PASCASARJANA UNINDRA
KAJIAN WACANA
1. Fungsi Bahasa
1. Fungsi Bahasa
Ada dua fungsi utama bahasa, yaitu
1) fungsi bahasa untuk mengungkapkan isi yang
dideskripsikan sebagai transaksional;
2) fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan
hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi yang
dideskripsikan sebagai interaksional.
Pembedaan transaksional/interaksional
(Brown dan Yule, 1996) sepadan dengan
dikotomi fungsi representatif/ekspresif
(Buhler, 1934), referensial/emotif
(Jakobson, 1960), ideasional/interpersonal
(Halliday, 1970), dan deskriptif/sosialekspresif (Lyons, 1977).
Pandangan transaksional
Manusia mengembangkan adat kebiasaan,
religi, hukum, pola perdagangan, dll. dengan
bahasa.
Bahasa
yang
dipakai
untuk
menyampaikan informasi faktual atau proporsional disebut bahasa transaksional. Pada
bahasa transaksional yang terutama dipikirkan
oleh pembicara (atau penulis) adalah penyampaian informasi yang efektif
Pandangan interaksional
Jika para ahli linguistik memerhatikan
pemakaian bahasa untuk menyampaikan
informasi faktual atau proporsional, para ahli
sosiologi dan sosioliguistik tertarik pada
pemakaian bahasa untuk memelihara
hubungan-hubungan sosial. Jelaslah, sebagian
besar interaksi manusia ditandai dengan
pemakaian bahasa yang interpersonal
(interaksional) dan bukan transaksional
Teks Lisan
Dalam teks lisan pembicara dapat membuat segala
efek kualitas suara (termasuk mimik). Pembicara tidak
hanya mengawasi produksi sistem komunikasi, tetapi
juga memproses produksi.
Untuk itu, pembicara harus
a. memantau apa yang dikatakan;
b. menentukan apakah itu sesuai dengan maksudnya;
c. merencanakan ujaran berikutnya;
d. memantau performan (penampilannya sendiri).
Teks Tertulis
Penulis mungkin tidak memerhatikan apa yang
sudah ditulisnya, tetapi ia dapat
a. berhenti di setiap kata mana pun tanpa takut
disela oleh lawan bicaranya;
b. mempunyai waktu untuk memilih kata tertentu
dan mencarinya dalam kamus;
c. memeriksa kemajuannya dengan catatan
yang dimilikinya;
d. mengubah urutan;
e. mengubah pikiran tentang apa yang
dikatakan.
Jika pembicara bertanggung jawab atas
ucapannya, penulis dapat merevisinya
dengan kata yang pantas dan santun.
3. Konteks Wacana
Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur seperti
situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Tiga
unsur yang terakhir, yaitu bentuk amanat, kode, dan
sarana perlu mendapat penjelasan. Bentuk amanat
dapat berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan,
pengumuman, dan sebagainya.
Kode ialah ragam bahasa yang dipakai, misalnya
bahasa Indonesia baku, bahasa Indonesia logat daerah,
atau bahasa daerah. Sarana ialah wahana komunikasi
yang dapat berwujud pembicaraan bersemuka atau
lewat telepon, surat, dan televisi.
wacana
mempertimbangkan
pembicara
antara
bahasa
dan
konteksnya
yang
Unsur-Unsur Wacana
Wacana memiliki dua unsur penting, yaitu unsur dalam (internal)
dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan
aspek formal bahasa dan unsur eksternal berkaitan dengan
sesuatu di luar wacana itu sendiri. Kedua unsur itu membentuk
satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan lengkap.
Lihat contoh berikut.
a. Unsur Eksternal
[Seorang pemuda membawa tas sekolah berdiri di pinggir
jalan menuju ke kampus].
b. Unsur Internal
[Sopir angkutan kota bertanya: Kampus, Mas?
2) Paragraf
Satuan terbesar di dalam sebuah wacana ialah
paragraf (alinea). Jika dilepaskan dari wacana,
sebuah paragraf sudah merupakan suatu kesatuan
informasi yang lengkap, utuh, dan selesai. Dengan
kata lain, sebuah paragraf sudah merupakan sebuah
karangan terbatas yang utuh. Paragraf itulah yang
kemudian dukung-mendukung menjadi sebuah
wacana.
Implikatur
berkaitan
dengan
konvensi
kebermaknaan yang terjadi di dalam proses
komunikasi. Konsep kebermaknaan itu diperlukan
untuk menerangkan perbedaan antara apa yang
diucapkan dan apa yang diimplikasikan. Jika di
dalam suatu pembicaraan, salah satu pesertanya
tidak paham, peserta bisa bertanya, "Apa
maksudnya atau Maaf, saya belum paham; atau
Maaf, saya belum mengerti.
g disampaikannya dengan mengatakan Got mampet, sebentar lagi musim hujan. Warga yang memahami implikatur (maksud ucapa
2) Referensi
Referensi atau pengacuan adalah hubungan antara kata
dan sesuatu (benda, binatang, orang dsb.) yang dirujuk
oleh pembicara atau penulis.
Di dalam suatu pembicaraan, yang menentukan rujukan
ialah pembicara (wacana lisan) dan penulis (wacana
tertulis) karena dialah yang tahu tentang apa saja yang
akan dituturkannya. Sesuatu (dunia) yang dirujuk itu bisa
direpresentasikan atau diwujudkan berbeda oleh orang
yang berbeda. Itulah sebabnya, di dalam setiap tuturan
mungkin sekali terjadi perbedaan tafsiran yang
memungkinkan terjadi beda pemahaman.
3) Pranggapan (Presupposition)
Di dalam wacana perlu diperhatikan hubungan antara
pembicara atau pendengar (penulis atau pembaca) ketika
mereka berada di dalam suatu peristiwa tutur atau interaksi
tertentu. Praanggapan atau presupposisi (presupposition)
merupakan pengetahuan bersama (common ground)
antara pembicara dan pendengar (penulis atau pembaca)
sehingga pengetahuan itu tidak perlu diutarakan. Konsep
praanggapan berawal dari perdebatan mengenai hakikat
apa yang dirujuk (yaitu sesuatu, benda, keadaan, dan
sebagainya) oleh kata, frasa, kalimat, atau ungkapan.
4) Simpulan (Inferensi)
Simpulan atau inferensi (inference) sering harus
dibuat sendiri oleh pendengar (pembaca) karena
ia belum tahu benar apa sebenarnya yang
dimaksudkan pembicara. Karena dibuat sendiri
oleh pendengar (pembaca), tidak jarang simpulan
itu ternyata salah atau tidak sama persis dengan
apa yang dimaksudkan pembicara atau penulis
wacana.
Wacana Utuh
Sebuah wacana yang utuh harus memiliki aspek yang
lengkap, padu, dan menyatu. Aspek itu, antara lain, kohesi,
koherensi, topik wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal,
aspek fonologis, dan aspek semantis. Keutuhan wacana
juga harus didukung oleh konteks terjadinya wacana.
Dapat dikatakan bahwa keutuhan wacana terjadi karena
adanya keterkaitan antara teks (bahasa) dan konteksnya.
Itulah aspek utama wacana.
a) Pengacuan Anaforis
Pengacuan anaforis (pengacuan bersifat anafora)
menunjukkan hubungan antara bagian yang satu dan
bagian yang lain di dalam teks. Hubungan itu mengacu
pada sesuatu (anteseden) yang telah disebutkan.
Pengacuan anaforis lazim disebut pengacuan ke kiri. Lihat
contoh berikut.
(14) Kemarin Suzanna membeli sebuah buku baru.
Sekarang buku itu sedang dibacanya.
b) Pengacuan Kataforis
Pengacuan kataforis (pengacuan bersifat katafora)
mengacu pada objek yang akan disebutkan atau yang
akan dituliskan. Karena sesuatu yang akan dituliskan
terletak di sebelah kanan dari apa yang akan dituliskan
(dalam ragam lisan: yang diacu itu belum diucapkan),
pengacuan kataforis lazim juga disebut pengacuan ke
kanan. Contohnya seperti berikut.
(15) Dengan caranya yang kejam dan tidak bersahabat,
sang majikan yang angkuh itu mulai menghina dan
mencari-cari kesalahan para pekerja.
b. Pengacuan Eksoforis
Pengacuan eksoforis (pengacuan bersifat eksoforis)
menunjuk ke sesuatu di luar teks. Lihat contoh berikut.
(20) a. Barang siapa yang mencuri dan/atau mengambil
hak orang lain tanpa izin harus dihukum.
b. Siapa pun yang korupsi harus dihukum.
Barang siapa dan siapa pun pada contoh di atas tidak
mengacu ke sesuatu yang ada di dalam teks (tidak ada
nomina apa pun yang diacunya di dalam teks itu), tetapi
menunjuk ke sesuatu di luar teks, yaitu orang mana pun
yang melakukan perbuatan seperti dinyatalan dalam
kalimat itu.
Referensi
1. Referensi endofora (tekstual):
a. Anafora: sudah dituliskan, sudah disebutkan
mengacu ke kiri
b. Katafora: belum dituliskan, belum disebutkan
mengacu ke kanan
2. Referensi eksofora: situasional/kontekstual
Substitusi
Substitusi (penggantian) dilakukan untuk memperoleh
unsur pembeda atau untuk menjelaskan struktur tertentu
(Kridalaksana, 1984:100). Substitusi merupakan hubungan
gramatikal, dan lebih bersifat hubungan kata dan makna.
Perhatikan contoh berikut.
(24) Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus
saya sampaikan kepada Bapak A dan Bapak B yang
telah rela menolong saya ketika dalam kesulitan.
Atas bantuan beliau berdua (Bapak berdua), saya
dapat menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.
Pelesapan (Elipsis)
Bagian kalimat yang sering dilesapkan ialah subjek atau
predikat (Fokker, 1980:88). Elipsis digunakan dengan
mengandaikan bahwa pembaca atau pendengar sudah
mengetahui sesuatu meskipun sesuatu itu tidak disebutkan
atau dituliskan secara eksplisit. Contoh:
(26) Ya, Allah, terima kasih Engkau telah memberiku
lebih dari apa yang aku minta. Engkau kuatkan dan
sabarkan aku ketika (aku) dalam kesulitan sehingga
aku dapat mengatasinya. Terima kasih, ya, Allah
atas ....
Unsur kosong atau unsur zero (nol, sifar) ialah unsur yang
dilesapkan agar tidak mengulangi apa yang telah
diungkapkan pada bagian terdahulu atau pada bagian lain.
(28) [A bertanya kepada B]:
A: (Kamu) Sudah makan? Kalau (kamu) sudah
makan, ayo (kamu) ikut berjalan-jalan, kita mau
keliling danau, (kita) lihat-lihat taman dan
tambak ikan.
B: Saya sudah makan dan (saya) sudah siap. Ayo,
(saya) ikut berjalan-jalan.
1 Sinonim
1. Sinonim
Bunyi guntur menggelegar memekakkan telinga. Angin bertiup
kencang dan petir sambar-menyambar. Begitulah suasana kota
Bogor jika turun hujan deras. Bahkan, suara guntur sering
menimbulkan rasa takut yang tiada terhingga karena dunia seperti
sudah akan kiamat.
Kata bunyi dan suara memiliki makna yang kurang lebih sama
(bersinonim) dan keduanya digunakan secara bergantian.
Tujuannya, antara lain, untuk menghindari agar teks tidak
membosankan pembaca.
S
2 Antonim
2. Antonim
Masih pukul empat pagi. Jakarta sudah menggeliat bangun.
Satu dua kendaraan sudah mulai melintas, tetapi kantor-kantor
masih tertidur lelap. Taksi yang kami tumpangi ikut melintas di
jalan yang masih sepi. Angin pagi yang sejuk dengan ramah
menyapa kami ketika melewati Taman Monas yang rimbun. Jika
siang sedikit lagi, keadaan di taman ini akan jauh berbeda, Bu,
kata sopir taksi.
3 Hiponim
3. Hiponim
Pasar burung di Jalan Pramuka, Jakarta, menjual berjenisjenis burung, seperti cucakrawa, kutilang, burung dara, srigunting,
kepodang, dan tak ketinggalan burung gereja.
Nama jenis burung, seperti cucakrawa, kutilang, burung
dara, srigunting, dan kepodang merupakan spesies (kata khusus)
dari genus burung (kata umum), yang termasuk dalam kelompok
unggas. Spesies (subordinat) merupakan hiponim dari genus,
yang menjadi superordinatnya. Hiponim digunakan untuk
menjelaskan bagian-bagian dari sesuatu (takson) yang lebih
tinggi.
4 Meronim
Mobil Pak Dosen itu sebuah Kijang tua buatan tahun1985.
Bunyi mesinnya tidak halus lagi. Bodinya di sana-sini sudah
dihiasi tambalan dempul. Catnya lusuh dan kusam. Bemper
belakangnya sudah pula diikat dengan kawat agar tidak lepas.
Jangan tanyakan soal bensinnya yang sangat boros. Bisa-bisa
hasilnya 1 berbanding 45. Artinya, untuk satu liter bensin hanya
cukup untuk menempuh jarak 45 rumah saja.
Perhatikan bahwa mesin, bodi, dan bemper merupakan
bagian-bagian dari sebuah mobil. Bagian-bagian itulah yang
disebut dengan meronim. Akan tetapi, cat dan bensin bukan
merupakan bagian-bagian dari mobil, melainkan sesuatu yang
lazim dimiliki oleh sebuah mobil.
Hubungan Pengulangan
f. Hubungan Sarana-Hasil
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagiannya menjawab
pertanyaan: "Mengapa itu dulu bisa dicapai?" (padahal, tujuan
sudah tercapai)
g. Hubungan alasan-sebab
Hubungan ini ditandai oleh salah satu bagiannya menjawab
pertanyaan, "Apa alasannya?" Konjungsi yang digunakan untuk
itu, misalnya karena.
h. Hubungan pertentangan, perlawanan
Pada hubungan pertentangan perlawanan, bagian kedua
merupakan perlawanan terhadap implikasi dari bagian pertama.
Konjungsi yang digunakan, misalnya Sebaliknya, Akan tetapi,
Namun, Padahal, Walaupun demikian, Walaupun begitu,
Meskipun begitu, Meskipun demikian, bagaimanapun, walaupun
demikian, sebaiknya, meskipun begitu, lain halnya .
Tekstur Wacana
Di dalam teks terdapat tekstur, yakni hubungan semantis di
antara setiap pesan yang ada di dalam teks. Tekstur hadir karena
adanya hubungan kohesif di antara kalimat pembangun teks.
Karena hubungan kohesif itulah, setiap unsur di dalam wacana
dapat diidentifikasi berdasarkan hubungannya dengan unsur lain.
Tekstur berkaitan dengan pengetahuan atau pemahaman
pendengar atau pembaca mengenai pertalian makna (semantic
coherence) (Halliday dan Hasan, 1976:2). Untuk memperjelas
konsep itu, mereka memberikan dua buah contoh berikut.
Klasifikasi Wacana
Nida (1969) mengelompokkan wacana atas dasar
hubungan antarunsur di dalam wacana itu sendiri.Ia
mengelompokkan wacana seperti berikut.
a. Wacana naratif. Wacana ini ditandai oleh banyaknya
peristiwa dan tindakan, serta adanya hubungan waktu
(tempo) di antara peristiwa itu.
b. Wacana deskriptif. Wacana ini ditandai oleh
banyaknya hubungan ruang (spatial), antara objek dan
objek serta oleh banyaknya abstraksi.
c. Wacana argumentatif. Wacana ini ditandai oleh
adanya hubungan sebab-akibat yang masuk akal (logis).
nya w acana ini dimulai oleh alinea pembuka, isi, dan diakhiri dengan alinea penutup.
pembaca. Wacana narasi sugestif menyajikan suatu peristiwa pada waktu tertentu sehingga memberikan makna tersirat atau tersurat, d
Yang
menonjol
pada
wacana
deskriptif
ialah
penggambaran objek seperti apa adanya, misalnya tentang
ciri, sifat, atau hakikatnya, sehingga pembaca bisa mengenali
objek yang dimaksudkan penulis. Jika penulis menggambarkan sesuatu dengan objektif (sesuai dengan
kenyataan), wacana yang dihasilkannya disebut wacana
deskriptif realistis. Akan tetapi, jika wacana yang
dihasilkannya menggambarkan sesuatu dengan subjektif dan
penulis turut menginterpretasikannya, wacana yang dihasilkannya disebut wacana deskriptif impresionistis atau
gambaran sesuai dengan subjektivitas penulis.
Wacana epistoleri ialah wacana dalam bentuk suratmenyurat. Pada umumnya wacana ini memiliki bentuk dan
sistem yang lazim digunakan atau sesuai dengan aturan.
Biasanya wacana ini terdiri atas paragraf pembuka, paragraf
isi, dan paragraf penutup.
Wacana prosedural menunjukkan prosedur atau menceritakan cara mengerjakan atau cara menghasilkan sesuatu.
Umumnya kalimat wacana prosedural berisi cara, syarat,
atau aturan yang harus dipenuhi agar sesuatu dilaksanakan
atau sesuatu bisa berhasil baik. Wacana prosedural bisa
berbicara tentang prosedur atau cara merawat, cara
membuat, cara menyimpan, cara menjaga, atau cara
menemukan sesuatu, misalnya tentang resep masakan, cara
merawat bayi, cara merawat tanaman, cara mengolah tanah,
atau memelihara kecantikan.
ANALISIS WACANA
Sampai dengan awal tahun 50-an, kajian tata bahasa
hanya terbatas pada kalimat. Pada tahun 1952, Zellig S.
Harris menyatakan rasa tidak puasnya terhadap kenyataan
tersebut.
Menurutnya, banyak persoalan yang tidak
tersentuh oleh gramatika. Ia lalu menulis dan memublikasikan artikelnya, Discourse Analysis, yang kemudian
dimuat oleh majalah Language Nomor 28:13 dan 474--494.
Dalam tulisan itu ia mengemukakan pentingnya mengkaji
bahasa secara komprehensif; tidak hanya terhenti pada
aspek internal-struktural. Aspek eksternal yang melingkupi
kalimat secara kontekstual justru penting dikaji demi
mendapatkan informasi yang jelas mengenai wacana itu.
JJika
Prinsip Analogi
Prinsip analogi adalah prinsip memahami wacana yang
menganjurkan kepada siapa pun yang ingin memahami
wacana (tulis ataupun lisan) agar memiliki bekal pengetahuan
umum (pengetahuan dunia) yang memadai atau pengetahuan
yang luas tentang dunia. Anjuran itu tidak berlebihan, tidak
mengada-ada karena wacana merupakan kristalisasi dan
penyederhanaan dari berbagai aspek kehidupan manusia.
Kristalisasi dan penyederhanaan itu disusun rapi, menyatu,
komprehensif, utuh, dan lengkap. Itulah sebabnya untuk
memahami dan menginpretasi wacana dengan benar, sangat
dibutuhkan bekal pengetahuan yang luas tentang dunianya
wacana tersebut.
Metode deskriptif digunakan untuk memerikan, menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek
penelitian. Metode ini menjelaskan data atau objek secara
alami, objektif, dan apa adanya (lihat Arikunto, 1993:310).
Metode deskriptif yang digunakan untuk meneliti wacana pada
umumnya dimulai dengan mengklasifikasi objek penelitian.
Kemudian, hasil klasifikasi itu dianalisis secara deskriptif.
Metode Distribusional
Metode distribusional digunakan untuk menganalisis
struktur internal wacana. Analisis ini sering mengabaikan
unsur ekstemal wacana (konteks wacana) karena yang
penting ialah bagaimana memahami struktur wacana sebagai
satuan lingual yang tidak berkaitan dengan konteks
situasional.
Metode distribusional berawal dari anggapan bahwa
seperangkat aspek gramatikal dibangun oleh satuan lingual.
Aspek gramatikal itu perlu diurai proses pembentukan dan
perubahannya, apa akibatnya apabila susunan dan struktur
gramatikal mengalami mobilisasi dan perubahan. Analisis
distribusional cocok untuk mendeskripsikan wacana sintaktis
bebas konteks.
Metode Pragmalinguistik
Metode pragmalinguistik atau metode pragmatik
merupakan gabungan metode analisis pragmatik dan
linguistik (struktural). Metode ini melihat wacana sebagai
satuan lingual (sebagai struktur bahasa), tetapi lebih
mementingkan aspek pemakaian bahasa secara langsung
(pragmatik).
Metode ini mengkaji bagaimana para partisipan dapat
bertutur dan dapat memahami isi tuturan sesuai dengan
konteks situasi yang tepat. Jadi, pragmatik menelaah makna
eksternal bahasa.
Tindak Ujar
TTindak
Teknik Permutasi
Teknik permutasi (pembalikan) digunakan untuk
menguji kesejajaran atau kelancaran makna dalam
rangkaian kalimat dan menguji ketegaran letak suatu
unsur dalam susunan beruntun. Teknik pembalikan
dilakukan dengan memindahkan wujud satuan lingual
sebagai satu kesatuan. Perhatikan kalimat pengumuman
berikut.
Kepada para penumpang harap membayar dengan
uang pas.
Pengumuman itu biasanya terdapat di loket-loket
penjualan karcis bus, tiket kereta api, atau pesawat
terbang. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh pemberi
pengumuman? Ternyata yang diinginkannya ialah semua
pembeli hendaklah membayar dengan uang pas agar
layanan menjadi cepat, lancar, tanpa harus sibuk
memberikan uang kembalian. Lalu, apakah keinginan itu
terlihat pada kalimat itu?
(31) (a) .... (b) Dia juga memang termasuk gadis yang
berpakaian kurang seronok, ditambah lagi kukunya yang
sengaja dipanjangkan dan dicat dengan warna merah
menyala. (c) Rambutnya panjang dan keriting kecil-kecil. (d)
Tetapi, dia memang benar-benar cantik. (e) Kulitnya kuning
langsat dan bersih, tangan dan betisnya pun berisi. (f)
Walaupun bibirnya bersemu merah oleh lipstik, wajahnya
tetap sangat menawan.