Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS SARINGAN AGREGAT

( SIEVE ANALYSIS )
A. TUJUAN
Membuat suatu distribusi satuan ukuran agregat dalam bentuk grafik
yang dapat memperlihatkan bagian butir ( gradasi ) suatu agregat dengan
menggunakan saringan.
B. ALAT
a. Saringan satu set : 1, , , 3/8, , No.4, No.8, No.16, No.30,
No.50, No.100, No.200
b. Timbangan digital

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Gambar 1.1 Timbangan digital


Oven
Alat pemisah sampel
Mesin penggetar saringan
Kuas
Sendok
Ember
dll

C. BAHAN
a. Agregat kasar (split) = 1000 gram (lolos saringan 25,4 mm)
b. Agregat kasar (screen) = 1000 gram (lolos saringan 9,5 mm)
c. Agregat kasar (AB) = 500 gram (lolos saringan 4,75 mm)
D. TEORI SINGKAT
Analisis saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk
menentukan persentase berat butiran agregat yang lolos dalam satu set
1

saringan, yang angka persentase kumulatif digambarkan pada grafik


pembagian butir. Ukuran butiran yang maksimum dari agregat ditunjukkan
dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos
100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan yang
terbesar

dimana diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat

yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat dikontrol


oleh spesifikasi. Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam
perencanaan suatu perkerasan.
Saringan yang biasanya digunakan untuk analisis saringan adalah
saringan menurut standard ASTM (Amerika), British Standard, DIN
(Jerman), AFNOR (Perancis), dan ISo (Internasional). Setiap standart
mempunyai ukuran berbeda satusama lainnya. Meskipun demikian biasanya
dapat diambil ukuran-ukuran lubang yang berdekatan atau ekivalennya.
Saringan utama terdiri dari saringan yang berurutan dengan ukuran lubang
ayakan di bawahnya. Satu set saringan terdiri dari saringan ukuran 4,3,
2, 1, ,1/2, 3/8, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lakukan pembagian agregat dengan alat pemisah
3. Timbang agregat yang sudah dibagi sesuai kebutuhan
4. Masukan agregat kedalam susunan ayakan standard dan letakan diatas
vibrator (mesin penggetar)
5. Lakukan penggetaran 15 menit

Gambar 1.2 penggetaran saringan di vibrator


2

6. Timbang agregat yang tertahan pada setiap saringan

Gambar 1.3 penimbangan agregat


7. Hitung persentase lolos dan tertahan pada masing masing saringan
8. Masukan data pada table dan plot pada grafik
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
Rumus-rumus yang digunakan
Berat tertahan (gr) = (Berat saringan + agregat) Berat saringan
komulatiftertahanan( gr )
X 100%
jumlahtotalkomulatiftertahan( gr )
Kumulatif tertahan (%) =
Komulalatif lolos (%) = 100% - komulatif tertahan (%)
0, 45
no.sarigan
* 100%
no.aringantertinggi
Fuller =
NO SARINGAN
MM

INCH

BERAT SARINGAN

BERAT SARINGAN + AGREGAT

GR

GR

SP

SC

AB

SP

25,4

1"

584,7

584,7

584,7

584,7

19,1

3/4 "

559,8

559,6

559,6

9,52

3/8"

525,7

525,5

525,4

4,76

No.4

530,2

530,2

2,36

No.8

398,4

1,19

No.16

0,59

No.30

0,28

SC

AB

584,7

584,7

1121,3

565,3

559,6

954,8

1498,7

532

530,2

530,2

541

548,5

398,3

398,5

399,1

398,9

611,9

521,2

521,2

521,3

521,6

521,8

625,6

517,3

517,3

517,4

517,7

517,6

578,4

No.50

507,7

507,7

507,9

508,2

508,1

528,3

0,15

No.100

495,9

495,8

495,8

496,6

496,6

534,1

0,08

No.200

427

426,9

427

427,7

427,8

433,3

Pan

252,6

252,6

252,8

258,2

258,4

282,4

JUMLAH

Tabel 1.1 data analisis saringan


2. PERHITUNGAN
BERAT AGREGAT
TERTAHAN

BERAT
KOMULATIF
TERTAHAN

% KOMULATIF
TERTAHAN

% KOMULATIF LOLOS

GR

GR

SP

SC

AB

0
561,
5
429,
1

5,7
973,
2

10,8

0,7

0,6

0,4

0,6

18,3
213,
4
104,
3

0,4

0,3

61

0,5

0,4

20,4

0,7

0,8

38,3

0,7

0,9

6,3

5,6
999,
6

5,8
999,
1

29,6
498,
2

6,6

SP

SC

0
561,
5
990,
6
990,
6
991,
3
991,
7
992,
1
992,
6
993,
3
994
999,
6

AB

5,7
978,
9
989,
7
990,
3
990,
9
991,
2
991,
6
992,
4
993,
3
999,
1

0
6,6
24,9
238,
3
342,
6
403,
6
424
462,
3
468,
6
498,
2

SP

SC

AB

0,000

SP
100,0
00
43,82
8

SC
100,0
00
99,42
9

1,325

0,900

2,022

4,998
47,83
2
68,76
8
81,01
2
85,10
6
92,79
4
94,05
9
100,0
00

0,900

0,941

0,830

0,881

0,790

0,821

0,750

0,791

0,700

0,751

AB
100,0
00
100,0
00
98,67
5
95,00
2
52,16
8
31,23
2
18,98
8
14,89
4

0,000
56,17
2
99,10
0
99,10
0
99,17
0
99,21
0
99,25
0
99,30
0
99,37
0
99,44
0
100,0
00

0,000

0,000

0,571
97,97
8
99,05
9
99,11
9
99,17
9
99,20
9
99,24
9
99,32
9
99,41
9
100,0
00

0,630

0,671

7,206

0,560

0,581

5,941

0,000

0,000

0,000

Tabel 1.2 perhitungan data analisis saringan

G. KESIMPULAN
Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase dari
split 19,5%, screen = 18,5 % dan abubatu = 63 %. Berdasarkan susunan
dari butiran agregat tersebut kurang baik untuk perkerasan jalan, karena
persentase abubatu yang terlalu banyak. Dari hal itu, dapat kita simpulkan
bahwa Semakin kecil nilai kumulatif tertahan (%) maka semakin besar
nilai kumulatif lolos (%) dan nilai fullernya.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm

Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga


G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
SNI 03-1968-1990
http://www.ilmusipil.com/analisa-saringan-agregat-kasar-dan-halus
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/pengujian-analisa-saringan-

agregat.html
http://www.scribd.com/doc/57830914/Analisa-saringan-agregat
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran

PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT PADA ASPAL


( AFFINITY FOR BITTUMEN )
A. TUJUAN
Menguji kelekatan agregat terhadap aspal dengan cara visual.
B. ALAT
a. Saringan 9,52 mm (3/8), dan 6,3 mm (1/4)
b. Timbangan digital
c. Oven

Gambar 2.1 oven


d. Pisau pengaduk/sendok
e. Wadah/talam
C. BAHAN
a. Agregat lolos saringan 9.5 mm dan tertahan saringan 6,3 mm = 100
gram yang sudah kering oven
b. Air suling
c. Aspal
6

D. TEORI SINGKAT
Aspal adalah bahan yang terdiri dari fraksi cair yang disebut malten
dan fraksi padat yang disebut dengan asphalten. Aspal merupakan material
yang pada temperature ruangan berbentuk padat sampai agak padat dan
bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai
Jemperature tertentu, dan kembali membeku jika Jemperature turun.
Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar
antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan
volume campuran. Di perkerasan jalan aspal akan mengalami aksidasi dan
polimerisasi sejak dari pemanasan dan pencampuran di unit pencampur
aspal sampai diperkerasan jalan yang sangat tergantung pada pori-pori
perkerasan dan kondisi cuaca setempat.
Sifat agregat merupakan salah satu factor penentu kemampuan
perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap
cuaca.Oleh karena itu perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan
suatu agregat dapat dipergunakan sebagai material perkersan jalan. Sifat
agregat terhadap air dibagi atas 2, yaitu:
a. Agregat yang suka akan air (hydrophylik)
Yaitu granit dan agregat yang mengandung silica.
b. Agregat yang tidak suka akan air (Hydropholik)
Seperti diorite dan ondesit.
Kelekatan agregat terhadap aspal adalah angka yang menunjukkkan
persentase luasan permukaan agregat yang masih terselimuti oleh aspal
setelah agregat tersebut direndam selama 24 jam. Pengujian ini dapat
dilakukan terhadap semua jenis bahan yang digunakan sebagai agregat
bahan jalan dan campuran aspal. Kelekatan aspal terhadap agregat
dinyatakan dalam persen (%). Menurut standar SNI-03-2439-1991, atau
AASTHO 182-84 , nilai kelekatan aspal yang baik minimal 95%.kelekatan
aspal yang tinggi dapat diartikan bahwa aspal tersebut memiliki
kemampuan yang tinggi untuk melekatkan agregat sehingga semakin baik
digunakan sebagai bahan ikat ikat perkerasan.

Agar kelekatan agregat terhadap aspal dapat sempurna diharapkan


agregat yang digunakan ialah agregat yag tidak suka air tetapi suka akan
aspal sehingga bias didapatkan persentase kelekatan aspal agregat terhadap
aspal sesuai dengan standar minimal dari daya lekat agregat terhadap aspal.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan 100 gram benda uji kedalam wadah + sendok
3. Panaskan wadah + benda uji + sendok kedalam oven selama 1 jam
bersuhu tetap antara 140 5 C
4. Panaskan aspal dalam wajan sampai cair

Gambar 2.2 Aspal yang dipanaskan


5. Masukkan aspal yang sudah panas sebanyak 5,5 0,2 gram
6. Aduk sampai merata dengan sendok selama 2 -3 menit sampai benda
uji terselimuti oleh aspal

Gambar 2.3 Pencampuran agregat + aspal


7. Diamkan sampai mencapai suhu ruang
8. Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti oleh aspal kedalam tabung
gelas kimia kapasitas 600 ml
9. Isi gelas kimia tersebut dengan air suling sebanyak 400 ml

Gambar 2.4 agregat + aspal + air suling dalam gelas ukur


10. Diamkan pada suhu ruang selama 16 18 jam
11. Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak
mengganggu agregat yang berada didalamnya
12. Perkirakan persentase luasan permukaan agregat yang masih
terselimuti oleh aspal dengan melakukan pengamatan secarqa visual.
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
No
.
1
2
3
4
5

Pengamat
A
B
C
D
E
Rata- rata

Hasil Pengamatan/Kelekatan (%)

99
99
98
99
98
98,6
Tabel 2.1 data kelekatan aspal

2. PERHITUNGAN
Dari data yang di dapat diatas maka persentase kelekatan agregat
terhadap aspal adalah :
99 +99 +98 + 99 + 98
=
5
= 98,6%
G. KESIMPULAN

Dari hasil pratikum yang telah dilaksanakan, agregat yang masih


terselimuti oleh aspal setelah direndam selama 16 jam sebanyak 98.6%.
Ini berarti aspal memiliki daya lekat yang baik terhadap agregat.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
SNI 03-2439-1991
http://lexonos.blogspot.com/2009/07/metode-pengujian-kelekatan-

agregat.html
http://www.scribd.com/doc/71395662/Kelekatan-Agregat-Terhadap-

Aspal
http://softwareyudhipram.blogspot.com/2011/11/metode-pengujiankelekatan-agregat.html

PENGUJIAN PENETRASI ASPAL


( AFFINITY FOR BITTUMEN )
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan nilai penetrasi aspal
2. Mengklasifikasikan aspal berdasarkan angka penetrasi
B. ALAT
a. Alat penetrasi (penetrometer) lengkap

10

Gambar 3.1 penetrometer


b.
c.
d.
e.
f.

Cawan silinder
Timbangan elektrik
Kompor
Wajan
Waterbath

Gambar 3.2 Waterbath


C. BAHAN
a. Aspal
b. Air suling
D. TEORI SINGKAT
Aspal merupakan salah satu dari jenis bitumen yang merupakan bahan
pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan
keberhasilan suatu campuran aspal yang merupakan bahan jalan. Dari
sudut pandang rekayasa engineering, ragam dari komposisi unsur
penyusun bahan bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk
menggambarkan karakteristik ragam respon material bahan bitumen
tersebut diperkenalkan beberapa parameter, yang salah satunya adalah nilai
PEN (Penetrasi). Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi dalam suatu

11

ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu
tertentu.
Nilai Penetrasi menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu
standar 25oC, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum
standar, dengan beban standar (50 gr/100 gr), dalam rentang waktu yang
juga standar (5 detik).
British Standard (BS) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10
macam, dengan rentang nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO
mendefenisikan nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material bahan
bitumen

terkeras

dan

PEN

200-300

untuk

bahan

bitumen

terlembek/terlunak.
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu
kamar akan menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai
penetrasi dapat di susun sedemikian rupa hingga di hasilkan grafik
hubungan antara suhu dan nilai penetrasi. Penetration Index dapat di
tentukan dari grafik tersebut.
Seperangkat alat untuk

penetrasi

aspal

disebut

penetrometer.

Penetrometer terdiri dari alat ukur jarak masuknya jarum kedalam benda
uji. Semakin besar penetrasi maka semakin lunak aspal tersebut dan
viskositasnya.
Jarum yang digunakan untuk penetrasi aspal dirancang khusus dan
sangat akurat untuk penetrasi sampel aspal dibawah beban standar secara
vertical yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu,
dan temperature yang diketahui.
Alat penetrometer yang dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum
ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat. Penetrometer harus dilengkapi
dengan waterpass untuk memastikan pasisi jarum dan pemegang jarum
tegak (900) ke permukaan.
Jarum penetrasi harus terbuat dari stainless steel dari bahan yang kuat.
Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm dan jarum panjang
memiliki panjang sekitar 60 mm.
Pengujian penetrasi aspal diatur oleh standar SNI 06-2456-1991 dimana
disebutkan:

12

Metode ini sebagai acuan dalam pelaksanaan/menentukan penetrasi


aspal keras atau lembek dengan tujuan menyeragamkan dari pengujian dan
pengedalian mutu bahan dalam elaksanaan bangunan.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Panaskan aspal.
3. Tuangkan aspal ke dalam cawan silinder sebanyak 2/3 bagian, pada
suhu ruang 250 C (tutup sampel agar bebas dari debu)

Gambar 3.3 Sampel Aspal


4. Apabila aspal tersebut sudah dingin, masukkan dua sampel ke dalam
waterbath selama 30 menit.
5. Setelah 30 menit dalam waterbath, angkat sampel yang ada di dalam
6.
7.
8.
9.

waterbath dan letakkan pada alat penetrasi.


Turunkan jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan sampel.
Aturlah parameter penetrometer, lepaskan memegang jarum.
Baca arloji penetrometer.
Ulangi langkah 5-8 untuk sampel yang tidak dimasukkan ke dalam

waterbath.
10. Masukkan data ke dalam tabel.
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
No
Kegiatan
1 Pembukaan contoh

Mendinginkan contoh

Mencapai suhu

Uraian
Contoh dipanaskan
Mulai jam : 14.10
Selesai jam : 14.20
Didiamkan di suhu ruang
Mulai jam : 14.22
Selesai jam : 15.14
Direndam pada suhu 250 C

Pembacaan suhu
13

pemeriksaan
waterbath 600 C

Mulai jam : 15.16


Selesai jam : 15.46
4

Penetrasi pada suhu 250 C


Mulai jam : 16.15
Selesai jam : 17.15
Tabel 3.1 data Penetrasi Aspal

Pemeriksaan

No

Penetrasi pada suhu


25oC

Pengamatan
Suhu Ruang

Waterbath

325-400=75

395-485=90

323-407=84

362-465=103

390-467=77

370-476=106

005-070=65

390-495=105

380-455=75

380-485=105

Rata-rata

75,2
Tabel 3.2 Pengamatan Penetrasi Aspal

101,8

2. PERHITUNGAN
a. Rata-rata Penetrasi yang pada suhu ruang
75+ 84+77+ 65+75
=
5
= 75,2
b. Rata-rata Penetrasi yang direndam dalam waterbath
90+103+106+105+105
=
5
= 101,8
G. KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan, didapatkan data:
1. Nilai Penetrasi pada suhu ruang adalah : 75,2
14

2. Nilai Penetrasi pada sampel yang direndam pada waterbath adalah:


101,8
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan
tergolong dalam aspal yang keras. Karena aspal pada suhu ruang nilai
penetrasinya 75,2 yang memasuki standart SNI 06-2456-1991 yaitu 60
79. Sedangkan aspal yang direndam di waterbath nilai penetrasinya adalah
101,8, yang berarti rendaman tersebut membuat aspal lebih aspal lunak
dan psikositasnya lebir rendah dibandingkan pada suhu ruang.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm

Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga


G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
SNI 06-2456-1991
http://www.scribd.com/doc/59158177/penetrasi-aspal
http://kerudungmukena.blogspot.com/2009/05/aspal-penetrasi-

6070.html
http://napitupulu-anggiat.blogspot.com/2011/06/penetrasi-aspal.html

15

PENGUJIAN BERAT JENIS


DAN PENYERAPAN AGREGAT
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
Menentukan berat jenis kering oven (bulk), berat jenis kering permukaan
jenuh (saturated surface dry=SSD), berat jenis semu (apparent), dan
penyerapan agregat.
B. ALAT
a. Rifle sampel
b. Timbangan elektrik
c. Kerucut Abram

Gambar 4.1 Kerucut Abram


d. Tabung kaca
e. Plat kaca

16

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Gambar 4.2 Plat Kaca


Kipas angin
Pan
Ember
Kain penyerap
Tissue
Oven
Saringan 4,75 mm dan 3,36 mm

C. BAHAN
a. Agregat
Split = 3 kg
Screen = 3 kg
AB
= 1 kg
b. Air Suling
D. TEORI SINGKAT
Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan
volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada
temperatur 20-25C (68-77F). Berat jenis agregat berbeda satu sama
lainnya tergantung dari jenis batuan, susunan, mineral, struktur butiran, dan
porositas batuannya.
Terdapat 3 jenis berat jenis (spesifik gravity) yaitu :
a. Berat Jenis Bulk (Bulk Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan
kering dan seluruh volume agregat. (Vs + Vi + Vp + Vc)
b. Berat Jenis Kering Permukaan (Saturated Surface Dry)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalm keadaan
kering permukaan. Jadi merupakan berat agregat kering + berat air
17

yang dapat meresap kedalam pori agregat dan seluruh volume


agregat. (Vc + Vi + Vp + Vc)
c. Berat Jenis Semu (Apperent Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkanberat agregat dalamkeadaaan
kering, dan volume agregat yang tidak dapat diresapi oleh air. (Vs +
Vi)
d. Berat Jenis Efektif (Efective Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam
keadaankering, jadi merupakan berat agregat kering, dan volume
agregat yang tidak dapat diresapi aspal.
Nilai penyerapan adalah perbandingan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori pori dengan berat agregat pada kondisi kering.
Standart laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam
agregat yang kering ke dalam air selama 24 jam. Untuk agregat yang telah
kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya,
persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan
dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASTHO T 255.

RUMUS :
a. Agregat Kasar
BeratJenisKeringPermukaan (SSD) =

W1
W 1W 2

BeratJenisKering Oven (Bulk)

W3
W 1W 2

BeratJenisSemu (Apparent)

W3
W 3W 2

Penyerapan Air (%)

W 1W 3
100
W3

b. Agregat Halus
BeratJenisKeringPermukaan (SSD) =

A
A+ BC
18

BeratJenisKering Oven (Bulk)

D
A+ BC

BeratJenisSemu (Apparent)

D
D+ BC

Penyerapan Air (%)

AD
100
D

E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Persiapkan benda uji
a. Rendam benda uji ke dalam air selama

24

jam sampai

menjadi dalam keadaan jenuh


b. Tiriskan, lalu saring dengan saringan 4,75 mm (SP & SC) dan
2,36 mm (AB)
c. Untuk split dan screen yang tertahan saringan 4,75 mm lakukan
pengu jian berat jenis dan penyerapan untuk agregat kasar,
sedangkan yang lolos saringan 4,75 mmlakukan pengujian berat
jenis dan penyerapa air untuk agregat halus
d. Untuk AB yang tertahan saringan 2,36 mm, lakukan pengujian
berat jenis dan penyerapan air untuk agregat kasar, sedangkan
untuk yang lolos saringan 2,36 mm lakukan pengujian berat jenis
dan penyerapan air untuk agegat halus
3. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
a. Buat agregat dalam keadaan SSD
b. Tentukan volume uji
1) Timbang benda uji (W1)
2) Timbang benda uji dalam air (w2)

19

Gambar 4.3 Penimbangan Benda Uji dalam Air


3) masukkan benda uji ke dalam oven selama 24

jam,

lalu timbang (W3)


4. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
a. Buat agregat dalam keadaan SSD
1) Angin-anginkan agregat halus menggunakan kipas angin
dalam pan besar
2) Cek kondisi SSD dengan kerucur Abram
b. Tentukan volume uji
1) Sediakan tabung kaca + plat kaca
2) Isi dengan air suling sampai penuh hingga tidak ada
gelembung udara dalam botol
3) Tutup botol dengan plat kaca, lalu timbang (B)
4) Timbang agregat yang akan di uji berat jenisnya (A)
5) Buang air sebagian dalam tabung kaca, lalu masukkan
agregat ke dalam tabung kaca, hilangkan gelembung
udara dalam tabung kaca
6) Isis air sampai penuh agar gelembung udara naik semua,
lalu tutup dengan plat kaca
7) Lap bagian luar tabung dan plat kaca yang terkena air
8) Timbang tabung+ plat kaca+benda uji SSD (C)
9) Keringkan benda uji dalam oven, lalu timbang (D)

20

F. DATA DAN PERHITUNGAN


1. DATA
a. Agregat Kasar > 4,75 mm (split dan Screen)
No contoh

Sp

Berat benda uji SSD (gr)

Sc

W1

1027,9

1019,6

W2

619,7

593,2

W3

991,2

986,2

W1
W 1W 2

2,518

2,391

Bj Bulk

W3
W 1W 2

2,4282

2,3129

Bj Apparent

W3
W 3W 2

2,668

2,509

W 1W 3
x 100
W3

3,703%

3,387%

Berat benda uji SSD dalam air


(gr)
Berat benda uji kering oven
(gr)
Bj SSD

Penyerapan Air

Tabel 4.1 analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air, agregat kasar >
4,75mm (Split dan Screen)
Analsis data diatas:
1. Split
Diketahui
: W1
W2
W3
a. BJ SSD

= 1027,9 gr
= 619,7 gr
= 991,2 gr
W1
W 1W 2 =

1027,9
1027,9 619,7

= 2,518

W3
W 1W 2

991,2
1027,9 619,7

= 2,4282

gr
b. BJ bulk

gr
c. BJ apparent

W3
W 3W 2

991,2
991,2619,7

2,668 gr
21

d. Penyerapan agregat

W 1W 3
100
W3

1027,9619,7
100
619,7

= 3,703 %
2. Screen
Diketahui

a. BJ SSD

: W1
W2
W3

= 1019,6 gr
= 593,2 gr
= 986,2 gr

W1
W 1W 2

1019,6
1019,6593,2

= 2,391

W3
W 1W 2

986,2
1019,6593,2

= 2,3129

gr
b. BJ bulk
gr
c. BJ apparent

W3
W 3W 2

986,2
986,2 593,2

2,509 gr
d. Penyerapan agregat

W 1W 3
100
W3

1019,6 986,2
100
593,2

= 3,387 %

Agregat < 4,75 mm


Uji Berat Jenis tidak dilakukan, karena berat agregat yang lolos <
10% dari berat total.
Split
= 0.9 gr
Screen =0.3 gr

= 0.0876 %
= 0.0294 %
22

b. Agregat Halus (Abubatu)


No contoh

>2.36

<2.36

Berat benda uji SSD (gr)

287,6

188,5

Berat tabung+plat+air (gr)

2729,2

2729,6

Berat tabung+plat+air+agregat (gr)

2900,8

2839,6

269,8

167,5

2,479

2,411

Berat benda iji kering oven (gr)


Bj SSD

D
A
A+ BC

Bj Bulk

D
A+ BC

2,326

2,142

Bj Apparent

D
D+ BC

2,747

2,928

Penyerapan Air

AD
100
6,598%
D

12,5%

Tabel 4.2 analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air, agregat halus
(Abubatu)

Analsis data diatas


Abubatu > 2,36 mm
Diketahui
:A
= 287,6 gr
B
= 2729,3gr
C
= 2900,8gr
D
= 269,8 gr
1. BJ SSD

A
A+ BC

287,6
287,6+ 2729,3 2 900,8

2,479 gr

23

2. BJ bulk

D
A+ BC

269,8
287,6+ 2729,3 2 900,8

D
D+ BC

269,8
269,8+ 2729,3 2 900,8

2,326 gr
3. BJ apparent=
= 2,747 gr
4. Penyerapan agregat

AD
100
D

287,6269,8
100
269,8

= 6,598 %

Abubatu < 2,36 mm


Diketahui
:A
= 188,5 gr
B
= 2729,6 gr
C
= 2839,9 gr
D
= 167,5 gr
1. BJ SSD

A
A+ BC

188,5
188,5+2 729,6 2 839,9

D
A+ BC

167,5
188,5+2 729,6 2 839,9

= 2,411 gr
2. BJ bulk

= 2,142 gr
3. BJ apparent

D
D+ BC

167,5
167,5+2 729,6 2 839,9

4. Penyerapan agregat

= 2,928 gr

AD
100
D

24

188,5167,5
100
167,5

= 12,5 %

AGREGAT

PROPORSI

BERAT JENIS

Penyerapan air

Split

mm
>4.75

%
99,912

SSD
2,518

BULK
2,4282

APPARENT
2,688

%
3,703

Screen

<4.75
>4.75

0,088
99,971

2,391

2,3129

2,509

3,387

Ab

<4.75
>2.36

0,029
60,407

2,479

2,326

2,747

6,598

<2.36 39,593 2,411 2,142


2,928
12,5
Tabel 4.3 hasil analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air

G. KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Pada agregat kasar > 4,75mm (split dan screen), perbedaan antara
berat jenis SSD,Bulk dan Apperent tidak jauh berbeda.
2. Pada agregat kasar < 4,75mm (split dan screen), tidak dilakukan
pratikum, karena jumlah agregatnya < dari 10%, yaitu untuk split
0,088% dan untuk screen hanya 0,029 % dari berat total agregat.
3. Penyerapan air pada Split 3,703 %, sedangkan penyerapan air pada
split 3,387%, yang tidak jauh berbeda.
4. Berat jenis pada abubatu >2,36 mm,SSD = 2,479, Bulk = 2,2362,
Apperent = 2,747 sedangkan pada < 2,36 mm,SSD = 2,411, Bulk =
2,142, Apperent = 2,928. Yang tidak jauh berbeda.
5. Penyerapan air pada abubatu memiliki perbedaan yangcukup
signifikan

yaitu

abubatu>2,36

mm

=6,598%

sedangkan

abubatu<2,36mm =12,5%.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit

25

Wignal,Arthur,

Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga


G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
SNI 03-1969-2008
http://lexonos.blogspot.com/2009/03/metode-pengujian-berat-jenis-

dan_30.html
http://blog.unand.ac.id/lompatkodok/catatan-kuliah/analisis-specific-

Peter

S.

Kendrik,

Roy

Ancil,

Malcolm

gravity-dan-penyerapan-agregat-halus-2/

KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI LOS ANGELES


( LOS ANGELES ABRASSION TEST )

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan sifat agregat kasar berdasarkan keausannya, dengan
menghitung % jumlah bagian berat yang aus (lolos saringan 1.17mm/ No.
12) setelah mendapatkan abrasi pada mesin los angeles.
B. ALAT
a. Saringan satu set : 19,1mm (3/4), 9.5mm (3/8), 4.76mm (No.4),
2.38mm (No. 8), 1.2mm ( No. 12)
b. Timbangan
c. Mesin Los Angeles + bola baja

26

Gambar 5.1
d. Oven
e.

Mesin Los Angeles


Wadah / talam

C. BAHAN
Agregat yang lolos saringan 37.5mm ( 1 ) = 5000 gram (yang sudah
kering oven).

D. TEORI SINGKAT
Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya
penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis
agregat, gradasi campuran, ukuran pertikel, bentuk agregat, dan besarnya
energy yang dialami oleh agregat tersebut.
Daya tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan
pengujian abrasi menggunakan abrasi Los Angeles, sesuai dengan SNI-032417-1991 atau AASHTO T96-87. Gaya mekanis pada pemeriksaan
dengan alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola-bola baja yang
dimasukkan bersama dengan agregat yang hendak di uji.
Penggolongan tingkat keausan agregat diindikasi oleh nilai abrasi dari
hasil pengujian mesin Los Angeles terdiri dari:
Agregat kasar nilai abrasi < 20%
Agregat lunak

nilai abrasi >50%

Mesin abrasi Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 711 mm (28") panjang dalam 508 mm (20");
silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar
pada poros mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji:
penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak

27

terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh


setinggi 89 mm (3,5").
Metode abrasi Los Angeles ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk
menentukan

ketahanan

agregat

kasar

terhadap

keausan

dengan

mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles.


Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.
12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.Pengujian ini dapat
digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian bahan
ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan
jalan atau konstruksi beton.
Prinsip Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi
standardnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan dan pengiasan
dalam drum baja. Ketika drum berputar, bilah baja yang terdapat di
dalamnya mengangkat sampel dan bola baja, membawanya berputar
sampai kembali jatuh mengakibatkan efek tumbuk-tekan/impact-crushing
pada sampel. Sampel sendiri kemudian berguling dengan mengalami aksi
abrasi da penilasan sampai bilah baja kembali menekan dan membawanya
berputar.
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam
mesin abrasi, putar mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah
putaran untuk masing-masing gradasi berbeda, keluarkan benda uji
kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan dikeringkan dalam oven
sampai berat tetap.

28

Gambar 5.2 Spesifikasi Mesin Los Angeles


Putaran dapat dilakukan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33
rpm. Nilai abrasi dinyatakan dalam persen yang merupak nila
perbandingan antara berat

benda uji semula dikurangi berat tertahan

saringan no.12 denagn bera benda uji semula.


% keausan =

W 1W 2
x 100
W1

Ket: W1 = berat total agregat semula (gr)


W2 = berat total agregat tertahan saringan n0.12 (gr)
Keausan pada 500 putaran menurut PB-0206-76 manual pemeriksaan
bahan jalan maksimum adalah 40%.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang agregat sebanyak 5000 gram.
3. Saring agregat dengan saringan 19.1mm 2.38mm dan timbang
agregat sesuai dengan gradasinya, kemudian hitung total berat agregat
(W1 dalam gram).
4. Masukkan agregat + bola baja sesuai dengan gradasi agregat sesuai
dengan ke dalam mesin Los Angeles.
5. Putar mesin dengan kecepatan 30 33 rpm, sebanyak 500 putaran.
6. Setelah selesai pemutaran, keluarkan agregat dari mesin Los Angeles
dan lakukan penyaringan dengan saringan 1.17mm (No. 12)
29

7. Timbang agregat (W2 dalam gram)


8. Hitung % keausan = ((W1-W2)/W1) x 100%
TABEL GRADASI DAN JUMLAH AGREGAT
Gradasi dan berat untuk setiap ukuran
Ukuran saringan (mm)
(gram)
Lolos
Tertahan
A
B
C
D
37,5
25
125025
25
19
125025
19
12,5
125010 250010
12,5
9,5
125010 250010
9,5
6,3
250010
6,3
4,75
250010
4,75
2,36
500010
Total
500010 500010 500010 500010
Jumlah bola baja
12
11
8
6
Tabel 5.1 gradasi dan Jumlah agregat
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
Ukuran saringan

Gradasi dan berat

(mm)
untuk setiap ukuran (gr)
Lolos
Tertahan
Sebelum
Sesudah
37,5
19
4168,5
1823,3
19
9,5
822,3
1485,2
9,5
4,75
3,2
343,6
4,75
2,36
2,2
329,7
2,36
1,176
180,4
Jumlah berat
4958.1
4162,2
Berat tertahan No.12
4162,2
Tabel 5.2 Data berat Agregat
2. PERHITUNGAN
W1 = 4996,2 gr
W2 = 4162,2 gr
W1-W2= 4996,2-4162 = 834 gr
W 1W 2
x 100
Keausan
=
W1
=

4996,24162,2
x 100
4996,2

= 16,693 %
= 16,7%
30

G. KESIMPULAN
Setelah melakukan pratikum ini, maka didapatkan Angka Keausan
adalah 16,7 % dengan menggunakan 12 buah bola baja. Nilai Keausan
berada dibwah 20%, maka dapat kita simpulkan bahwasannya agregat
cukup bagus untuk menahan Keausan, yang berarti Nilai Keausan
memenuhi standar ketetapan atau yang diharapkan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm

Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga


G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
SNI 03-2417-1991
http://www.mediafire.com/?ukq8tj4w3uw9vpa
http://www.ferryndalle.com/2011/08/pengujian-keausan-agregat-

dengan-mesin.html
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran

MERANCANG CAMPURAN BERASPAL, MEMBUAT BENDA UJI,


31

DAN PEMERIKSAAN BENDA UJI SERTA EVALUASI HASIL


RANCANGAN
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Merancang campuran aspal beton.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan

benda

uji

mulai

dari

mencampur,mengaduk sampai memadatkan banda uji aspal beton


untuk Marshall Test sesuai dengan % kadar aspal masing-masing.
3. Untuk mengetahui kadar aspal optimum yang memenuhi persyaratan
sifat campuran yang dipilih.
B. ALAT
a. Cetakan dari logam diameter 10.16 mm dan tinggi 7.62 mm, lengkap
dengan pelat alas dan leher sambung.

Gambar 6.1 Cetakan logam


b. Mesin penumbuk lengkap lindasan pemadat dan pemegang cetakan
benda uji.

Gambar 6.2 alat Penumbuk lengkap


c. Ekstruder/ alat pengeluar benda uji.

32

Gambar 6.3 Ekstruder


d. Alat marshall lengkap

Gambar 6.4 Alat Marshall


e. Oven
f. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu.

Gambar 6.5 waterbath


g. Timbangan
h. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer)
i. Perlengkapan lain:
Wajan/ panic pemanas agregat, aspal dan campuran aspal
Sendok pengaduk dan spatula
33

Kompor dan pemanas, (hot plate)


Sarung tangan tahan panas, masker
Kompor gas elpiji atau minyak tanah

C. BAHAN
a. Aspal
b. Split
c. Screen
d. Abubatu
e. Air suling
D. TEORI SINGKAT
Aspal beton campuran panas adalah salah satu jenis dari lapis
perkerasan konstruksi perkerasan lentur, jenis perkerasan ini merupakan
campuran homogeny antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
suhu tertentu.
Beton aspal terdiri dari campuran agregat dari berbagai diameter dan
aspal. Pencampuran dapat dilakukan secara dingin (cold mix) maupun
secara panas (hot mix). Pencampuran secara hot mix, yaitu suatu campuran
yang terdiri dari komponen-komponen agregat yang merupakan komponen
terbesar dalam campuran dan bahan pengikatny aspal, dimana cara
pencampurannya melalui proses pemanasan. Pada hot mix bahan dipanasi
sampai suhu 195C untuk agregat dan 140C untuk aspal. Serta akan
menghasilkan campuran dengan suhu + 145C.
Bahan penyusunnya:
Bahan ikat: aspal
Agregat : -agregat kasar, agregat halus, pengisi/filler.
Peralatan marshall adalah merupakan alat penguji campuran beraspal
panas (hot mix) yang umum dilakukan untuk mengetahui untuk kekuatan
campuran beraspal panas (hot mix) yang digunakan dalam perkerasan
lentur jalan raya. Parameter kekuatan campuran beraspal panas (hot mix)
yang diuji dengan alat marshall harus memenuhi spesifikasi seperti:
penyerapan aspal, rongga dalam aspal (VIM), rongga dalam agregat
(VMA), rongga terisi aspal (VFB), stabilitas marshall (MS), pelelehan
(FLOW), marshall quotient, stabilitas marshall sisa setelah perendaman
selama 24 jam, rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal).
34

Rencana perkerasan lebih mengenal parameter stabilitas marshall (MS) dan


perameter lain harus memenuhi spesifikasi, karena parameter MS tersebut
berkaitan langsung dengan koefisien kekuatan relative (layer coefficient)
yang digunakan untuk menghitung tebal perkerasan.
Stabilitas, yaitu kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu
lintas, tanpa terjadi perubahan untuk tetap seperti gelombang, alur ataupun
bleeding. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar
partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal.
Ketahanan terhadap kelelehan (flow), merupakan kemampuan beton
aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
kelehan berupa alur atau retak. Hal ini dapat tercapai jika menggunakan
kadar aspal yang tinggi.
E. LANGKAH KERJA
1. Langkah kerja pembuatan benda uji
Persiapan bahan
a. Keringkan agregat sampai berat tetap
b. Siapkan bahan untuk setiap benda uji yaitu agregat

1100

gram dari % analisis saringan.

Pembuatan benda uji


a. Panaskan agregat yang sudah dicampur untuk setiap benda uji
denga suhu 195

Gambar 6.6 Pemanasan Agregat


35

b. Panaskan aspal dengan suhu 140

Gambar 6.7 Pemanasan Aspal


c. Siapkan peralatan seperti: cetakan, alat penumbuk, dan lain-lain;
alat ini harus dipanaskan terlebih dahulu
d. Timbang wajan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian catat
beratnya (A gram)
e. Masukkan campuran agregat dalam keadaan panas ke dalam
wajan yang sudah dipanaskan terlebih dahulu dan aduk secara
merata dan perlahan
f. Timbang campuran agregat +wajan (B garam)
g. Hitung berat aspal yang sesuai dengan kadar aspal yang aka
dibuat benda ujinya
berat aspal dalambenda uji=

kadar aspal
( B A )
100kadar aspal

Kadar aspal yag digunakan 4-7%dengan kenaikan 0.5 % untuk


setiap benda uji.

Gambar 6.8 penambahan aspal pada agregat


36

h. Campur dan aduk aspal dengan campuran agregat sampai rata


denga suhu 155
i. Pengadukan harus homogen untuk mendapatkan hasil yang baik

Gambar 6.9 pengadukan aspal dan agregat


j. Masukkan campuran agregat +aspal tersebut ke dalam cetakan
yang sudah dipanaskan, disusun terlebih dahulu cetakannya serta
di bagian alasnya dipasang kertas saring

Gambar 6.10 pemasukan aspal dan agregat ke mol


k. Tusuk bagian benda uji dengan spatula sebanyak 15 kali di
pinggir dan 10 kali di tengah
l. Tutup bagian atasnya dengan kertas saring
m. Tumbuk benda uji masing-masing sebanyak 75 tumbukan tiap
permukaannya (atas dan bawah) pada suhu 145

37

Gambar 6.11 proses penumbukkan


n. Lepasakan cetakan dari alat penumbuk, biarkan

1 menit

sambil diselimuti lap basah

Gambar 6.12 proses pedinginan


o. Keluarkan benda uji dari cetakan dengan menggunakan
ekstruder, kemudian beri tanda kadar aspal, kelompok

38

Gambar 6.13 proses pengeluaran benda uji


p. Diamkan benda uji pada suhu ruang selama 24 jam, setelah itu
lakukan pengujian Marshall
2. Langkah kerja pengujian Marshall
Ada tiga tahap pengukuran
a. Melakukan pengukuran berat jenis
b. Pengukuran stabilitas dan flow
c. Pengukuran kerapatan dan analisis rongga
Persiapan
a. Benda uji harus bersih dari kotoran
b. Setiap benda uji diberi tanda
c. Ukur tinggi dan diameter masing-masing benda uji dengan
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm. tinggi dan
diameter benda uji adalah rata-rata dari 3 kali pengukuran.
Pengukuran berat jenis
a. Timbang benda uji (berat benda uji kering)
b. Masukkan benda uji ke dalan air suhu 25 selama 3-5 menit
dan timbang untuk mendapatkan berat benda ijindalam air
c. Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat
menyerap air lalu timbang (berat benda uji kondisi jenuh-kering
permukaan/SSD). Proses pengambilan dari dalam air dan
menyelimuti benda uji dengan kain serta penimbangan sebaiknya
dilakukan tidak lebih dari 30 detik
d. Berat Jenis Curah benda iji adalah berat benda uji kering/ berat
benda uji kondisi jenuh kering permukaan-berat benda uji dalam
air
Pengukuran stabilitas dan flow
a. Rendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit
dengan suhu tetap 60
b. Kelurakan benda uji dari bak perendam dan letakkan ke dalam
proving ring. Proses pengangkatan benda iji dari bak perendam
sampai terjadi beban maks tidak boleh melebihi 30 detik
c. Pasang proving ring keseluruhan dan letakkan pada mesin
penguji
d. Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) dan atur kedudukannya
39

e. Naikkkan

kepala

penekan

beserta

benda

ujinya

hingga

menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan


f. Berikan pembebanan pada benda uji denga kecepatan tetap
sampai pembebenan maks tercapai atau pembebanan menurun
seperti ditunjukka oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan
maksimum
g. Catat nilai flow pada saat pembebanan maksimum tercapai

Gambar 6.14 proses pengujian Marshall


Tahap perhitungan
a. Perhitungan Bulk Spsific Gravity Agregat=
100
%agregat kasar
%agregat halus
%filler
+
+
Bj Bulk agregat kasar BjBulk agregat halus BjBulk fill er
b. Perhitungan Effective Specific Gravity Campuran =
100
%agregat kasar
%agregat halus
%filler
+
+
Bj Efektif agregat kasar Bjefektif agregat halus Bjefektif filler
c. Perhitungan Bulk Specific Gravity Campuran =
berat benda uji kering
berat benda uji kondisi jenuhkering permukaanbenda uji dalam air

40

d. Berat

Benda

Uji

Maksimum

Campuran

Teoritis

(Max.

Theoretical Specific Gravity)=


100
%agregat dalam campuran %aspal dalam campuran
+
Bj efektif agregat
Bjaspal

e. Volume Benda Uji (Campuran)=


berat bendauji kondisi jenuh kering permukaanberat benda uji dalam air
f. Berat Isi Banda Uji (Campuran)=
Bulk SpesificGravity Campuran
volume benda uji( campuran)
g. Perhitungan total rongga dalam campuran (VIM)
100 berat isi bendauji
100
berat jenis maksimum campuranteoritis
h. Perhitungan jumlah rongga dalam agregat (VMA, Void in the
Mineral Agregat )=
( 100kadar aspalthdp campuran ) Bulk Spesific Gravity Campuran
100
Bulk Spesific Gravity Campuran
i. Rongga terisi aspal (VFA, Void Filled with Asphalt)=
100 (VMAVIM )
VMA

Analisis data
Koreksi nilai stabilitas perlu dilakukan jika tinggi benda uji tidak sama
dengan 63,5 mm (2,5) dengan mengggunakan table koreksi
Hitung nilai rata-rata yang mewakili setiap nilai kadar aspal untuk nilai
stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi campuran,VIM,VMA,VFA
Buat grafik untuk masing-masing stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat
isi campuran,VIM,VMA,VFA. Kecenderungan yang umum pada garfik:
Nilai stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan
mencapai puncaknya pada suatu kadar aspal tertentu. Setelah

itu pertambahan kadar aspal akan mernurunkan nilai stabilitas


Nilai flow akan naik sesuai pertambhan kadar aspal

41

Kurva untuk berat isi campuran kecenderungannya sama


dengan kurva untuk stabilitas, tetapi biasanya (tidak selalu)
nilai maksimum untuk berat isi akan diperoleh untuk kadar
aspal yang sedikit lebih tinggi daripada kadar aspal untuk

stabilitas maksimum
VIM akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal
VMA akan turun ke suatu nilai minimum kemudian akan naik

lagi sesuai dengan pertambahan kadar aspal


stabilitas,
flow,
stabilitas/flow,

campuran,VIM,VMA,VFA
VFA akan naik sesuai dengan pertmbahan kadar aspal, karena

berat

isi

VIM terisi oleh aspal.


Isi benda uji

Tebal benda

Angka

(cm)3

uji (mm)

Korelasi

200-213
214-225
226-237
238-250
251-264
265-276
277-289
290-301
302-316
317-328
329-340
341-353
354-367
368-379
380-392
393-405
406-420
421-431
432-443
444-456
457-470
471-482
483-495
496-508
509-522
523-535

25,4
27,0
28,6
30,2
31,8
33,3
34,9
36,5
38,1
39,1
41,3
42,9
44,4
46,0
47,6
49,2
50,8
52,4
54,0
55,6
57,2
58,7
60,3
61,9
63,5
65,1

5,56
5,00
4,55
4,17
3,85
3,57
3,33
3,03
2,78
2,50
2,27
2,08
1,92
1,79
1,67
1,56
1,47
1,39
1,32
1,25
1,19
1,14
1,09
1,04
1,00
0,96
42

536-546
66,7
0,93
547-559
68,3
0,89
560-573
69,9
0,86
574-585
71,4
0,83
586-598
73,0
0,81
599-610
74,6
0,78
611-625
76,2
0,76
Tabel 6.1 Koreksi Nilai Stabilitas berdasarkan benda uji
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
Campuran agregat yang di pakai:
Split 18,88 %
Screen 20,37 %
Abu batu 60,75 %
Kadar
aspal

W1

W2

W3

W4

W5

W6

gr

gr

gr

gr

gr

gr

3488.8

4588.8

1100

45.8

1145.8

4634.6

4.5

3762

4833.4

1071.4

50.5

1121.9

4883.9

3174.9

4255.6

1080.7

56.9

1137.6

4312.5

5.5

3173.5

4243.3

1069.8

62.3

1132.1

4305.6

3453.5

4521.3

1067.8

68.2

1136.0

4589.5

6.5

3174.6

4249.4

1074.8

74.7

1149.5

4324.1

6.5

3763.8

4846.5

1082.7

75.3

1158.0

4921.8

3176.7

4248.5

1071.8

80.7

1152.5

4329.2

Tabel 6.2 data benda uji


Keterangan:
W1 = Berat Wajan
W2 = Berat Wajan + Agregat
W3 = Berat Agregat
W4 = Berat Aspal
W5 = Berat Agregat + Aspal
W6 = Berat Wajan + Agregat + Aspal

43

Kad
ar
Asp
al
%

Berat

Diamet

Dalam

g
(gra

Air

SSD
(gra

(gram)

m)

m)
1113

586,9

1124
1113

10,13

6,61

116

130

4,5

,9
1102
,8

551,9

,6
1151

10,19

6,74

95

135

1119

581,6

,6
1124

10,14

7,38

75

130

1116
1138

582,6

,3
1151

10,18

6,42

178

208,5

587,2

,3
1165

10,14

6,93

140

132

6,5

,3
1144

576,1

,6
1147

10,15

7,11

114

128

,1
1134
,6

579,6

,6
10,15
6,83
Tabel 6.3 Data Benda Uji

145

218

5
5,5

er

(cm)

Tinggi

Stabilit

Kerin

as

Flow

(cm)

2. PERHITUNGAN
a. Perhitungan Bulk Gravity Agregat
100
%agregat kasar
%agregat halus
%Filler
+
+
Bj bulk agregat kasar Bj bulk agregat halus Bj bulk filler
100
=2,30
18,88 20,37 60,75
+
+
2,439 2,412 2,231
b. Perhitungan efektif specific gravity agregat
100
=2,
18,88 20,37 60,75
46
(
+
+
)
2,538 2,515 2,424

44

Kadar Aspal
c. Perhitungan bulk
spesific gravity

f. Berat isi benda uji


(Campuran)
g. Perhitungan Total
Rongga Dalam
Campuran (VIM)
h. Perhitungan
jumlah rongga
dalam agregat

2,00

5,5

2,07

1,96

1,96

2,06

2,02

2,36

2,34

2,33

2,31

2,30

537,

561,

541,

564,

58

1
0,00

7
0,00

0,00

7
0,00

1
0,00

9,5
0,0

03

99,8

99,8

99,8

99,8

99,8

99,

87

18,6

19,0

15,3

17,4

1,1

436,

424,

549,

472,

37

2,6

(Max. Theorotical

(Campuran) (gram)

1,9

Maksimum

Specific Gravity)
e. Volume Benda Uji

4,5

campuran
d. Berat jenis
Campuran Teoritis

6,5

13,6

570

2,2

2,27

568
0,00
3
99,8
7

19,1
3

(VMA)
i. Rongga Terisi Aspal -634
(VMA)

3
5
9
Tabel 6.4 Perhitungan Data

422,
06

45

Sampel

Kadar
Aspal

No

Berat
v

(%)

Kering

(%)

SGC

t
Dalam Air

(m

(gra

m)

m)
1113

(gram)

SSD

bulk

Max SG

(gra
m)

(cc)
537,

2,0

A1

66,1

,9
1102

586,9

1124
1113

40
561,

7
1,9

2,36

A2

4,5

67,4

,8

551,9

.6
1151

70
570,

6
1,9

2,34

A3

73,8

1119

581,6

,6
1124

00
541,

6
2,0

2,33

A4

5,5

64,2

1116
1138

582,6

,3
1151

70
564,

6
2,0

2,31

A5

69,3

,3
1144

587,2

,3
1165

10
589,

2
1,9

2,30

A6

6,5

71,1

,1
1134

576,1

,6
1147

50
568,

4
2,0

2,28

A7

68,3

,6

579,6

,6

00

0
2,0

2,37

2,31

Rata2
Tabel 6.5 Perhitungan Data
Sampe

Kada

no

Stabilitas
Faktor

Aspal

Berat

(%)

isi

VM
VIM

VFA

Bacaa

Stabilita

Koreks

n Dial

Flow

MQ

Koreksi

kg/m
(%)

(t/m)

kg

99,8
A1

0,004

4,5
5

0,003
0,003

7
99,8

m
214,8

1,300

49
164,3

1,350
1,300

96
117,3

279,30
13,6

-634

116

296,816

0,941

99,8
A2
A3

mm

4
221,93

18,62
19,04

-436,3
-424,5

95
75

243,082
191,907

0,913
0,795

4
152,56

46

A4

5,5

0,004

99,8

447,71

15,36

-549,9

178

2,180

0,983

99,8
A5

0,004

6,5
7

0,003
0,003

7
99,8

17,44

-472,4

140

358,226

0,878

0,003

99,8

32
238,2

1,320

75
190,5

1,280
2,180

16
151,4

1,545

72
184,5

243,86
21,13
19,13

-372,4
-442,06

114
145

291,699
371,02

0,836
0,890

7
Rata2

2,085

314,52

99,8
A6
A7

59
214,7

0
330,20
8

17,76

-475,94

284,30
2

Tabel 6.6 Analisis Rongga dan Stabilitas

Kadar Aspal dan Stabiliti


500.000
450.000
400.000
350.000
300.000
Axis Title 250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0.000
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

kadar aspal dan stabiliti

Grafik 2: Kadar Aspal dan Stabiliti

47

Kadar Aspal dan Flow


2.500
2.000
1.500
Axis Title

kadar aspal dan flow

1.000
0.500
0.000
4

4.5

5.5

6.5

Grafik 3: Kadar Aspal dan Flow

Kadar Aspal dan VIM


99.830
99.825
99.820

kadar aspal dan VIM

99.815
99.810
99.805
4

4.5

5.5

6.5

Grafik 4: Kadar Aspal dan VIM

48

Kadar Aspal dan VMA


25.000
20.000
15.000

kadar aspal dan VMA

10.000
5.000
0.000
4

4.5

5.5

6.5

Grafik 5: Kadar Aspal dan VMA

Kadar Aspal dan VFA


0.000
-100.000

4.5

5.5

6.5

-200.000
kadar aspal dan VFA

-300.000
-400.000
-500.000
-600.000
-700.000

Grafik 6: Kadar Aspal dan VFA

49

Kadar Aspal dan MQ


300.000
250.000
200.000
kadar aspal dan MQ

150.000
100.000
50.000
0.000
4

4.5

5.5

6.5

Grafik 7: Kadar Aspal dan MQ


G. KESIMPULAN
Dari pratikum yang dilaksanakan didapatkan data:
1. Bulk specific gravity campuran yang diperoleh adalah 2,00
2. Berat jenis maksimum campuran teoritis (max SG) = 2,31
3. Marshall Quotient yang diperoleh 184,51 kg/mm
4. Berat benda uji dalam air kurang lebih setengah dari berat kering
5.
6.
7.
8.

ataupun berat SSD.


Berat isi rata-rata = 0,0034 t/m
- VIM rata rata = 99,85 %
VMA rata rata = 17,76 %
VFA rata rata = 475,94 %

H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.1995.Perkerasan

Lentur

Jalan

Raya.Bandung:

Penerbit Nova
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
Wignal,Arthur,

Peter

S.

Kendrik,

Roy

Ancil,

Malcolm

Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga


SNI 03-1737-1989

50

http://www.scribd.com/doc/39795880/13-Perancangan-Campuran-

Beton-Aspal-Panas-Berbasis-Spesifikasi-Lama
http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-

aspal-beton-mix.html
http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-

aspal-beton-mix.html
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/sip4/
2000/jiunkpe-ns-s1-2000-21495132-14781-struktur-chapter3.pdf

REKAPITULASI DATA HASIL PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN


RAYA
1. Analisis Saringan Agregat ( Sieve Analisis )
Persentase gradasi Agregat yang didapatkan adalah :
1. Split
= 19,5 %
2. Screen
= 18,5 %
3. Abu batu = 63 %
2. Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal ( Affinity For Bitumen )
No
.
1
2
3
4
5

Pengamat
A
B
C
D
E
Rata- rata

Hasil Pengamatan/Kelekatan (%)


99
99
98
99
98
98,6

Perhitungan :
99 +99 +98 +99 +98
5
= 98,6
51

3. Pengujian Penetrasi Aspal ( Penetration Of Bituminous Materials )


Pengamatan

Penetrasi pada suhu

No

25oC

Suhu Ruang

Waterbath

Abdul Arif

325-400=75

395-485=90

Kiki Rizky Amalia

323-407=84

362-465=103

Rahmat Herwandi

390-467=77

370-476=106

Wandika Andi Putra

005-070=65

390-495=105

Zuancher
Rata-rata

380-455=75

380-485=105

75,2

101,8

Perhitungan
a. Rata-rata Penetrasi yang pada suhu ruang
75+ 84+77+ 65+75
=
5
= 75,2
b. Rata-rata Penetrasi yang direndam dalam waterbath
90+103+106+105+105
=
5
= 101,8
4. Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
AGREGAT

PROPORSI

BERAT JENIS

Penyerapan air

Split

mm
>4.75

%
99,912

SSD
2,518

BULK
2,4282

APPARENT
2,688

%
3,703

Screen

<4.75
>4.75

0,088
99,971

2,391

2,3129

2,509

3,387

Ab

<4.75
>2.36

0,029
60,407

2,479

2,326

2,747

6,598

<2.36

39,593

2,411

2,142

2,928

12,5

5. Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles ( Los Angeles


Abration Test )
W1 = 4996,2 gr
W2 = 4162,2 gr
52

W1-W2= 4996,2-4162 = 834 gr


W 1W 2
x 100
Keausan
=
W1
=

4996,24162,2
x 100
4996,2

= 16,693 %
= 16,7%
6. Merancang Campuran Beraspal, Membuat Benda Uji, dan Pemeriksaan
Benda Uji Serta Evaluasi Hasil Rancangan
Sampel

Kadar
Aspal

No

Berat
t

(%)

(%)

SGC
v

Kering

Dalam Air

(m

(gra

m)

m)
1113

(gram)

SSD

bulk

Max SG

(gra
m)

(cc)
537,

2,0

A1

66,1

,9
1102

586,9

1124
1113

40
561,

7
1,9

2,36

A2

4,5

67,4

,8

551,9

.6
1151

70
570,

6
1,9

2,34

A3

73,8

1119

581,6

,6
1124

00
541,

6
2,0

2,33

A4

5,5

64,2

1116
1138

582,6

,3
1151

70
564,

6
2,0

2,31

A5

69,3

,3
1144

587,2

,3
1165

10
589,

2
1,9

2,30

A6

6,5

71,1

,1
1134

576,1

,6
1147

50
568,

4
2,0

2,28

A7

68,3

,6

579,6

,6

00

0
2,0

2,37

2,31

Rata2
Analisis rongga dan stabilitas
Sampe

Kada

Berat

l
no

r
Aspal

isi

VIM

VM

VFA

A
Bacaa

Stabilitas
Faktor

Stabilita

Flow
Koreksi

53

MQ

Koreks
(%)

n Dial

kg/m
(%)

(t/m)

kg

99,8
A1

0,004

4,5

0,003

13,6

-634

116

296,816

0,941

0,003

18,62

-436,3

95

243,082

0,913

5,5

0,004

19,04

-424,5

75

191,907

0,004

6,5
7

0,003
0,003

7
99,8

15,36

-549,9

178

2,180

0,983

0,003

99,8

1,350

96
117,3

1,300

59
214,7

2,085

32
238,2

1,320

75
190,5

1,280
2,180

16
151,4

1,545

72
184,5

314,52
17,44

-472,4

140

358,226

0,878

3
243,86

21,13
19,13

-372,4
-442,06

114
145

291,699
371,02

0,836
0,890

0
330,20

7
Rata2

49
164,3

447,71

99,8
A6
A7

0,795

99,8
A5

1,300

152,56

99,8
A4

4
221,93

99,8
A3

m
214,8

279,30

99,8
A2

mm

8
17,76

-475,94

284,30
2

KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan:
Analisis Saringan Agregat ( Sieve Analisis )

Persentase dari split 19,5%, screen = 18,5 % dan abubatu = 63 %.


Berdasarkan susunan dari butiran agregat tersebut kurang baik untuk
perkerasan jalan, karena persentase abubatu yang terlalu banyak. Dari
hal itu, dapat kita simpulkan bahwa Semakin kecil nilai kumulatif
tertahan (%) maka semakin besar nilai kumulatif lolos (%) dan nilai
fullernya.

Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal ( Affinity For Bitumen )

54

Agregat yang masih terselimuti oleh aspal setelah direndam selama 16


jam sebanyak 98.6%. Ini berarti aspal memiliki daya lekat yang baik
terhadap agregat.

Pengujian Penetrasi Aspal ( Penetration Of Bituminous Materials )


1. Nilai Penetrasi pada suhu ruang adalah : 75,2
2. Nilai Penetrasi pada sampel yang direndam pada waterbath adalah:

101,8
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan
tergolong dalam aspal yang keras. Karena aspal pada suhu ruang nilai
penetrasinya 75,2 yang memasuki standart SNI 06-2456-1991 yaitu 60
79. Sedangkan aspal yang direndam di waterbath nilai penetrasinya
adalah 101,8, yang berarti rendaman tersebut membuat aspal lebih aspal
lunak dan psikositasnya lebir rendah dibandingkan pada suhu ruang.

Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat

Pada agregat kasar > 4,75mm (split dan screen), perbedaan antara berat

jenis SSD,Bulk dan Apperent tidak jauh berbeda.


Pada agregat kasar < 4,75mm (split dan screen), tidak dilakukan
pratikum, karena jumlah agregatnya < dari 10%, yaitu untuk split

0,088% dan untuk screen hanya 0,029 % dari berat total agregat.
Penyerapan air pada Split 3,703 %, sedangkan penyerapan air pada split

3,387%, yang tidak jauh berbeda.


Berat jenis pada abubatu >2,36 mm,SSD = 2,479, Bulk = 2,2362,
Apperent = 2,747 sedangkan pada < 2,36 mm,SSD = 2,411, Bulk =

2,142, Apperent = 2,928. Yang tidak jauh berbeda.


Penyerapan air pada abubatu memiliki perbedaan yangcukup signifikan
yaitu abubatu>2,36 mm =6,598% sedangkan abubatu<2,36mm =12,5%.

Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles ( Los Angeles Abration Test)

Setelah melakukan pratikum ini, maka didapatkan Angka Keausan


adalah 16,7 % dengan menggunakan 12 buah bola baja. Nilai Keausan
berada dibwah 20%, maka dapat kita simpulkan bahwasannya agregat
55

cukup bagus untuk menahan Keausan, yang berarti Nilai Keausan


memenuhi standar ketetapan atau yang diharapkan.
Merancang Campuran Beraspal, Membuat Benda Uji, dan Pemeriksaan Benda
Uji Serta Evaluasi Hasil Rancangan

Bulk specific gravity campuran yang diperoleh adalah 2,00


Berat jenis maksimum campuran teoritis (max SG) = 2,31
Marshall Quotient yang diperoleh 184,51 kg/mm
Berat benda uji dalam air kurang lebih setengah dari berat kering

ataupun berat SSD.


Berat isi rata-rata = 0,0034 t/m
VIM rata rata = 99,85 %
VMA rata rata = 17,76 %
VFA rata rata = 475,94 %

DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit


Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm

Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga


G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil

UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro

Penerbit
Sukirman,

Silvia.1995.Perkerasan

Lentur

Jalan

Raya.Bandung:

Penerbit Nova
SNI 03-1968-1990
SNI 03-2439-1991
SNI 06-2456-1991
SNI 03-1969-2008
SNI 03-2417-1991
SNI 03-1737-1989
http://www.ilmusipil.com/analisa-saringan-agregat-kasar-dan-halus
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/pengujian-analisa-saringanagregat.html
http://www.scribd.com/doc/57830914/Analisa-saringan-agregat
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran
56

http://lexonos.blogspot.com/2009/07/metode-pengujian-kelekatan-

agregat.html
http://www.scribd.com/doc/71395662/Kelekatan-Agregat-Terhadap-

Aspal
http://softwareyudhipram.blogspot.com/2011/11/metode-pengujian-

kelekatan-agregat.html
http://www.scribd.com/doc/59158177/penetrasi-aspal
http://kerudungmukena.blogspot.com/2009/05/aspal-penetrasi-

6070.html
http://napitupulu-anggiat.blogspot.com/2011/06/penetrasi-aspal.html
http://lexonos.blogspot.com/2009/03/metode-pengujian-berat-jenis-

dan_30.html
http://blog.unand.ac.id/lompatkodok/catatan-kuliah/analisis-specific-

gravity-dan-penyerapan-agregat-halus-2/
http://www.mediafire.com/?ukq8tj4w3uw9vpa
http://www.ferryndalle.com/2011/08/pengujian-keausan-agregat-

dengan-mesin.html
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran
http://www.scribd.com/doc/39795880/13-Perancangan-Campuran

Beton-Aspal-Panas-Berbasis-Spesifikasi-Lama
http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-

aspal-beton-mix.html
http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-

aspal-beton-mix.html
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/sip4/
2000/jiunkpe-ns-s1-2000-21495132-14781-struktur-chapter3.pdf

57

Anda mungkin juga menyukai