Komposisi
Sampel A
(Indofood)
Sampel C
(gudang gandum)
Sampel D
(cap tomato)
Sampel E
(saos)
Sampel B
(saos timun)
Penyiapan sampel ini asam benzoat dalam saos tomat diubah kebentuk natrium
benzoat dengan penambahan NaCl. Reaksinya sebagai berikut.
COOH
COONa
+ NaCl
Asam Benzoat
+ HCl
Natrium Benzoat
(........Pers : 1)
penyiapan sampel. Filtrat hasil saringan berwarna merah bata dari masing-masing
sampel, kemudian diekstraksi menggunakan corong pisah.
4.1.3 Ekstraksi Sampel
Filtrat natrium benzoat yang diperoleh dari hasil penyiapan (Pers :1) akan
dipipet 80 mL dari masing-masing sampel dimasukan kedalam erlenmeyer kemudian
dinetralkan dengan penambahan HCl 5 % sebanyak 1,5 mL yang berada dalam buret
setelah itu ditambahkan lagi 5 mL HCl sesudah keadaan netral tercapai. Reaksi secara
keseluruhan dapat dilihat apada gambar 4.3
Reaksi penambahan HCl:
COONa
COOH
+ HCl
Natrium benzoat
+ NaCl
Asam benzoat
(.....Pers : 2)
COONa
+ NaOH
Asam benzoat
+ H 2O
Natrium benzoat
(......Pers : 3)
rendah dalam eter (1 g/75 g eter). Anggota paling umum dari kelompok campuran
kimiawi yang secara umum dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya
butanol. Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3, dietil eter digunakan sebagai pelarut,
pada ektraksi ini pelarut eter berada paling atas. Diketahui dalam ekstraksi sering
terjadi emulsi, sehingga ketika diekstraksi menggunakan corong pisah digoyanggoyang secara kontinyu dengan gerakan memutar.
Lapisan dietil eter dari tiap ekstraksi kemudian ditampung dari masingmasing sampel. Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk memisahkan suatu zat terlarut
diantara dua fasa. Setelah ekstraksi akan terdapat dua lapisan yang terpisah. Lapisan
bawah adalah fase aqueous, sedangkan lapisan atas merupakan fase eter. Hal ini
disebabkan berat jenis eter (=0.713 g/ml) lebih rendah daripada berat jenis air (=1
g/ml) maka ektraksi sampel dengan menggunakan pelarut dietil eter agar pelarut yang
digunakan dapat menarik zat-zat yang ada pada saos tomat. Dietil eter memiliki sifat
non polar yang mudah dipisahkan sehingga pelarut pertama tdk bercampur dengan
pelarut kedua.
Hasil dari ekstraksi yang dikumpulkan dari masing-masing sampel kemudian
dievaporator pada suhu 30-50oC sampai ekstrak menjadi pekat. Tujuan dari evaporasi
yaitu untuk mendapatkan ekstrak pekat asam benzoat. Ekstrak pekat ini yang
diperoleh dari masing-masing sampel kemudian dikeringkan diatas penangas air, lalu
dibiarkan semalam di dalam desikator sehingga didapatkan ekstrak kering asam
benzoat seperti pada gambar 4.4 Selanjutnya akan di uji kualitatif.
(molaritas). Pada penelitian ini dilakukan standarisasi larutan NaOH, larutan NaOH
yang digunakan pada uji kuantitatif kadar benzoat harus di standarisasi terlebih
dahulu karena larutan tersebut merupakan larutan standar sekunder dan larutan baku
primer asam oksalat. Pembakuan larutan dilakukan dengan cara titrasi menggunakan
indikator penolftalein sebanyak 2 tetes sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi warna merah mudah. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan. Dari
hasil pembakuan diperoleh konsentrasi rata-rata NaOH 0,1020 mol/L.
4.1.5 Uji Kualitatif
Ekstrak eter yang diperoleh pada ekstraksi kemudian ditambahkan dengan
NH3 sampai larutan tersebut menjadi basa. Larutan kemudian diuapkan untuk
menghilangkan kelebihan NH3. Residu yang terbentuk dilarutkan dengan air panas
dan di saring untuk menghilangkan kotoran-kotoran sehingga pembentukan benzoat
akan jelas terlihat. Filtrat tersebut kemudian ditambahkan dengan FeCl3. Jika sampel
positif mengandung benzoat, maka akan terbentuk endapat kecoklatan dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Kesimpulan
Positif ada benzot
Positif ada benzot
Positif ada benzot
Positif ada benzot
Positif ada benzot
Keterangan :
+ : positif mengandung benzoat, ditandai dengan terbentuknya endapan kecoklatan
Sampel A (Indofood) Sampel bermerek, sedangkan sampel tidak bermerek sampel B
(saos timun), sampel C (gudang gandum), sampel D (cap tomat), dan sampel E (saos)
Dengan melihat Tabel 4.2 bahwa semua sampel saos tomat yang tidak
bermerek maupun saos tomat bermerek setelah dilakukan uji kualitatif dengan
menggunakan pereaksi FeCl3 0,5 % sebanyak 3 tetes semuanya positif mengandung
benzoat ditunjukan dengan adanya endapan berwarna kecoklatan Hal ini berarti
bahwa semua sampel saos tomat yang bermerek maupun tidak bermerek semua
positif mengandung bahan pengawet benzoat. Dapat dilihat pada lampiran 8 hasil uji
kualitatif. Reaksi Uji Kualitatif asam benzoat pada saos tomat:
FeCl3 + C6 H5 COOH
Pada titrasi ini indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalein sampai terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi warna merah mudah dapat
dilihat pada gambar berikut ini
Volume Rata-rata
NaOH (mL)
0.1
0,166
0,2
0,133
0,166
% Kadar
0,00622
0,010327
0,012444
0,008275
0,010327
sampel C (gudang gandum) dengan kadar benzoat 0,12444 gram, Sampel D (cap
tomato) kadar benzoat 0,08275, sedangkan sampel E (saos) mengandung kadar
benzoat sama dengan sampel B yaitu 0,10327 gram dalam 1 kg saos tomat. Menurut
ketentuan Menteri Kesehatan No. 722/MENKES/Per/IX/1988 maupun SNI 0I-3541994 yaitu 1000 mg/kg (Anonimus, 1988). Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semua
sampel yang telah di uji menggunakan uji kuantitatif mengandung pengawet benzoat
lebih rendah dari kadar yang diperbolehkan atau lebih kecil dari batas maksimum,
namun pada sampel A (Indofood) memiliki kadar benzoat lebih rendah dari sampel
yang tidak bermerek.
Bahan tambahan makanan seperti bahan pengawet benzoat memiliki nilai
kadar sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan (NAB) Nilai Ambang Batas yaitu 1
gram bahan pengawet benzoat dalam 1 kg bahan. Oleh sebab itu dapat diperhatikan
dalam mengkonsumsi saos tomat, karena dengan menkonsumsi saos tomat yang
berlebihan dapat menganggu kesehatan fisik terutama dapat menyerang system
syaraf, di bandingkan dengan penelitian sebelumnya penelitian Siaka 2009, analaisis
bahan pengewet benzoat pada saos tomat kota Denpasar mengatakan bahwa sekitar
31,22 % dari sampel saos tomat yang mengandung bahan pengawet melebihi batas
maksimum. Hal ini berarti bahwa penelitian yang dilakukan sedikit berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Siaka 2009.
Kelebihan bahan pengawet benzoat pada saos tomat yang tidak bermerek
disebabkan oleh adanya keinginan produsen untuk menambahkan pengawet yang
berlebih agar produknya awet dalam jangka waktu yang cukup lama, kurangnya
pengetahuan produsen terhadap dampak pengawet benzoat yang berlebihan, serta
kurangnya control dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) terhadap
Produsen, sehingga produsen tidak berhati-hati dalam menambahkan bahan pengawet
pada makanan.