sebagai tanah sawah, secara alamiah tanah telah mengalami proses pembentukan
tanah sesuai dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya, sehingga terbentuklah jenisjenis tanah tertentu yang masing-masing mempunyai sifat morfologi tersendiri. Pada
waktu tanah mulai disawahkan dengan cara penggenangan air baik waktu pengolahan
tanah maupun selama pertumbuhan padi, melalui perataan, pembuatan teras,
pembuatan pematang, pelumpuran dan lain-lain maka proses pembentukan tanah
alami yang sedang berjalan tersebut terhenti. Semenjak itu terjadilah proses
pembentukan tanah baru, dimana air genangan di permukaan tanah dan metode
pengelolaan tanah yang diterapkan, memegang peranan penting. Karena itu tanah
sawah sering dikatakan sebagai tanah buatan manusia.
(Hardjowigno dan Endang, 2007)
sebagai wilayah atau kawasan pertanian yang usaha taninya berbasis komoditas lahan
kering selain padi sawah. Kadekoh (2010) mendefinisikan lahan kering sebagai lahan
dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya pada air hujan dan
tidak pernah tergenang sepanjang tahun. Pada umumnya istilah yang digunakan
untuk pertanian lahan kering adalah pertanian tanah darat, tegalan, tadah hujan dan
huma. Potensi pemanfaatan lahan kering biasanya untuk komoditas pangan seperti
jagung, padi gogo, kedelai, sorghum, dan palawija lainnya. Untuk pengembangan
komoditas perkebunan, dapat dikatakan bahwa hamper semua komoditas perkebunan
yang produksinya berorientasi ekspor dihasilkan dari usaha tani lahan kering.
Rp14.000,00/kg. Bapak Rahmat menekankan pada pasar yang wilayahnya tidak terlalu jauh
dikarenakan biaya kirimnya rendah tetapi memiliki harga jual yang sama dengan wilayah
lainnya, sehingga keuntungan yang diperoleh juga akan lebih besar. Pendapatan petani yang
diperoleh setiap musim tanam yaitu lebih dari Rp.5.000.000,00
Luas lahan yang dimiliki oleh Bapak Rahmat Hardianto yakni seluas 3,5 ha yang terbagi
menjadi 7 blok. Dimana 4 blok merupakan lahan pribadi milik Bapak Rahmat, sedangkan 3 blok
lainnya merupakan lahan sewa. Pada lahan tersebut dibagi menjadi 2 jenis lahan, yakni lahan
display dan lahan produksi. Lahan display digunakan sebagai lahan percontohan yang
ditunjukkan kepada tamu wisatu untuk lebih mengenal pertanian komoditas jambu yang ada di
wilayah Bumiaji, serta memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui potensi
pertanian yang ada di wilayah tersebut. Selain itu, lahan milik Bapak Rahmat ini juga dijadikan
sebagai lahan percontohan bagi petani lainnya. Sedangkan lahan produksi berfungsi untuk
memproduksi komoditas yang akan dipasarkan.
Di lahan milik Bapak Rahmat Hardianto menekankan kegiatan budidaya yang ramah
lingkungan, sehingga memperhatikan ekologi yang ada di dalam suatu ekosistem pada lahan
tersebut. Selain itu, kegiatan pertanian di lahan tersebut menekankan pada intensifikasi pertanian.
Dimana luas lahan yang minimal tetap bisa memiliki produktivitas yang tinggi. Terdapat 3 aspek
yang diperhatikan di dalam kegiatan budidaya di lahan tersebut, diantaranya yaitu aspek biologi,
fisika dan kimia. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang diperhatikan, baik pada kegiatan
produksi maupun pada kegiatan perawatan ataupun tahap pengendalian hama.
Kegiatan penanaman yang dilakukan diantaranya yaitu :
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan pertama yang dilakukan sebelum tanah
tersebut
ditanami.
Pengolahan
tanah
disini
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
Pada 0-7 hari setelah tanam biasanya dilakukan pemupukan dengan pupuk
kandang lalu disiram dengan air.
b. 4-7 hari setelah tanam
Pada 4-7 hari setelah tanam biasanya ditambahkan air kelapa dan air susu yang
telah dilarutkan dengan air sebelum diberikan kepada tanaman. Dimana takaran yang
biasanya digunakan yaitu 5 liter air kelapa + 1 liter susu + 10 liter air sebagai pelarut.
c. 30 hari setelah tanam
Pada hari ke-30 setelah tanam biasanya diberikan vitamin atonik yang dapat
merangsang pertumbuhan akar. Selain itu, diberikan pupuk yang mengandung unsur
hara N yang tinggi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman jambu.
Penambahan unsur N ini diberikan melalui pupuk anorganik ini dilarutkan dengan air
untuk mengurangi residu yang dihasilkan. Dosis yang biasa digunakan di lahan
tersebut yaitu 1 kg pupuk yang akan digunakan dilarutkan terlebih dahulu dengan 40
liter air sebelum diberikan pada tanaman.
Selain itu, Bapak Rachmad biasanya menambahkan azolla yang dihancurkan.
Biasanya 5 kg azolla yang telah dihancurkan dilarutkan ke dalam 25 liter air, setelah
itu diberikan kepada tanaman.
d. 3 bulan setelah tanam
Pada 3 bulan setelah tanam penggunaan pupuk yang digunakan ditekankan pada
pupuk yang memiliki unsure hara P dan K yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk
menunjang pertumbuhan generative dari tanaman jambu agar dapat tumbuh dan
berkembang secara maksimal.
7. Perawatan
Perawatan yang biasa dilakukan pada tanaman jambu di lahan milik Bapak
Rachmad diantaranya yaitu :
a) Pemangkasan
Pengendalian Biologi
Pengendalian hama secara alami yang digunakan di lahan tersebut
diantaranya yaitu memanfaatkan tanaman barrier disekitar tanaman utama.
Berikut ini beberapa tanaman barrier yang dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman perangkap di lahan tersebut :
1. Daun ketumbar
Lalat buah merupakan salah satu hama yang sering menyerang
tanaman jambu. Untuk mengalihkan perhatian lalat buah ini tanaman daun
ketumbar ini ditanam di sekitar tanaman jambu. Hal ini dilakukan karena
daun ketumbar memiliki aroma yang kurang sedap bagi lalat buah.
Sehingga lalat buah yang akan menyerang tanaman jambu langsung
menghindar dari wilayah tersebut akibat adanya aroma yang dikeluarkan
oleh daun ketumbar.
2. Terong
Tanaman terong juga dapat digunakan sebagai tanaman perangkap
bagi kutu putih yang biasa menyerang tanaman jambu kristal.
Pengendalian Mekanis
Pengendalian Kimia
Apabila populasi hama masih tidak dapat dikendalikan secara biologi
maupun mekanis , maka pengendalian secara kimia dilakukan. Biasanya
penyemprotan fungi dan pestisida dilakukan 2 minggu sekali. Selain untuk
mengendalikan hama dan penyakit, penyemprotan vitamin serta pupuk perata
juga biasanya dilakukan.
8.
Pasca Panen
Buah jambu kristal yang telah siap untuk dipanen biasanya memiliki ciri fisik
yaitu sebagai berikut :
a. Memiliki bobot rata-rata 250 gram ke atas
b. Memiliki warna kulit hiaju kekuning-kuningan
c. Memiliki kelopak yang sudah mekar
Setelah buah dipanen, maka buah dibersihkan lalu dilakukan proses pengemasan.
Berdasarkan indikator stabilitas dan keberlanjutan, nilai ketersediaan kecukupan dan
ketersediaan pangan serta gizi di tempat tersebut dianggap cukup (tersedia). Prosentase pangan
yang diproduksi di dalam masyarakat yaitu sebesar 12%, sedangkan prosentase yang diperoleh
dari produsen pangan lokal di luar masyarakat yaitu sebesar 25%. Dimana sebesar 65% dari
tanaman yang diproduksi tumbuh secara organik. Produksi surplus pangan yang diperoleh dalam
masyarakat biasanya dijual. Dalam lahan tersebut tidak ada penggunaan rumah kaca untuk
produksi pangan. Penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk kimia dalam produksi pertanian di
lahan tersebut dilakukan secara minimal.
Tanaman Jambu Kristal (Non PHT)
Pada fieldtrip yang telah dilakukan pada tanggal 23 mei 2015 yang dilaksanakan di desa
bumiaji kecamatan kabupaten malang. Pada kegiatan ini aspek bp bertugas untuk melakukan
wawancara dari petani yang bernama Ali Mustofa, setelah di lakukannya mwawancara di
peroleh hasil keterangan tentang lahan yang ada pada daerah tersebut.
Bapak Ali Mustofa memiliki luas lahan Jambu Kristal 2,8 hektar dan varietas yang
ditanaman Varietas jambu merah dan Kristal. Jarak tanam 4 m antar tanaman dan Jumlah benih
yang ditanam 400/2800m2.
Awal pengolahan lahan bapak Ali menggunakan pupuk bokasi untuk menyiapkan kopnisi
yang baik untuk tanaman. Pemberian pupuk berkala dilakukan dalam waktu 2 bulan sekali
dengan jarak sesuai panjang batang serta juga melihat kondisi tanaman karena kondisi tanaman
yang berbeda. Jumlah Pupuk urea 150 gram,pospat 450 gram kalium 450 gram pertanaman.
Waktu pohon jambu Kristal berbunga antara 5-6 bulan.
Kegiatan panen dilakukan secara mekanik dengan tanda warna buah yang menguning.
Bobot Buah perpohon 20-30 kilogram dan harga jualnya 15.000 perkilogram sedangkan harga
jual di pasar antara Rp.15.000-17.000 perkilogram.
Penghasilan kotor yang dimiliki oleh bapak ali sebagai petani jambu krisstal Dengan 56
pohon penghasilan kotor sebesar Rp.150.000.00.
System pengairan yang digunakan adalah campuran dengan menggenangi bedengan
melalui irigasi maupun air hujan.
Untuk pengendalian hama dan penyakit menggunakan petisida yang digunakan adalah
nabati dan Kedala pada serangan hama yaitu lalat buah.
Peluang untuk penanaman baru tidak ada karena masih dalam pengembangan.
Indicator stabilitas dan keberlanjutan dari kecukupan dan ketersediaan pangan dan gizi seimbang
dapat diakses dengan mudah.pangan yang diprosuksi di dalam masyarakat 12% diperoleh dari
produsen pangan local di luar masyarakat. Tumbuh secara organic 65% dari tanaman
indigenous/asli 25%.
Produksi surplus pangan tidak ada karena masigh belum dapat memenuhi kebutuhan dari
konsumen.,tidak menggunakan rumah kaca untuk produksi pangan.kelebihan produksi pangan di
buang karena kondisi buah yang tidak layak untuk dikonsumsi.penggunaan pestisida kimia
dalam produksi pangan secara minimal.penggunaan benih herbisida.
Indicator kemerataan pendapatan petani setiap musim tanam lebih dari Rp.5.000.000
Dengan kepemilikan lahan 2,8 hektar milik sendiri.
silakan di revisi dek ya. pembahasan dibuat sebaik mungkin! anggap orang yang baca laporan
kalian orang gak tau apa2. pembahasan penting.