I.
TUJUAN
Untuk mengetahui kadar besi (Fe) dalam sampel.
II.
METODE
II.
PRINSIP KERJA
Ion besi (III) dalam suasana asam dan panas, direduksi oleh hidroksilamin hidroksida menjadi
besi (II). Ferro dengan 1,10-fenatrolin pada pH 3,2-3,3 membentuk senyawa Ferro fenantrolin
khelat yang berwarna orange yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm.
IV.
DASAR TEORI
Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang
lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan
yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif.
Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan
dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu
spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada
dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan
ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung
gugus-gugus pengabsorpsi.
Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan
berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan
senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat
dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.
Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya
kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada
keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A)
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan
kadar besi dalam air minum.
Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi
cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton dan
asetaldehid. Pada spektroskopi ini energi cahaya terserap digunakan untuk transisi
elektron.Karena energi cahaya UV lebih besar dari energi cahaya tampak maka energi UV dapat
menyebabkan transisi elektron dan .
( Kimia Analitik Instrumen,1994: 4-5)
Penentuankadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara
besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada
panjang gelombang tertentu.
Kadar besi dalam suatu sampel yang diproduksi cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik
spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Pada persiapan larutan,
sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti hidroksilamina
HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga pada 6-7 dengan cara
menambahkkan ammonia dan natrium asetat.
(Hendayana, S, dkk,2001 : 22)
Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan dengan
membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap terhadap larutan standar
yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara standar adisi , pada cara yang pertama
dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya
dengan menggunakan cara kalibrasi. Cara yang kedua dilakukan dengan menambahjkan
sejumlah larutan contoh yang sama kedalam larutan standar .
IV.
A. Alat :
1. Labu ukur 25 mL (5 buah),50 mL (3 buah)
2. Pipet ukur 1 mL (3 buah), 5 mL (1 buah)
3. Gelas beaker 100 mL (5 buah)
4. Pipet volume 25 mL (5 buah)
5. Serbet
6. Batu didih
7. Pemanas listrik
8. Kuvet
9. Botol semprot
B. Bahan :
1. Hidroksilamin HCl 10 %
2. Fenantrolin 0,1 %
3. HCl pekat
4. Buffer Ammonium Asetat
5. Larutan standar besi 100 ppm
6. Sampel air
IV.
CARA KERJA
3. Dipanaskan diatas pemanas listrik, sampai semua besi larut, volume larutan menjadi 10
mL. Volume larutan 100 mL (jika sempel mengandung unsure-unsur penggangu, maka
dilakukan pemanasan sampai kering. Kemudian di larutkan kembali dengan 2 mL HCl
pekat dan 5 mL air suling).
4. Didinginkan kedalam labu ukur 25 mL sampai suhu kamar.
5. Ditambahkan 5 mL larutan buffer ammonium asetat dan 1 mL fenantrolin.
6. Diencerkan sampai tanda tera,aduk hingga homogen. Didiamkan 10-15 menit.
7. Dibacaabsorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
8. Dihitungkadar (mgl) Fe dalam sampel tersebut.
IV.
HASIL ANALISIS
A. Data pengamatan
Panjang gelombang 510 nm
Larutan
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Konsentrasi
1 ppm
2 ppm
3 ppm
B. Perhitungan
Abs = a+bc
Absorbansi
0,098
0,180
0,183
IV.
PEMBAHASAN
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar besi (Fe)dalam sampel. Sebelum dilakukan
pengujian kadar besi, terlebih dahulu mengencerkan larutan induk Fe 100 ppm menjadi 10 ppm.
Dan pembuatan deret standar 1 ppm,2 ppm, 3ppm. Untuk pengenceran larutan induk yaitu
dengan memipet 25 mL larutan induk dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas,
digojog hingga homogen.Setelah digojog larutan disimpan agar terlindung dari cahaya karena
larutan standar Fe ini mudah rusak apabila terpapar oleh cahaya terlalu lama.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi
elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan
panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya
dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi
seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi
perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan
tereksitasi singlet.
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan
metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Pada percobaan ini kita menentukan kadar besi (II) dalam suatu larutan sampel dengan
panjang gelombang 510 nm. Seperti yang dijelaskan di atas, karena kita menggunakan
instrumen, maka kita akan menghitung konsentrasi dengan berdasarkan interaksi antara energi
dan materi. Energi dalam hal ini adalah energi dari sinar UV visible yang kemudian dilewatkan
pada suatu larutan sampel yang dicurigai mengandung besi (II) dengan konsentrasi tertentu.
Dalam usaha untuk menentukan konsentrasi Fe dalam larutan sampel, tidak serta merta
sampel air langsung dianalisis pada spektrofotometer. Akan tetapi harus melalui tahap-tahap
preparasi sampel. Tapi sebelumnya dalam metode analisis ini digunakan suatu larutan standar.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti dan mempunyai
komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan yang dianalisis(larutan sampel). Pada proses
preparasi sampel sama persis yang dilakukan pada pembuatan larutan standar, yang pertama
dilakukan yaitu natrium asetat dan hidroksilamin hidroklorida 10 % di tambahkan ke dalam
larutan sampel dengan maksud untuk menjaga agar besi (II) tidak teroksidasi menjadi besi (III)
atau tetap bifalen.
Perlu diingat bahwa UV-Vis hanya dapat diserap oleh larutan berwarna. Pada sampel yang
digunakan ternyata larutannya belum berwarna agar dapat menyerap sinar UV-Vis. Dalam usaha
itu, maka digunakanlah orto-phenantrolin sebagai ligan pengompleks, sehingga terbentuk
senyawa besi-phenantrolin yang berwarna merah. Karena larutan yang akan dianalisis sudah
berwarna, maka dilakukanlah pengukuran besi (II) dengan panjang gelombang 510 nm.
Dalam pengukuran absorbansi larutan sampel, mungkin saja titik absorbansi yang kita
dapatkan bukanlah murni absorbansi dari besi akan tetapi absorbansi phenantrolin juga reagenreagen yang lain yang ditambahkan pada larutan sampel. Oleh sebab itu, maka dibuatlah larutan
blanko dengan cara yang sama tetapi tidak menggunakan larutan besi (II). Hal ini dilakukan
untuk menolkan atau agar alat tidak membaca lagi absorbansi dari reagen itu pada saat dilakukan
pengukuran terhadap sampel.
IV.
KESIMPULAN
http://bumikimia.blogspot.com/2014/06/laporan-penetapan-kadar-besi-fesecara.html
itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang
ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi
serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang
mengandung gugus-gugus pengabsorpsi.
Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan
berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan
senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat
dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.
Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya
kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada
keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A)
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan
kadar besi dalam air minum.
Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi
cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton dan
asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan untuk transisi electron.
Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya tampak maka energy UV dapat
menyebabkan transisi electron dan .
( Kimia Analitik Instrumen,1994: 4-5)
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara
besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada
panjang gelombang tertentu.
Kadar besi dalam suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan
teknik spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar penentu
kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan
relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu.
Pada persiapan larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi
seperti hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga
pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat.
(Hendayana, S, dkk,2001 : 22)
Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten dan gas iodine. Pengukurannya
pada daerah visible 380-900nm.
Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spectra UV-VIS pada
365 nm.
2. Monokromator
Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang
gelombang. Monokromator untuk UV-VIS dan IR serupa, yaitu mempunyai celah, lensa, cermin
dan prisma atau grating.
Gelas
Umum digunakan (pada 340-1000 nm) Biasanya memiliki panjang 1 cm (atau 0,1, 0,2 , 0,5 , 2
atau 4 cm)
(b)
Kwarsa
Matched cells
(e)
(f)
Micro cells.
2. detektor
Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan
mengubahnya menjadi besaran terukur. Berikut jenis-jenis detektor dalam sperktrofotometer UVVIS.
(a) Barrier layer cell (photo cell atau photo voltaic cell)
(b) Photo tube, lebih sensitif daripada photo cell, memerlukan power suplai yang stabil dan
amplifier
(c) Photo multipliers, Sangat sensitif, respons cepat digunakan pada instrumen double beam
penguatan internal
5. Recorder
Radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi arus listrik oleh recorder dan
terbaca dalam bentuk transmitansi.
6. Read out
(a) Null balance, menggunakan prinsip null balance potentiometer, tidak nyaman, banyak diganti
dengan pembacaan langsung dan pembacaan digital
(b) Direct readers, %T, A atau C dibaca langsung dari skala
(c) Pembacaan digital, mengubah sinyal analog ke digital dan menampilkan peraga angka Light
emitting diode (LED) sebagai A, %T atau C. Dengan pembacaan meter seperti gambar, akan
lebih mudah dibaca skala transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T.
(sumber:http://tjahkimiaunnes.blogspot.com/2010/03/instrumentasi-pada-spektrofotometeruv.html
Sumber radiasi untuk spektroskopi UV-Vis adalah lampu tungsten. Cahaya yang
dipancarkan sumber radiasi adalah cahaya polikromatik. Cahaya polikromatik UV akan melewati
monokromator yaitu suatu alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi
dengan satu panjang gelombang (monokromator). Monokromator radiasi UV, sinar tampak dan
infra merah adalah serupa yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan perisai atau grating.
Wadah sampel umumnya disebut sel/kuvet. Kuvet yang terbuat dari kuarsa baik untuk
spektrosokopi UV dan juga untuk spektroskopi sinar tampak. Kuvet plastik dapat digunakan
untuk spektroskopi sinar tampak.
Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang berguna untuk
mendeteksi cahaya yang melewati sampel tersebut. Cahaya yang melewati detektor diubah enjadi
arus listrik yang dapat dibaca melalui recorder dalam bentuk transmitansi absorbansi atau
konsentrasi.
(Hendayana, S, dkk,2001 : 67)
Reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ adalah :
2 Fe3+ + 4NH2OH + 2OH-
2Fe2+ + N2 + 4H2O
sifat kimia, yaitu : zat pengabsorbsi tidak terdisosiasi, berasosiasi/ bereaksi dengan pelarut,
sehingga menghasilkan suatu produk pengabsorbsi spectra yang berbeda dari zat yang dianalisis.
100 mL
25 mL
100 mL
250 mL
1 set
1 buah
5 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
0,03 gram
2,5 gram
0,1 gram
5 gram
Secukupnya
H2SO4
mL
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Fe(II) 100 ppm
Untuk membuat larutan baku diawali dengan menimbang garam Fe(NH4OH)2SO4 sebanyak
0,03 gram, kemudian dilarutkan dalam labu takar 100mL dengan menggunakan corong pendek
dan batang pengaduk. Lalu ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat 2M untuk menghindari
terjadinya proses hidrolisis. Selanjutnya ditambahkan aquades hingga tanda batas.
4.
Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis y = 0.207x. Persamaan garis tersebut
digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sample air sumur. Secara analisis kualitatif dan
data yang diperoleh, data absorbansi sample air sample dibanding dengan larutan deret standar.
Jika ada salah satu deret larutan standar mempunyai nilai absorbansi yang sama dengan nilai
absorbansi sample air sumur, maka kemungkinan konsentrasi sample tersebut mengandung
kadar besi yang sama dengan konsentrasi salah satu larutan deret standard tersebut.
Untuk memastikan hasil analisis kualitatif tersebut, maka dilakukan analisis kuantitatif,
dengan menggunakan persamaan garis y = 0.207x. Melalui perhitungan, diperoleh hasil bahwa
konsentrasi besi dalam sample air sumur yang dianalisis adalah 0,57488 ppm.
D. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sampel air
sumur yang dianalisa memiliki konsentrasi sebesar 0,57488 ppm.
Daftar pustaka
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang:Semarang Press.
Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bamdung:Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Tim kimia analitik instrumen. (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung : Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Wiryawan, A, dkk. (2008). Kimia Analitik SMK E-Book. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Lampiran
1. Perhitungan
a. Pembuatan larutan baku Fe(II) 100 mL air dari garam Fe (NH4OH)2SO4
Diketahui:
Mm Fe = 56 g/mol
Mm (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O = 392 g/mol
Konsentrasi = 100 ppm
V = 100 mL = 0,1 L
Ditanya:
Massa (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O?
Jawab:
mg Fe = 10 mg = 0,01 g
maka garam yg ditimbang adalah:
d.
e.
Y = 0,207x
0,119 = 0,207x
x = 0,57488
Data pengamatan
400
A
0.125
510
410
420
430
440
450
460
470
480
490
500
0.163
0.213
0.251
0.271
0.304
0.325
0.357
0.392
0.411
0.42
520
530
540
550
560
570
580
590
600
absorbansi
1,00857
0,090
1,51286
0,187
2,01714
0,453
2,52143
0,565
3,02571
0,679
A
0.445
0.45
3
0.432
0.372
0.27
0.173
0.107
0.068
0.05
0.039
http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/penentuan-kadar-besi-fe-dalam-sampel.html