A. Proses Pengolahan
Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat alami
minyak dan lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang dikehendaki.
A.1 Ekstraksi
Ekstrasi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ini bermacam-macam yaitu : rendering (Dry
rendering, dan wet rendering), mechanical ekspression dan solvent exstraktion.
a. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering,
penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein
pada diding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus
oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
1). Wet Rendering
Wet rendering merupakan proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan dengan pada ketel yang terbuka atau tertutup
dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (4060 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan
flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang
dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
berlahan-lahan sampai suhu 500C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan
kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang
begitu populer, sedangkan wet rendering dengan menggunakan temperatur suhu yang tinggi
disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah
yang besar.
2). Dry Rendering
Dry rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry
rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat
pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukan ke
dalam ketel tanpa menambah air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan
pada suhu 2200F sampai 2300F (1050C-1100C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya
akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas
yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
A.2 Pengepresan Dengan Mekanis
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan
yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang
berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan
tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau
pemasakan.
a. Pengepresan Hidraulik
Pada cara ini, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6kg/cm = 136 atm).
Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan,
tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya
minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6%, tergantung dari lamanya
bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.
b. Pengepresan Berulir
Cara expller pressing (Pengepresan berulir) memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 2400F
(115,50C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan
berkisar antara 2,5 sampai 3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung
minyak sekitar 4-5 persen.
A.3 Ekstraksi Dengan Pelarut
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak ataupun
lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen
atau lebih rendah, dan mutu minyak yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara
expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstrasi. Pelarut minyak atau
lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ektraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum
eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. Jumlah pelarut
menguap atau yang hilang tidak boleh lebih dari 5%.
A.4 Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambah hidrogen
pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidak jenuhan minyak
atau lemak.
Proses hidrogenasi, terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat plastis.
Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan
katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan
menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi.
A.5 Inter-Esterifikasi
Interesterifikasi (penukaran ester atau tran esterifikasi) menyangkut pertukaran gugus asil
antartrigliserida. Karena trigliserida mengandung 3 gugus ester per molekul, maka peluang untuk
pertukaran tersebut cukup banyak. Gugus asil dapat bertukar posisinya dalam satu molekul
trigliserida atau diantara molekul trigliserida.
Proses interesterifikasi dilakukan untuk pembuatan mentega putih, margarine dan enrobing fat.
Mentega putih yang dibuat dengan penambahan monogliserida sering disebut super gliserinated
shortening. Monogliserida ini bersifat aktif dibagian permukaan minyak atau lemak dan dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan dispersi lemak dalam adonan, sehingga menghasilkan
bahan pangan dengan rupa dan konsistensi yang lebih baik.
A.6 Winterisasi
Winterisasi merupakan proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari
trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak dapat larut dalam
trigliserida cair.
Bermacam-macam lemak berwujud cair pada musim panas, sedangkan pada musim dingin akan
kelihatan seperti susu yang umumnya mengandung sejumlah tristearin.
Gliserida bertitik cair tinggi kadang-kadang mengandung sejumlah asam stearat dan dapat
terpisah pada suhu rendah (pendinginan) dan dikenal dengan nama stearin. Bagian yang
membeku pada suhu rendah (disebut stearin) dipisahkan melalui penyaringan (dilakukan dalam
chill room) sedangkan minyak yang tetap cair disebut winter oil.
B. Proses Pemurnian
B.1 Tujuan Pemurnian
Tujuan pemurnian dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum
dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri.
Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap proses sebagai
berikut :
a)Pemisahan bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara penguapan, degumming dan
pencucian dengan asam
b)Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi
c)Dekolorisasi dengan proses pemucatan
d)Deodorisasi
e)Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling)
Di samping itu kadang-kadang dilakukan penambahan flavor dan zat warna sehingga didapatkan
minyak dengan rasa serta bau yang enak dan warna yang menarik.
Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari 3 golongan, yaitu :
1)Kotoran yang tidak larut dalam minyak (Fat Insoluble dan Terdispersi dalam Minyak).
Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lendir dan getah, serat-serat yang berasal dari
kulit, abu atau mineral yang terdiri dari Fe, Cu, Mg dan Ca serta air dalam jumlah kecil. Kotoran
ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara mekanis, yaitu dengan pengendapan, penyaringan
maupun sentrifusi.
2)Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak.
Kotoran yang terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen dan
senyawa-senyawa komplek lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan menggunakan uap
panas, elektrolisa disusul dengan proses mekanik seperti pengendapan, sentrifusi ataupun
penyaringan dengan menggunakan absorben.
3)Kotoran yang terlarut dalam minyak (Fat Soluble Compound).
Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon :
mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida : zat yang terdiri dari karotenoid
dan klorofil. Zat warna lainnya yang dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak
yang terdiri dari keton, aldehida dan resin serta zat lain yang belum dapat diidentifikasi.
Selain kotoran tersebut di atas, beberapa jenis minyak mengandung senyawa beracun, misalnya
seperti minyak biji kapas mengandung gossypol dan mustard oil mengandung ester dari asam
iso-thiosianat dan etil alkohol.
B.2 Perlakuan Pendahuluan
Tujuan perlakuan pendahuluan adalah sebagai berikut :
a)Menghilangkan kotoran dan memperbaiki stabilitas minyak dengan mengurangi jumlah ion
logam terutama besi dan tembaga. Pada proses deoderisasi, pertambahan jumlah asam pada
minyak akibat perlakuan pendahuluan lebih kecil dibandingkan dengan tanpa perlakuan
pendahuluan.
b)Proses pemisahan gum dilakukan terhadap minyak untuk tujuan tertentu, misalnya minyak biji
lin yang digunakan untuk pembuatan lak (lacquer).
c)Untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang hilang
selama proses pemurnian, terutama pada proses netralisasi.
Salah satu perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap minyak yang akan dimurnikan
dikenal dengan proses pemisahan gum (de-gumming).
Pemisahan de-gumming merupakan salah satu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang
terdiri dari fosfotida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam
lemak bebas dalam minyak.
Proses pemisahan gum (de-gumming) perlu dilakukan sebelum proses netralisasi, dengan
alasan :
a)Sabun yang terbentuk dari dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan kaustik soda pada
proses netralisasi akan menyerap gum (getah dan lendir) sehingga menghambat proses
pemisahan sabun (soap stock) dari minyak.
b)Netralisasi minyak yang masih mengandung gum akan menambah partikel emulsi dalam
minyak, sehingga mengurangi rendemen trigliserida.
C. Tahapan-Tahapan Pemurnian
C.1 Netralisasi
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak,
dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (soap stock).
Asam lemak bebas dalam miscella dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik soda atau
natrium karbonat. Penambahan bahan kimia tersebut ke dalam miscella yang mengalir dalam
ketel ekstraksi, dilakukan pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut. Sabun yang terbentuk
dapat dipisahkan dengan cara menambahkan garam, sedangkan minyak netral dapat dipisahkan
dari pelarut dengan cara penguapan.
Netralisasi dengan etanol amin dan amonia
Etanol amin dan amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada proses ini
asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida, sedangkan amonia yang
digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan cara penyulingan dalam ruangan
vacum.
Pemisahan asam (de-ecidification) dengan cara penyulingan
Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam lemak bebas,
langsung dari minyak tanpa mereaksikannya dengan larutan basa, sehingga asam lemak yang
terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling terlebih dahulu dipanaskan dalam alat
penukar kalor (heat exchange). Selanjutnya minyak tersebut dialirkan secara kontinyu ke dalam
alat penyuling, dengan letak horizontal.
Untuk menghindari kerusakan minyak selama proses penyulingan karena suhu yang terlalu
tinggi, maka asam lemak yang tertinggal dalam minyak dengan kadar lebih rendah dari 1 persen
harus dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa. Minyak kasar dengan kadar asam
lemak bebas yang tinggi umumnya mengandung fraksi mono dan digliserida yang terbentuk dari
hasil hidrolisa sebagian molekul trigleserida.
b.Pemisahan asam dengan menggunakan pelarut organik
Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut organik digunakan
sebagai pemisahan asam lemak bebas dari minyak. Pelarut yang paling baik digunakan untuk
memisahkan asam lemak bebas adalah furfural dan propane.
Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah kecil, maka
trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam piridine, sedangkan asam lemak bebas
tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara dekantasi, sedangkan
pelarut dipisahkan dari asam lemak bebas dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan
alkohol sebagai pelarut, maka kelarutan trigliserida dalam alkohol akan bertambah besar dengan
bertambahnya kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahaan antara asam lemak bebas dari
trigliserida lebih sukar dilakukan.
C.2 Pemucatan (Bleanching)
1)Tujuan pemucatan
Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak
disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah
kecil absorben, seperti : tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif
atau dapat juga menggunakan bahan kimia.
2)Pemucatan minyak dengan adsorben
Absorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat (bleanching
earth) dan arang (bleanching carbon). Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan
adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak,
misalnya peroksida.
Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang dilengkapi
dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu sekitar 1050C, selama 1
jam. Penambahan absorben pada saat minyak mencapai suhu sekitar 70-800C dan jumlah
absorben kurang lebih sebanyak 1.0 1.5 persen dari berat minyak. Selanjutnya minyak
dipisahkan dari absorben dengan cara penyaringan menggunakan kaen tebal atau dengan cara
pengepresan dengan filter press. Minyak yang hilang karena proses tersebut kurang lebih 0.2
0.5 persen dari berat minyak yang dihasilkan setelah proses pemucatan.
3)Macam-macam adsorben
a)Bleancing Clay (Bleancing Earth)
Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dari SiO2,
Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnetsium oksida dan besi oksida.
Jumlah absorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam
dan tipe warna dalam minyak sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan.
Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika absorben tersebut mempunyai bobot
jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan pH absorben mendekati netral.
b)Arang
Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan umumnya diperoleh dari hasil pembakaran
kayu atau bahan yang mengandung unsur carbon (C).
Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi
tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia.
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Arang Kayu Keras
Komponen Kering Udara Kering Oven
Air
Bahan menguap
Abu
Fixed carbon 9,9
8,1
2,0
80,0 9,0
2,2
88,8
Sumber : Andersen, A.C.J; 1962 dalamKetaraen; 1986
Pada umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-5000C. Suhu pengarangan pada ruangan
tanpa udara dilakukan pada suhu 600-7000C. Pada proses pengarangan akan terjadi penguapan
air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi peristiwa eksotermis yang
merupakan tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap
tidak terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon
tinggi.
c)Arang Aktif (activated carbon)
Aktivitas karbon bertujuan untuk memperbesar luasan permukaan arang dengan membuka poripori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas absorben terhadap zat warna.
Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang
terdiri dari fixed carbon, abu, air, persenyawaan yang mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif adalah : HNO3, H3PO4, Sianida, Ca(OH)2,
CaCl2, Ca(PO4)2, NaOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3 dan uap air pada suhu tinggi.
Unsur-unsur mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap kedalam arang
dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas
permukaan yang aktif bertambah besar.
Persenyawaan hidrokarbon yang menutupi pori-pori yang dapat dihilangkan dengan cara
oksidasi membuka oksidator lemah seperti CO2 yang disertai dengan uap air. Dengan cara
tersebut atom karbon tidak mengalami proses oksidasi.
Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luasan permukaan partikel, ukuran partikel,
volume dan luas penampung kapiler, sifat kimia permukaan arang, sifat arang secara alamiah,
jenis bahan pengikat yang digunakan dan kadar air.
4)Mekanisme adsorbsi zat warna oleh arang
Adsorbsi adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan yang tergantung dari specifik
affinity antara adsorben dan zat yang di adsorbsi.
Daya adsorbsi arang aktif disebabkan karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar,
dan adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan
zat yang diserap.
Berdasarkan adanya perbendaan energipotensial, maka jenis adsorbsi terdiri dari adsorbsi listrik,
adsorbsi mekanis, adsorbsi kimia dan adsorbsi termis. Sifat adsorbsi tersebut masing-masing
disebabkan karena perbedaan muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan
potensial sifat kimia dan perbedaan potensial karena panas.
Keuntungan menggunakan arang aktif sebagai bahan pemucat minyak ialah karena lebih efektif
untuk menyerap warna dibandingkan dengan blanching clay, sehingga arang aktif dapat
digunakan dalam jumlah kecil. Arang yang digunakan sebagai bahan pemucat biasanya
berjumlah lebih kurang 0.1 - 0.2 persen dari berat minyak. Arang aktif dapat juga menyerap
sebagian bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi jumlah perioksida sehingga memperbaiki
mutu minyak.
Keburukannya adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan minyak yang tertinggal dalam activated clay, dan proses oksidasi terjadi
lebih cepat pada minyak yang dipucatkan dengan menggunakan arang aktif (activated carbon).
5)Ekstraksi minyak yang tertinggal dalam absorben
Cara yang sederhana untuk mengekstraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben adalah
mencampurkan absorben tertentu dengan bahan yang akan diekstraksi minyaknya.
cara pemucatan dikromat banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun.
Tangki pemucat yang terbuat dari logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut
dapat menimbulkan karat pada logam.
Pemucatan dengan panas
Pemanasan minyak dalam ruangan vacum pada suhu relatif tinggi, mempunyai pengaruh
pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen klorofil.
Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam,
terutama ion besi, sabun (soap stock) dan hasil-hasil oksidasi seperti perioksida, karena
pemanasan terhadap bahan-bahan tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi.
Pemucatan dengan cara reaksi reduksi
Pemucatan minyak dengan reaksi reduksi kurang efektif seperti halnya pemucatan dengan cara
oksidasi, karena warna yang hilang dapat timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara.
Bahan kimia yang dapat mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau
natrium hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya
dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu.
C.3 Deodorisasi
1)Tujuan Deodorisasi
Deodorasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan
bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu
penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vacum.
Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan.
Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flovor yang baik untuk tujuan bahan
pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi, misalnya : lemak susu, lemak babi,
lemak coklat dan minyak olive.
2)Flavor Dalam Minyak
Flavor alamiah (natural flavor)
Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut
terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan, rendering atau dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut menguap. Senyawa tersebut terdiri dari hidrokarbon tidak jenuh,
pigmen karotenoid, terpene, sterol dan tokoferol.
Minyak yang berbau sengit (pungent odor) dan rasa getir disebabkan oleh glukosida dan allyl
thio sianida. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak yang berasal dari biji-bijian, misalnya
minyak brassica, rape, seed, colza dan mustrad.
Flavor Yang Dihasilkan dari Kerusakan Minyak Atau Bahan Yang Mengandung Minyak.
Kerusakan tersebut terjadi selama pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, adanya kotoran
dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa yang terbentuk merupakan hasil degradasi
trigliserida dalam minyak, yang menghasilkan asam lemak bebas, aldehida dan keton, dikarbonil,
alkohol dan sebagainya. Bau tengik dan rasa getir mulai dapat dirasakan jika komponen tersebut
terdapat dalam minyak dengan jumlah lebih dari 0.1 persen dari berat minyak.
Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak banyak mengalami
kerusakan, dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara penanganan dan kemasan yang
dipakai.
sumber :blog anto`s
Palm Oil Processing
Overview
Palm oil is a popular source of vegetable fats for the production / processing of palm
oil is high in the countries of Southeast Asia, and even palm oil became a major
agricultural commodity and seed in Indonesia, in addition to coconut oil. This was
due to several factors, among others: 1) a source of income for millions of family
farmers, 2) State the source of foreign exchange, 3) starting from the plantation,
manufacturing, marketing its products to be excellent provider of employment, 4)
and industrial estates palm oil processing is spurring the growth of new economic
centers, 5) drivers of growth and development of downstream processing industries
based on processing of CPO in Indonesia, for example.: butter, cookies / biscuits,
glycerin, soap, and detergents.
Palm Fruit
Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) Widely cultivated in plantations, among which is
the type of Dura, Pisifera, and Tenera. Tenera derived from crosses of the type of
Dura and Pisifera, has a high oil content (22-23%) and just not very high but the
fruit early.
Part fruit consists of eksokarp (outer skin), mesokarp (fibers, coconut fibers are
similar), endocarp (shell), and the kernel (palm kernel). Processing of the fibers
(endocarp) by extraction can produce crude palm oil, while the processing of the
kernel (the core) can produce palm kernel oil. CPO with advanced processing
technology that fractionation can separate at least into two main fractions, namely
stearin (solid form at room temperature) and olein (liquid at room temperature).
Stearin further processing by downstream processing industries to produce products
such as margarine, soap, wax, cocoa butter subtitution (a kind of substitute for
cocoa butter), vegetables ghee (Vanaspati), shortening, etc.., While olein processing
generally produces raw materials for the purposes cooking oil, although there are
also other products such as margarine, shortening, vegetables ghee (Vanaspati),
fatty acids, and glycerol or glycerine (glycerin). Another product from the processing
of palm oil is red palm oil, where the content of carotenoids in red palm oil
cultivated remained high during the processing. Functional compounds known as
carotenoids, which are as natural antioxidants as well as pro-vitamin A. Further
processing of the oil degumming process, refining, bleaching, and deodorization can
lower tokoferrolnya content. Saturated fatty acid content of palm oil, palm kernel
and coconut respectively 50, 86, and 92%.
Palm fruit crops
The fruit development period starts from the growth, accumulation of triglycerides,
maturity, period cooking, as well as the decomposition of palm oil. Palm bunches
when it began to mature will be marked with orange-yellow fruit perikarp and
partially detached from the stalk.
Oil palm plantations at the age of 4 years has begun to bear fruit, and at the age of
25 years was not economical anymore. Young plants produce bunches weighing 2-3
kg / bunch, while the old plants: 8-10 kg / bunch.
Lots of raw fruit should not participate terpanen, while the ripe fruit is left to a
minimum. Processing of palm oil produced from raw fruit yield only slightly. Yields
are collected in the shade and easily transportable. In transport, should be
maintained so as not to hurt or bruised fruit, because fruit wounds or bruises on the
development of free fatty acids tended to rapidly increase during oil processing.
Crops should be immediately brought to the factory to do the weighing and sorting
bunches, as a preliminary stage prior to the processing of palm oil. Sorting aims to
determine the quality of the crop (raw materials). Weighing aims to calculate the
yield, determine the extraction efficiency in the processing of oil, as well as
determining wage pickers. After the sorting is done on a bunch of water spraying to
clean soil or other debris on the bunches.PALM OIL PROCESSING
Sterilization
This sterilization stage in the processing of palm oil are technically done with a
steam / water vapor in the instrument cluster in a large autoclave sterilizer form.
Sterilization purposes in the processing or manufacture of these oils are 1) damage
the lipolytic enzyme, thus preventing the development of free fatty acids, 2)
facilitate the release of the bunches of fruit, 3) fruit softening, and 5) coagulate gum
/ oil emulsifier so as to facilitate retrieval. Distribution of processing time for
sterilization is divided into five sections, namely: 1) air expenditure, 2) time to reach
pressure diperiukan, 3) time for sterilization of bunches, 4) vaporization of water,
and 5) Removal, reduction, and reloading. When the processing time to the longest
stage of the sterilization time, it will lose a lot of oil (3%) and kernel color black
(dark). When the processing time during the sterilization phase is too short, then
the fruit will be difficult to escape from the bunch at subsequent processing stages,
namely threshing.
Stripping / threshing / pemipilan
The tools used in the processing stage is referred to as a stripper (sheller), serves to
remove the fruit from tandannya by slamming bunches, so sometimes stage of this
process is referred to as the stage or stages of the process of shock-shock
treatment, with a range of equipment called a kickback station . The purpose of the
process of stripping or treshing or dings in the processing of this oil is to: 1) the
release of oil palm fruits from tandannya, referred to as brondolan pipilannya
results, 2) oil extraction no longer absorbed by the stem so as not to degrade the
efficiency of processing, and 3) the bunches not affect the volume of material in
further processing stages. Stripper should receive the materials and equipment in
accordance with the capacity for this processing stage, because if too much at first,
bunches will protect each other, so there was a material that has not been released.
Digestion
At this processing stage is used Kettles (enclosed in a cylindrical tank of the steam
jacket, which in the tank there are knives or sticks that are connected to the main
shaft, serves to destroy the fruit that has been separated from tandannya). Purpose
of processing stages in the digestion of palm oil is to: 1) release of oil from perikarp,
2) produces a temperature suitable for the mass to be compressed (190 C), 3)
reduction in volume, thereby increasing the efficiency of processing palm oil and 4)
draining the oil that has been released during this processing stage.
Inside the digester, the fruit will be destroyed as a result of friction, pressure, and
cutting. Oil also has started to be released from the fruit at this stage of this
process. Digest the oil out through the hole in the bottom of the digester, and then
be mixed with oil from palm oil processing stage that is the next stage of the
extraction or compression.Palm oil extraction
In the early stages of this process, brondolan tercacah and out of the bottom of the
digester is in the form of porridge. Count results are then felted in pengempa tool
under the digester. Generally, compression tools used in the processing of palm oil
companies is screw press. Screw rotation drive toward the fruit pulp cone sliding on
opposite sides. Oil out of the fruit pulp and press through the cage.
Compression with a screw press in processing has the characteristics: 1) working
with high pressure where the pressure is obtained from the velocity of whorls / srew,
2) the form of screw / helix that rotates in a container, 3) pressure on the press cake
bigger, because the distance between whorls with a more narrow wall, 4) the
pressure is too great resulting in many broken nut, and 5) are suitable for oil palm
nut with a small percentage of large fibers and the percentage of fruit or nut
proportion of about 20%.
Purification (clarifer)
Clarification on the clarification station, sometimes referred to as oil refining, the oil
palm processing aims to clear in order to obtain oil with best quality and can be
marketed at a price well. Clarification stages in the processing industry is a
filtration, sedimentation, sentrigasi, and purification.
Crude oil from the digestion mixture and compression flowed toward the vibrating
sieves (vibrating screen) to be filtered so that dirt can be separated in the form of
coarse fibers. Crude oil and accommodated in the holding tank crude oil (crude oil
tank / COT), then heated to a temperature / temperature of 95 - 100oC, with the aim
to increase the difference in specific gravity (BJ) between oil, water and sludge so it
helps in the deposition process.
The next COT flow of oil from the settling tank (continuous settling tank / clarifier
tank). In the tank was separated into crude oil and oil sludge or sludge from
treatment with the deposition technique. Sludge oil can still be taken by palm oil
processing techniques such as centrifugation certain (centrifuge) or centrifugation.
Further processing of palm oil through a complex purification stage
source : kelapa sawit