Anda di halaman 1dari 28

Laporan Perjalanan

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA

Berlin - Jerman,
5-7 Desember 2005

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat


Bekerja sama dengan
GVG / GTZ -Social Health Insurance Project

Hasil Perjalanan Delegasi Indonesia

Daftar isi
A. International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries,
5-7 December 2005
1. Pendahuluan
2. Pernyataan masalah yang dihadapi oleh Negara-negara berkembang
3. Intisari
4. Rekomendasi untuk tindak lanjut
B. Informative Visits to Key Institutions of German Health Care System
C. Lampiran
1. Daftar Peserta
2. Daftar Acara Konferensi
3. Makalah dari Delegasi Indonesia

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health


Insurance in Developing Countries

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

1. Pendahuluan
Latar belakang dan tujuan konferensi
Konferensi diselenggarakan bersama oleh GTZ, ILO dan WHO untuk menindaklanjuti
deklarasi yang disusun dalam rangka mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan yang mencakup seluruh penduduk dan dalam rangka berbagi pengalaman
dari berbagai metoda pembiayaan kesehatan termasuk program jaminan kesehatan sosial,
pembiayaan publik, swasta maupun pembiayaan campuran. Ketiga deklarasi tersebut adalah
sbb:
1. ILO --- Resolusi dan Tekad membangun Jaminan Sosial dan Kampanye Global Jaminan
Sosial dan Cakupan Semesta, ditetapkan pada Internacional Labour Conference 2001;
2. WHO Resolusi Pembiayaan Kesehatan yang Berkesinambungan, Cakupan Semesta dan
Jaminan Kesehatan Sosial, ditetapkan pada World Health Asssembly 2005;
3 GTZ Program Pengembangan Jaminan Kesehatan Sosial.

Isu-isu yang dibahas:


1. Upaya-upaya mewujudkan keadilan sosial melalui sistem kesehatan yang didasari oleh
semangat gotong-royong dan berdampak pada pemberantasan kemiskinan;
2. Upaya-upaya mempercepat terpenuhinya agenda pembangunan sosial ekonomi melalui
pengimplementasian sistem jaminan sosial dan sistem jaminan kesehatan sosial yang
adekuat;
3. Upaya pencarian cara-cara yang tepat untuk mengintegrasikan inisiasi-inisiasi global di
sektor kesehatan (e.g. pemberantasan tbc, malaria, hiv/aids, dll) dengan sistem jaminan
kesehatan sosial untuk mendapatkan kesinambungan sistem kesehatan dan peningkatan
status kesehatan masyarakat;
4. Upaya membangun mata rantai di dalam sistem pembiayaan kesehatan yang beragam
menuju terciptanya satu jaminan sosial di bidang bagi seluruh
5. Pertukaran informasi dan pengalaman dalam mereformasi
pengimplementasian sistem jaminan kesehatan social;

sistem

kesehatan,

6. Pembelajaran dari pengalaman reformasi pembiayaan kesehatan yang berlangsung di


negara-negara yang sebelumnya berada di bawah pengaruh sistem yang sangat
7. Peran sistem jaminan kesehatan sosial dan mitra pembangunan dalam mencapai the
Millenium Development 2010.

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

8. Konferensi ditutup dengan penyampaian rekomendasi-rekomendasi untuk bertindak dalam


mencapai cakupan jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk. Tiga area penting yang perlu
ditindaklanjuti adalah perluasan jangkauan sistem jaminan sosial kepada seluruh segmen
masyarakat, pengintegrasian sistem jaminan kesehatan sosial dengan program-program
penanggulangan kesehatan masyarakat seperti hiv/aids, tbc, malaria, dan mempertegas
perlunya reformasi sistem jaminan kesehatan sosial yang didasari oleh tata kelola yang baik.
Rekomendasi juga menetapkan area-area tindakan yang penting dilakukan oleh seluruh
pihak termasuk pemerintah dan mitra-mitra pembangunan.

Peserta
234 peserta yang terdiri dari wakil pemerintahan dari negara-negara berkembang dan negaranegara transisi menuju negara maju (Mentri, Wakil mentri, Direktur Departemen, Direktur Jendral,
dan para eksekutif yang mewakili sektor kesehatan, keuangan, tenaga kerja, perencanaan dan
pembangunan), lembanga-lembaga nasional, lembaga internasional dan lembaga-lembaga yang
bergerak di pembangunan sosial.

2. Masalah yang dihadapi oleh negaranegara berkembang


Negara-negara berkembang masih menghadapi masalah rendahnya keterjangkauan masyarakat
pada pelayanan kesehatan yang efektif dan terjangkau. Berbagai upaya telah dikembangkan
seperti program kesehatan masyarakat, peningkatan investasi pada pelayanan kesehatan,
peningkatan kualitas pelayanan, desentralisasi sistem kesehatan, namun akses masyarakat
pada pelayanan kesehatan tetap menjadi masalah utama dan berkontribusi pada kemiskinan.
Rendahnya akses masyarakat terhadap sistem jaminan sosial merupakan penyebab utama
permasalahan ini.
Pemahaman bahwa kesehatan dan jaminan sosial adalah alat dan prasyarat utama untuk
mengatasi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan masih belum sepenuhnya
dipahami dan diterapkan melalui kebijakan yang efektif.
Berbagai negara berkembang telah mengembangkan sistem jaminan kesehatan namun masih
menghadapi keterbatasan jangkauan program pada seluruh segmen penduduk dan minimnya
hasil nyata pada perbaikan sistem kesehatan.
Pengecualian pada kelompok masyarakat tertentu seperti masyarakat yang bekerja di sektor
informal, menuntut perluasan jangkauan sistem jaminan sosial yang dapat meraih mereka.

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

Perhatian pada kesetaraan gender dan kesehatan perempuan menuntut pengembangan sistem
jaminan kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan reproduksi.
Peningkatan jumlah usia lanjut menuntut penyediaan sistem jaminan kesehatan yang terintegrasi
dengan sistem jaminan sosial lainnya.
Pengembangan teknologi kesehatan dan semakin mahalnya biaya kesehatan menuntut sistem
jaminan kesehatan yang dapat meringankan beban biaya yang dipikul oleh masyarakat.

3. Intisari
Bagaimana
dibangun?

kerangka

reformasi

kesehatan

seharusnya

Berbagai negara memresentasikan pentingnya membangun kerangka reformasi kesehatan yang


utuh, menyeluruh dan terintegrasi dengan pembangunan ekonomi dan program pemberantasan
kemiskinan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (contoh: Costa Rica, Meksiko,
Kirgistan, Senegal). Berikut ini ditampilkan beberapa contoh reformasi kesehatan yang tengah
berlangsung di negara berkembang:

Integrasi reformasi kesehatan dan pendidikan di Costa Rica:


Dana pembangunan yang terbatas dipriortaskan untuk mencapai masyarakat yang berpendidikan
dan tenaga kerja yang sehat, sehingga masyarakat memiliki kemampuan dan daya saing bekerja
sesuai dengan tuntutan standar internasional di industri-industri multinasional. Investasi di
bidang pendidikan dan kesehatan adekuat (reformasi pendidikan pendidikan dasar wajib ,
sekolah umum dibiayai oleh negara dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, anggaran
pendidikan minimum 6% GDP; dan 6% GDP dianggarkan untuk jaminan sosial dan bantuan
sosial).
I believe that Sosial Security is the only way to guaranty the sosial dimension of
globalization. Therefore, the question is not whether we can have Sosial Security but
rather if we can allow ourselves not to invest in it. Those countries with consolidated
Sosial Security Systems are also in the leadership in terms of competitivity and sosial
peace. (Dr. Alberto Saenz Pacheo, Costarica)

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

Reformasi struktur sistem kesehatan di Meksiko:


Mereformasi sistem kesehatan yang semula terpecah-pecah berdasarkan kelompok masyarakat
menjadi satu sistem kesehatan di bawah kepemimpinan Departemen Kesehatan, dibiayai melalui
satu sistem proteksi sosial bagi seluruh masyarakat tanpa membedakan status pekerjaan, sosial
dan ekonomi, dan diselenggarakan oleh fasilitas pemerintah dan swasta. Reformasi bertujuan
untuk membangun mekanisme peningkatan dana kesehatan, menstimulasi penguatan dana
kesehatan masyarakat, membangun sistem jaminan kesehatan untuk memroteksi keluarga dari
biaya kesehatan yang tinggi dan menransformasi mekanisme insentif dari menyubsidi pemberi
pelayanan kesehatan ke masyarakat. Ciri-ciri reformasi yang dilaksanakan oleh Meksiko
adalah:
1. Reformasi diarahkan oleh prinsip demokratisasi kesehatan yang memuat nilai-nilai kesetaraan
sosial, keadilan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, keadilan pembiayaan,
pembagian tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, dan otonomi
perorangan.
2. Pengorganisasian pembiayaan kesehatan: pengalokasian dana kesehatan nasional terbagi
atas 4 komponen yaitu dipimpin oleh Depkes, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan
perorangan non katastropik, dan pelayanan kesehatan perorangan berbiaya tinggi dan
katastropik. Dibangun pemisahan yang tegas antara pembiayaan kesehatan masyarakat
dengan kesehatan perorangan untuk menjamin ketersediaan anggaran program kesehatan
masyarakat yang adekuat. Sementara pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan
dengan mekanisme jaminan kesehatan sosial.
3. Pelayanan kesehatan perorangan dibenahi dengan mendirikan satu program jaminan
kesehatan baru the Popular Health Insurance/PHI untuk memenuhi hak masyarakat
yang tidak terlindungi oleh program jaminan kesehatan yang telah ada (jamkes bagi
pekerja pemerintah dan pekerja swasta). Pemerintah pusat bertanggungjawab menjamin
terselenggaranya keadilan sosial bagi ketiga kelompok masyarakat dengan berkontribusi
sebesar 15% upah minimum wajib pertahun perkeluarga (social quota). Pemerintah pusat juga
berkewajiban untuk berkontribusi pada kelompok informal (PHI) yang besarnya proposional
terhadap kondisi perekonomian daerah. Sedangkan pemerintah daerah, diwajibkan pula
berkontribusi pada PHI. Seluruh kelompok masyarakat, kecuali dua strata berpenghasilan
terendah, diwajibkan untuk berkontribusi secara progresif.
4. Pengalokasian dana kesehatan perorangan di tingkat pusat ditujukan untuk membiayai
pembiayaan katastropik, sementara dana kesehatan lainnya dialokasikan ke daerah untuk
membiayai paket esensial jaminan kesehatan sosial termasuk PHI.

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

Reformasi pembiayaan kesehatan


1. Reformasi pembiayaan kesehatan memerlukan kerangka yang menyeluruh yang didasari oleh
hasil telaah sistem pembiayaan kesehatan dan opsi-opsi pelaksanaan reformasi. Reformasi
dilakukan secara bertahap untuk mengoreksi kesenjangan pembiayaan kesehatan dengan
mereformasi struktur pembiayan kesehatan yang bertujuan terpenuhi hak seluruh penduduk
untuk mendapatkan
2. Membangun sistem pembiayaan kesehatan yang koheren yang mengedepankan
keterpaduan penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan dengan program kesehatan
masyarakat. Di negara berkembang, pengembagan sistem dihadapkan pada keterbatasan
dana, sehingga reformasi pembiayaan kesehatan memerlukan kontribusi peserta dan juga
dukungan Departemen Keuangan untuk membiayai program ini.
3. Reformasi pembiayaan kesehatan ditujukan untuk memenuhi tuntutan reformasi kesehatan:
1) menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkeadilan; 2) perbaikan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan; 3) peningkatan ketersediaan pelayanan
kesehatan berkualitas; 4) terselenggaranya pelayanan kesehatan yang efisien; 5)
terlaksananya kesinambungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Reformasi jaminan pembiayaan kesehatan di Tunisia: membangun program jaminan kesehatan


nasional untuk mengatasi fragmentasi sistem jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan swasta. Reformasi bertujuan untuk membangun satu sistem jaminan kesehatan
sosial wajib yang berlaku untuk seluruh penduduk dengan meletakkan jaminan kesehatan
swasta sebagai program tambahan sukarela dan memisahkan pembiayaan kesehatan dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Desain dan strategi reformasi memperhatikan 6 aspek
berikut:
1. Peningkatan akses melalui regulasi, penetapan formula kontribusi dan peletakkan jaminan
pelayanan kesehatan swasta;
2. Peningkatan efisiensi program melalui mekanisme kontrak dan metoda pembayaran
penyelenggara pelayanan kesehatan;
3. Peningkatan kapabilitas managemen sistem jaminan melalui penerapan fungsi delegasi
dan desentralisasi dana serta pengintegrasian program jaminan kesehatan sosial dengan
jaminan kesehatan swasta;
4. Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui pembenahan dan
restrukturisasi fasilitas pelayanan kesehatan;
5. Membangun kepercayaan terhadap sistem (system credibility) melalui penerapan tata kelola
yang baik (good governance);

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

6. Membangun sistem yang berkelanjutan dengan mengintegrasikan program jaminan


kesehatan sosial dengan sistem kesehatan masyarakat.

Reformasi pembiayaan kesehatan di Kirgiztan: integrasi anggaran kesehatan nasional


dengan jaminan kesehatan sosial ke dalam satu sistem jaminan kesehatan sosial nasional.
Model reformasi ini telah berhasil mengeliminasi fragmentasi pembiayaan kesehatan yang
diselenggarakan berdasarkan kelompok masyarakat dan juga berhasil mencegah fragmentasi
sistem kesehatan. Model ini didasari oleh semangat meningkatkan efektivitas manajemen
kesehatan untuk memenuhi tuntutan penguatan sistem kesehatan yang diharapkan mampu
mencapai tujuan jangka panjang - peningkatan status kesehatan penduduk dan pemberantasan
kemiskinan. Hasil yang telah dicapai adalah peningkatan jangkauan dan ketersediaan pelayanan
kesehatan hingga ke pelosok, penurunan beban finansial masyarakat akibat pelayanan kesehatan,
peningkatan efisiensi penyelenggaraan pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan
dan peningkatan kepekaan dan transparansi sistem kesehatan. Reformasi diterapkan dengan
melaksanakan berbagai intervensi-intervensi yang efektif yang diprioritaskan pada kebutuhan
yang paling mendesak dalam meningkatkan jangkauan pelayanan dan menurunkan beban
finansial penduduk.

Pengembangan sistem jaminan kesehatan sosial menuju


cakupan semesta:
Presentasi, diskusi dan dialog yang berlangsung selama konferensi menegaskan pentingnya
memperhatikan aspek-aspek di bawah ini dalam mengembangkan sistem jaminan kesehatan
sosial dan mewujudkan cita-cita cakupan jaminan kesehatan semesta.

1. Perencanaan, desain dan strategi pengembangan:


a. Sistem jaminan sosial hendaknya dipahami sebagai langkah awal menuju pencapaian
millennium development goals, namun bukan merupakan satu-satunya obat mujarab;
b. Langkah pertama pembangunan sistem jaminan kesehatan sosial adalah dukungan
politik yang yang adekuat berdasarkan visi politik untuk maju ke depan yang diikuti dengan
kepemimpinan pemerintah yang efektif, adanya permintaan dari masyarakat dan
kemampuan membiayai sistem. Taiwan, Korea, dan Thailand berhasil mencapai cakupan
semesta dalam waktu yang relatif singkat setelah Presiden Park Jung-hee (Korea Selatan),
Presiden Li Deng-hui (Taiwan), Presiden Thaksin (Thailand) menetapkan sistem jaminan
sosial sebagai agenda politiknya dan pemerintah menjalankan fungsi stewardship-nya.

10

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

c. Harus selaras dengan program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan


ekonomi; Pembangunan proteksi finansial perlu mencermati besarnya batas maksimal
biaya yang dijamin oleh sistem jaminan kesehatan sosial untuk mencegah masyarakat
jatuh miskin akibat biaya pengobatan;
d. Pembangunan sistem jaminan kesehatan sosial sangat bergantung pada kapasitas sistem
kesehatan yang tersedia dan kemampuannya mengakomodasi pengembangan program
jaminan kesehatan yang berskala nasional dan memerlukan investasi di bidang kesehatan
yang adekuat dan peningkatan kualitas pelayanan yang berkesinambungan;
e. Menetapkan strategi pengembangan. Tidak ada pendekatan yang seragam dalam
memperluas cakupan jaminan kesehatan sosial. Setiap negara harus membangun modelnya
yang sesuai dengan sistem yang berlaku dan kondisi sosial ekonomi dan politik sehingga
diperlukan berbagai kajian dan pengembangan yang berkelanjutan. Dan, reformasi diarahkan
oleh tujuan-tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Sangat tidak disarankan untuk menjiplak
sistem jaminan sosial di negara-negara maju karena terlalu rumit, namun mulailah dengan
mengimplementasikan dari yang sederhana sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang
ada secara bertahap dan berkelanjutan;
f. Terdapat komitmen pemerintah untuk mendanai masyarakat tidak mampu agar dapat
ikut serta dalam sistem jaminan kesehatan sosial;
g. Partisipatif - Sangat diperlukan keterlibatan seluruh pemangku (politisi, reformis, akademisi,
pekerja, pemberi pelayanan kesehatan, penyelenggara sistem jaminan dan masyarakat)
dalam proses penyusunan kebijakan. Dialog sosial yang efektif dan menumbuhkan motivasi
masyrakat untuk berpartisipasi aktif sangat menentukan keberhasilan.

Sistem pelayanan kesehatan tidak berasal dari kaum elit, namun dari mereka yang seharihari berada di lapangan yang mengetahui apa yang terbaik bagi mereka; Maka mulailah dari
mereka dan berbicaralah dengan mereka (Michel Garbrysiak);

h. Perlu mencermati tekanan-tekanan yang mungkin muncul dari berbagai pihak


yang berkepentingan dan selanjutnya lakukan kajian untuk mendapatkan cara-cara
memanfaatkan kelompok-kelompok tersebut dan juga cara menghambat dampak negatif
yang dapat diciptakan oleh mereka;
i. Akuntabilitas, transparansi dan pengelolaan yang efektif harus diciptakan sejak awal;
j. Perluasan jangkauan kepesertaan didasari oleh prinsip-prinsip kebersamaan
(universality) - Hindari pembangunan sistem jaminan kesehatan sosial yang tersegmentasi
akibat pengelompokkan masyarakat ke dalam berbagai katagori. Segmentasi penduduk
hanya akan menjauhkan sistem dari nilai gotong-royong sosial dan kebijakan mencapai citacita cakupan semesta;

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

11

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

Pemisahan masyarakat miskin ke dalam satu badan penyelenggara tidak dianjurkan karena
akan menimbulkan masalah ketidakcukupan biaya yang kronis akibat pembayaran fasilitas
pelayanan kesehatan di bawah standar sehingga akan memicu penurunan kualitas pelayanan
kesehatan dan keterbatasan ketersediaan dana rumah sakit yang sangat serius.

k. Bertumpu pada tata kelola yang baik (good governance) untuk meningkatkan efektifitas
program dan kepercayaan masyarakat;
l. Dukungan bantuan teknis (technical assisstance) dari pemerintah, akademisi dan tenaga
ahli luar negeri sangat diperlukan untuk penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program
jaminan kesehatan sosial.
m. Memperjelas peran jaminan kesehatan swasta di dalam tatanan sistem; Korea,
Taiwan dan Tunisia memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa cakupan jaminan
pemeliharaan kesehatan sosial bagi seluruh penduduk sulit untuk dicapai pada kondisi sistem
jaminan kesehatan swasta telah terlajur berkembang dengan kuat, mengakar dan semakin
menarik minat masyarakat terlebih pada saat kondisi keuangan pemerintah tidak memadai
untuk membangun sistem jaminan kesehatan sosial yang adekuat. Sangat dianjurkan untuk
mencapai cakupan semesta terlebih dahulu sebelum mengembangkan sistem jaminan
kesehatan swasta.

2. Perluasan jangkauan kepesertaan menuju cakupan semesta:


a. Perlu mencermati keberlanjutan kontribusi peserta. Saat ini, peserta sistem jaminan
kesehatan sosial pada umumnya belum memanfaatkan pelayanan kesehatan yang dijaminkan
setelah mereka membayar kurang lebih 10-12 bulan sehingga program jaminan seringkali
tidak menarik minat masyarakat;
b. Strategi menjangkau pekerja informal; Perlu mencermati pengalaman dari negara-negara
berkembang yang telah terlebih dahulu mengembangkan sistem jaminan kesehatan sosial.
Pengalaman tersebut menegaskan bahwa cakupan semesta di negara-negara berkembang
tidak dapat dicapai hanya melalui sistem jaminan kesehatan sosial karena sulitnya
mengumpulkan kontribusi dan menyelenggarakannya. Kombinasi pembiayaan kesehatan
berbasis kontribusi (social health insurance) dengan pembiayaan kesehatan berbasis
pajak (tax based financing) dapat menjadi pilihan untuk membiayai pelayanan kesehatan
di negara-negara yang memiliki jumlah angkatan kerja di sektor informal yang sangat
besar, seperti yang diterapkan di Thailand (cakupan semesta pada tahun 2002), Cina dan
Mongolia;
c. Pemerintah berkontribusi untuk mendanai masyarakat tidak mampu;
d. Perluasan cakupan sangat dipengaruhi oleh: 1) besarnya kesenjangan antara masingmasing badan penyelenggara jaminan kesehatan sosial; 2) pola subsidi silang; dan 3)
ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas;

12

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang cost-effective:


a. Peran fasilitas pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan pelayanan yang adekuat
sangat berperan;
b. Intervensi pengendalian biaya hanya efektif dilakukan pada penyelenggara pelayanan
kesehatan (supply-side) dan melalui penerapan model kontrak dan metoda pembayaran
prospektif yang bertujuan untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber daya.
Pengendalian biaya melalui intervensi pada peserta (demand-side) tidak efektif mengendalikan
biaya malah menimbulkan hambatan bagi peserta untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
c. Jumlah badan penyelenggara jaminan kesehatan sosial mempengaruhi biaya administrasi
dan keefektifan penyelenggaraan program jaminan. Jumlah badan penyelenggara yang
banyak membutuhkan biaya administrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan badan
penyelenggara tunggal.

4. Peran Pemerintah:
a. Menetapkan komitmen pemerintah dalam mengembangkan sistem jaminan kesehatan
sosial yang dituangkan ke dalam peraturan dan perundang-undangan, desain dan strategi
pengembangan sistem;
b. Membiayai kontribusi masyarakat tidak mampu;
c. Turut berkontribusi mendanai sistem untuk menurunkan tingkat kontribusi pemberi pekerja
(perusahaan) agar sistem lebih menarik;
d. Menjamin tersedianya pembiayaan kesehatan yang adekuat terutama di daerah tertinggal
dan miskin;
e. Membagi resiko yang ditanggung masing-masing daerah dengan adil melalui pembangunan
mekanisme pemerataan resiko (a risk equalization mechanism) di tingkat nasional (national
risk pooling);
f

Menyusun standarisasi kualitas dan mekanisme pembayaran fasilitas kesehatan.

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

13

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

4. Rekomendasi:
Perluasan kepesertaan jaminan kesehatan sosial:
1. Pemerintah berkewajiban memprakarsai, mempromosikan dan memfasilitasi perluasan
jangkauan sistem jaminan kesehatan sosial ke seluruh komponen masyarakat;
2. Setiap negara harus menetapkan strategi nasional menuju pencapaian cakupan semesta,
sesuai dengan suasana politik, kondisi ekonomi, sosial dan budaya di masing-masing
negara.

Penyatuan penyelenggaraan program pemberantasan


penyakit menular (hiv/aids, tbc, malaria, dll) ke dalam sistem
jaminan kesehatan sosial:
a.. Sistem jaminan kesehatan sosial yang menjangkau seluruh komponen masyarakat
memberikan peluang untuk memperkuat penyelenggaraan program pemberantasan penyakit
menular melalui pengintegrasian pembiayaan ke dalam satu sistem jaminan. Begitu pula
sebaliknya, dengan menyatukan dana pemberantasan penyakit menular (sebagai contoh,
GFATM-golbal fund to fight aids, tbc, and malaria) memberikan peluang untuk memperluas
manfaat yang dipertanggungkan oleh jaminan kesehatan sosial dan menambah ketersediaan
dana yang semula hanya berasal dari kontribusi peserta.
b. Integrasi pembiayaan program pemberantasan penyakit menular yang dibiayai oleh dana
global ke dalam sistem jaminan kesehatan sosial membuka peluang untuk mencapai tujuantujuan sistem kesehatan:
1) efisiensi mengintegrasikan dua sistem yang berjalan paralel ke dalam sebuah sistem
penyelenggaraan jaminan kesehatan;
2) peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem jaminan membuka peluang timbulnya
kompetisi di antara fasilitas pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dengan cara mengintegrasikan pembiayaan kesehatan dan kepastian
kualitas pelayanan, serta memberikan peluang untuk memberdayakan masyarakat
untuk selalu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas;
3) tata kelola yang baik penyatuan sumber pembiayaan memberikan tekanan kepada
penyelenggara sistem jaminan kesehatan sosial untuk mengedepankan transparansi
dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan program kepada masyarakat dan
penyandang dana global;

14

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

4) kesinambungan
pengintegrasian dana global penyelenggaraan program
pemberantasan penyakit menular ke dalam sistem jaminan kesehatan sosial memberi
peluang membangun kapasitas pendanaan lokal yang dibiayai oleh masyarakat sehingga
secara bertahap ketergantungan pada dana global dapat dikurangi bahkan diatasi.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis tata kelola


yang baik:
Penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan yang berbasis prinsip gotong-royong sosial adalah
sebuah pekerjaan yang rumit yang memerlukan perubahan-perubahan yang luas mencakup
peraturan dan perundang-undangan dan kejelasan kerangka institusi penyelenggaraan program.
Keberhasilan reformasi ditentukan oleh kejelasan dan keefektifan kepemimpinan pemerintah dan
juga kemampuan administratif dari masing-masing pengelola program yang diikuti oleh adanya
kepercayaan publik pada penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan sosial.
Dengan demikian, sistem ini harus dibangun dengan memenuhi kaidah-kaidah dasar yang
meliputi: 1) manfaat yang dipertanggungkan harus terjamin ketersediaanya dan tidak diskriminatif;
2) program dikelola secara transparan dan akuntabel dengan biaya administratif serendah
mungkin; 3) sistem dikembangkan dengan kejelasan peran dan fungsi masing-masing aktor
(pemangku) yang terlibat dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Peran dan fungsi masing-masing aktor:


Kejelasan peran, fungsi dan komitment masing-masing aktor yang terlibat dalam penyelenggaraaan
sistem jaminan kesehatan sosial sangat menentukan kesinambungan penyelenggaraan sistem
kesehatan. Dialog-dialog sosial sangat perlu dilakukan dalam membangun konsensus sosial
dan dukungan politik untuk mewujudkan jaminan sosial di bidang kesehatan.

Pemerintah:
Lembaga legislatif dan eksekutif memiliki peran utama dalam memfasilitasi, memromosikan dan
memperluas jangkauan kepesertaan serta memutuskan peraturan dan perundang-undangan
yang mengatur desain nyata jaminan kesehatan sosial. Fungsi seluruh jajaran pemerintah
sebagai pelayan masyarakat (stewardship) dan dukungan politik untuk melaksanakan
reformasi kesehatan berperan sangat dibutuhkan untuk mengendalikan pelaksanaan sistem
jaminan sosial secara berkesinambungan. Pemerintah juga berperan sangat penting dalam
menjamin ketersediaan insentif-insentif yang mendorong pemberi pelayanan kesehatan untuk
hanya memberikan pelayanan kesehatan yang hanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah sesuai dengan prinsip efisiensi.

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

15

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

Pekerja dan serikat pekerja


Pekerja dan serikat pekerja adalah mitra utama penggerak keadilan sosial dan prinsip-prinsip
gotong royong. Keduanya harus diikutkan dalam memformulasikan keputusan, seperti turut
memberikan suara dalam pengangkatan dewan jaminan kesehatan sosial, turut memutuskan
pola pendistribusian dana, penetapan manfaat kesehatan yang dijaminkan dan juga mendukung
pemerintah dalam memperluas jangkauan kepesertaan.

Pengusaha dan organisasi wiraswasta


Pengusaha dan organisasi wiraswasta harus diikutkan dalam dialog-dialog sosial dan dalam
menetapkan dewan jaminan sosial. Mereka juga harus diajak untuk menghormati standarstandar tenaga kerja yang berlaku nasional dan internasional. Perlu disadari pula bahwa
pendirian sistem jaminan sosial adalah bagian dari tanggung jawab sosial yang harus diberikan
oleh perusahaan.

Jaminan kesehatan swasta


Perusahaan-perusahan jaminan kesehatan yang berorientasi laba dapat berperan sebagai
penambah (supplementary) paket jaminan atau pelengkap (complementary) manfaat dasar yang
dipertanggungkan oleh jaminan kesehatan sosial.

Badan penyelenggara jaminan sosial termasuk jaminan kesehatan


berbasis masyarakat
Tergantung dari kondisi masing-masing negara, badan penyelenggara jaminan sosial di bidang
kesehatan dapat pula mengikutsertakan badan penyelenggara jaminan kesehatan sosial
berbasis masyarakat di samping badan penyelenggara jaminan kesehatan sosial berskala
nasional. Badan ini berperan menyelenggarakan program termasuk memperluas kepesertaan
dan pemberdayaan masyarakat.

Kelompok masyarakat madani


Kelompok masyarakat madani sangat berperan dalam menyebarluaskan prinsip-prinsip keadilan
dan gotong royong sosial. Kelompok ini harus pula diikutkan dalam dialog nasional terutama
dalam mengupayakan perluasan jangkauan program jaminan sosial kepada kelompok-kelompok
masyarakat yang terpinggirkan.

16

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

Pemberi pelayanan kesehatan


Pemberi pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta harus dilengkapi dengan
peralatan dan sumber daya yang menunjang tersedianya pelayanan yang berkualitas dan
memiliki kemampuan melayani kasus-kasus spesifik. Mereka juga harus diperkenalkan dengan
prinsip-prinsip jaminan kesehatan sosial dan memahami prosedur-prosedur yang berkaitan
dengan akreditasi, kontrak, metoda pembayaran dan batasan-batasan yang disusun dalam
mekanisme pembiayaan melalui pihak ketiga.

Mitra pembangunan
Mitra pembangunan perlu mempertegas upaya dan komitmennya dalam mewujudkan
terselenggaranya sistem pembiayaan kesehatan yang berkeadilan di berbagai negara. Tugas
ini diwujudkan melalui pemberian bantuan teknis, pengetahuan dan pembangunan kapasitas.
Satu hal yang perlu diingat, sesuai dengan Deklarasi Paris dalam perwujudan harmonisasi dana
bantuan, mitra pembangunan harus lebih mengedapankan kerja sama dan mengharmonisasikan
masing-masing agendanya.

Aktivitas-aktivitas prioritas yang disepakati dalam Konferensi


Berlin:
Didasari oleh pemahaman bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh berbagai negara
dalam menyelenggarakan pembiayaan kesehatan adalah pemerintah dan lembaga-lembaga
yang memiliki otoritas untuk pengambilan keputusan dihadapkan oleh permasalahan rendahnya
kapasitas dan kurangnya pengalaman dalam membangun sistem kesehatan yang berkeadilan
dan memihak masyarakat yang tidak mampu. Lembaga-lembaga internasional yang bergerak di
bidang kerjasama teknis dan memiliki keahlian

Kerjasama teknis:
a. Menyediakan pertimbangan-pertimbangan kebijakan secara komprehensif mengenai
pengenalan dan reformasi sistem jaminan sosial dan sistem jaminan kesehatan sosial
kepada negara berkembang dan negara di fase transisi ekonomi dengan memperhatikan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, kondisi sistem jaminan yang telah ada
dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan;
b. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis operasional pengelolaan sistem jaminan
kesehatan sosial;
c. Membimbing pengimplementasian alat-alat manajemen jaminan kesehatan sosial untuk

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

17

International Conference on Social Health Insurance in Developing Countries

membantu perencanaan, pengimplementasian, evaluasi dan monitoring.


d. Melaksanakan studi kelayakan penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan sosial dengan
menganalisa secara sistematis kondisi politik, sosial dan ekonomi, serta besar permintaan
akan jaminan kesehatan dan besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun sistem
tersebut dan menilai potensi menghubungkan sistem jaminan sosial dengan berbagai
pendekatan-pendekatan yang telah dibangun sebelumnya baik di tingkat nasional, regional
dan lokal di sektor pemerintah maupun swasta.

Membangun jejaring dan advokasi


Prioritas tertinggi ditekankan pada membangun kerjasama dan kordinasi nasional dan
internasional termasuk harmonisasi bantuan melalui berbagai aktivitas yaitu: 1) membangun
jejaring internasional untuk pertukaran dan penyebarluasan informasi; 2) membangun sinergi dan
strtegi yang koheren; 3) memosisikan sistem jaminan sosial dan sistem jaminan kesehatan sosial
ke dalam agenda pembangunan; 4) membangun kemitraan dengan berbagai institusi pendidikan
dan para akademisi untuk menghasilkan fakta dan informasi mengenai penyelenggaraan sistem
jaminan sosial di lapangan.

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan di bidang ini diutamakan untuk mengenalkan mekanisme pendokumentasian hasil
dan pengembangan indikator-indikator yang berguna untuk memonitor penyelenggaraan sistem
jaminan sosial termasuk sistem jaminan kesehatan sosial dan untuk menilai dampaknya. Kegiatan
juga ditujukan untuk mengembangkan standar nasional dengan target-target keberhasilan secara
jelas dan rinci.

Membangun kapasitas dan pertukaran pengalaman


Memfasilitasi dialog-dialog secara berkelanjutan untuk bertukar pengalaman dalam membangun
sistem pembiayaan kesehatan, mengevaluasi dan mendokumentasi hasil-hasil yang diperoleh
selama mengembangkan sistem, menganalisa konsep jaminan kesehatan sosial dan sistem
pembiayaan kesehatan lainnya dan dampaknya terhadap penurunan kemiskinan, dan
menyelenggarakan berbagai seminar dan lokakarya untuk membahas berbagai isu yang
berkaitan dengan sistem pembiayaan kesehatan dan sistem jaminan kesehatan sosial.

18

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

Informative Visits to Key Institutions of


German Health Care System

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

19

20

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

Informative Visits to Key Institutions of


German Health Care System
Seminar dan study tour difokuskan pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit
dengan pembiayaan melalui system jaminan kesehatan sosial.

Program:
a. Seminar: The role of the Ministry of Health and Social Affairs in the German Health Care
System, disampaikan oleh: Dr. Martin Schlkopf, head of the section Basic issues of health
policy and macroeconomic aspects of the health system.
b. Seminar: The AOK and its role in the German health care system regarding the current
political development, disampaikan oleh Mr. Boris Velter, Vice head of the political department
and international representative of the Federal Association of the AOK.
c. Diskusi dengan Parlemen Jerman tentang peran dan fungsi Parlemen di system kesehatan.
d. Kunjungan ke Rumah Sakit Charit:
1) Resentasi singkat pengelolaan RS Charit, disampaikan oleh Dr. Bohne, head of staff
position of the deanery;
2) Seminar: DRGS and the German health care system, disampaikan oleh Dr. M.Stufler,
head of controlling system.
3) Seminar: Hospital Management, disampaikan oleh Prof. h.c. Motzkus, head of Charit
International Affairs.
e. Kunjungan ke RS rujukan utama trauma, Unfallkankenhaus Berlin (UKB)
1) Presentasi singkat pengelolaan UKB, disampaikan oleh Mr. M. Witt, head of care;
2) Kunjungan ke unit-unit khusus: rescue centre, sports therapy, accident surgery,
traumatology, urology.

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

21

Foto Kegiatan

22

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

23

Lampiran
Daftar Peserta
No.

Name

Position

Address

1.

Dr. Sjafii Ahmad, MPH

Secretary General
Ministry of Health

Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-5,


Kav. 4-9 Kuningan Jakarta 12950

2.

Dr. Adang Setiana

Deputy Minister

Jl. Medan Merdeka Barat No. 3


Jakarta Pusat 10110

for Social Security,


Coordinating Ministry for
Peoples Welfare

3.

Drs. Ida Bagus Indra


Gotama SKM., Msi

Head of Center for


Health Financing and

Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-5,


Kav. 4-9 Kuningan Jakarta 12950

Health Insurance,
Ministry of Health

4.

24

Dr. Hasbullah Thabrany, Phd

Expert/Member of

Kampus Baru Universitas Indonesia

NSSC/Dean,

Depok 16424

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

Lampiran
Daftar Peserta
Name

Position

5.

Drg. M. Kamaruzzaman

Head Division for


Routine Budget
Planning, Bureau of
Planning and Budgeting,
Secretariat General,
Ministry od Health

Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-5,


Kav. 4-9 Kuningan Jakarta 12950

6.

Dr. Orie Andari Sutadji, MBA

President Director
PT JAMSOSTEK

Jl. Let. Jen. Suprapto,


P.O. Box 1391
Jakarta Pusat 10510

7.

Dr. Bambang Purwoko

Senior Advisor
PT JAMSOSTEK

Jl. Gatot Subroto Kav. 79

Researcher
PT JAMSOSTEK

Jl. Gatot Subroto Kav. 79

No.

8.

Mrs. Aditiarsih Destriani

Address

Jakarta 12930

Jakarta 12930

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

25

Lampiran
Daftar Peserta
No.

Name

Position

Address

9.

Dr. Stephanus Indrajaja, Pd.D WHO - Office Jakarta

Gedung Bina Mulia


Jl. H.R. Rasuna Said, Kuningan
Jakarta 12950

10.

Dr. M.W. Manicki

GTZ Health Project Office

Team Leader SHI Project

c/o. Ministry of Health


Blok C, 6th Fl., 610
Jl. Rasuna Said Blok X-5,Kav. 4-9
Jakarta 12950

11.

Dr. Asih Eka Putri

National Senior Advisor

GTZ Health Project Office

SHI Project

c/o. Ministry of Health


Blok C, 6th Fl., 610
Jl. Rasuna Said Blok X-5,Kav. 4-9
Jakarta 12950

26

HASIL PERJALANAN DELEGASI INDONESIA - Berlin, Jerman, 5-7 Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai