Anda di halaman 1dari 3

prinsip spektrofotometri uv-vis

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang


terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari
sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar
energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron
tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang
memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika
pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur
elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi,
struktur elektronik dengan adanya ikatan dan non bonding
elektron .Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum
Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io) melalui
suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi
dipancarkan (It).
spektro yg kita gunakan dan rentang panjang gelombang
nya
rnetangnnya uv vis
3. prinsip double beam dan alasan penggunaan nya
b. Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams
optic).
Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas.
Berkas cahaya pertama melewati sel pembanding, dan
cahaya yang lainnya melewati sel sampel.
Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke
detektor.
Detektor merespon cahaya netto dari kedua arah
Beberapa alat double beam memiliki dua detektor, sampel
dan sinar penghubung diukur pada waktu yang sama

Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan


dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder:
- derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku
primer
- mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
- larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa,
dimana jumlah asam yang mengandung 1 mol H+ akan
selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang
mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah
asam dan basa berada dalam jumlah yang sama dan
disebut titik ekivalen. Penentuan konsentrasi larutan asam
melalui perhitungan volume titrasi larutan basa dan garam
dari asam lemah dengan larutan baku asam disebut
asidimetri.
Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan
dengan jumlah basayang ada. Penentuan konsentrasi
larutan basa melalui perhitungan volume titrasi larutan
asam dan garam dari basa lemah dengan larutan baku basa
disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang tepat ekivalen
secara kimia ditentukan dengan jumlah asam yang ada.
--------------------------------------...

4. fungsi larutan baku dan alasan konsentrasinya si


variasikan ( variasi konsentrasi,70, 86, 102,118 daN 134)
Larutan Baku Larutan analit yg telah diketahui
konsentrasinya. Larutan baku dibuat agar dalam
pengukuran menggunakan instrumen tidak melampaui
batas linearitas (LOL = Limit of Linearity) dari instrumen.
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah
diketahui konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku,
yaitu:
1. Larutan baku primer
Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan
dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam
benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer:
- mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin
pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam
keadaan murni.
- tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam
penimbangan di udara.
- zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu.
- sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena
penimbangan dapat diabaikan.
- zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
- reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus
bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus
dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan
mudah.
2. Larutan baku sekunder

larutan pembanding untuk meng-nolkan skala absorbansi


setiap selesai satu pengukuran dan dihitung nilai absorbansi
rata-rata.
larutan pembanding yang mengandung sejumLah volume
tertentu klorida atau sulfat.
5. MENGAPA menggunakan panjang dan absorbansi
maksimum
7. fungsi penambahan FeCl3 koagulan atau penyerap
8. fungsi pendinginan dengan air es
9. mengapa sampel tersebut bisa dideteksi dgn UV-VIS
10. blanko yg digunakan
11. blanko itu ap?
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit. Larutan
blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai
larutan pembanding dalam analisis fotometri. Larutan
blanko dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
Kalibrasi blanko (larutan yang digunakan untuk
membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi; larutan
ini hanya berisi pengencer digunakan untuk membuat
larutan standar)
Reagen blanko (larutan berisi reagen yang digunakan
untuk melarutkan sampel, pembacaan absorbansi untuk
larutan ini biasanya dikurangi dari pembacaan sampel)
Metode blanko (larutan yang diperlakukan sama dengan
sampel, ditambah dengan reagen yang sama, mengalamai
kontak dengan alat yang sama dan diperlakukan dengan
prosedur yang sama)
12.apa itu : auksokrom, kromoform, batakrom dan
hipsokrom, pada asam salisilat dan asetat itu bagian nya
ap?
Kromofor
Berasal dari kata Chromophorus yang berarti pembawa
warna
Dalam pengertian yang dikembangkan, kromofor
merupakan suatu gugus fungsi yang menyerap radiasi
elektromagnetik apakah gugus itu berwarna atau tidak

Digunakan untuk menyatakan gugus tidak jenuh kovalen


yang dapat menyerap radiasi dalam daerah-daerah
ultraviolet dan terlihat
Auksokrom
Suatu subtituen pada kromofor yang menghasilkan
pergeseran merah
Ciri auksokrom adalah heteroatom yang langsung terikat
pada kromofor, misalnya : -OCH3, -Cl, -OH, NH2.
Contoh : pada konjugasi pasangan electron bebas pada
atom nitrogen dari enamina akan mengeser serapan
maksimum dari harga ikatan ganda terisolasi pada 190nm
ke
7
230nm. Subtituen nitrogen adalah auksokrom. Suatu
auksokrom akan memperpanjang kromofor dan
menghasilkan suatu kromofor baru.
Pergeseran merah atau efek batokromik merupakan
pergeseran serapan maksimum ke panjang gelombang lebih
panjang. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan pelarut
atau adanya suatu auksokrom. Geseran ke panjang
gelombang yang lebih panjang mencerminkan fakta bahwa
electron dalam suatui system tergabung (terkonjugasi)
kurang kuat terikat daripada dalam suatu system tak
tergabung.
Pergeseran biru atau efek hipokromik merupakan
pergeseran ke panjang gelombang lebih pendek. Hal ini
disebabkan oleh perubahan pelarut atau adanya konjugasi
dari electron pasangan bebas pada atom nitrogen anilia
dengan system ikatan cincin benzene dihilankan dengan
adanya protonasi. Anilia menyerap pada 230nm ( 8600)
tetapi dalam larutan asam puncak utamanya hamper sama
dengan benzene yaitu 203nm ( 7500), terjadi pergeseran
biru.
Efek hiperkromikkenaikan dalam intensitas serapan
Efek hipokromikpenurunan dalam intensitas serapan
Berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas
radiasi yang ditransmisikan diukur. Radiasi yang diserap
oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
dari berkas radiasi yang ditransmisikan bila spesies
penyerap tidak ada dengan intensitas yang ditransmisikan
bila spesies penyerap ada. Kekuatan radiasi dari berkas
cahaya sebanding dengan jumlah foton per detik yang
melalui satu satuan luas penampang. Jika foton yang
mengenai cuplikan tenaga yang sama dengan yang
dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan
tenaga, maka serapan dapat terjadi.
Tingkat kejadian absorbsi tergantung pada:
Jarak yang diarungi radiasi melewati larutan itu
Panjang gelombang radiasi
Sifat dasar spesies molekul dalam larutan
Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis
dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan
yaitu:
1. Analisis kuantitatif zat tunggal (analisis satu komponen)
2. Analisis kuantitatif campuran 2 macam zat (analisis 2
komponen)
3. Analisis kuantitatif campuran 3 macam zat (analisis multi
komponen)
8
untuk pretest pelajari penentuan orde reaksi menggunakan
metode grafik,cari orde reaksi nol, 1 dan 2 cari waktu paruh
dan kadaluarsa
hukum lambertbeer (hubungan hukum lambert beer dgn
spektro UV-VIS
bwa kalkulator, aspirin dan bwa tisu yg banyak

Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan


kemanjuran dari produk obat. Sebuah produk obat, yang
tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan perubahan fisik
(seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase
dll) serta karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi
dekomposisi zat).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama
dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,
kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga
mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari
efek toksik.
Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat
perlu diketahui kestabilannya, disebabkan oleh biasanya
obat diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan
memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan
pasien (masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka
waktu yang lama tersebut, obat ini akan mengalami
penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat
toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat
dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak
memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan
dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan
dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika
kimia adalah :
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi,
seperti suhu, kekuatan ion dan pengaruh pH
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk
menentukan umur simpan dari suatu sediaan obat dan obat
yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu yang lama
yang disimpan dalam suhu kamar.
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan
suatu obat, serta menerangkan faktor apa saja yang
mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat, penentuan
energi aktivasi dari reaksi penguraian, dan masa simpan
suatu zat (bahan obat).
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi
tergantung pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama
lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen
dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel,
pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Pada uji stabilitas obat terdapat beberapa pereaksi
penguraiaan obat yaitu :
a. Reaksi hidrolisis yaitu reaksi oleh air yang dapat
dikatalisis oleh ion hidrogen (asam) atau ion hidroksil
(basa). Usaha penstabilannya yaitu :
1. Mengatahui pH dimana stabilitas maksimumnya
2. Penggunaan larutan dapar pada konstanta seminimal
mungkin
3. Penyimpanan dilakukan pada temperatur kamar
4. Menggunakan pelarut bahan air
b. Reaksi oksidasi yaitu penguraian karena interaksi obat
dengan oksigen atau terbentuk radikal-radikal bebas. Usaha
penstabilannya yaitu :
1. Mengganti udara dengan gas inert
2. Pelarut bebas logam
3. Menghindari cahaya
4. Menyimpan pada suhu rendah
c. Reaksi isomerisasi yaitu suatu perubahan suatu zat
kimia menjadi isomer optis atau geometrisnya. Usaha
penstabilannya yaitu :
1. Gunakan bentuk aktifnya
2. Cari pH stabil maksimum

3. Memperhatikan jenis buffer yang digunakan


4. Kekuatan ion, gunakan zat-zat yang mudah terion
5. Pelarut
6. penyimpanan
d. Reaksi fotolisis yaitu penguraiaan obat oleh cahaya.
Usaha penstabilannya yaitu :
1. Sifat molekul obat itu sendiri
2. pH suatu sediaan
3. intensitas penyinaran
4. suhu, kemasan serta sumber radiasi
e. Reaksi polimerisasi yaitu proses bergabungnya dua
atau lebih molekul obat menjadi struktur yang lebih rumit.
Usaha penstabilannya yaitu :
1. Gunakan pH dan larutan buffer yang sesuai
2. Penggunaan pelarut dan kekuatan ion
3. Cahaya dan temperatur yang sesuai
Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus
disimpan sehingga terhindar dari pencemaran dan
peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan
cahaya. Obat yang mudah menyerap lembab harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi kapur tohor.
Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap
air relatif, yaitu perbandingan antara tekanan uap di udara
dengan tekanan uap maksimum pada temperatur
tersebut.
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu
waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya
jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi
atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi
setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera
yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat
tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan.
Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan
adalah paracetamol. Dimana dilakukan penentuan stabilitas
obat Paracetamol menggunakan metode grafik berdasarkan
nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan
T90 (waktu kadaluarsa) untuk penentuan umur simpan
tablet Paracetamol dan menggunakan instrumen
spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 40o, 50o,
dan 60o. Dimana panjang gelombang untuk paracetamol
adalah 243 nm, sehingga spektroforometer ditempatkan
pada panjang gelombang antara 200 nm-650 nm agar
daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat terliputi.
Spektrofotometri UV-Vis adalah gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah
sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber

cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih


sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai
sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi
dengan monokromator.
Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 40o, 50o
dan 60o adalah dimaksudkan untuk membedakan atau
mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan
baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat.
Jika menggunakan suhu yang tinggi kita mampu
mengetahui penguraian obat dengan cepat. Sedangkan jika
menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh
waktu yang lama untuk dapat terurai.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin
mengetahui batas kestabilan suatu obat (batas
kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada jangka
waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini
tentu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu,
sehingga kita menggunakan suhu yang tinggi karena uji
kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan
perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi.
Semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat bahan
obat tersebut untuk terurai.
Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi
(Ea) dimana Ea yaitu kemampuan suatu sediaan untuk
dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus
ditentukkan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi
pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga
konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang
berbeda sehingga dapat ditentukkan energi aktivasinya.
Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi
dapat diketahui dengan tepat.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel
terdapat pada orde 2. Waktu paruh (T1/2) adalah 1,92961
menit dan T90 adalah 0,21440 menit berdasarkan suhu
yaitu 40o, 50o, dan 60o.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni
kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan
farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya
diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu
yang lama dapat mengalami penguraian dan
mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang.
Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui
faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga
dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat
sehingga kestabilan obat terjaga.

Anda mungkin juga menyukai