Anda di halaman 1dari 28

Petani Plasma Sawit

Berbicara Fakta

Petani Plasma Sawit: Berbicara Fakta


Teks asli oleh:
InfoSAWIT
Foto:
InfoSAWIT, PT Astra Agro Lestari Tbk.
2010, GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia)

PT Mitra Media Nusantara (MMN)
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Didukung oleh:
- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
- PT Astra Agro Lestari Tbk
- PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (Smart)
- Asian Agri Group
- PT Mitra Media Nusantara

Daftar Isi
10 Fakta Kelapa Sawit

I. Sejarah Perkebunan Rakyat Indonesia


A. Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-Bun)
B. Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans)
C. Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA)

7
8
8

II. Meneropong Kehidupan Petani Plasma


A. Budidaya Kelapa Sawit di Perkebunan Plasma
B. Potret Kesejahteraan Petani Plasma
C. Petani Terapkan Kaidah Lingkungan
D. Profil Petani Plasma

13
14
15
18

Lampiran Data

24

10 Fakta
Kelapa Sawit

Hasil panen petani dibawa


ke pabrik kelapa sawit

Industri kelapa sawit menciptakan lapangan


kerja bagi masyarakat di negara berkembang.
Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit
menyerap 2,7 juta tenaga kerja, sedangkan
bisnis kelapa sawit menyerap 3,06 juta tenaga
kerja, dengan demikian industri kelapa sawit
berperan penting dalam menggerakkan
perekonomian nasional.

Kelapa sawit lebih efisien dalam


penggunaan lahan. Perbandingan kebutuhan lahan oleh beberapa komoditi
untuk menghasilkan 1 ton minyak nabati
adalah sebagai berikut:
- Kelapa sawit
: 0,26 ha
- Kacang kedelai : 2,22 ha
- Bunga matahari : 2 ha
- Kanola
: 1,52 ha.

Sumber: Ditjen Perkebunan, Pusat Data InfoSAWIT

Industri kelapa sawit didukung oleh para


petani sebagai pemilik kebun. Di Indonesia,
kepemilikan petani dalam perkebunan kelapa
sawit sangat besar, mencapai 3,3 juta ha atau
sebesar 46% dari total luas kebun kelapa
sawit.
Sumber: Ditjen Perkebunan, Pusat Data InfoSAWIT

Sebagai bahan baku biodiesel, minyak sawit


memiliki rekam jejak emisi gas rumah kaca
yang lebih rendah dibandingkan dengan
komoditas lain. Berdasarkan pendekatan
analisis siklus hidup diketahui bahwa emisi
gas rumah kaca rapeseed diperkirakan setara
1.562 kg karbon dan emisi gas rumah kaca
kedelai diperkirakan setara 1.387 kg karbon
sedangkan emisi gas rumah kaca minyak sawit
diperkirakan hanya setara 835 kg karbon.

Total luas perkebunan kelapa sawit di


Indonesia mencapai 7,9 juta hektar,
sedangkan luas hutan konservasi 19,7
juta hektar dan hutan lindung seluas 29,9
juta hektar.
Sumber: MPOC, Departemen Kehutanan, Pusat Data
InfoSAWIT

Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

Sumber: MPOC

Dengan daur hidup selama 25 hingga 30


tahun kelapa sawit memiliki kemampuan
menyerap karbon lebih banyak dan lebih
lama seperti hutan alam dan sebagai kanopi
alami, sangat ramah lingkungan.

Pemerintah Indonesia menerapkan


peraturan yang ketat dalam budidaya
kelapa sawit. Perusahaan perkebunan
Indonesia tunduk pada peraturan
pemerintah dan mengikuti aturan
internasional yang relevan seperti ISO,
HACCP, RSPO dan ketentuan lingkungan
lainnya.
Minyak
sawit
bermanfaat
untuk
memenuhi
berbagai
kebutuhan
masyarakat dunia akan: bahan makanan,
kosmetik, obat-obatan, energi dan
bahan baku. Hampir 50 negara di dunia
menggunakan minyak sawit untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

Sumber: MPOC, Pusat Data InfoSAWIT

Kelapa sawit merupakan sumber bahan


baku energi terbaharui yang ramah
lingkungan. Penggunaan minyak sawit
dapat mengurangi ketergantungan pada
bahan bakar fosil sekaligus mengurangi
emisi gas rumah kaca.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

Produktivitas kelapa sawit lebih tinggi


dibandingkan dengan komoditas penghasil
minyak nabati lainnya, sebagai berikut:
- Kelapa sawit
: 3,5 ton/ha/tahun
- Kacang kedelai : 0,36 ton/ha/tahun
- Bunga matahari : 0,36 ton/ha/tahun
- Kanola
: 0,55 ton/ha/tahun
Sumber: MPOC, MAKSI , Pusat Data InfoSAWIT

10

Limbah kelapa sawit telah dimanfaatkan


untuk berbagai kebutuhan, sebagai:
pupuk cair, pupuk padat (kompos), mulsa,
pakan ternak, arang aktif, perabot, dan
sebagainya. Pemanfaatan limbah ini
menjadikan industri kelapa sawit lebih
efisien serta lebih ramah lingkungan.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

Dari Kiri: Rachmat Samekto, Walimin, Ruman dan H. Sumarno (Petani plasma PT Sari Lembah Subur)

I. Sejarah Perkebunan Rakyat Indonesia


A. Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-Bun)
Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani melalui
peningkatan pendapatan dari usaha kebun kelapa sawit. Pada pola PIR-Bun, perusahaan
perkebunan swasta dan pemerintah sebagai inti, sedangkan petani kelapa sawit sebagai
plasma atau peserta.
Perusahaan inti berperan membangun satu kesatuan ekonomi yang terdiri dari: kebun inti
lengkap dengan unit pengolahan, kebun plasma, pemukiman petani plasma yang dilengkapi
fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai petunjuk operasional dan teknis departemen
terkait. Perusahaan inti juga berperan melakukan pembinaan petani plasma sehingga dapat
menerapkan budidaya dengan baik.
Sesudah kebun kelapa sawit berproduksi perusahaan inti berperan menampung atau
membeli hasil kebun plasma dengan harga yang layak sesuai pedoman yang ditetapkan
oleh pemerintah (Kementerian Pertanian), serta membantu proses pengembalian kredit
petani peserta.
Petani berperan melaksanakan pemeliharaan dan pengelolaan kebunnya dengan bimbingan
perusahaan inti, kemudian menjual produksi kebunnya kepada perusahaan inti sesuai formula
harga yang ditetapkan oleh pemerintah bersama dengan perusahaan inti dan organisasi
petani plasma (koperasi). Pelunasan biaya pembangunan kebun plasma dilakukan oleh
petani secara mencicil melalui pemotongan sebagian (30%) dari hasil penjualan produksi
kebunnya setiap bulan hingga terlunasi seluruhnya.
Proyek PIR memperoleh bantuan pembiayaan dari Bank Dunia, yang selama tahun 19771983 memberikan dukungan kepada lebih dari 7 proyek, dengan komitmen pembiayaan
mencapai US$ 655 juta. Proyek PIR diujicobakan untuk pertama kalinya di daerah Alue Merah
(Aceh) dan Tabalong (Kalimantan Selatan).

B. Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans)


Pada perkembangannya, pola PIR-Bun digunakan untuk
mendukung program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah
pada 1986, yang kemudian berubah nama menjadi PIR-Trans
dengan keluarnya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres)
No.1 tahun 1986 tentang pengembangan perkebunan dengan
pola PIR yang dikaitkan dengan program transmigrasi yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditas non migas,
mengurangi jumlah penduduk miskin, meningkatkan pendapatan
petani, membantu pengembangan wilayah dan menunjang
keberhasilan program transmigrasi.
Inpres itu ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan (SK)
Menteri Pertanian No.333/Kpts/KB.510/6/1986 tentang tata
cara pembangunan perkebunan dengan pola PIR-Trans, yang
menyebutkan persyaratan peserta PIR-Trans adalah: transmigran,
penduduk setempat, petani berpindah dari kawasan hutan
terdekat.
Melalui pelaksanaan PIR-Trans petani berhak atas lahan kebun
seluas 2 hektare dengan status lahan sertifikat hak milik (SHM).
Pendapatan petani peserta program PIR-Trans meningkat
setiap bulannya. Biasanya, porsi penggunaan hasil penjualan
tandan buah segar (TBS) kelapa sawit produksi kebun petani
plasma adalah: sebesar 30% untuk angsuran kredit, sebesar 20%
disisihkan untuk biaya perawatan tanaman, biaya produksi dan
biaya perawatan jalan, sedangkan sisanya sebesar 50% menjadi
pendapatan bersih petani.

C. Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA)


Pada era 1990-an diperkenalkan pola Kredit Koperasi Primer untuk
Anggota (KKPA) dimana perusahaan inti bertanggung jawab
sebagai penjamin pengembalian kredit bank yang angsurannya
diambil dari hasil penjualan TBS produksi kebun petani plasma.
Di Bangka, pola KKPA dikembangkan dan dimodifikasi menjadi
pola Kebun Kelapa Sawit Rakyat (KKSR) yang melibatkan
pemerintah daerah (Pemda). Pada pola KKSR petani plasma
menyediakan lahan dan tenaga kerja, Pemda menyediakan biaya
pembukaan lahan dan sarana produksi, sedangkan perusahaan inti
menyediakan bibit dan membina petani. Dibandingkan dengan
pola PIR dan KKPA, pada pola KKSR petani menjadi lebih mandiri
dan mendapat peran yang lebih besar sejak awal pembangunan
kebun, dengan dibimbing oleh perusahaan inti bersama dengan
dinas terkait (dinas perkebunan).

PT Sari Lembah Subur di Kabupaten Pelalawan


Propinsi Riau menyediakan bus sekolah untuk
mendukung pendidikan.

Laboratorium
Komputer SD
Rawang Sari di
desa Rawang
Sari kecamatan
Genduang
kabupaten
Pelalawan
Propinsi Riau

Meneropong Kehidupan Petani Plasma


A. Budidaya Kelapa Sawit di Perkebunan Plasma
Tahun 1980-an merupakan awal berkembangnya perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh masyarakat. Pemerintah
menggandeng perkebunan kelapa sawit besar swasta nasional (PBSN) mengembangkan sawit dengan pola Perusahaan
Inti Rakyat Transmigrasi atau kerap disebut dengan PIR-Trans.
Pada awalnya tidak mudah meyakinkan para transmigran asal Pulau Jawa untuk membudidayakan kelapa sawit,
mengingat latar belakang mereka yang tidak pernah bertani kelapa sawit. Tetapi seiring berjalannya waktu mereka
yang bertahan kini menikmati hasilnya.
Ini terutama karena pola pengelolaan Kebun Plasma yang dilakukan oleh Kebun Inti. Kebun Inti secara intensif
memberikan penyuluhan mengenai cara budidaya kelapa sawit, cara mengelola keuangan dan cara berkoperasi.
Bahkan Kebun Inti memiliki organisasi khusus dengan menempatkan petugas penyuluh (setingkat Asisten Kebun)
untuk mendampingi para petani plasma maupun Koperasi (KUD) sebagai lembaga pengelola kelompok tani Plasma
sehingga pengelolaan Kebun Plasma berjalan dengan baik.
Kebun Inti memberikan perhatian pada pendidikan di masyarakat petani Plasma, melalui pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan seperti laboratorium dan perpustakaan. Nipto Anim, Camat Pangkalan Lesung, Kabupaten
Pelalawan, Propinsi Riau menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PT Sari Lembah Subur:
Saya atas nama masyarakat menyambut baik dan berterima kasih kepada PT Sari Lembah Subur yang telah memberikan
bantuan kepada sekolah-sekolah di Kecamatan Pangkalan Lesung berupa laboratorium dan perpustakaan beberapa
waktu yang lalu. Saya berharap bantuan ini dapat lebih ditingkatkan dan dapat lebih bermanfaat bagi para anak didik
di sekolah tersebut. Dan saya berharap dengan dukungan sarana dan prasarana dari PT Sari Lembah Subur dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Kecamatan Pangkalan Lesung, karena walau Pemerintah sudah memberikan
dana tapi masih jauh dari memadai untuk itu bantuan dari perusahaan ini sangat membantu operasional sekolah
baik SD, SMP dan SMA. Dan dari kepedulian perusahaan saya berharap tidak ada kesenjangan sosial yang memicu
kecemburuan dan berakibat yang tidak baik. Dengan bantuan ini hendaknya antara perusahaan dan masyarakat dapat
saling memiliki dan hidup berdampingan secara baik dan dapat saling membantu.

10

Penentuan harga TBS tingkat provinsi dilakukan tiap bulan, yang dihadiri
perwakilan petani, pemerintah dan pengusaha kelapa sawit

Pengurus KUD Amanah sedang memeriksa


data petani plasma untuk pembayaran TBS

Untuk menjaga kualitas TBS, pengecekan


dilakukan sebelum diangkut ke PKS

11

Salah satu rumah petani plasma yang telah berhasil di Desa Makmur,
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Palalawan, Riau.

12

B. Potret Kesejahteraan Petani Plasma


Pengembangan pola PIR-Trans tak bisa dipungkiri membawa
berkah bagi petani plasma. Betapa tidak, petani yang kebanyakan
didatangkan dari luar pulau, saat ini sudah bisa menikmati hasilnya.
Kesejahteraan hidup menjadi salah satu indikator keberhasilan
mereka.
Dengan meningkatnya pendapatan petani plasma maka menciptakan
efek berlipat ganda terhadap desa di mana mereka tinggal. Salah
satunya Desa Pematang Tinggi, Kecamatan Krukut, Kabupaten
Pelalawan, Riau, yang bermula dari unit pemukiman transmigrasi
(UPT) dengan jumlah peserta transmigrasi mencapai 517 KK (Kepala
Keluarga). Lambat laun, UPT ini berkembang menjadi desa yang
taraf ekonominya tumbuh pesat dengan rata-rata penghasilan
penduduknya mencapai Rp 3 juta/ kaveling/bulan (kaveling = 2
hektare lahan dan 0.5 hektare pekarangan).
Hingga saat ini, total jumlah penduduk Desa Pematang Tinggi
mencapai 1.839 jiwa. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani
plasma sawit, sementara itu adapula yang membuka usaha kecil
seperti toko kelontong, tempat cuci mobil dan usaha jasa lain.
Sama halnya dengan Desa Kijang Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten
Kampar, Riau. Kondisi desa sangatlah maju yang terlihat dari
ketersediaan infrastruktur jalan dan ramainya aktivitas perekonomian.
Tak hanya itu, aktivitas pasar sangat padat pengunjung.
Sebagian besar penduduk Desa Kijang Jaya merupakan transmigran.
Setelah menjadi petani sawit, mereka dapat hidup berkecukupan
untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Bahkan, beberapa
petani plasma Desa Kijang Jaya mampu membiayai kuliah anakanaknya sampai ke luar negeri. Hal ini menunjukkan mereka sudah
lebih dari sekadar hidup layak dan sangat sejahtera.
Di Desa Makmur Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan,
Riau, sebagian besar konstruksi rumah terbuat dari bangunan
permanen. Kini tidak ada lagi rumah yang terbuat dari papan
kayu seperti ketika mereka pertama kali tiba. Kalaupun ada lebih
difungsikan menjadi gudang penyimpanan.
Berdasarkan data Kepala Desa Makmur, sebagian besar penduduk
memiliki kebun sawit dan berprofesi sebagai petani plasma, dengan
penghasilan berkisar Rp 2,5 juta/kaveling/bulan. Selain itu populasi
penduduk desa meningkat menjadi 3.685 jiwa dibandingkan tahun
1992 yang hanya sekitar 1.300 jiwa.
Pertumbuhan jumlah penduduk didorong pula oleh terbukanya
lapangan kerja dan peluang usaha di Desa Makmur. Alhasil, usaha
pertokoan, bengkel dan jasa berkembang pesat yang menumbuhkan
tingkat perekonomian desa.

13

C. Petani Terapkan Kaidah Lingkungan


Praktek budidaya sawit lestari sebagian besar sudah diterapkan di seluruh perkebunan di Indonesia. Tidak hanya
perkebunan swasta besar saja, melainkan petani plasma pun sudah melakukan hal serupa.
Petani plasma Desa Pematang Tinggi telah menerapkan praktek budidaya kelapa sawit ramah lingkungan dengan
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia. Alternatifnya adalah dengan memakai pupuk organik dari limbah kelapa
sawit dan kotoran hewan. Pemakaian bahan kimia juga semakin berkurang dengan penggunaan mesin pemotong
rumput sebagai pengganti herbisida.
Petani plasma di Desa Kijang Jaya, mengaplikasikan pola pengaturan dahan kelapa sawit yang telah dipotong lalu
disusun setengah lingkaran di gawangan pokok kelapa sawit. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi erosi ketika
hujan tiba sehingga tidak terjadi banjir.
Pengendalian hama terpadu juga dilakukan oleh petani dengan menanam tanaman inang seperti Turnera Subulata
dan Antigonon di pinggir jalan kebun, untuk menanggulangi serangan ulat api. Penggunaan burung hantu untuk
mengendalikan serangan hama tikus di kebun sawit telah lebih dulu dilakukan.
Selain itu, petani menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan menghindari penanaman kelapa sawit di pinggir sungai.
Pola ini menjaga sedimentasi guna menanggulangi bahaya longsor dan erosi sehingga kondisi air tetap terjaga.

Sistem pengairan di perkebunan sawit plasma dan inti

14

Burung hantu untuk penanganan hama tikus di


perkebunan sawit

Mini market modern


pun sudah masuk
perkebunan kelapa
sawit, yang dikelola
oleh KUD Bhirawa
Bhakti Desa Buana
Bhakti, Kerinci Kanan
Siak, Riau.

15

D. Profil Petani Plasma

Rachmat Samekto,
Ketua KUD Amanah, Petani Plasma Sawit
PT Sari Lembah Subur
Keikutsertaan saya di dalam program petani transmigran berawal atas saran Kepala
Kantor Wilayah Transmigrasi Yogyakarta, kala itu. Pada 1988, mulailah saya menjadi petani
plasma sawit, selain itu ada keinginan membuka bengkel karena saya memiliki keahlian di
bidang tersebut. Begitu sampai di Desa Pematang Tinggi ini, saya diberikan lahan seluas 2,5
ha yang sudah dilengkapi rumah plus kebun untuk dikelola. Setiap bulannya keluarga kami
mendapat beras, minyak goreng, gula dan minyak tanah.
Kondisi saat ini, dengan rata-rata pendapatan di atas Rp 8 juta/bulan, maka saya mampu
menguliahkan ketiga anak saya sampai di perguruan tinggi. Pengalaman menarik yang
pernah saya alami terkait tingginya pendapatan hingga mencapai Rp 12 juta/bulan ketika
krisis moneter terjadi.
Di Desa Pematang Tinggi, seluruh petaninya memiliki penghasilan memadai, sehingga
dapat membangun sendiri Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Lantaran, tidak adanya
jaringan listrik dari PLN yang menjangkau wilayah ini.
Kalau banyak dikatakan kehidupan petani sawit itu merana dan sengsara, tentu saja hal
tersebut tidak benar. Keberhasilan hidup saya sepenuhnya ditopang dari berkebun kelapa
sawit, hingga keluarga hidup sejahtera dan anak-anak dapat meraih gelar sarjana.

Suwandi, Kepala Desa Pematang Tinggi, Kecamatan


Krukut Kabupaten Pelalawan, Petani Plasma Sawit PT
Sari Lembah Subur
Sebagai putra daerah yang menikmati hasil dari kebun sawit, sehingga bisa
meraih gelar sarjana, tentunya merupakan bukti nyata keberhasilan program petani
plasma di daerah. Menyadari hal tersebut, saya berkeinginan untuk membangun
Desa Pematang Tinggi, melanjutkan cita-cita orang tua saya yang tiba disini sebagai
petani plasma.
Melalui hubungan harmonis antara perusahaan dan petani plasma, kehidupan
petani semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan pengalaman saya
selama tinggal di Desa Pematang Tinggi, Pelalawan, tingkat kehidupan masyarakat
sangatlah dipengaruhi oleh keberadaan perkebunan kelapa sawit.
Jadi, tidak benar kalau dikatakan program transmigrasi yang melibatkan petani
plasma sawit, hanyalah program memindahkan kemiskinan dari satu daerah ke
daerah lain. Pada kenyataannya, banyak sekali anggota keluarga petani yang dapat
menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dengan taraf kehidupan di atas
rata-rata.
Dengan adanya bantuan dari perusahaan seperti peminjaman fasilitas alat
berat dan pembinaan budidaya yang berkesinambungan. Saya merasakan para
petani tidak mengalami kesulitan untuk mengelola kebun. Bahkan sebelum tahun
2000, para petani plasma di daerah ini mampu melunasi kredit dan mendapatkan
sertifikat atas lahan yang dimilikinya.

16

Linchi, Petani Plasma Sawit PT Sari Lembah Subur


Semenjak tahun 1988, saya mulai mengelola kebun kelapa sawit seluas 2 ha yang menjadi bagian dari program
plasma PT Sari Lembah Subur. Dengan berbagai macam bantuan dari perusahaan inti berupa sosialisasi perawatan
kebun, maka saya tidak kesulitan dalam berbudidaya kelapa sawit.
Setelah 20 tahun lebih menjadi petani plasma sawit, saya sudah dapat mencukupi kebutuhan utama keluarga
seperti rumah, makan dan pendidikan. Tiap bulan rata-rata penghasilan sebesar 10 juta dari lahan seluas 6 ha.
Kedua anak saya sedang sekolah di tingkat menengah dan atas. Selain itu, saya juga memiliki usaha jual beli TBS.
Hampir 90% penduduk yang tinggal di Desa Genduang, Pangkalan Lesung, berprofesi sebagai petani sawit.
Terbukti, kelapa sawit memiliki kontribusi ekonomi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

17

Parjiono, Petani Plasma Sawit PT Sari Lembah Subur


Anak pertama saya sekarang sedang kuliah di Universitas Taman Siswa
jurusan Matematika, dimana biayanya dari hasil berkebun sawit. Setiap bulan ratarata pendapatan bersih sebesar Rp 5 juta. Semenjak tahun 1988, saya pindah dari
Klaten ke Desa Bukit Lembah Subur ini untuk mengikuti program plasma.
Apabila masih tinggal di kampung, kemungkinan saya tidak akan memiliki
lahan seluas 2 ha. Tentu saja, saya merasa bersyukur dengan kondisi sekarang ini
karena dapat menyekolahkan anak serta memenuhi kebutuhan hidup.
Kalau dikatakan kelapa sawit ini menyengsarakan petani dan rakyat, maka
itu tidak benar karena hampir semua petani plasma dapat melunasi angsuran
kebunnya. Apabila memerlukan pembuktian, sebaiknya datang berkunjung ke
desa ini.
Selain itu, saya pun telah menggunakan pupuk kompos dari kotoran sapi
yang dapat meningkatkan produksi sampai 5 ton/bulan. Jadi setiap 2 bulan sekali
diberikan pupuk kandang untuk satu kaveling. Pastinya, pemakaian pupuk ini
menghemat biaya perawatan dan lebih ramah lingkungan.

Basuki, Petani Plasma Sawit PT Sari Lembah Subur


Dengan pendapatan sebesar Rp 3 juta/bulan/kaveling dari berkebun sawit,
saya dapat menghidupi istri dan kedua anak saya. Jadi semenjak tahun 1993,
mulai menjadi petani plasma sawit di Desa Rawangsari, Pangkalan Lesung.
Setelah lahan plasma saya lunasi, kemudian saya mengembangkan usaha
dengan membeli lahan lain hingga mencapai 10 ha kebun sawit.
Usaha ternak sapi juga sedang dikembangbiakkan di belakang rumah.
Tujuannya mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan sapi dan
mengurangi pemakaian pupuk kimia lewat penggunaan kotoran dan urine
sapi sebagai pupuk kompos. Setelah memakai pupuk kompos, saya dapat
mengurangi jumlah pupuk kimia dari 8-9 sak per 2 ha menjadi 4 sak saja.
Dulu di Kediri, saya bekerja sebagai petani tetapi hasilnya kurang
memuaskan, lalu mulai mengikuti program plasma ini. Penghasilan setiap
bulan dari kelapa sawit sangatlah menguntungkan karena dapat mencukupi
kebutuhan primer dan sekunder.

18

H. Zulkifli, Ketua KUD Berkat Ridho,


Petani Plasma Sawit PT Buana Wiralestari Mas
Program PIR-Trans yang digagas oleh pemerintah sangat berguna untuk
mengentaskan kemiskinan, dibandingkan program bantuan tunai. Mengingat, PIRTrans benar-benar mengangkat derajat hidup petani.
Bukti nyata, anak-anak petani dapat melanjutkan pendidikan dari tingkat
menengah hingga perguruan tinggi. Sekarang pun, anak saya sedang
menyelesaikan kuliah di jurusan kedokteran dan anak saya yang lain mengambil
mata kuliah hukum di salah satu universitas terkemuka di Pekanbaru.
Pertama kali menjadi petani sawit, saya tidak memiliki apa-apa, namun
Alhamdulillah perlahan-lahan rumah saya sudah bertingkat lalu dapat memiliki
mobil dan sepeda motor.
Di KUD Berkat Ridho, anggota kami rata-rata memiliki penghasilan bersih per
bulan sebesar Rp 5-7 juta, setelah dipotong biaya produksi antara lain upah panen
dan pembelian pupuk. Saat ini jumlah anggota telah mencapai 350 KK dengan luas
areal 700 hektare.

Untung Sujarwo, Ketua KUD Makmur Sejahtera,


Petani Plasma Sawit PT Buana Wiralestari Mas
KUD Makmur Sejahtera mendapatkan dukungan dari Dinas Koperasi di daerah
ini, yang modalnya dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pelayanan KUD seperti
simpan pinjam, sangatlah membantu petani untuk membeli lahan dan biaya
perawatan kebun.
Koperasi sangat bermanfaat untuk menunjang pendapatan petani perkebunan
kelapa sawit selama ini. Saya sendiri telah mengikuti program PIR-Trans semenjak
tahun 1994. Kondisi awal yang penuh kepahitan, saat ini telah berbuah kesuksesan.
Kesejahteraan mampu saya raih melalui kepemilikan lahan saat ini sebesar 8 hektare
dengan penghasilan bersih mencapai 4 juta/bulan/kaveling.
Penghasilan dari berkebun kelapa sawit, mampu menghidupi keluarga yang
terdiri dari istri dan empat orang anak. Harapannya, perkebunan kelapa sawit dapat
lebih maju dan memberi keuntungan lebih besar sehingga kesejahteraan akan
semakin meningkat.

19

Dadang Sutisna, Ketua Kelompok Tani Cipta Karya,


Petani Plasma Sawit PT Buana Wiralestari Mas
Banyak manfaat yang diperoleh setelah mengikuti program PIR-Trans.
Dahulu tingkat perekonomian keluarga saya bisa dibilang masih rendah.
Walaupun ada pengalaman dari orang tua pernah mengalami kegagalan ketika
mengikuti program transmigrasi. Tetapi, saya disarankan mengikuti program
PIR-Trans.
Sebelum mengikuti program PIR-Trans, saya mendapatkan pembekalan
dan pembinaan di Jakarta. Selain itu juga diberikan motivasi tentang bekerja di
perkebunan kelapa sawit.
Lahan kelapa sawit yang saya miliki seluas 8 hektare atau 4 kaveling,
dengan pendapatan bersih sekitar Rp 4
juta/bulan/kaveling. Dan sangat bersyukur sekali sekarang sudah mampu
menyekolahkan kedua anak saya. Anak pertama sudah lulus kuliah lalu anak
kedua masih duduk di bangku kuliah semester tujuh.
Sekarang, saya juga dipercaya menjadi Ketua Kelompok Tani Cipta Karya
untuk membantu para petani dalam perawatan kebun. Kelompok tani ini
mempunyai 17 anggota.
Dengan mengikuti program kemitraan, para petani dapat memiliki sertifikat
tanah sendiri dan berbagai kemudahan dari perusahaan inti.

Jalaluddin Lubis, Petani Plasma Sawit


PT Buana Wiralestari Mas
Bisa dikatakan, perkebunan kelapa sawit benar-benar memberikan hasil
besar kepada masyarakat disini yang mayoritas petani plasma. Dengan
pendapatan per kaveling sebesar 3 juta/bulan maka anak-anak saya dapat
melanjutkan ke bangku kuliah dan ada yang masih sekolah dasar. Saat ini, anak
kedua saya sedang melanjutkan studi di universitas di Riau.
Sekarang saya mempunyai 3 kaveling. Di masa panen puncak, pendapatan
kami dapat melebihi 7 juta/bulan/kaveling. Semenjak tahun 1996, saya telah
menjadi petani plasma sawit.
Walaupun tidak dapat dikatakan kaya, tetapi saya merasa hidup
berkecukupan dari sawit ini. Untuk pengetahuan budidaya sawit, tidak terlalu
banyak mengalami kendala sebab saya sendiri asli kelahiran Medan yang
menjadi daerah pertama penanaman sawit.
Selain itu, ada pula bantuan teknis budidaya mengenai aspek ilmu dan
praktek yang diberikan oleh perusahaan inti, seperti pemupukan dan panen.

20

Adlis M.N, Ketua KUD Koptamasta,


Petani Plasma Sawit PT Rama Jaya Pramukti
Semenjak tahun 2001, masyarakat petani plasma telah sepakat mendirikan koperasi
bernama Koperasi Tani Masyarakat Petapahan (Koptamasta) yang ditujukan menambah
perekonomian warga Desa Petapahan.
Saya merasakan bagaimana kontribusi kelapa sawit sangatlah besar untuk menunjang
taraf hidup ekonomi warga. Dengan jumlah anggota 413 orang, maka koperasi ini telah
mampu memenuhi kebutuhan anggota.
Dalam kegiatannya, pihak koperasi bekerja sama cukup baik dengan PT Rama Jaya
Pramukti, yang dilandasi hubungan kemitraan saling menguntungkan. Bantuan dari
perusahaan berupa pengelolaan kebun seperti perawatan, panen kelapa sawit dan
transportasi TBS.
Sebagai kelahiran asli Petapahan, saya merasa senang dengan perubahan ekonomi di
daerah ini karena masyarakat mampu membiayai anak-anak mereka hingga universitas.
Ukuran kesejahteraan lainnya, masyarakat telah memiliki kendaraan yang dipergunakan
pribadi maupun kepentingan usaha.
Intinya, berkebun sawit bisa membawa keuntungan apabila ditekuni dengan baik dan
dinikmati. Sejauh ini, perkebunan kelapa sawit terbukti mengurangi angka pengangguran
dan membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

Siswadi, Petani Plasma Sawit


PT Inti Indosawit Subur
Saya berasal dari Rantau Prapat, Medan dengan
profesi sebelumnya sebagai petani karet. Dengan
berbudidaya sawit, setiap bulannya pendapatan bersih
mencapai 2 juta/bulan/kaveling. Pada 1992, saya
mengikuti program plasma sawit di Desa Buana Pati,
Kerinci Krumutan. Lalu 5 tahun berikutnya, saya dapat
memperoleh sertifikat kepemilikan lahan.
Saat ini, jumlah kaveling telah bertambah menjadi
empat atau seluas 8 ha. Total pendapatan yang
diperoleh mencapai 8 juta/bulan. Dengan memiliki
dua anak yang saat ini bersekolah di tingkat dasar
dan menengah. Rata-rata pengeluaran untuk biaya
sekolah sebesar Rp 1,5 juta/bulan. Selanjutnya, biaya
kebutuhan hidup sebesar Rp 3,5 juta/bulan. Sisanya,
saya masukkan ke tabungan.
Saat ini, penyuluhan mengenai budidaya sawit
lestari sudah diberikan. Tetapi kami tetap butuh
dukungan dari perusahaan untuk menjabarkan
bagaimana pola prakteknya.

21

Suparno, Kepala Desa Makmur, Kecamatan Pangkalan Kerinci


Kabupaten Pelalawan, Petani Plasma Sawit PT Inti Indosawit Subur
Dengan pendapatan bulanan yang mencapai Rp 2,5 juta/bulan/kaveling, saya dapat menguliahkan anak pertama saya di Yogyakarta. Dahulu,
seluk beluk mengenai budidaya kelapa sawit belum banyak saya ketahui.
Beruntung, pihak perusahaan inti (PT Inti Indosawit Subur) memberikan
bantuan berupa pengelolaan kebun yang baik kepada para petani plasma.
Hasilnya, para petani mampu mengembangkan lahan perkebunan
sawit dengan mendapatkan produksi TBS cukup tinggi. Dari tahun ke
tahun, terjadi peningkatan teknis mengelola kebun sawit.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Desa Makmur, Pelalawan,
berasal dari petani transmigran yang memilih berkebun sawit. Sekarang ini
jumlah warga kami mencapai 3.658 jiwa yang menggantungkan hidupnya
dari sawit.

Samidi Tjitro Sentono, Petani Plasma Sawit PT Inti Indosawit Subur


Sebelum memiliki lahan sawit sendiri, saya bekerja sebagai buruh
harian lapangan pada 1991. Lalu mulai mendaftarkan program plasma
di PT Inti Indosawit Subur. Setelah 7 bulan menunggu akhirnya saya
resmi diterima mengikuti program plasma pada 1993. Setelah 6 tahun
membayar cicilan kepada perusahaan inti, akhirnya saya memiliki
sertifikat kepemilikan lahan.
Sekarang ini, kaveling yang saya miliki telah mencapai 10 kaveling,
dengan pendapatan bersih rata-rata mencapai 15 juta/bulan. Untuk
perawatan kebun, saya menggunakan tenaga pekerja sejumlah 3 orang
untuk membersihkan gawangan, memupuk dan memanen.
Apabila masih tinggal di Jawa kemungkinan kehidupan saya tidak
akan seperti ini. Dari hasil berkebun sawit saya mampu menyekolahkan
ketiga anak saya hingga jenjang perguruan tinggi. Saat ini anak pertama
bekerja di KUD, lalu anak kedua baru saja diterima di PLN dan anak ketiga
sedang menyelesaikan kuliahnya di Universitas Riau, jurusan Akuntansi.
Selain berkebun sawit, saya telah memiliki truk yang digunakan untuk
mengangkut hasil TBS milik petani, lalu membuka pula toko kelontong.

22

Siman, Ketua Kelompok Tani Maju Bersama,


Petani Plasma Sawit PT Inti Indosawit Subur
Sebelum bekerja sebagai petani sawit, saya sempat bekerja di
Perusahaan Jawatan Kereta Api lantas pindah dan bekerja di pabrik
pengolah karet di PT Lonsum. Memang, saya memiliki tekad untuk
memiliki usaha sendiri setelah 5 tahun bekerja. Pada 1990, saya
mulai menjadi petani plasma lalu empat tahun berikutnya berhasil
mendapatkan sertifikat kepemilikan lahan sendiri.
Sekarang ini, total kaveling yang saya miliki sebanyak 3 kaveling.
Tak hanya sawit, saya pun mempunyai jasa pengangkutan TBS yang
mengandalkan 2 truk. Usaha lain yang saya miliki berupa mengelola
sapi ternak bersama teman-teman petani lainnya dengan membuat
Kelompok Tani Maju Bersama. Total penghasilan setiap bulan sebesar Rp
35 juta untuk menghidupi istri dan dua orang anak.
Keberhasilan yang saya peroleh menjadi petani plasma tidak terlepas
dari kerja keras yang dilakukan selama 20 tahun lalu. Meskipun ada
bantuan dari pemerintah dan perusahaan inti, tetapi kalau tidak dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin sudah pasti kehidupan petani
plasma sulit berubah.

Sunarto, Petani Plasma Sawit PT Inti Indosawit Subur


Semenjak tahun 1991, saya telah tinggal di Desa Buana Bhakti dengan
mengikuti program transmigrasi. Awalnya saya bekerja di PT Inti Indosawit Subur
dengan upah Rp 1.500/hari. Setelah 3 tahun bekerja, lalu saya mulai mengikuti
program plasma di perusahaan. Lalu pendapatan pertama saya sebagai petani
sawit sebesar Rp 100.000/bulan, ketika itu harga TBS masih Rp 25/kg.
Tetapi sekarang ini, pendapatan yang saya terima mencapai Rp 3 juta/bulan/
kaveling. Dari hasil berbudidaya sawit ini, saya dapat menyekolahkan kedua anak
saya sampai perguruan tinggi. Anak pertama membuka usaha peternakan ayam,
lalu anak kedua sedang menyelesaikan kuliahnya. Sementara untuk kebutuhan
primer dan sekunder sudah tercukupi dengan baik. Saat ini, saya pun telah mampu
membeli mobil dan lahan baru seluas 6 kaveling.
Banyaknya isu lingkungan yang menerpa perkebunan kelapa sawit, sebaiknya
disikapi secara cepat oleh pemerintah karena dapat merugikan kehidupan kami
sebagai petani sawit. Sejauh ini, perkebunan kelapa sawit telah terbukti menjadi
sandaran hidup kami selama puluhan tahun. Sekarang ini, para petani juga mulai
mengaplikasi budidaya sawit yang ramah lingkungan, dengan cara memakai pupuk
organik dari kotoran sapi dan ayam.

23

Dasar Hukum
Pengembangan
Petani Plasma Sawit

1974

Keputusan Presiden
RI No.11 Tahun 1974,
tentang Repelita II,
diatur Pola PIR-BUN

Instruksi Presiden No.1 tahun 1986,


tentangTata Cara Pembangunan Perkebunan
dengan Pola PIR-Trans
Surat Keputusan Menteri Pertanian No.333/
Kpts/KB.510/6/1986, tentang Tata Cara
Pembangunan Perkebunan dengan Pola
PIR-Trans

1986

1998
Keputusan Bersama Menteri
Pertanian dan Menteri Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil No.73/
Kpts/KB.510/2/1998 dan No. 01/
SKB/M/11/98, tentang Kredit Koperasi
Primer untuk Anggota (KKPA)

Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

Rencana dan Realisasi Petani Inti Rakyat Khusus Sawit

24

Peraturan Menteri Pertanian


No.26 Tahun 2007, tentang
Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan

Undang-Undang Nomor
18 tahun 2004, tentang
Perkebunan

2004

2006

2007

Peraturan Menteri Keuangan No.117/PMK.


06/ 2006, tentang Kredit Pengembangan
Energi Nabati dan Revitbun.
Peraturan Menteri Pertanian No.33/
Permentan/OT.140/7/2006, tentang
Pengembangan Perkebunan Melalui
Program Revitalisasi Perkebunan

q Gambaran Konkrit Produksi dan Pendapatan Petani Plasma Sawit

Data Per-KUD di Kijang Plasma PT Buana Wiralestari Mas


Data Pendapatan
PENDAPATAN 2007-2010
NO

NAMA KUD

Makarti Buana Jaya

Berkat Ridho

LUAS HA

JUMLAH
KK

2007
Pendapatan/
thn (Rp)

2008
Per KK/bln
(Rp)

Pendapatan/thn
(Rp)

2009
Per KK/bln
(Rp)

Pendapatan/thn
(Rp)

s/d April 2010


Per KK/bln
(Rp)

Pendapatan/thn
(Rp)

Per KK/bln (Rp)

1.011,00

506

34.409.503.169

5.666.914

45.505.532.864

7.494.324

36.671.229.590

6.039.399

9.550.972.970

4.718.860

700,00

350

21.135.945.853

5.032.368

29.795.637.226

7.094.199

25.729.446.660

6.126.059

6.585.426.119

4.703.876

Kijang Mas

774,00

388

27.641.225.147

5.936.689

36.226.904.494

7.780.693

28.983.276.070

6.224.930

7.719.194.455

4.973.708

Makmur Sejahtera

1.270,00

636

40.729.897.668

5.336.727

54.595.244.198

7.153.465

44.034.085.770

5.769.665

12.275.639.624

4.825.330

Panca Warga

1.224,80

611

41.399.713.992

5.646.442

51.893.284.745

7.077.644

43.681.113.294

5.957.599

11.229.366.096

4.594.667

Budi Karya

999,00

517

36.433.883.819

5.872.644

48.469.579.328

7.812.634

36.359.899.136

5.860.719

10.094.790.033

4.881.427

Lestari Jaya

1.022,00

511

31.518.743.135

5.140.043

42.191.424.060

6.880.532

36.075.944.932

5.883.227

9.905.067.935

4.845.924

Manunggal Abadi

1.146,99

574

36.526.780.030

5.302.959

48.547.535.285

7.048.132

42.144.621.285

6.118.557

11.151.193.607

4.856.792

8.147,79

4.093

269.795.692.813

5.493.031

357.225.142.201

7.273.091

293.679.616.737

5.979.306

78.511.650.838

4.795.483

TOTAL

Referensi:
1. Fauzi, Yan dkk, (2008) Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil & Limbah, Analisis Usaha & Pemasaran, Jakarta:
Penebar Swadaya.
2. Sunarko, (2009) Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit degan Sistem Kemitraan, Jakarta: Agromedia Pustaka.
3. Kirk, Colin (1987) Contracting Out: Plantations, Smallholders and Transnational Enterprise, dalam IDS Bulletin, vol.18,
no.2.
4. Majalah InfoSAWIT

25

26

Hamparan Perkebunan Sawit

27

GAPKI
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
Sudirman Park Rukan Blok B-18
Jl. K.H. Mas Mansyur, Kav. 35
Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Indonesia.
Telp. +6221-57943871
Fax. +6221-57943872
www.gapki.or.id

PT Mitra Media Nusantara


Komplek Bukit Permai
Jl. Anjasmoro G2 No. 1
Cibubur, Jakarta Timur, Indonesia.
Telp/Fax. +6221-8716853
www.infosawit.com

Anda mungkin juga menyukai