PENDAHULUAN
Page
3.
GESNER
tahun
1565
menulis
tentang
LEEWENHOEK
(tahun
1660)
sistematika paleontology.
4.
VAN
7.
8.
tentang
sejarah
perkembangan
foraminifera
dilakukan
oleh
CARPENTER (1862) dan LISTER (1894). Selain itu mereka juga menemukan
bentuk-bentuk mikrosfir dan megalosfir dari cangkang-cangkang foraminifera.
9.
CHUSHMAN (1927) pertama kali menulis
tentang fosil-fosil foraminifera dan menitikberatkan penelitianya pada study
determinasi foraminifera, serta menyusun
foraminifera.
10.
Page
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Page
Class
Ordo
Family
Genus
Species
Varietas
Page
Kingdom Protista
Kingdom protista menurut HAECKEL (1866) binatang primitif bersel satu
termasuk Kingdom Protista yang dapat di bagi lagi menjadi 12 Phylum di
antaranya adalah Phylum Portozoa.
Phylum Protozoa
Class : 1. Flagellate/mastigophora
2. Sarcodina/rhizopoda
3. Sporozoa
4. Ciliate (infusoria)
Class sarcodina terbagi menjadi 7 ordo, yaitu :
Ordo : 1. Foramimifera mempunyai bagian yang keras
2. Proteomixa
3. Mycetozoa
4. Amoebina
5. Testaccea
6. Heliozoa
7. Radiolaria
Page
Page
Page
Umumnya batuan sedimen yang belum begitu kompak, apabila mengalami prosesproses tersebut akan terurai.
Proses penguraian secara kimia
Bahan-bahan larutan kimia yang biasa digunakan dalam penguraian
batuan sedimen antara lain : asam asetat, asam nitrat dan hydrogen piroksida.
Penggunaan larutan kimia sangat tergantung dari macam butir pembentuk batuan
dan jenis semen. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penguraian batuan tersebut
perlu diteliti jenis butirannya, masa dasar dan semen. Hal ini dikerjakan dengan
seksama agar fosil mikro yang terkandung didalamnya tidak rusak atau ikut larut
bersama zat pelarut yang digunakan.
Contoh :
Page
Page
tempat yang aman. Setelah selesai pemisahan fosil, penelitian terhadap masingmasing fosil dilakukan
a.
b.
c.
d.
e.
sebagai berikut:
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel, antara lain :
Palu geologi
Kompas geologi
Plastik/tempat sampel
Buku catatan lapangan
Alat tulis
HCl 0,1 N
Peta lokasi pengambilan sampel
Page
Wadah sampel
Larutan H2O2
Mesin pengayak
Ayakan menurut skala Mesh
Tempat sampel yang telah dibersihkan
Alat pengering / oven
BAB II
FOSIL MIKRO
Page
II.1. FORAMINIFERA
Dari kata foramen yang berarti lubang kecil. Sangat jelas bila mengamati
rumahnya / test / shell / cangkang penuh lubang yang kecil dan halus.
Golongan ini merupakan binatang ber sel satu yang sederhana, didapatkan protoplasma
dan didapatkan satu atau lebih inti (nucleous/oli)
Aperture
Nucleo
us/inti
Pseudopodia
Dinding/Wall
Bulu getar
Protoplasma
A. Perkembangbiakan
Pada golongan ini didapatkan dua cara perkembangbiakan yaitu secara sexual
dan a sexsual, keduanya merupakan satu siklus perkembangan
A-sexual Megalosfeer Protoconch besar, test kecil
Sexual
Page
B. MACAM-MACAM FORMINIFERA
Foraminifera dibedakan atas foram kecil dan foram besar. Foram kecil berdasarkan
cara hidupnya dapat dibedakan menjadi foram planktonik dan benthonik.
a.
b.
Page
II.2. RADIOLARIA
Radiolaria merupakan salah satu kelompok yang sangat menarik untuk dipelajari
dari phylum protozoa. Kehidupan radiolaria berada pada daerah pelagic atau laut dalam
dan hidup dalam endoskeleton yang komplek. Tubuh radiolaria terbentuk dari silica
dengan bentuk yang sering dijumpai berupa bentuk simetrimembulat dan sangat indah.
Penggambaran dari radiolarian yang terkenal telah dibuat oleh Ernst Haeckel
(berkebangsaan Jerman) dan dipublikasikan dalam buku Die Radiolarien (Berlia, 1862)
serta koleksi-koleksi dari fosil ini oleh Ernst Haeckel dibuat dalam Report on the
Rasiolaria pada tahun 1873-1876.
Page
Radiolaria juga merupakan salah satu dari jenis planktonik dan pertama kali
muncul sejak jaman pra-kambrian serta merupakan salah satu jenis organisme yang
pertama kali muncul. Radiolaria termasuk dari organism jenis unuseluler dan memiliki
cangkang dengan komposisi dari silica. Radiolari hidup pada lingkungan marine atau
laut dan hidup dengan baik secara individual maupun secara koloni.
Secara formal, radiolari termasuk dari phylum protozoa, subphylum sarcodina,
klas actinopoda, subklas radiolarian. Radiolarian terdiri dari dua ordo besar, yaitu
Phaedaria dan Polycystina. Phaedaria merupakan jenis radiolaria yang memiliki
cangkang dari silica yang bercampur dengan dengan material organic, artinya tidak
murni berkomposisi silica, sedangkan Polycystina merupakan jenis radiolaria yang
memiliki cangkang dari silica murni (Umumnua opal).
Jenis Polycystina
karena
komposisi cangkangnya yang berupa silica murni. Polycystina terbagi 2 suborde, yaitu
Spumellaria dan Nassellaria.
Euchitonia furcata
Auxoprunum stauraxonium
Page
Pterocanium praetaxum
Cenosphaera cristata
Lamprocyclus maritalus
Porodiscus sp.
Dictyocoryne truncatum
Pterocanium sp.
Actinomma sp.
Botrystrobus aquilonarius
Actinomma arcadophorum
Pylospira octapyle
Page
Dictyocoryne spp
Anthrocyrtidinium oriphense
Stylosphaera sp
Stylosphaera sp.
Stylochlamydium asteriscus
Lamprocyclas maritalis
Stylochlamydium asteriscus
Lamprocyclas maritalis
Cyrtocapsella cornuta
Page
Stichocorys delemontensis
Paronaella grapevinensis
Lychnocanoma elongata
Distylocapsa veneta
Archaeospongoprunum cortinaensis
Halesium triacanthum
Triactoma hexeris
Vitorfus minimus
Acanthoicircus tympanum
Thanarla venta
Page
Patellula cognata
Alievium superbum
Alievium superbum
Ultranapora cretacea
Pseudodictyomitra
pseudomarcrocephala
Crucella cachensis
Sciadiocapsa radiata
Archaeodictyomitra sp.
Dictyomitra montisserei
Hsuum maxwelli
Page
Zamoidellum ovum
Unuma echinatus
Tricolocapsa plicarum
Protunuma fusiformis
Parvicingula
Page
BAB III
PENGENALAN CANGKANG FORAMINIFERA
24) Kipas
25) Biconvex trochospiral
26) Umbilicus biconvex trochospiral
27) Envolute planispiral
D
B
A
B
Keterangan :
A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture
E : Umbilicus
Melengkung lemah
Lurus.
Duri-duri
yang
menonjol
[ada
bagian
tepi
dari
kamr-kamrnya.contoh
Berdasarkan jumlah kamar yang didapatkan, yang mempunyai kamar satu buah disebut:
UNILOCULAR / MONOTHALAMUS, biasanya mempunyai bentuk test/cangkan yang
sederhana.
Sedangkan
yang
mempunyai
kamar
lebih
dari
satu
disebut:
Bentuk cangkang monothalamus ( Schrock & Twenhofel, 1953 dan Jones, 1956).
TEST POLYTHALAMUS
UNIFORMED : dalam satu bentuk test didapatkan hanya satu macam susunan kamar
BIFORMED : dalam satu bentuk test didapatkan dua macam susunan kamar
TRIFORMED : dalam satu bentuk test didapatkan tiga macam susunan kamar
MULTIFORMED : dalam satu bentuk test didapatkan lebih dari tiga macam susunan
kamar
TEST UNIFORMED
Uniserial : dalam satu macam susunan kamar terdiri satu baris
1.LINIER : curvilinier, rectilinier, rectilinier with neck
b. Rotaloid : susunan kamar dengan kenampakan berbeda pada bagian dorsal nampak
evolut, sedangkan pada bagian ventral nampak involut, disebut juga sebagai
Trochospiral
Biserial : dalam satu macam susunan kamar terdiri atas dua baris kamar
Triserial : dalam satu macam susunan kamar terdiri atas tiga baris kamar
Aranaceaus/aglutine
Seperti gamping (putih)
Terdiri dari butiranmineral (microgranular)
Chitinous/khitin :
Cirinya : - berwarna coklat muda sampai
kekuningan,transparan/tembus cahaya
plamtonik
Porselanaceous : berwarna putih, kadang merah muda, terbentuk dalam tubuh fosil
BAB IV
FORAMINIFERA PLANKTONIK
I.
TEST TROCHOSPIRAL
a. Aperture utama pada umbilicus, didapatkan tegilla
B.GENUS KENOZOIIKUM
II.TEST TROCHOSPIRAL
A.APERTURE UMBILICAL
1.Tanpa BULLA
a.Aperture dengan atau tanpa lip : Globigerina
b.Aperture tertutup oleh flap atau umbilical tooth : Globoquadrina
c.Aperture utama dengan / tanpa lip, aperture tambahan pada suture : Globigerinoides
d.Aperture sekundair pada suture : Condeina
2.Dengan BULLA
a.Aperture utama tertutup oleh bulla dengan satu atau lebih infralaminal aperture :
Catabsydrax
b.Aperture utama tertutup oleh tegilla dengan sejumlah infralaminal : Globigerinita
c.Aperture utama tertutup oleh bulla, didapatkan aperture biasanya tertutup oleh sutural
bulla : Globigerinoita
B.Aperture extra umbilical umbilical
Tanpa bulla
a.Tanpa aperture sekunder pada suture
1.Kamar ovate angular rhomboid / angular conical dengan tanpa keel : Globorotalia
2.Kamar radial elongate, clavete / cylindrical, tanpa keel : Hastigerinella
b.Dengan aperture sekunder sutural pada spiral side : Truncorotoloides
PENAMAAN GENUS SPECIES
Untuk tingkatan genus, hanya di beri nama satu auku kata dan di tulis dengan huruf
tegak,di awali dengan huruf besar.
Contoh : Globorotalia
Untuk tingkat species,nama genus di tambah satu suku kata (2 suku kata) dan di tulis
dengan huruf miring atau di garis bawahi untuk duku kata ke dua di tulis dengan huruf
kecil
Contoh: Globorotalia tumida
BAB V
FORAMINIFERA BENTONIK
LETAK APERTURE
1,Terminal : aperture terletak pada kamar terakhir, terutama dijumpai pada test tidak
terputar (uncoiled) yaitu, Uniserial, Biserial dan Triserial
2.Apertual face : pada permukaan septa kamar akhir, bisa terletak pada baian atas,
tengah, bawah dan tersebar merata
4.Umbilicus extra umbilicus : terletak pada umbilicus dan melebar sampai bagian tepi.
Misal pada Globorotalia
7. Interiomarginal (Equatorial) : terletak pada bagian dasar kamar akhir, terutama pada
susunan kamar terputar
BENTUK APERTURE
1.Bulat
Contoh pada Lagena, Frondicularia, Palmula, Astrorhizidae
2. Radiate : lubang buat kemudian didapatkan ridges yang radier. Misal pada
Nodosaridae, Polymorphiridae, Robulus
3. Phyaline : lubang terletak pada jun leher/neck. Misal pada Uvigerina, Lagenidae,
Astrorhizidae, Siphonina
7.Ectosolenian : aperture terletak dalam leher (auter neck). Misal pada Polymorphinidae,
Lagenidae
BAB VI
APLIKASI FORAMINIFERA
Oligosen
upper
Foraminifera
plantonik
1. Orbulina universa
2. Globigerinoides rubery
3. Gs. Sacculifer
4. Gt. Rubery
5. Gt. Pseudabuloides
6. Urbulina universa
7. Gt. Tosaensis
8. Gt. Buloides
9. Gt. Mayeri
10. Gs. Duminitus
11. Gobolotalia
12. Globigerina
cipenencis
13. Gs. Sacculifer
14. Gs. Saculifer
15. Gs. Rubery
16. Gt. Buloides
17. Gs. Saculifer
Miosen
N1
lower
middle
upper
--N14
---N24
Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan lingkungan purba. Foraminifera
yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara umum adalah :
Pada kedalaman 0 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak
dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella,
Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya
dibuat dari pasiran.
Pada kedalaman 15 90 m (3-16 C), dijumpai genus Cilicides,
Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan
Triloculina.
Pada kedalaman 90 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,
Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan
Textularia.
Pada kedalaman 300 1000 m (5-8 C), dijumpai Listellera, Bulimina,
Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina
Lingkungan pengendapan
Foraminifera bentonik
Litoral
Neritik
Batial
Tepi I
Tepi II
Tepi III
5-20 m
20-100 m
100-200 m
0-5 m
200-2000m
Kedalaman (m)
0 10
0 70
10 20
0 70
20 30
60 -120
30 40
120 - 600
40 50
120 - 600
50 60
550 - 700
60 - 70
650 - 825
19
19+1
== 0,95
Berdasarkan Cimsdde dan Mark Heaven (1955) dalam memakai rumus
perhitungan ratio. Menghasilkan hasil mencapai 0,95, maka dari itu dapat mengambil
kesimpulan bahwa linkungan pengendapannya adalah 0 70 meter yang menunjukan
pada Zona Neritik Tipe II.
BAB VII
PENUTUP
VIII.1 KESIMPULAN
A. PENGERTIAN
Mikropaleontologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang memiliki
peranan penting bagi seorang geologisist sehingga sangatlah penting untuk mengikuti
praktikum mikropaleontologi karena dengan praktikum mikropaleontologi praktikan
bisa mengetahui umur relatif suatu batuan, lingkungan pengendapan dan iklim purba.
setelah
selesainya
praktikum
ini
praktikan
mampu
melakuka
pekerjaan
4. Kalo bisa format laporannya diberikan lebih awal kepada praktikan agar praktikan
dapat menyiapkan laporan sedini mungkin.
5. Terima kasih atas segala bimbingannya dari awal sampai akhir selama pratikum ini.
DAFTAR PUSTAKA.
www.hhtp. Fosilforaminifera.com
Kholik Abdul,2005,foraminifera bentonik dari berbagai bahan dunia,PPPT
MIGAS LEMIGAS,Jakarta
batuan karbonat, dan terhadap batuan metamof, akan menentukan runtuhan vulkanisme
yang berkembang didaerah ini.
Geologi pegunungan selatan telah dipelajari oleh Raharjo, dkk (1977) serta
Surono, dkk (1992). Batuan tertua di pegunungan selatan berupa batuan malihan
berumur pra tersier, yang tersingkap di perbukitan Jiwo, kec. Bayat, kab.
Klaten,Provinsi Jawa Tengah. Di pegunungan selatan bagian barat, di atas batuan
malihan secara berturut-turut diendapkan formasi gamping-wungkal, kebo-butak,
semilir, nglanggran, sambipitu, oyo, wonosari, kepek, dan endapan alluvium. Seluruh
batuan tersier dan pratersier tersebut di tutupi secara tidak selaras oleh endapan alluvium
yang utamanya berasal dari gunung api merapi. Sesar utama di daerah ini adalah sesar
opak, sesar ngalang, dan sesar oyo yang berarah Barat daya - Timur laut.
Secara umum batuan penyusun pegunungan selatan Yogyakarta-Jawa Tengah
terdiri atas bataun gunung api, batuan metamorf, batuan sedimen sisiklastik dan batuan
karbonat, berumur pra-tersier. Penyebaran batuan gunung api sendiri di pegunungan
selatan YogyakartaJawa Tengah mencapai 50% dari total keseluruhan batuan yang
tersingkap di wilayah ini. Di dalamnya terdiri atas breksi gunung api, breksi pumice, tuff
pumice, serta batuan beku lava dan intrusi.
Secara Litologi, indikasi adanya gunugn api di sepanjang pegunungan selatan
Yogyakarta-Jawa Tengah antara lain adanya singkapan lava basalt berstruktur bantal,
lava dan intrusi andesit yang berasosiasi dengan breksi autoklastik, aglomerat, breksi
koignimbrit, yang berasosiasi dengan breksi pumice dan tuff pumice, dan beberapa
endapan epiklastik lainnya.
Slope : 150-200
Litologi : Batuan Beku Intermediate (Intrusi)
Struktur : Speroidal Weathering
Deskripsi Litologi
Warna segar : Putih abu-abu
Warna Lapuk :
Coklat Kemerahan
Struktur :
Massif
Tekstur :
Komposisi :
Bentuk : Subhedral
Relasi : Inequigranular: Porfiriafanitik
Petrogesa :
Nama Batuan :
Intrusi Diorit
LP II.
Lokasi :
Cuaca :
Cerah
Waktu :
10:00
Vegetasi
Lebat
Morfologi:
Perbukitan
Slope :
100-150
Litologi :
Warna segar :
Putih keabu-abuan
Warna Lapuk :
Coklat kemerahan
Struktur :
Fosiliferos
Tekstur :
Amorf
Komposisi :
CaCO3
Petrogenesa :
insitu.
Nama batuan :
Batugamping Numulites
LP III.
Lokasi :
Cuaca :
Mendung
Waktu :
10:30
Vegetasi :
Lebat
Morfologi :
Perbukitan
Litologi :
Batuan Metamorf
Deskripsi Litologi
Jenis batuan : Metamorf
Warna segar : Putih kemerahan
Warna lapuk: Abu-abu kehitaman
Struktur :
Non Foliasi
Tekstur :
Granuloblastik
Komposisi :
CaCO3, MgCO3
Foliasi (Skistosa)
Tekstur :
Lepidoblastik
Komposisi :
LP IV
Lokasi :
Watu adek
Waktu :
1:00
Cuaca :
Mendung
Morfologi :
Perbukitan
Slope :
250
Vegatasi :
Lebat
Berlapis
Tekstur :
Buruk
Kebundaran : Menyudut
Komposisi :
Kemas :
Terbuka
Fragmen :
Pumice
Matriks :
Pasir kasar
Semen :
Silika
Petrogenesa : Material pyroklstik yang terendap dari material vulkanik sebagai erupsi
dalam periode pengendapan yang berbeda sehingga berlapis.
Nama Batuan; Breksi pumice.
Warna segar : Abu-abu kecoklatan
Warna lapuk : Kuning
Struktur :
Masif
Tekstur :
Baik
Kemas :
Tertutup
Kebundaran : Membulat
Komposisi :
Fragmen :
Matriks :
Abu vulkanik
Semen :
Silika