Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP PRAKTIK LAPANGAN

MATA KULIAH ENVIROMENTAL SCIENCE


DI MALINO KABUPATEN GOWA

OLEH :
KELOMPOK 4
PENDIDIKAN KIMIA ICP A

YULI ASTUTI
RISDAH DAMAYANTI NASIR
NUR ALIYA IBRAHIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan

sehari-hari

setiap

kita

melakukan

aktivitas pasti berhubungan dengan lingkungan baik itu


dalam bekerja, bermain, rekreasi, dll, hal ini menunjukan
bahwa

kita

tidak

ketergantungan

bisa

hidup

lepas
kita

dari

lingkungan

berasal

dari

karena

lingkungan.

Lingkungan terdiri dari lingkungan darat, perairan, dan udara,


jika manusia bersifat semena-mena terhadap lingkunga bisa
menyebabkan lingkungan tersebut tercemar. Contoh dari
pencemaran darat adalah seperti pencemaran sampah yang
menumpuk disetiap daerah, contoh pencemaran dari perairan
seperti yang kita lihat sampah yang dibuang di sungai
sehinggah menyebabkan air menjadi berbau busuk dan
kalihatan keruh, contoh pencemaran dari udara yaitu gas-gas
dari hasil industri maupun gas yang dikeluarkan oleh knalpot
kendaraan ke udara. Pencemaran ini dapat merugikan
manusia sendiri seperti terjadinya bencana alam berupa
banjir,

longsor

maupun

keadaan

iklim

yang

berubah.

Kerusakan lingkungan yang banyak terjadi yang sering kita


lihat dengan mata kepala kita sendiri yakni pada kerusakan
hutan penyebab dari ini adalah karena tempat tersebut akan
dijadikan pemukiman maupun lahan untuk bercocok tanam
serta kegiatan industri. Karena jumlah penduduk yang
semakin tahun semakin banyak maka tidak bisa dihindari lagi
bahwa

hutan

akan

semakin

sempit

hal

ini

bisa

membahayakan daerah tersebut apalagi jika tempat itu


rawan hujan maka tidak ada lagi yang menyerap air tersebut
sehinggah

menyebabkan

tanah

terkikis.

Kerusakan

lingkungan yang terjadi dapat ditanggulangi dengan adanya


kesadaran masing-masing pada diri manusia bahwa sahnya
mereka diciptakan sebagai pemimpin baik itu sesamanya
maupun lingkungan. Penanggulanan kerusakan linkungan
sudah dilakukan oleh pemerintah utamanya di propinsi
sulawesi

selatan.

Untuk

membuktikan

diatas

serta

semua

mengetahui

permasalahan-permasalahan

sejauh

mana

sikap

manusia

terhadap kondisi tersebut maka kami melakukan penelitian


didaerah pegunungan yang hutannya masih luas dengan
melihat

langsung

alam

didaerah

tersebut

dan

juga

mewawancarai masyarakat setempat karena masyarakatlah


yang lebih mengetahui daerah mereka.
B. Tujuan Praktik Lapangan
1. Dengan
melakukan
observasi

dibendungan

bili-bili

mahasiswa dapat menjelaskan dampak positif dan dampak


negatif kebedaraan bendungan bili-bili
2. Dengan memperhatikan material hasil erosi sungai yang
terdapat di lebong mahasiswa dapat menjelaskan aktivitas
alam dalam merusak lingkungan
3. Dengan memperhatikan tanggul pengaman

mahasiswa

dapat menjelaskan pentingnya tanggul pengaman untuk


mengurangi percepatan pendangkalan bendungan bili-bili
4. Dengan memperhatikan letak geografis wilayah budidaya
tanaman holtikultura di Bulu Balea mahasiswa dapat
menjelaskan kaitan antara letak tempat, kemiringan lereng
, jenis dan struktur tanah dengan budidaya tanaman
holtikultura
5. Dengan memperhatikan

pemukiman

di

Bulu

balea,

mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh kesuburan tanah


terhadap pembentukan pemukiman penduduk

6. Dengan memperhatikan keberadaan air terjun di Takapala,


mahasiswa

dapat

menjelaskan

kaitan

bentuk

lahan

terhadap aktivitas manusia di sekitarnya


7. Dengan melakukan observasi di pasar malino, mahasiswa
dapat menjelaskan jenis dan pola pertanian di malino dan
sekitarnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Problematika Lingkungan
Masalah lingkungan yang kita hadapi sekarang merupakan
masalah ekologi manusia. Masalah itu timbul karena aktifitas
manusia yang menyebabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai
lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Baljar dari kasuskasus yang telah terjadi sebelumnya maka semua pihak baik
pemerintah

maupun

masyarakat

mulai

vocal

dalam

menyuarakan keperihatinanya terhadap masalah lingkungan.


Puncak perhatian tehadap masalah lingkungan ini pada saat
diselenggarakan konferensi PBB tentang lingkungan hidup di
Stockholm pada bulan juni 1972, yang dikenal dengan konferensi
stockhplm pada bulan juni 1972, sehingga ditetapkan sebgai hari
lingkungan hidup sedunia (Tim Dosen, 2012:1-2)
1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dalam semua


benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya ynag mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain (UU RI No. 23
Tahun 1997). Pada pengertian ini tercantum dua kali kata
manusia

yakni

perilakunya)

dan

manusia

sebagai

manusia

subjek

sebagai

objek

(manusia

dan

(yang

akan

terpengaruh). Dalam lingkungan hidup kita jumpai benda dan


daya yang memungkinkan manusia dan makhluk lain dapat
hidup dan berkembang biak. Benda dan daya ini biasanya
dikelompokkan kedalam komponon fisik lingkungann hidup atau
biasa juga disebut sebagai komponon abiotik. Makhluk hidup
yang terdiri dari satwa dan tumbuhan termasuk komponen biotic
sedangkan makhluk hidup berupa manusia disebut komponen
social, ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat disebut
sebagai komponen kultur (cultur). Untuk singkatnya, lingkungan
hidup terdiri atas tiga komponen abiotik, biotic dan cultur, atau
sering disebut sebagai konsep ABC (Tim Dosen, 2012:3).
2. Permasalahan Lingkungan Hidup
Perkembangan kehidupan manusia mewujudkan semakin
modern tingkat kehidupan manusia, semakin besar kerusakan
dari pencemaran lingkungan hidup yang ditimbulkan. Disamping
itu perkembangan kehidupan tersebut juga menyebabkan makin
menipisnya sumberdaya alam yang ada dibimi ini. Masalah
lingkungan hidup ini ada yang bersifat regional, dan global. Luas
besarnya masalah tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
besarnya masalah (Tim dosen, 2012:4).
B. Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam dan
Lingkungan
1. Pertumbuhan
Lingkungan

Penduduk

dan

Dampaknya

Terhadap

Di indonesia masalah pertambahan penduduk masih cukup


memperihatinkan, kalaupun berbagai upaya telah dilaksanakan
oleh pemerintah. Pada awal pelita I, penduduk Indonesia
berjumlah sekitar 120 juta, dengan pertumbuhan rata-rata diatas
2,6%setahun kemudian pertumbuhan tersebut telah dapat ditkan
menjadi 2%, namun pertambahan jumlah penduduk masih cukup
besar (Tim Dosen,2012:29).
Akibat pertumbuhan penduduk yang makin pesat tersebut
akan

menimbulkan

banyak

masalah.

Masalah

di

bidang

kependudukan di Negara berkembang terdapat kecenderungan


perpindahan penduduk secara dramatis dari wilayah pedesaan
kewilayah perkotaan (Tim Dosen, 2012:30)
2. Sumber Daya Alam dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
Sumber daya alam merupakan unsure lingkungan alam, baik
fisik maupun hayati yang diperlukan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya.
Manusia

dalam

memanfaatkan

melaksanakan
sumber

daya

segala
alam.

kegiatannya
Hal

tersebut

selalu
akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun


negative (Tim dosen, 2012:31).
C. Ekologi Sebagi Dasar Ilmu Lingkungan
1. Pengertian Ekologi
Ekologi berasal dari bahas ayunani oikos yang berarti
rumah atau rumah tangga atau tempat tinggal, dan logos yang
berarti ilmu. Jadi mempelajari rumah tangga lingkungan, tempat
hidup semua organism, seluruh proses-proses fungsional yang
menyebabkan tempat hidup itu cocok untuk didiami. Secara
harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari organism di
tempat hidupnya dengan menggunakan pola hubungan timbal
balik

antara

makhluk

hidup

dan

lingkungannya.

Secara

tradisional ekologi biasanya diberibatasan sebagai ilmu yang

mempelajari interaksi antara organisme dalam lingkungannya


(Tim Dosen, 2012:43).
Menurut Tim Dosen

(2012),

pengertian

ekologi

dapat

disimpilkan sebagi beruikut:


a. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbale balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
b. Ekologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan dalam
habitatnya.
c. Ekologi adalah

ilmu

tentang

struktur

dan

fungsi

ekosistem.
Ekologi adalah dasar pokok ilmu lingkungan (Soerjaatmadja,
1981:4).
2. Ruang Lingkup Kajian Ekologi
Kajian ekologi tidak telepasa dari kajian mengenai sitem
makhluk

hidup

komponen

biotic

atau
dan

biosistem.
abiotik.

Biosistem
Setiap

tersusun

komponen

atas
biotic

membutuhkan semua komponen abiotik yang meliputi materi,


energy ruang, waktu dan keanekaragaman untuk membentuk
ekoisistem secara utuh (Tim Dosen, 2012:43).
3. Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lingkungan
Pada

dasarnya

ekologi

adalah

ilmu

dasar

untuk

mempertanyakan, menyelidiki dan memahami bagaimna alam


bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam setiap
kehidupan, apa yang mereka perlukan dari habitatnya untuk
dapat melangsungkan kehidupan, bagiman mereka mencukupi
kebutuhannya, bagaimna mereka melakukan interaksi dengan
komponenlain dsan dengan spesies lain, bagiman individu dalam
spesies

dapat

beradaptasi,

bagaiman

makhluk

hidup

menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap berbagai


perubahan,

bagaiman

individu

dalm

spesies

mengalami

pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi dan komunitas.

Semua ini berlangsung dalam satu proses yang mengikuti


tatanan prinsip dan ketentuan alam yang rumit tetapi cukup
teratur

yang

dengan

ekologi

kita

mencoba

memhaminya.

Dimana perlu dengan menyederhanakannya, walaupun kita


menyadari bahwa dibalik kesederhanaan itu tetap tersimpan
kerumitan yang mendalam (Anonim,2012).
Dapat

dikatakan

bahwa

ilmu

lingkungan

sebenarnya

merupakan ilmu terapan dari ekologi yang murni sifatnya, yakni


bagaimana menerapkan berbagai prinsip dan ketentuan ekologi
itu, dalam kehidsupan manusia, atau ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana manusia harus menmpatkan dirinya dalam
ekosistem, dalam lingkungan hidupnya (Anonim,2012).
4. Daya dukung dan strategi hidup
Daya dukung lingkungan (carrying capacity) adalah batas
teratas dari pertumbuhan suatu populasi, diatas mana jumlah
populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumberdaya dan
lingkungan yang ada.
Berdasarkan strategi kehidupannya, ada mahluk yang
mempunyai

strategi

lingkungan,

dan

akan

hidup

memperhatikan

menekan

daya

pertumbuhan

dukung

populasinya

apabila jumlahnya sudah mendekati kemampuan daya dukung


lingkungannya. Ciri utama mahluk hidup yang demikian adalah
yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya ada mahluk yang mempunyai strategi hidup tidak
mempedulikan

batas

daya

dukung

lingkungan,mereka

berkembang biak menurut nalurinya, melampaui daya dukung,


mengalami bencana kelaparan yang menyebabkan kematian
masal,

sehingga

populasinya

terpaksa

turun

di

bawah

kemampuan daya dukung lingkungannya. Demikian seterusnya


sampai mungkin terjadi stabilitas di bawah batas daya dukung

lingkungannya, walaupun stabilitas

itu hanya

akan terjadi

sementara waktu.

BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 22 November 2014
Berangkat : Sabtu, 22 November 2014, pukul 08.00 WITA
Kembali
: Sabtu, 22 November 2014, pukul 05.00
WITA
2. Tempat Pelaksanaan
Praktik lapang dilaksanakan di lima titik di Kabupaten Gowa
yaitu :
Objek 1 : Bendungan Bili-bili
Objek 2 : Tempat penambangan material hasil erosi sungai
yang terdapat di lebong
Objek 3 : Tempat pembudidayaan tanaman holtikultura
dataran tinggi Bulu Ballea
Objek 4 : Air terjun Takkapala
Objek 5 : Pasar Sentral Malino
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Dokumentasi disini dalam bentuk foto sebagai bukti bahwa
telah dilakukan observasi atau praktik lapangan secara
langsung.
2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan pada alam secara


langsung, bagaimana pengaruh alam terhadap lingkungan
dan kehidupan manusia.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Bendungan Bili-bili
Pada bagian bawah, bendungan bili-bili terbentang sungai
yang memanjang dengan bukit di sebelah kiri dan
kanannya

serta

jembatan

di

atas

sungai.

Terlihat

bendungan yang saat itu tampak kering dari biasanya


karena musim kemarau.

Sedangkan pada bagian atas yaitu bagian tanggu atas


terlihat muara beberapa sungai yang tampak seperti laut
yang luas, namun memiliki keadaan yang hampir sama di
bagian bawah yaitu kapasitas air lebih sedikit dari
biasanya sehingga garis batas air dapat dilihat.

2. Tempat penambangan material hasil erosi sungai yang


terdapat di lebong

:
Pada tempat tersebut, bermuara beberapa beberapa
sungai seperti pada gambar di atas, dan tempat di atas
merupakan

tempat

penambangan

beberapa

material

seperti batu, kerikil, pasir, dsb.


3. Tempat pembudidayaan tanaman holtikultura dataran
tinggi Bulu Ballea :
Pada daerah tersebut merupakan dataran tinggi dengan
curah hujan yang tinggi yang kemudian dimanfaatkan
untuk membudidayakan tanaman holtikultura.

4. Air terjun Takkapala :


Air terjun takkapala memberikan manfaat yang begitu
berarti

bagi

adanya

air

penduduk
terjun

disekitarnya, dimana

tersebut

penduduk menjadi meningkat.

membuat

dengan

pendapatan

5. Pasar Sentral Malino :


Di pasar tersebut, dijual berbagai macam hasil budidaya
wilayah malino, termasuk dari hasil tanaman budidaya di
bulu ballea. Selain itu, juga dijual berbagai jajanan khas
malino yang ditujukan untuk para pengunjung yang pergi
berwisata atau berekreasi ke daerah tersebut.
B. Pembahasan
1. Dampak positif dan dampak negatif kebedaraan
bendungan bili-bili
Bendungan bili-bili

dibangun

di

wilayah

tersebut

dikarenakan letak geografisnya yang strategis yang dapat


menampung beberapa aliran sungai dan bermuara di
sungai tersebut. Sehingga, kesiapan airnya selalu tetap
sepanjang tahun. Selain itu, pada sisi kiri dan kanan

bendungan juga terdapat bukit. Itulah yang menjadi


patokan

bahwa

dengan

membangun

bendungan

di

wilayah ini, dapat memberikan kontribusi air ke wilayahwilayah lainnya, seperti wilayah Pallangga, Bontonompo,
Takalar, Bajeng Utara, dsb. Dimana, wilayah tersebut
terbentang luas sawah-sawah. Sehingga dengan irigasi
ini, sawah yang awalnya hanya panen sekali dalam
setahun, menjadi dua kali atau lebih panen dalam
setahunnya.
Selain karena

faktor

geografis

diatas,

di

wilayah

Makassar setiap tahun kandungan air tanahnya semakin


tidak layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, para penduduk meminta untuk dibangun
bendungan ini sebagai sumber air PDAM. Adapun pada
bendungan tersebut terdapat bagian yag disebut sebagai
pintu pengendali yang akan dibuka ketika air melebihi
standar normal. Bendungan ini memiliki lebar yaitu sekitar
1 kilo 9 meter atau 1009 meter. Pada musim kemarau,
pasokan air akan berkurang. Namun sebaliknya, pada
musim hujan pasokan airnya akan melimpah bahkan bisa
menyebabkan banjir.
2. Pentingnya

tanggul

pengaman

untuk

mengurangi

percepatan pendangkalan bendungan bili-bili


Pada bendungan bili-bili, terdapat pula sebuah kantor
yang digunakan sebagai pengendali aliran sungai. Aliran
sungai tersebut dapat ditandai pada lokasi dimana
terdapat beberapa sampan para nelayan. Bendungan
tersebut

juga

dilengkapi

dengan

pintu

pengendali

otomatis, yang dimana jika pasokan air melebihi standar


normal maka pintu pengendali air pada bendungan akan
terbuka secara otomatis. Struktur dari pintu pengendali ini

kemungkinan sangat susah untuk rusak, kecuali jika


terdapat pula kerusakan pada mesin pengendalinya.
Air pada bendungan berasal dari daerah sakupan
tadahan hujan yang kemudian mengalir ke bendungan.
Batas airnya terletak di seberang sungai yang
penampakannya seperti pinggir pantai. Serta daerah batas
dari bendungan tersebut terdapat pada punggung gunung
yang disebut sebagai keepment area, dimana berfungsi
untuk mengalirkan pula air ke bendungan. Adapun
bendungan tersebut dapat mencapai kedalaman hingga
90 meter. Sedangkan pada musim kemarau saat ini
kedalamannya hanya 20 meter. Jika airnya melimpah
(penuh), maka bendungan tersebut akan seperti laut.
Namun jika airnya meluap, maka bendungan tersebut
akan jebol dan pada akhirnya menyebabkan banjir. Pada
saat terjadi banjir, daerah-daerah utama yang akan
merasakan
dampaknya
meliputi
daerah
sekitar
bendungan, Pallangga, Sungguminasa, kecamatan Maccini
Sombala,
bahkan
bisa
menjangkau
daerah
Parangtambung.
Selain dari pintu pengendalinya yang sangat susah
untuk rusak, bendungan tersebut juga tahan akan gempa.
Gempa yang kekuatannya lebih dari 12 SR pun masih
dapat mengokohkan bendungan. Namun, bendungan
hanya memiliki kekuatan hingga 15 SR kekuatan gempa.
Lebih daripada itu, maka kekuatan bendungan tidak
mampu lagi menahannya. Di Indonesia, rata-rata kekuatan
maksimal gempa sebesar 8,5 SR yang dimana kasus ini
pernah terjadi pada masa pemerintahan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY).
Seperti pada slogan dimana ada pembangunan,
disitu ada kerusakan. Namun pembangunan bendungan
tersebut ternyata bersifat positif dan membantu
masyarakat
sekitar.
Sebelum
bendungan
Bili-Bili
dibangun, awalnya merupakan bekas kampung yang
terdiri dari rumah para warga, sawah, kebun, bahkan
kuburan. Namun, pada tahun sekian dibebaskan oleh

pemerintah seluas lebih dari 10 kilometer dengan cara


pemberian ganti rugi oleh pemerintah kepada masyarakat
yang dirugikan. Pada awal sebelum bendungan tersebut
dibangun, hasil panen penduduk dalam setahun mencapai
1000 ton gabah. Namun setelah bendungan tersebut
dibangun, keuntungan mereka mencapai sekitar 50% dari
keuntungan awal.
Adapun dampak dari adanya bendungan tersebut
meliputi sumber mata pencaharian penduduk menjadi
bertambah. Hal ini dikarenakan tersebarnya berbagai jenis
ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat serta
dijadikan pula sebagai objek wisata bagi para pendatang.
Selain itu, terdapat pengaliran listrik dan tenaga air namun
masih terbatas dalam ruang lingkup daerah sekitar
bendungan. Hal ini ditandai dengan banyaknya didirikan
bengkel, pengelasan, dsb di sepanjang jalan. Sebelum
pembangunan bendungan, hanya orang-orang penting
saja yang bisa menggunakan air dari PDAM. Sedangkan
masyarakat lain hanya bisa mengandalkan pasokan air
dari sumur dan sungai Jeneberang maupun dari PLTA
Maros. Namun berbeda dengan sekarang, seluruh
masyarakat sekitar sudah bisa menggunakan air dari
PDAM. Kebutuhan PDAM mendekati 1 juta rumah dan
setiap rumah kebutuhan air mencapai 2 kubik air per
hari, dimana 1 kubik air dihargai dengan 6.000 rupiah.
3. Aktivitas alam dalam merusak lingkungan di Lebong
Jika diukur dengan menggunakan Antimeter, posisi
Lebong terdapat pada 300 meter diatas permukaan laut.
Sumber air yang terdapat di lebong berasal dari gunung,
serta terdapat pula pertemuan 5 titik sungai. Pada tahun
2007, terjadi bencana longsor di gunung Bawakaraeng,
sehingga materialnya masih bisa dilihat sampai saat ini
yakni berupa pasir dan bebatuan yang terbawa oleh air.
Selain itu, dulunya terdapat tanggul pengamatan. Namun,
tanggul

tersebut

telah

dibobol

dikarenakan

adanya

tanggul yang baru. Berdasarkan standar, jangka waktu

minimal pemakaian bendungan adalah selama 100 tahun,


setelah itu dibuat kembali bendungan yang baru. Air yang
akan mengalir ke bendungan akan di tahan di Lebong.
Selain itu terdapat pula material-material hasil longsoran
yang dimana hampir seluruh material tersebut di bawa ke
Makassar dan sekitarnya untuk timbunan maupun bahanbahan bangunan. Dan inilah yang merupakan pengaruh
baik dari adanya longsor.
Jika musim hujan, material material yang terlihat
tersebut tertutupi oleh air dan penduduk tidak dapat
mengambil bahan-bahan seperti pasir ini.
Lebong berfungsi untuk menahan adanya longsoran.
Dari bendungan Bili-Bili jaraknya 20 km, serta luapan
airnya sejauh 15 km. Pada tahun 2007, terjadi bencana
longsor sehingga kecepatan air pada lokasi tersebut
menjadi deras yakni 200 km/jam. Pada awalnya, lokasi
Lebong

hanya

berupa

sawah-sawah.

Namun,

sejak

meletusnya gunung Bawakaraeng dan bencana longsor,


akibatnya hampir seluruh dari bagian lokasi tersebut
tertutup oleh batu-batu (material) hingga sekarang.
Material-material tersebut dibeli oleh pemilik mobil dari
pemerintah sebagai pemilik lahan, namun disini yang
memilki keuntungan yang lebih besar yaitu pemilik mobil.
4. Kaitan antara letak tempat, kemiringan lereng , jenis dan
struktur tanah dengan budidaya tanaman holtikultura di
wilayah Bulu ballea dan pengaruh kesuburan tanah
terhadap pembentukan pemukiman penduduk di wilayah
Bulu Ballea
Wilayah Bulu ballea merupakan wilayah budidaya
holtikultura

dengan

ketinggian

1490

meter

di

atas

permukaan air laut yang merupakan dataran tinggi. Pada


tahun 1982 daerah ini hanya ada satu pondokan dan

pohon akkasia sepanjang jalan, ditempat ini hanya


memproduksi jagung. Sehingga dapat disebut sebagai
wilayah yang tidak produiktif. Pada tahun 1983 ada 4
orang dari pengalengan, Jawa Barat yang jalan jalan di
tempat

ini

dan

memeriksa

tanahnya,

kemudian

menganggap bahwa struktur tanah di sini sama dengan


tanah di pengalengan dan menyimpulkan bahwa tanah ini
cocok untuk budidaya tanaman holtikultura. Selanjutnya
menanyakan mengenai curah hujan yang hanya terdapat
dua bulan yang sama sekali tidak ada hujan dan sepuluh
bulan lainnya terjadi hujan terus menerus. Karena hal
itulah

yang

mereka

untuk

melakukan

budidaya

holtikultura di daerah ini, yakni H. Ilyas, dkk. Pertama


mereka

membeli

tanah

1,5

ha

dan

kemudian

menanaminya dengan tanaman kentang, dsb selama satu


tahun. Alhasil hasilnya melimpah dan menarik orang lain
untuk melakukan budidaya holtikultura juga di daerah ini.
Kemudian daerah ini menjadi wilayah yang produktif
dengan tanaman utama berupa kentang, wortel dsb.
Kemiringan lereng di sini sekitar 15%, yang dampaknya
terhadap aliran air yang tidak terlalu mengganggu tanah.
Selain kemiringan, jens tanah juga berpengaruh terhadap
aliran air, dimana tanah yang gembur memenuhi syarat
drainase air untuk tanaman seperti kentang.
Letak geografis daerah ini mendapat dua pengaruh
angin, yakni ketika musim angin barat daya, uap air dari
teluk bone membuat turun hujan, begitu juga dengan
angin tenggara. Dan daerah ini merupakan dataran tinggi
sehingga terjadi hujan.
Adapun untuk pemukiman
seiring

dengan

penduduk

berkembangnya

berkembang

budidaya

tanaman

holtikultura dimana, orang orang yang memiliki tanah


memutuskan untuk tinggal sambil bercocok tanam dan
beberapa orang dari kota juga datang untuk membeli
tanah yang kemudian menetap di daerah ini.
5. Kaitan bentuk lahan terhadap aktivitas manusia

di

sekitarnya yakni adanya air terjun Takkapala


Kapasitas air terjun yang terlihat ketika dilakukan
observasi dapat dikatakan kecil dibandingkan jika musim
hujan, dimana saat musim hujan arus air akan terlihat
melompat turun. Pada tahun 1980 an ada selokan kecil,
kemudian tangga yang dilalui jauh sampai ke atas ke jalan
raya.
Adanya

air

terjun

ini

karena

adanya

perbedaan

tinggi,dimana ada air maka ada air yang mengalir, dimana


air ini berasal dari hujan yang terus menerus sehingga
persediaaan air tanah terus ada. Karena adanya air terjun,
maka

orang

banyaknya

orang

orang

tertarik

yang

untuk

berkunjung

datang,
maka

dengan

penduduk

sekitar dan pemerintah menyiapkan berbagai jajanan


maupun fasilitas penginapan. Dan inilah yang dikatakan
ekowisata (ekologi wisata), yakni menambah pendapatan
penduduk dan daerah, sehingga kehidupan penduduk
semakin

sejahtera.

lingkungan

perpaduan

keberadaan

air

Lingkungan
alam

terjunlah

semacam

dengan

yang

inilah

manusia

meyebabkan

dan

adanya

aktivitas kerja tersebut.


Didekat tebing air terjun tersebut, dimana gundukan
gundukan batu yang merupakan lepasan dari tebing
misalnya terdapat batu besar karena jika batu-batu dari
atas jatuh atau batu terlepas dari tebing maka tempat
aliran air di atas semakin longgar dan mengakibatkan
batu yang lainnya juga jatuh, kemudian hasil jatuhan batu

tersebut dapat berupa kerikil, kerakal maupun pasir. Dan


disekitar air terjun terdapat batu-batu yang tersusun rapi
oleh air. Dimana batuan tersebut terjadi dengan proses
dalam lapisan magma yang berbentuk cair yang mencari
jalan keluar kemudian mengangkat material-material yang
ada, sehingga ada yang sampai ke permukaan bumi ada
yang tidak, dan yang sampai adalah batu batu tersebut.
6. Jenis dan pola pertanian di malino dan sekitarnya
Pola pertanian di Malino dan sekitarnya dapat dilihat dari
segi pasar Malino sendiri, yakni mengenai jenis jenis
bahan makanan atau sayuran maupun buah buahan
yang di jual. Di pasar malino terdapat jenis sayura seperti
kentang, kol, wortel, tomat, seledri, dsb. Dengan harga
yang cukup terjangkau apalagi bagi orang kota yang
datang berkunjung. Selain sayuran adapun buah khas
yang dapat ditemukan di Malino dengan harga terjangkau
yakni markisa, stroberi dan ubi ungu.
Sedangkan untuk oleh oleh atau jajanan terdapat seperti
dodol, tenteng dan berbagai jajanan lainnya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Di daerah Malino terdapat beberapa titik yang dapat
digunakan sebagai tempat observasi tentang hubungan
antara sosial dengan lingkungan. Hal ini dapat dilihat baik
dari segi dampak positif dan negatif adanya pembangunan
bendungan,

pencemaran

lingkungan

pada

pertemuan

beberapa sungai sebagai tempat penambangan material di


wilayah lebong, air terjun Takkapala sebagai objek wisata
yang menimbulkan ekowisata, kaitan kemiringan lereng ,
jenis

dan

struktur

tanah

dengan

budidaya

tanaman

holtikultura di wilayah Bulu ballea dan pengaruh kesuburan


tanah

terhadap

pembentukan

pemukiman

penduduk

di

wilayah Bulu Ballea serta jenis dan pola pertanian di malino


dan sekitarnya di pasar Malino.
B. Saran
Untuk praktek lapangan selanjutnya sebaiknya mahasiswa
yang pergi melakukan observasi lebih memahami apa yang
harus dilakukan dalam kegiatan observasi tersebut sehingga
mereka tidak hanya pergi untuk jalan jalan. Selain itu, untuk
waktu praktek lapangan seharusnya lebih diperpanjang
waktunya sehingga proses observasi lebih baik dan teliti.

Anda mungkin juga menyukai