Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK ORANG

DEWASA

(Studi kasus Lembaga Pendidikan dan Keterampilan Mutiara


Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi)

PROPOSAL
Disampaikan dalam rangka pengajuan penelitian

DI SUSUN OLEH :
RAYA ERWANA
NIM. 4103810412109

PROGRAM PASCA SARJANA DOKTOR S3

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke Hadirat Ilahirobi rasa syukur yang
tidak terhingga atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Desertasi ini dengan baik. Proposal ini merupakan salah satu
tugas awal dalam rangka penelitian sesungguhnya.
Proposal Disertasi yang berjudul Desain Perencanaan Pembelajaran
Bahasa Inggris Untuk Orang Dewasa Di SMA Mutiara Terpadu dan Lembaga
Pendidikan dan Keterampilan Mutiara di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ini
telah diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan semua pihak, baik yang bersifat
material maupun non-material. Oleh karena itu, saya ingin menghaturkan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung.
Bapak Prof. Dr. H.

Sanusi Uwes selaku Dosen Mata Kuliah Seminar

Pengembangan Proposal, Program Doktoral Ilmu Manajemen Pendidikan Pascasarjana


Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung, yang telah membimbing kami dalam
pengembangan proposal ini dengan penuh keikhlasan. (Dihilangkan)
2. Bapak Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, SH., M.P.A selaku Direktur Program
Pascasarjana UNINUS Bandung,
3. Seluruh Dosen penulis di Semester I, II, dan III
Bandung.

Pascasarjana UNINUS

4. Rekan-rekan Mahasiswa Kelas B Program Pascasarjana, Ilmu Manajemen


Pendidikan, Angkatan XIV UNINUS Bandung
5. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik pemikiran, moril maupun
materil dengan penuh keikhlasan
Akhirnya, hanya Allah-lah Yang Maha Sempurna dan kekurangan yang ada
hanyalah karena kedhaifan penulis. Kritik dan saran yang membangun sangatlah
diharapkan. Penulis berdoa, semoga segala kebaikan dan amal shaleh semua pihak
akan terbalas oleh-Nya di hari yang kekal dengan balasan surga. Amin.
Wassalanm'alaikum Wr. Wb.
Bandung, 15 Agustus 2014
Penulis,
Raya Erwana

DAFTAR ISI
Kata pengantar
..
Daftar Isi

Desain Perencanaan Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Orang Dewasa


4
A. Latar

Belakang

4
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah.. 15
1. Perumusan Masalah .. 15
2. Pembatasan Masalah .. 16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 16
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 16
a. Tujuan Umum ....................................................................................... 16
b. Tujuan Khusus ....................................................................................... 17
2. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 17
a. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 17
b. Manfaat Praktis ....................................................................................... 18
D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian .. 18
1. Asumsi Penelitian .. 18
2. Pertanyaan Penelitian .. 19
E. Kerangka Berfikir Penelitian ..
19
1. Pendekatan Penelitian . 19
2. Lokasi dan Subjek Penelitian.. 20
F. Rencana Sistematika Penulisan Disertasi.. 20
DAFTAR PUSTAKA .
22

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS


UNTUK ORANG DEWASA
(Studi kasus di Lembaga Keterampilan dan Pendidikan Mutiara yang ada di
Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi)
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,
upaya untuk memajukan pendidikan sangat digalakkan oleh pemerintah. Karena maju
mundurnya negara, tergantung dari rendah tingginya kualitas pendidikan.Untuk
menghasilkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen yang rapi yang dapat
mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain jika dilihat dari
kaca mata filsafat antropologi, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan sosok manusia
yang diinginkan. Simon Bloom menggunakan taksonomi tujuan pendidikan yang
didasarkan pada aspek psikologis. Rumusan tujuan tersebut menyangkut tiga aspek,
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Manajemen yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana
seorang guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan
suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar. Itu semua sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran
hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar.
Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan manajemen
yang baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran yang
kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru,

akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru (pendidik)yang menjadikan
siswa sebagai objek, bukan sebagai subjek dalam belajar. Kondisi inilah yang pada
umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional.
Perbedaan individu inilah yang mendasari pentingnya manajeman pembelajaran
dan strategi pengajaran yang tepat dan baik, salah satu perbedaan individu yang sangat
kentara adalah perbedaan usia. Dalam hal ini penulis menyoroti manajeman
pembelajaran orang dewasa khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Pentingnya belajar bahsa Inggris bukan lah hal berlebihan dalam era globalisasi
ini. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, mampu membuka dunia dan bahasa
yang banyak dipakai sebagai bahsa komunikasi global. Lancar dalam berbahasa Inggris
khususnya dan bahasa asing pada umumnya adalah merupakan nilai plus dalam dunia
global sekarang ini.
Pembelajaran bahasa Inggris sangat bermanfaat bagi perkembangan basic skill,
kemajuan akademik, bermanfaat dalam membentuk pemikiran abstrak dan kreatif,
bahsa inggris mampu memperluas prestasi siswa, menimbulkan kompetensi dan
kesadaran akan kultur, meningkatkan prestasi kerja dan akademik dan yang terpenting
bahsa inggris mampu memperluas dan membuka kesempatan karir (career opportunity).
Jadi tidak lah berlebihan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang wajib
dikuasai dalam era globalisasi ini.
Menyadari kenyataan ini, para ahli berupaya untuk merumuskan strategi yang
dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki anak didik. Strategi yang ditawarkan
adalah strategi belajar aktif (active learning). Metode inilah yang sekarang dilakukan
pada pembelajaran modern.Penggunaan media pembelajaran yang tepat, yang

memanfaatkan teknologi juga digunakan pada pembelajaran dewasa ini. Sehingga apa
yang menjadi tujuan pendidikan bisa tercapai.
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana perilaku diubah, dibentuk atau
dikendalikan. Bila istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi,
maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang
diyakini untuk membantu menghasilkan belajar. Jadi arti pembelajaran adalah suatu
prubahan yang dapat memberikan hasil jika (orang-orang) berinteraksi dengan
informasi (materi,kegiatan, pengalaman). Definisi lain pembelajaran adalah upaya yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan sengaja untuk memungkinkan terjadinya
kegiatan belajar pada diri warga belajar.
Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang mampu
berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa
cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan
memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan ketergantungan
yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri
sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik
orang dewasa.
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat
perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya
kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia
muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat
pendidikan baik pendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam
bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Masalah yang sering
muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang

notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa
dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang
sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa,
orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri Salah
satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah
mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan
mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di
lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik
pendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk
keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul
adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak
menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan
belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di
bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang
tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri
Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja
mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang
dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa
semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi
sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan
cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi
kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha
pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki

pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman
orang dewasa sebagai siswa.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki
daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama
pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya
adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan
pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi
kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau
realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan
dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan.
Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi
penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam
kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21
tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka
pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan modern (Arif, 1994).
Oleh karena itu, tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai
aspek yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi)
sebagai salah satu alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini
tidak lagi dirumuskan hanya sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan

pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long
life education).
Mengajar orang dewasa adalah suatu ahal yang sangat bermanfaat namun sangat
menantang. Kita harus ingat bahwa kita berhadapan dengan individu yang memiliki
kehidupan sendiri diluar sekolah, ada individu dengan jadwal yang sangat padat dan
sibuk. Namun orang dewasa juga bisa diajak dialog dan tuakar pikiran. Mereka datang
ke kelas dengan membawa serangkaian informasi dan pengalaman yang munkin saja
sangat bermanfaat bagi kita. Di lain pihak kita memberikan manfaat dari mengajar
orang dewasa dan cara kita sebagai guru bahasa inggris (ESL Teacher) mampu
meningkatkan dan memaksimalkan potensi dan kemauan belajar mereka yang besar.
Dan di lain pihak, kita sebagai guru menguji tantangan dan hambatan yang dihadapai
dan menyarankan beberapa cara atau jalan untuk mengatasinya.
Ketika kita mengajar bahasa inggris kepada orang dewasa, kita berhadapan
dengan individu yang memiliki tingkat kemampuan belajar yang lebih tinggi atau lebih
rendah yang mereka dapatkan dari bangku sekolah sebelumnya. Sedikitnya, mereka
memiliki kemampuan menulis (writing), merangkum (summarizing), dan kemampuan
mencatat hal-hal yang penting (note taking skill). Mereka mengetahuai benar bagaimana
rasanya mengikuti kelas, dan semakin besar komitmen mereka terhadap belajar, maka
mereka akan semakin terorganisasi atau teratur, dan semakin banyak kemampuan atau
skill yang ingin mereka terapkan dan sebarkan.
Kebanyakan orang dewasa yang mengikuti kursus bahasa inggris, mereka
melakukaknya berdasrkan keinginan mereka sendiri. Ini adalah salah satu karakteristik
adult learner. Kebutuhan mereka bisa saja berbeda, namun fakta dari hal tersebut adalah
bahwa mereka merasa tertarik untuk belajar, sebuah kebutuhan (need), bahkan

terkadang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk belajar bahasa inggris.
Beberapa orang perlu meningkatkan kamampuan komunikasi bahasa inggris untuk
menunjang bisnis mereka atau memiliki kesempatan meningkatkan dan memajukan
karir mereka. Sebagian lagi ingin berkunjung ke negara-negara berbahasa inggris.
Sebagian yang lain menyukai dan menikmati bahasa inggris saja atau mempelajari nya
ketika mereka kanak-kanak dan mereka ingin meningkatkan bahasa inggris mereka ke
tingkat selanjutnya. Bahkan diantara mereka yang terpaksa belajar bahasa inggris
karena tuntutan lingkungan seperti bertempat tinggal di negara yang menggunakan
bahasa inggris juga memiliki alasan tertentu untuk belajar dan dengan tujuan tersebut
akan memotivasi mereka untuk belajar.
Sekalipun siswa orang dewasa memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti kelas,
hal tersebut akan sirna atau hilang jika tiba-tiba mereka menghadapi aktifitas-aktifitas
dan tugas-tugas yang tidak menginspirasi dan bahkan mendorong mereka untuk belajar.
Cara efektif untuk memotivasi mereka adalah dengan hanya memperhatikan tujuan
mereka belajar. Apakah mereke mau belajar bahasa inggris untuk menopang bisnis
mereka? Rencakan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuannya, seperti
wawancara pekerjaan, bisnis realia, atau menulis email bisnis. Apakah mereka belajar
hanya sekedar untuk bersenang-senang? Sajikan kegiatan-kegiatan yang membuat
mereka tetap ingin belajar, seperti video, game atau bahkan karya wisata.
Dalama hal ini guru sebagai pengembang kurikulum mempunyai 4 tugas pokok,
yaitu 1) merencanakan kurikulum; 2) melaksanakan kurikulum; 3) menilai kurikulum;
4) menyempurnakan kurikulum (Gagne, 1977; Nasution, 1987; dan Sukmadinata,
1997). Perencanaan kurikulum adalah suatu analisa pengembangan kurikulum secara
rasional dan sistematis agar kurikulum lebih efektif dan efisien serta dapat menjawab

tantangan kebutuhan pembelajar dan masyarakat. Agar perencanaan kurikulum dapat


diterapkan dalam kelas, guru melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) menentukan tujuan
pendidikan; 2) menentukan proses belajar; 3) menentukan organisasi kurikulum, dan 4)
menentukakn cara menilai hasil belajar (Nasution, 1987).
Untuk itu, hal terpenting yang harus dipersiapkan oleh seorang guru sebelum
melakuan pembelajaran di dalam kelas adalah melakukan perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proyeksi mengenai kegiatan atau proses yang
akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Dalam Peraturan Peraturan PP No.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan , bahwa perencanaan pembelajaran
tersebut meliputi dua jenis yaitu : pertama Silabus Pembelajaran dan kedua Rencana
Pelaksaaan Pembelajaran (BAB IV Pasal 20).
Dengan melihat permasalahan-permasalahan tersebut di atas serta pentingnya
melakukan proses perencanaan dalam pembelajaran bahasa Inggris, maka untuk
meningkatkan hasil dari proses pelaksanaan pembelajaran diperlukan adanya suatu
manajemen yang mempermudah siswa dalam melakukan pembelajaran. Hal terpenting
dari semua itu adalah bagaimana seorang guru memposisikan siswanya sebagai seorang
yang dewasa.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka, peneliti merasa sangat perlu
untuk melakukan penelitian disertasi dengan judul Manajemen Pembelajaran Bahasa
Inggris untuk Orang Dewasa.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, peniliti menetapkan batasanbatasan masalah sehingga tidak keluar dari jalur penelitian yang difokuskan oleh
penulis, maka penulis menetapkan batasan masalah sebagai berikut:
1.

Peneliti lebih menekankan pada sistem pengajaran bahasa inggris yang baik
dan tepat untuk orang dewasa, termasuk strategi dan metode yang
digunakan

2.

Hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam belajar bahasa inggris

3.

Cara meningkatkan motivasi belajar bahasa inggris bagi mereka

4.

Materi Pengajaran bahasa inggris yang sesuai dengan pengajaran English


for Specific Purposes

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah

yang penulis sajikan

diatas, alangkah baiknya penulis mencantumkan rumusan masalah yang menjadi


dasar penelitian ini sehingga penilitian ini menjadi fokus dan akan
mempermudah penulis untuk melakukan penelitian, rumusan penelitian nya
adalah sebagi berikut
1.

Bagaimana sistem pengajaran bahasa inggris yang baik dan tepat untuk
orang dewasa?

2.

Bagaimana cara memotivasi mereka untuk belajar bahasa inggris sesuai


dengan tujuan dan kebutuhan mereka?

3.

Hambatan-hambatan apa saja yang mempengaruhi kemampuan mereka


untuk belajar bahasa inggris?

4.

Sejauh mana materi pembelajaran bahasa inggris relefan dengan tujuan dan
kebutuhan mereka?

5.

Skill berbahasa inggris apa yang dirasa siswa orang dewasa sangat sulit di
kuasai.

6.

Skill berbahasa inggris apa yang sebagian besar mereka harapkan untuk
dikuasai?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan memotret dan mengidentifkasi sejauh
mana proses manajemen pembelajaran bahasa Inggris yang disiapkan oleh guru,
efektivitas dan dampak dari manajemen tersebut terhadap hasil pembelajaran
dan hal-hal baik yang sudah dilaksanakan dari proses perencanaan tersebut
sehingga akan menghasilkan serangkaian prinsip-prinsip penting tentang
perencanaan pembelajaran bahasa Inggris dan rekomendasi, yang bisa menjadi
rujukan bagi guru bahasa Inggris, dalam melaksanakan proses belajar dan
mengajar bahasa Inggris untuk orang dewasa.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sistem dan manjemen pembelajaran bahasa Inggris seperti
apa yang dianggap baik dan tepat untuk diterapkan kepada siswa orang
dewasa.
b. Untuk mengetahui sejauh mana motivasi mereka dalam belajar bahasa
inggris
c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang mempengaruhi
kemampuan mereka untuk belajar bahasa inggris

d. Untuk mengetahui Sejauh mana materi pembelajaran bahasa inggris relefan


dengan tujuan dan kebutuhan mereka.
e. Untuk mengetahui skill berbahasa inggris yang dirasa siswa orang dewasa
sangat sulit di kuasai.
f. Untuk mengetahui skill berbahasa inggris apa yang sebagian besar mereka
harapkan untuk dikuasai?

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru yang
bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini
sebagai berikut.
1) untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan
kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran Bahasa Inggris
2) Sumbangan pemikiran bagi guru, pengelola, pengembang dan lembagalembaga pendidikan dalam memahami dinamika dan karakteristik siswa
3) bahan masukan bagi lembaga pendidikan sebagai aplikasi teoritis dan
teknologi pembelajaran
4) bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, yang membahas dan meneliti
permasalahan yang sama
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang strategi


pembelajaran pada pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat diterapkan
guru bagi kemajuan dan peningkatan keberhasilan belajar siswa.
2) sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal-hal
yang berhubungan dengan aplikasi teknologi pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam
pembelajaran Bahasa Inggris.
3) sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian tentang pembelajaran bahasa Inggris.
D. Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoretik terhadap permasalahan yang
dibahas (Trimo, 2007 : 3). Selain itu (Sugiyono, 2008 : 91) mengungkapkan bahwa
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Jadi
secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variable independen dan variable
dependen yang ada pada penelitian yang akan dilakukan atau dapat dikatakan adanya
pertautan antara variable yang akan diteliti. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan
pembelajaran dan hasil belajar siswa didapatkan sebuah gambaran tentang kegiatan
pembelajaran dan hasil belajar yang tidak relevan dengan apa yang diharapkan.
Untuk mengatasi masalah dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa dan hasil
belajar siswa tersebut kiranya diperlukan sebuah perbaikan baik dari segi manajemen
pembelajaran

yang

didalamnya

mencakup

perencanaan

pembelajaran,

proses

pembelajaran maupun peningkatan hasil belajarnya. Dan untuk memenuhi tujuan yang

ingin dicapai, sebagaimana yang diharapkan oleh guru yaitu meningkatkan kegiatan
pembelajaran secara profesional dan hasil belajar siswa, maka diperlukan sebuah media,
strategi, metode ataupun cara pembelajaran yang relevan antara materi pembelajaran
dengan latar belakang akademik dan pekerjaan siswa orang dewasa.
Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang
pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya.Tentu saja untuk
menghadapi peserta pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan
suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala
bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan
Pedagogis. Dalam praktek "pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan
dan pelatihan seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih
cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam
dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang
Dewasa" (Adult Education).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A
Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak
saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan
khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andryang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti
membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai
ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan
sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan
"agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah

"pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar
anak.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau
mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan
bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan.
Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu
pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis,
dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi
yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan
pendidikan bagi orang dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu
mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses
interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar
itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner
Centered Training / Teaching)
Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan
empat pokok asumsi sebagai berikut:

Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang, bergerak dari
ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri
sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih
tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena
kemandirian

inilah

orang

dewasa

membutuhkan

untuk

mendapatkan

penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya


sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self
Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan
kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu
pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang
menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis agar
secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada
ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pendidikan,
khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa
kebutuhan serta proses perencanaan pendidikan.

Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu
tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya,
seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahitgetirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber
belajar yang kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan
dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu,
dalam teknologi pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan
teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan
menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam
hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar
Berdasarkan Pengalaman).

Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan
teknik pembelajaran. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan
diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapangan (field
school), melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya
untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.

Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan
perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau
paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya.
Hal ini berbeda pada seorang anak, umumnya seorang anak belajar karena
adanya tuntutan akademik atau biologisnya. Tetapi pada orang dewasa, kesiapan
belajar ditentukan oleh tingkatan perkembangan mereka yang harus dihadapi
dalam peranannya sebagai kader, pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.
Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu
pendidikan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu
disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peran sosialnya.

Orientasi Belajar
Asumsinya, pada anak (yang belajar) orientasi belajarnya seolah-olah sudah
ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi
pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang
dewasa, memiliki orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini
dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi

permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam


kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan
perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat
dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak,
penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan
sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya
sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi.
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan
bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis
(menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan seharihari.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sementara beberapa perbedaan teoritis
dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan
berbagai implikasi dalam praktek.
Dalam pedagogi atau konsep pendidikan konvensional, karena berpusat pada
materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul
pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan.
Pihak murid atau peserta belajar lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo
Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat
pada hal-hal sebagai berikut:

Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu


disampaikan yang bersifat standard dan kaku.

Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda
& teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku

Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil
belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat
pengetahuan.

Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses
pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut

dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan
melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan
pendekatan partisipatif. Dalam proses belajarnya melibatkan elemen-elemen:

Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri.

Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan


partisipatif.

Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik.

Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan


belajar.

Merencanakan pola pengalaman belajar.

Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik
yang memadai.

Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan


belajar, sebagai sebuah proses yang tidak berhenti.

Oleh karena itu, dalam memproses interaksi belajar dalam pendidikan orang
dewasa, kegiatan dan peranan fasilitator bukanlah memindahkan pengetahuan dan
ketrampilan kepada peserta pelatihan. Peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong
dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses
belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan
belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali
kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Dengan begitu maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan
program atau kurikulum dari atas atau dari NGO yang dibuat di balik meja yang
berjarak/terlepas dari kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta belajar.
Langkah-Langkah Pokok Dalam Proses belajar

Partisipatif (Andragogi)

Berdasarkan pada implikasi andragogi untuk praktek dalam proses pembelajaran


kegiatan pelatihan, maka perlu ditempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:
1. Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan
mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran,
yaitu:

Pengaturan Lingkungan Fisik

Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa
merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman
mungkin:

Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang


dewasa.

Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan


dengan kondisi fisik orang dewasa.

Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya


hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial.

Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologis

Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang
dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung. Untuk itu diperlukan:

Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung.

Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai.

Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan


pendapat tanpa rasa takut.

Mengembangkan semangat kebersamaan.

Menghindari adanya pengarahan dari siapapun.

Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama

2. Diagnosis Kebutuhan Belajar


Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh
warga/peserta belajar di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan
belajarnya:

Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena


dampak langsung atas kegiatan itu.

Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal


yang diharapkan

Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan.

Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada,


misalkan kompetensi tertentu.

3. Proses Perencanaan
Dalam perencanaan pendidikan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama
yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pendidikan tersebut. Tampaknya
ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia
bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka
terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan:

Libatkan peserta untuk menyusun rencana pendidikan, baik yang menyangkut


penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain.

Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait


menyangkut pendidikan tersebut.

Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan


yang diharapkan dan ke dalam materi belajar.

Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait
siapa melakukan apa dan kapan.

4. Memformulasikan Tujuan
Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada,
langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam
proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan
dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut di atas. Dalam setiap proses belajar, tujuan belajar hendaklah
mencakup tiga hal pokok yakni: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
5. Mengembangkan Model Umum

Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pendidikan dimana
harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan
diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam
hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu
persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.
6. Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran
Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Materi pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata


dari peserta belajar.

Materi belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada


aplikasi praktis. Bukan berarti materi yang disusun hanya bersifat pragmatis.

Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat
pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta, tetapi akan lebih baik
jika bersifat mendorong ketajaman analisis dan metodologi.

Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih
bersifat partisipatif, atau dalam bahasa Freire dialogis.

7. Peranan Evaluasi
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan
bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk
menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan
evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:

Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah


mengikuti proses pembelajaran / pelatihan.

Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta


belajar itu sendiri (Self Evaluation).

Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan.

Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau


berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.

Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan


program pendidikan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program.

Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap
dan perilaku.

E. Asumsi Penting dan Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah maupun ruang lingkup permasalahan yang
telah dipaparkan di atas maka masalah yang muncul berdasarkan hasil penjajagan yang
telah dilakukan penulis dengan asumsi sebagai berikut:
1. Tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen dalam pengajaran dan
pembelajaran bahasa inggris orang dewasa, dimana didalam manajemen tersebut
mencakup POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling).
2. Tidak memperhatikan kebutuhan dan latar belakang siswa orang dewasa belajar
bahasa inggris, yang imbasnya pada penggunaan English for Specific Purposes
(Bahasa Inggris untuk bidang dan tujuan tertentu)
3. Tidak menerapkan pembelajaran berbasis context atau contextual learning
4. Penyampaian bahan ajar yang dilakukan guru masih bersifat klasikal dan
verbalisme kurang menggali minat dan kreativitas siswa dalam pembelajaran.

5. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengaplikasikan bahan ajar melalui


metode maupun media pembelajaran yang ada.
6. Minimnya pengetahuan guru dalam penggunaan metode maupun media
pembelajaran dalam penyampaian bahan ajar.
7. Kurang nya motivasi siswa untuk belajar bahasa inggris yang diakibatkan oleh
monotonnya sistem dam manajemen pembelajaran bahasa Inggris yang disajikan
oleh Guru.
Berdasarkan asumsi yang penulis paparkan diatas maka untuk memfokuskan
penelitian ini penulis membuat suatu pertanyaan penelitian yang selaras dengan
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana sistem pengajaran bahasa inggris yang baik dan tepat untuk
orang dewasa?
b. Bagaimana cara memotivasi mereka untuk belajar bahasa inggris sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan mereka?
c. Hambatan-hambatan apa saja yang mempengaruhi kemampuan mereka
untuk belajar bahasa inggris?
d. Sejauh mana materi pembelajaran bahasa inggris relefan dengan tujuan
dan kebutuhan mereka?
e. Skill berbahasa inggris apa yang dirasa siswa orang dewasa sangat sulit
di kuasai.
f. Skill berbahasa inggris apa yang sebagian besar mereka harapkan untuk
dikuasai?

F. Metode Penelitian dan Analisa Data


1. Metode Penelitian
Secara keseluruhan, penelitian ini akan dilaksanakan dengan metode penelitian
kualitatif.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang
bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti
atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen
kunci (Sugiyono, 2005).
2. Analisa Data.
Analisa data yang akan digunakan adalah analisa data naratif Deskriptifkualitatif.

3. Sumber Data
Penentuan sumber data sangat diperlukan untuk memperoleh data yang baik, dan
benar dalam proses penelitian tersebut. Penentuan sumber data di tentukan
berdasarkan jenis data yang diperlukan dan kualifikasi dari sumber data tersebut.
Seperti yang dijelaskan pada pembatasan permasalahan di atas, pihak yang akan
menjadi sumber data atau sumber informasi dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
Guru atau instruktur Bahasa Inggris, dan Siswa itu sendiri.
Data yang akan digunakan dalam penenelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer akan diperoleh langsung dari proses wawancara, diskusi

informal, FGD, dan lain-lain. Sementara data sekunder diperoleh dari internet,
laporan kegiatan pelatihan, dan laporan kajian implementasi pelatihan di lapangan.

G. Rencana Sistimatika Disertasi


Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, maka
rencana penulisan disertasi dari penelitian Manajemen Pembelajaran Bahasa
Inggris untuk Orang Dewasa ini, akan disusun seperti berikut :
BAB I. Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang masalah,
Fokus Penelitian, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Kerangka Berpikir, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Asumsi Penting dan Pertanyaan Penelitian, Metode
Penelitian dan Analisa Data, dan Sumber Data.
BAB II. Akan menjelaskan beberapa teori yang menjadi rujukan penelitian,
yaitu : teori-teori tentang Manajemen Pembelajaran Orang Dewasa,
Bab III. Akan menjelaskan tentang metodologi penelitian, yang terdiri dari :
Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Data dan Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan dan Perekaman Data, Analisis Data, Pemeriksaan dan pengecekan
Keabsahan Data, dan Penyusunan Modul Pembelajaran
Bab IV. Akan mengemukakan berbagai temuan penelitian dan pembahasan
dari temuan-temuan tersebut, mengacu pada tujuan penelitian, sehingga bisa
menjawab semua pertanyaan penelitian yang tercantum dalam rumusan masalah
yang ada di bab satu.

BAB V. Akan berisi simpulan dan rekomendasi. Simpulan merupakan ekstrak


dari semua hasil temuan dan pembahasannya. Sedangkan rekomendasi adalah saran
atau masukan bagi pihak-pihak yang akan menerima manfaat penelitian ini.

Daftar Pustaka (Susunan tidak alphabetis)

Beeby, C.E (1982) Pendidikan di Indonesia: Penelitian dalam Pedoman Perencanaan,


Jakarta:LP3S
Dick, Walter and Robert A.Reiser. 1990. Planning Effective Instruction. Boston: Allyn
and Bacon Knowles. 1977. The modern practice of Adult Education
Sudjana. 2005.
Ditentis (1998), Metode belajar orang dewasa. Modul. Jakarta
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. 2008
Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Lintas Media, T.Th., h.50
Knowles, M.(19986). The adult leaner a neglected species. London. gulf Publishing
Company
Kuntoro, Sodiq A. (1999). Andragogi : teori pembelajaran orang dewasa. Makalah.
Yogyakarta
Nicholas, Corder. (2002). Learning to Teach Adult: An Introduction. Rouutledge Falmes
Publishing Company. Canada.
Pedoman Diklat Kurikulum 2013, 2013 (ukuran huruf)
Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
Pidarta, Made. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem. Cet.
3 ; Jakarta : Rineka Cipta. 2005
Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka. 2005
Sagala,syaiful. Managemen Strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Bandung : Alpabeta. 2007
Soedomo.(1989). Pendidikan Luar sekolah ke arah pengembangan sistem belajar
masyarakat. Jakarta. Ditjen Dikti, Depdikbud.

Srinivasan. Lyra (1977). Perspectives on nonformal adult learning. New York. World
Educational.
Syamsu M, dkk. (1994). Teori belajar orang dewasa. Jakarta, Depdikbud.
Usman, Husaini, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan; Bumi Aksara, Jakarta.
2006
http://belajarmenjadilebih.wordpress.com/2013/02/16/5-penyebab-mengalamikesulitan-belajar-bahasa-asing/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2035422-defenisi-perencanaanpembelajaran-menurut-para/#ixzz4OhTWGQiw
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2173798-fungsi-perencanaanpembelajaran-pai/
http://www.asal-usul.com/2010/06/10-bahasa-paling-banyak-digunakan-dunia.html
See

more

at:

http://visiuniversal.blogspot.com/2013/12/strategi-dan-model-

pembelajaran-orang.html#sthash.yi0vBe3b.dpuf

Anda mungkin juga menyukai