Anda di halaman 1dari 49

Sinkronisasi Kebijakan

Pusat - Daerah
Teguh Kurniawan
Lektor Kepala pada DIA FISIP
UI
teguh.kurniawan@ui.ac.id

Outline Diskusi

Kenapa Sinkronisasi
Konteks pelaksanaan desentralisasi
Pembuatan Kebijakan yang Sinkron
Partisipasi dalam Pembuatan
Kebijakan

KENAPA SINKRONISASI

Tujuan Pembangunan
Nasional
Pencapaian tujuan pembangunan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam UUD
NRI 1945 akan sangat ditentukan oleh
keterpaduan program-program
pembangunan yang ada di seluruh
wilayah Indonesia
Melalui keterpaduan akan dapat
menghasilkan program-program
pembangunan yang saling bersinergi
antara satu daerah dengan daerah lainnya

Sinkronisasi Kebijakan
Melacak hubungan antar kebijakan
pada setiap tingkatan (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota)
Tiga lapis kebijakan
Spesifikasi kebijakan di definisikan
Kebijakan Abstrak kebijakan tingkat
tinggi (tujuan, sasaran)
Pelaksanaan Kebijakan

Kelembagaan
Institutions and institutional factors have for a long time
been seen as playing crucial roles in the process of
regional endogenous growth and development, and have
been widely discussed in the regional economic
development literature as well as in the general literature
on economic development
Institutional factors cover a wide range of issues
concerning governance and government, and may refer
not only to the role of the public sector but also to private
sector and NGO and community actors and structures,
and as well to the contemporary notion of publicprivate
community partnerships. And they encompass notions of
social capital, and networks and alliances of collaborative
arrangements
Stimson, Stough and Salazar, 2009, 43

KONTEKS PELAKSANAAN
DESENTRALISASI

Pro Kontra Desentralisasi


Pelayanan Publik yang lebih baik:
Lebih memuaskan kebutuhan lokal
Lebih fleksibel
Lebih inovatif
Murah
Mobilisasi keunggulan komparatif dari perusahaan lokal
dan sektor non profit lokal

Berbahaya bagi pelayanan publik:


Desentralisasi korupsi
Pengeluaran yang tidak jelas
Memtar kembali sejumlah fungsi ekonomi dan sosial
khusus dari negara
Kader lokal tidak akan cukup independen dan tidak
cukup termotivasi untuk mengambil tanggungjawab
terhadap kebijakan yang beresiko

Demokratisasi lokal:
Mengintegrasikan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat
Memberikan kebebasan kepada organisasi sektor ketiga
dan perusahaan lokal untuk bertindak dan
mengartikulasikan pandangan dan kebutuhan mereka
Sarana pelatihan bagi budaya partisipatif/demokratis,
kapasitas negosiasi dan penyelesaian konflik
Memberikan sejumlah otonomi dan integrasi politik
kepada minoritas

Politik lokal tetaplah politik:


Reproduksi / melabel-kan kembali elit lokal
Masyarakat miskin dapat menjauhkan diri dari upaya
mempromosikan kepentingan mereka
Politisi lokal dapat saja responsif hanya kepada
kebutuhan lokal dari konstituen mereka saja
Akuntabiltas dapat berkurang jika pemiliahn lokal tidak
dilihat sebagai sesuatu yang penting dan menghasilkan
turnouts yang rendah

Integrasi Nasional:
Dapat mencapai distribusi yang lebih setara dari
sumberdaya nasional
Penyebaran kekuasaan politik secara vertikal
Kebijakan atau badan perencanaan bersama atau
pelaksanaan tugas bersama
Keberagaman nasional dapat direalisasikan dalam
kesatuan nasional

Gerakan untuk memisahkan diri:


Institusionalisasi faksi-faksi berdasarkan garis etnis
Menghasilkan kebijakan diskriminatif dari partai
penguasa

Steinich, 2000, 4

Kerangka kerja Pengukuran


Desentralisasi
Pemerintah Lokal (local government)
Finansial dan sumberdaya manusia
Tugas/tanggungjawab
Susunan pemerintahan
Hubungan antar pemerintahan

Kepemerintahan Lokal (local governance)


Akuntabilitas
Transparansi
Partisipasi
Pemberdayaan
Ketiadaan korupsi
Aturan hukum
Kepuasan pegawai

Pembangunan Lokal (local development)


Pertumbuhan ekonomi
Pengentasan kemiskinan
Kesetaraan (gender)
Keberlanjutan lingkungan
(perdamaian)

Kinerja pemerintah lokal (local government


performance)
Kinerja finansial
Penyampaian layanan
Manajemen infrastruktur
Regulasi konflik
Manajemen insentif

Steinich, 2000, 11

Pelaksanaan Desentralisasi
Cook dan Manor mengingatkan
bahwa desentralisasi tidak dapat
bekerja independen atau bahkan
melawan kekuatan kontradiksi datang
dari faktor-faktor sosial dan politik di
mana mereka melekat (1998:302)

Faktor Berpengaruh dalam


Pelaksanaan Desentralisasi
Degree of political commitment and
administrative support the degree to which
national political leaders are committed to
decentralizing planning and administrative
functions, the ability and willingness of the
national bureaucracy to facilitate and support
decentralized development activities, and the
capacity of the field officials of national agencies
and departments to coordinate their activities at
the local level, all strongly influence the success
of decentralized management
Rondinelli, Nellis and Cheema, 1983

Faktor Berpengaruh dalam


Pelaksanaan Desentralisasi
Attitudinal, behavioral, and cultural conditions conducive
to decentralization effectiveness in implementing
decentralized programs appears to depend largely on the
presence of appropriate behavioral, attitudinal, and
cultural conditions. The most important factors include:
the willingness of local officials to support and perform
decentralized management functions, the quality of local
leadership, the attitude of rural people toward
government, and degree to which traditional customs and
behavior are compatible with decentralized procedures for
planning, decision making and management. All of these
are soft variables; they are difficult to deal with in a
policy or operational sense. Yet, clearly, they are
important
Rondinelli, Nellis and Cheema, 1983

Faktor Berpengaruh dalam


Pelaksanaan Desentralisasi
Effective design and organization of
decentralization program organization
variables influence the outcomes of
decentralization efforts. They include the
clarity and simplicity of the structures and
procedures used to decentralize, the
ability of the implementing agency staff
to interact with higher level authorities,
and the degree to which components of
decentralized programs are integrated
Rondinelli, Nellis and Cheema, 1983

Faktor Berpengaruh dalam


Pelaksanaan Desentralisasi
Adequate financial, human and physical resources
one of the dilemas of decentralization is that it
is central government officials who take the
initiative, usually under pressure from other
groups, to decentralize authority. They then, all
too often, negate that authority by refusing to
transfer financial, administrative, and technical
resources to local agencies. National ministries,
public corporations, and other central government
agencies attracted the most skilled technicians
and the best educated managers, leaving a
chronic shortage of talent at the local level.
Leadership and management training course for
Rondinelli, Nellis and Cheema, 1983
local officials were not adequate

Faktor Berpengaruh lainnya


Sufficient powers to exercise substantial influence
within the political system and over significant
development activities
Sufficient financial resources to accomplish
important tasks
Adequate administrative capacity to accomplish
those tasks, and
Reliable accountability mechanismsto ensure
both the accountability of elected politicians to
citizens, and the accountability of bureaucrats to
elected politicians
Manor, 1999

Otonomi Daerah di Negara


Kesatuan
Daerah otonom di negara kesatuan merupakan
bentukan pemerintah pusat
Otonomi Daerah di negara kesatuan tidak memiliki
status kedaulatan
Daerah otonom di negara kesatuan tidak memiliki UU
dan tidak memiliki konstitusinya sendiri
Derajat kemandirian daerah otonom lebih terbatas
dibandingkan dengan daerah otonom di negara
federal
Otonomi daerah di negara kesatuan dapat dicabut
kembali, diciutkan atau diperbesar tergantung pada
pemerintah pusat

Otonomi Daerah di Negara


Kesatuan
Pemerintah daerah adalah subordinasi pemerintah pusat
di negara kesatuan
Kewenangan daerah otonom di negara kesatuan bersifat
terbatas
Pembagian kewenangan kepada daerah otonom di negara
kesatuan dilakukan dengan prinsip ultra vires
Di negara kesatuan, pemerintah sub nasional seringkali
tidak dalam posisi kuat untuk mempengaruhi kebijakan
nasional
Pemerintah sub nasional di negara kesatuan memiliki
sumber dan otonomi keuangan yang terbatas
Intervensi pemerintah pusat kepada pemerintah sub
nasional sangatlah besar

Faktor-faktor Berpengaruh dalam


Hubungan Pusat dan Daerah
Pembagian Kewenangan (Proses dan Cara)
Keterlibatan Daerah dalam kebijakan Pusat
Pembagian Keuangan (Penerimaan/Pengeluaran)
Intervensi Pusat di Daerah (Kontrol dan Eksekusi)
Penyelesaian Konflik Pusat Daerah

Pengelolaan Kebijakan
Desentralisasi

desentralisasi belum berhasil mewujudkan


kesejahteraan umum, memperkuat tata
kepemerintahan yang demokratis,
meningkatkan pelayanan publik, dan dalam
membangun daya saing daerah
karena masih belum terintegrasinya SPM (PP No.
6/2005) dengan LAKIP (Inpres No. 7/1999), LPPD (PP No.
3/2007) dan EPPD (PP No. 6/2008)(Effendi, 2008)
struktur kelembagaan perangkat daerah (Suwandi,
2008)
permasalahan yang terkait dengan pemilihan kepala
daerah (Tim Revisi UU 32/2004)
lemahnya koordinasi pembangunan dan institusi di
daerah yang berlebihan dan terfragmentasi (Prasojo,
2008)

Permasalahan dalam Hubungan


Pusat-Daerah
Tumpang tindih aturan Pusat-Daerah
Sense terhadap urgensi masalah
yang dihadapi (masalah kehutanan)

PEMBUATAN KEBIJAKAN
YANG SINKRON

Proses Kebijakan
Pembuatan
Kebijakan:
1.Agenda Setting
2.Policy
formulation
3.Policy adoption

Pelaksanaan
Kebijakan:
1.Implementers
2.Situasi kondisi
3.Mindset
implementers
Evaluasi
Kebijakan:
1.Cara
2.Alat ukur
3.Pihak yang
terlibat

Cooper et.al, 1998

Keterlibatan Aktor
pembuat kebijakan resmi (official policy-makers)
mereka yang memiliki kewenangan legal untuk
terlibat dalam perumusan kebijakan publik
legislatif; eksekutif; badan administratif; serta
pengadilan
peserta non pemerintahan (nongovernmental
participants) penting atau dominannya peran
mereka dalam sejumlah situasi kebijakan tetapi
mereka tidak memiliki kewenangan legal untuk
membuat kebijakan yang mengikat
menyediakan informasi; memberikan tekanan;
mencoba untuk mempengaruhi; menawarkan
proposal kebijakan kelompok
kepentingan;
Anderson, 2006, 46-67
partai politik; organisasi penelitian; media

Aktor dalam Implementasi


Kebijakan
Birokrasi
Organisasi administratif
Politik administratif (aturan permainan; pimpinan;
pengawasan parlemen; pengadilan; badan administratif
lainnya; pemerintahan lainnya; kelompok kepentingan;
partai politik; dan media komunikasi)
Pembuatan kebijakan administratif (aturan pelaksanaan;
ajudikasi; penegakan aturan; dan operasionalisasi
program)

Legislatif bagaimana mempengaruhi perilaku


administrator
Pengadilan melalui gugatan/tindakan yudisial
Kelompok-kelompok penekan
Organisasi masyarakat
Anderson, 2006, 205-229

Permasalahan Implementasi
Kebijakan
Perbedaan mindset dan pemahaman
Perbedaan kepentingan
Integritas

Mengubah Mindset
program (konten),
konteks (iklim dan budaya
organisasi),
proses (bagaimana akan dilakukan -Bagaimana meminimalisir resistensi
-- terkait informasi, tidak mampu,
ketidakmauan),
manusia (trust)

Empat StrategiPerubahan
1. Strategi komunikasi
2. Strategi penyediaan sumberdaya
3. Strategi Pembenahan Struktur
Organisasi
4. Strategi reward pegawai
Levine, 2007

Strategi Komunikasi
Mengkomunikasikan dengan jelas mengapa
perubahan itu penting.
Pesan mengenai perubahan itu perlu konsisten
disampaikan secara terus menerus.
Komunikasi bukan hanya ke pegawai, tetapi
juga ke anggota Dewan, kelompok-kelompok
terkait, dan komunitas masyarakat secara
luas.
cara penyampaian pesan perubahan dikemas
secara radikal

Strategi Penyediaan
Sumberdaya
Menyediakan sumberdaya yang diperlukan
untuk implementasi program
kerjasama dengan berbagai lembaga :
transfer knowledge melalui pelatihan
menyediakan biaya keikutsertaan pegawai
untuk peningkatan kapasitas
membentuk dan mendukung dua unit baru :
1. Operations Improvement and Development
2. Information Technology
membentuk kelompok peningkatan pegawai

Strategi Pembenahan
Struktur
Struktur organisasi yang
memungkinkan inovasi pegawai
Fokus pada perubahan pola
komunikasi dan pola kerja.
Memahami dan menempatkan
pegawai sesuai dengan kapasitas
masing-masing

Strategi Reward Pegawai


Pengaturan kembali insentif untuk memberi
penghargaan (reward) bagi yang berprestasi.
kenaikan tunjangan biaya hidup
mengubah pola lama pemerintah
Reward diberikan dengan cara penilaian yang
berbeda
Salah satu inovasi : kapasitas manajerial
pegawai
Inisiatif melakukan sebuah studi bersama
Badan Kepegawaian

Regulatory Impact Assessment (RIA)


alat evaluasi kebijakan, sebuah metode yang
bertujuan menilai secara sistematis pengaruh
negatif dan positif regulasi yang sedang
diusulkan ataupun yang sedang berjalan
digunakan untuk menilai suatu regulasi dalam
hal: a) relevansi antara kebutuhan masyarakat
dan sasaran kebijakan, b) kebutuhan terhadap
intervensi pemerintah, c) efisiensi antara output
dan input, d) efektifitas antara sasaran kebijakan
dan hasil, e) keberlanjutan antara kebutuhan
masyarakat dan hasil sebelum diterapkannya
atau dirubahnya suatu regulasi

Tuntutan Pokok dari RIA


1. memberi alasan perlunya intervensi
pemerintah, regulasi adalah alternatif
terbaik, dan regulasi memaksimumkan
manfaat sosial bersih dengan biaya
minimum
2. mendemonstrasikan bahwa konsultasi
yang cukup telah dilakukan,
3. menunjukkan mekanisme kepatuhan dan
implementasi yang sesuai telah
ditetapkan

Tujuan RIA
menyediakan secara terperinci dan
sistematis penilaian potensi dampak dari
peraturan baru sehingga dapat
memberikan penilaian mengenai apakah
mungkin sebuah peraturan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan
untuk memastikan bahwa peraturan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dari sudut pandang keuntungan akan
melebihi biaya yang harus dikeluarkan

Panduan Evaluasi Kebijakan sesuai kerangka berpikir RIA


1. Apakah masalahnya telah didefinisikan
dengan benar?

Masalah dinyatakan secara tepat, ada bukti serta menjelaskan mengapa


hal tersebut muncul .

2. Apakah tindakan pemerintah sudah


tepat?

Intervensi pemerintah harus didasarkan pada bukti eksplisit bahwa


tindakan pemerintah dibenarkan

3. Apakah regulasi yang ada merupakan


yang terbaik untuk pemerintah?

Regulator harus menyajikan informasi perbandingan berbagai peraturan


dan non-peraturan dari instrumen kebijakan dengan mempertimbangkan
biaya, manfaat, efek distribusi dan persyaratan administrasi.

4. Apakah sebuah peraturan memiliki


dasar hukum?

menghormati "rule of law";

5. Berapa tingkatan birokrasi pemerintah


yang dilibatkan dalam koordinasi terkait
regulasi yang dibuat?

Regulator harus memilih tingkat yang paling tepat dari struktur pemerintah
dan merancang sistem yang efektif dalam hal koordinasi diantara tingkat
pemerintahan.

6. Apakah regulasi yang ada bermanfaat,


dibandingkan dengan biayanya ?

Perkiraan total biaya dan manfaat yang diharapkan dari setiap usulan dan
alternatif peraturan.

7. Apakah distribusi akan dampaknya


transparan di masyarakat?

transparansi peraturan distribusi biaya dan manfaat diantara kelompokkelompok sosial.

8. Apakah peraturan tersebut jelas,


konsisten, dapat dipahami dan diakses
oleh pengguna?

Regulator harus memastikan bahwa struktur teks dan aturan dibuat sejelas
mungkin.

9. Apakah semua pihak yang


berkepentingan memiliki kesempatan
yang sama untuk menyampaikan
pandangan mereka?

Peraturan harus dikembangkan secara terbuka dan transparan, dengan


prosedur yang tepat yang efektif dan tepat waktu dalam mengakomodir
masukan dari berbagai pihak.

10. Bagaimana kepatuhan terhadap


regulasi dapat dicapai?

Regulator harus menilai insentif dan lembaga-lembaga melalui peraturan


yang akan berlaku, dan harus merancang strategi pelaksanaan tanggap
yang dapat menghasilkan penggunaan terbaik dari aturan yang dibuat.

Proses Perancangan RIA


1. Definisi / Definition (policy objective, policy
context)
2. Identifikasi / Identification (regulatory
options)
3. Penilaian / Assesment (cost, benefit, other
impact)
4. Konsultasi / Consultation (involving
stakeholders)
5. Desain / Design (Enforcement, compliance
and monitoring mechanisms)

7 Tahapan dalam Mereview Regulasi


1.
2.
3.
4.

perumusan masalah
identifikasi tujuan
alternatif penyelesaian masalah
analisis manfaat dan biaya setiap
alternatif
5. konsultasi publik
6. penentuan alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah
7. perumusan strategi implementasi

Permasalahan dalam Implementasi


RIA

Faktor Kunci (OECD, 2008):


komitmen politik, integrasi RIA secara tepat waktu dalam proses
pembuatan kebijakan, serta adanya tim RIA dalam sebuah lembaga
pemerintahan

Permasalahan menurut Bappenas (2009):


Prosedur yang relatif rinci memerlukan pelatihan khusus bagi
penggunanya, terutama untuk memadukan antara pendekatan
kualitatif dengan kuantitatif
Untuk melaksanakan RIA atas satu peraturan membutuhkan waktu
yang relatif cukup lama (kurang lebih 3 bulan) sehingga tidak praktis
untuk melakukan pemetaan dan analisis atas jumlah regulasi yang
cukup banyak
Memerlukan pembenahan dari sisi kelembagaan secara fundamental
dan harus dipimpin langsung oleh Kepala Pemerintahan
Memerlukan keberanian untuk mereformasi sistem regulasi nasional

PARTISIPASI DALAM
PEMBUATAN KEBIJAKAN

Pro dan Kontra Keterlibatan


Masyarakat
Kontra
Masalah terlalu
kompleks bagi publik
untuk memahami
publik : kepentingan
kelompok vs.
kepentingan publik
pengambilan kepts
rasional vs.
demokratis beda
tujuan: efisiensi vs.
partisipasi

Pro
Memungkinkan
digunakan/
dipertimbangkanny
a berbagai
pandangan
diskresi
administrasi
tidak sejalan
dengan demokrasi
dan pluralisme.

Maksud/tujuan keterlibatan
masyarakat
dua tujuan (purpose) melibatkan publik :
(1) upaya mendapatkan informasi (2)
mencapai penerimaan (acceptance) oleh
publik.
Thomas (1995):
> Tinggi bila penerimaan thd
kebijakan penting,
Tujuan dari mengikutsertakan publik analisis
>
Rendah
bila kualitas
kebijakan
adalah:
keputusan/kebijakan penting

1. Discovery Aid in the search for definitions, alternatives, or criteria.


2. Education Educate the public about an issue and proposed
alternative.
3. Measurement Assess public opinion regarding a set of options.
4. Persuasion Persuade the public toward a recommended alterative.
5. Legitimization comply with public norms or legal requirements.

Policy
Development
Stages
1. Define the
Problem
2. Identify
criteria

Participation Purposes
1. Discover Aid in the search of
definitions
1. Discover Aid in the search of criteria

1. Discover Aid in the search of


alternatives, and/or
3. Generate
2. Educate Aducate public about issue
alternatives
and/or proposed alternatives, and/or
5. Legitimize comply with public norms
2. Educate Aducate public about issue
and/or proposed alternatives, and/or
4. Evaluate
3. Measure Assess public opinion
alternatives
regarding a set of options, and/or
5. Legitimize comply with public norms
2. Educate Aducate public about issue
5. Recommend
and/or proposed alternatives, and/or
an
4. Persuade Persuade public toward a
alternative
recommended alternative, and/or
5. Legitimize comply with public norms

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
masyarakat harus diyakinkan akan kebutuhan
untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
secara seimbang bagaimana
membangunkan kesadaran masyarakat
mengenai hal-hal yang dapat dilakukannya
untuk kebaikan bersama (OConnel, 1999)
diperlukan peletakan masyarakat pada posisi
baik secara konsepsual maupun operasional
bisa berperan untuk memberdayakan dirinya
(Thoha, 2004)

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
diperlukannya rasa saling percaya antara
administrator publik dengan warga masyarakat
guna meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan Administrasi Publik
kepercayaan memiliki 4 (empat) dimensi, yakni
(offe, 1999):
kepercayaan
masyarakat
kepercayaan
kepercayaan
kepercayaan

warga masyarakat kepada sesama warga


masyarakat terhadap elit
elit politik terhadap sesama elit
elit politik terhadap warga masyarakat
Yang, 2005

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
visi bersama dan sejumlah atribut lainnya guna
terwujudnya kemitraan yang efektif antara
pemerintah dan masyarakat
kompatibilitas antar peserta berdasarkan kepercayaan
dan penghargaan yang saling menguntungkan
keuntungan bagi semua mitra
kesetaraan kekuatan dengan mitra
saluran komunikasi
kemampuan beradaptasi
keberadaan integritas, kesabaran dan kemauan untuk
menyelesaikan permasalahan
Mitchell, 2005

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
menyelesaikan permasalahan dilematis yang
dihadapi oleh masyarakat ketika akan
berpartisipasi
dilema terkait besaran dari masyarakat
dilema terkait kelompok-kelompok masyarakat yang
termarjinalkan
dilema terkait resiko
dilema terkait teknologi dan keahlian
dilema terkait waktu
dilema terkait barang-barang bersama (common good)

Roberts, 2004 dalam Callahan, 2007

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
penguatan kapasitas terhadap masyarakatnya
sendiri sehingga pada akhirnya masyarakat dapat
terberdaya serta mampu dan mau untuk
berpartisipasi secara aktif dan efektif

Mendorong Partisipasi
Faktor yang mempengaruhi
partisipasi

Cara bekerjanya

Target kebijakan yang diinginkan

Can do (dapat melakukan)

Sumberdaya individual yang dimiliki masyarakat untuk


memobilisasi dan mengorganisasikan (berbicara, menulis,
dan kemampuan teknis lainnya, serta kepercayaan diri
untuk menggunakan kemampuan tersebut) akan membuat
kapasitas yang berbeda dalam melakukan partisipasi

Peningkatan Kapasitas: ukuran dukungan khusus


atau pengembangan target

Like to (ingin melakukan)

Agar berkomitmen untuk berpartisipasi membutuhkan


kesadaran untuk terlibat dalam entitas publik yang menjadi
fokus keinginannya

Kesadaran komunitas; pelibatan masyarakat,


modal sosial, dan citizenship

Enabled to (mungkin
melakukan)

Infrastruktur kemasyarakatan dari kelompok-kelompok dan


organisasi payung dapat membuat perbedaan dalam
berpartisipasi dikaitkan dengan struktur kesempatan yang
dibuat agar masyarakat dapat berpartisipasi

Membangun infrastruktur kemasyarakatan


sehingga kelompok-kelompok dan organisasi di
sekitarnya dapat memfasilitasi partisipasi

Asked to (diminta untuk


melakukan)

Memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dengan


menanyakan input kepada mereka dapat membuat
perbedaan besar dalam partisipasi

Skema bagi partisipasi publik yang beragam,


menarik, dan refleksif

Responded to (tanggap untuk)

Ketika masyarakat yang ditanya menyatakan akan terlibat


jika mereka didengar, tidak sepenuhnya setuju, tetapi
mampu melihat tanggapan

Sistem pembuatan kebijakan yang dapat


menunjukkan kapasitas untuk menanggapi

Dimensi Partisipasi
Masyarakat
pemberdayaan masyarakat yang efektif
memerlukan dukungan dari 4 (empat) elemen
utama yaitu (Narayan, 2002):

akses terhadap informasi


inklusi/keterlibatan dan partisipasi
Akuntabilitas
kapasitas pengorganisasian dari masyarakat

harus lebih diarahkan pada pengembangan dan


penguatan iterasi masyarakat atau yang
disebutnya sebagai pendekatan iterasi
fungsional dan bukan hanya sekedar
pendekatan partisipasi semata (Ariasingam,
1999)

Anda mungkin juga menyukai