk tulis. Perbedaan-perbedaan itu akan semakin
membuka peluang ruang dialog yang mengarah kepada bentuk-bentuk pengayaan, tentu saja
mempertajam penafsiran agar dapat disatukan landasan dasar pokok ceritanya.
Masyarakat Hulu Sungai Tengah, baik yang kini berada di Hulu Sungai Tengah maupun yang
berada di luar wilayah itu sewajarnyalah memberikan respon positif terhadap pelaksanaan ajang
Aruh Sastra ini terlebih terhadap adanya Lomba Penulisan Cerita Rakyat ini. Nah, terasa lebih
mengasyikkan ketika para pembaca (siapa saja, tidak terkecuali bagi mereka komik mania,
penikmat legenda, fabel atau mitos-mitos) berhadap-hadapan dengan cerita imitasi olahan negara
lain, Jepang misalnya yang telah banyak meracuni sel-sel otak anak-anak kita, anak-anak urang
banua, anak-anak bangsa Indonesia. Dengan lomba ini kita berharap ada semacam perburuan
cerita-cerita lisan di sekitar kita dan dituliskan.
Pihak Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Hulu Sungai Tengah
diharapkan memberikan apresiasi yang selayaknya pada agenda lomba cerita rakyat ini karena
lomba ini merupakan pintu masuk dalam dunia pariwisata dan terbukanya potensi-potensi daerah
secara menyeluruh. Boleh jadi bentuk nyata dari sikap apresiasi itu berupa perlakuan istimewa
kepada para pemenang nantinya, misalnya menyediakan kado khusus selain yang akan
diserahkan oleh panitia Aruh Sastra VIII. Sungguh sebuah sikap positif dan melegakan tentunya.
Selanjutnya kepada pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat menjadikan
materi cerita di dalamnya pada kurikulum pembelajaran dan ini tentu saja lebih kuat berakar
secara kultural. Pembelajaran yang sangat berintegrasi pada kearifan lokal sendiri, tentu saja
pihak disdik dapat memberikan kontribusi terhadap penerbitan buku-buku cerita rakyat ini
dengan kemitraan yang dibangun bersama pihak panitia Aruh Sastra VIII. Tentu saja kita
berperan sebagai pemain bukan berdiri pada posisi hanya sebagai penonton.

Siapkah kita sebagai tuan rumah di ajang aruh sastra ini ?

Anda mungkin juga menyukai