Birdwatching
Birdwatching
Pelaksanaan
Waktu : Sabtu, 11 Oktober 2011
Tempat : FKH Lembah UGM
B. Tujuan Praktikum
Mengetahui dan mengidentifikasi bangsa-bangsa burung yang di sekitar Fakultas
Kedokteran Hewan UGM
C. Tinjauan Pustaka
1) Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier)
Merbah cerukcuk adalah sejenis
burung pengicau dari suku Pycnonotidae.
Orang Sunda menyebutnya cerukcuk atau
jogjog, orang Jawa menyebut terucuk
atau
cerocokan,
mengikuti
bunyi
Berbunyi nyaring dan berisik, cok, cok, ..cok-cok ! ; siulan pendek cuk-coli-lek.. berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau nyanyian bersuara lemah
mirip gumam atau gerutuan burung.
Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara, Semenanjung Malaya dan
Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian timurnya,
Kalimantan, Jawa dan Bali. Diduga diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi
Selatan. Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.
2) Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides)
Bondol
jawa
adalah
sejenis
burung kecil pemakan padi dan bijibijian. Burung ini juga disebut dengan
nama lain seperti pipit bondol, piit
bondol, emprit bondol dan lain-lain,
mengikuti suara yang dihasilkannya. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut
sebagai Javan Munia.
Burung kecil, dari paruh hingga ujung ekor sekitar 11 cm. Burung dewasa
dominan coklat tua di punggung, sayap dan sisi atas tubuhnya, tanpa coretancoretan. Muka, leher dan dada atas berwarna hitam; dada bawah, perut dan sisi
tubuh putih bersih, nampak kontras dengan bagian atasnya. Sisi bawah ekor
kecoklatan. Burung muda dengan dada dan perut coklat kekuningan kotor. Jantan
tidak berbeda dengan betina dalam penampakannya.
Iris mata coklat; paruh bagian atas kehitaman, paruh bawah abu-abu kebiruan;
kaki keabu-abuan.
Burung yang sering ditemui di lingkungan pedesaan dan kota, terutama di
dekat persawahan. Memakan padi dan aneka biji-bijian, bondol jawa kerap
mengunjungi sawah, padang rumput, lapangan terbuka bervegetasi dan kebun.
Burung ini sering turun ke atas tanah atau berayun-ayun pada tangkai bunga
rumput memakan bulir biji-bijian. Bondol jawa umumnya hidup berpasangan atau
dalam kelompok kecil, termasuk bercampur dengan jenis bondol lainnya seperti
dengan bondol peking (L. punctulata). Kelompok pada mulanya terdiri dari
beberapa ekor saja, akan tetapi di musim panen padi kelompok ini dapat
membesar mencapai ratusan ekor. Nampak menyolok di sore hari pada saat
berarti
berbintik-bintik,
Orang
Jawa
menyebutnya
emprit peking, prit peking; orang Sunda menamainya piit peking atau manuk
peking, meniru bunyi suaranya. Di Malaysia burung ini disebut pipit pinang, dan
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Scaly-breasted Munia --lagi-lagi terkait
dengan bintik di dadanya yang mirip gambaran sisik.
Burung yang berukuran kecil, dari paruh hingga ujung ekor sekitar 11 cm.
Burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas tubuhnya,
dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda. Sisi bawah putih, dengan
lukisan serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi tubuh. Perut bagian
bawah sampai pantat putih. Burung muda dengan dada dan perut kuning tua
sampai agak coklat kotor. Jantan tidak berbeda dengan betina dalam
penampakannya.Iris mata coklat gelap; paruh khas pipit berwarna abu-abu
kebiruan; kaki hitam keabu-abuan.
Bondol peking sering ditemui di lingkungan pedesaan dan kota, terutama
di dekat persawahan atau tegalan. Makanan utama burung ini adalah aneka biji
rumput-rumputan termasuk padi. Oleh sebab itu bondol peking kerap
mengunjungi sawah, padang rumput, lapangan terbuka bervegetasi dan kebun.
Ciri
lainnya
adalah
ekor
Burung cangak abu memiliki ukuran tingi 92 cm, bulunya berwarna putih ,
abu-abu dan hitam. Ciri-ciri saat dewasa garis mata, jambul, bulu terbang, bahu
dan dua buah garis pada dada hitam; kepala , leher, dada dan punggung putih,
dengan beberapa coretan ke bawah, bagian yang lain abu-abu. Kepala burung
muda lebih abu-abu dan tidak ada warna hitam. Iris kuning , paruh kuning
kehijauan dan kaki kehitaman.
Memiliki suara krook yang parau dan suara seperti angsa. Burung
pemburu yang menunggu ikan lewat yang hidup menyendiri di air dangkal,
mencari ikan dengan cara menyusurkan kepala dan paruh. Berdiri dengan satu
kaki. Kepakan sayap berat. Beristirahat di atas pohon.
Penyebarannya pada habitat lahan basah di seluruh Sunda Besar. Umunya
tersebar di dekat laut, tetapi juga kadang-kadang ditemukan juga di danau-danau
di pedalaman sampai ketinggian 900 m. Di Kalimantan diduga hanya sebagai
pengunjung.
7) Burung Gereja (Passer montanus)
Burung Gereja memiliki ukuran
sedang sekitar 14 cm, dengan warna
bulunya cokelat. Mahkota berwarna
cokelat berangan, dagu , tenggorokan,
bercak pipi dan strip mata hitam, tubuh
bagian bawah kuning tua keabu-abuan, tubuh bagian atas berbintik-bintik cokelat
dengan tanda hitam dan putih. Burung muda : berwarna lebih pucat dengan tanda
khas yang kurang jelas. Iris cokelat, paruh abu-abu, kaki cokelat.
burung
pengicau
dari
suku
orang
Jawa
menamainya
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buahbuahan yang lunak. Cucak kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap
melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak di kebun. Namun sebaliknya
burung ini menguntungkan petani karena juga memangsa pelbagai jenis serangga,
ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.
Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk,
cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-tilang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk berjemur dan mandi embun
setiap pagi,hal ini berguna untuk menjaga bulunya yang terus di minyaki. Minyak
ini berasal dari bagian belakang dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan
badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan menaikan jambulnya bila
senang maupun ingin buang air besar. Burung Kutilangpun memiliki masa
"Mabung" yaitu saat dimana bulu yang lama rontok dan berganti bulu yang baru.
Di saat Mabung burung Kutilang akan cenderung lebih diam baik secara suara
maupun gerakan.
Burung kutilang menyebar luas di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara
(kecuali Malaysia), Jawa serta Bali. Diintroduksi ke Sumatra dan Sulawesi,
beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai didapati di Kalimantan.
9) Cabe Jawa (Dicaeum trochileum)
Burung Cabe Jawa memiliki
ukuran mencapai 8 cm, berwarna hitam
dan merah padam. Jantan dewasa :
kepala, punggung, tunggir dan dada
merah padam atau agak kejinggaan;
sayap dan ujung ekor hitam, perut putih keabu-abuan, ada bercak putih pada
lengkung sayap. Betina : Tunggir merah, tubuh bagian atas lainnya coklat, tersapu
merah pada kepala dan mantel, tubh bagian bawah putih buram. Remaja : tubuh
bagian atas coklat kehijaun, ada bercak jingga pada tunggir. Iris cokelat, paruh
dan kaki hitam.
Cabe Jawa memiliki kicauan yang khas : Ziit,ziit, yang sibuk, trrtrr berdengung hwit bernada tinggi dan ci-tt,ci-tt,ci-tt yang khas. Burung
ini sering terlihat di pekarangan dan daerah terbuka , termasuk kota, daerah
pantai, dan hutan mangrove. Mengunjungi rumput benalu untuk memakan
buahnya yang lengket.
Persebarannya dapat ditemukan di pantai-pantai dan dataran rendah
Sumatra Selatan dan Kalimantan selatan (di Sumatra mungkin merupakan
pendatang baru dari Jawa). Di Jawa (termasuk di pulau-pulau di sekitarnya ) dan
Bali, burung dataran rendah yang umum di kebun dan daerah terbuka.
10) Wiwik Kelabu (Cacomantis merulinus)
Wiwik
kelabu
atau
wikwik
lurik memiliki alis dan pipi keputihan. Iris mata berwarna merah. Paruh
kehitaman di atas dan kekuningan di bawah. Kaki kuning.
Burung yang menyukai hutan-hutan terbuka, hutan sekunder, tepi hutan,
tegalan dan lingkungan pemukiman di pedesaan. Kadang-kadang juga ditemukan
di wilayah perkotaan dan taman-taman. Wiwik kelabu mudah dikenali dari
suaranya yang merawankan hati. Tii..tut..twiiit, ..tii..tut..twiiit, .. tii..tut..twiiit,
bertambah cepat dan bertambah tinggi nadanya. Atau bunyi, tii..tut..twiiit, ..twiit,
..twiit, ..twit, ..twit, ..wit, ..wit, ..wit-wit-wit-wit-wit-wit; dengan nada yang
meninggi di awal kemudian semakin menurun dan semakin pendek di akhir.
Meski suaranya sering terdengar, wiwik kelabu agak sukar teramati. Ia kerap
berbunyi dalam kelindungan tajuk pohon tanpa bergerak-gerak atau berubah
posisi. Tidak jarang pula suara ini terdengar di malam hari. Di musim
berpasangan, burung-burung ini aktif berkejaran sambil bersuara pendek,
wriiik, ..wrik ..wri-wri-wri.
Burung ini memangsa aneka jenis serangga, laba-laba, dan juga buahbuahan kecil. Wiwik kelabu tidak jarang didapati turun ke semak belukar. Pada
umumnya ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1.300 m.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam birdwatching ini adalah transek dengan menyusuri jalan
setiap 30 m berhenti dengan diameter pengamatan 30 m dalam waktu 10 menit.
E. Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam bird watching :
1. Note (kertas HVS)
2. Pensil
3. Penghapus
4. Buku panduan Mackinon
5. Binocular
6. Kamera
F. Hasil Pengamatan
Nama pengamat : Gerardus Yuvens Denista
Lokasi
: FKH Lembah UGM
Waktu
: Sabtu, 3 Desember 2011
1) Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier)
- Lokasi
: Kampus FKH atap Gedung V4
- Waktu
: 09.10 WIB
- Jarak
: 14 m
- Jumlah
: 3 ekor
- Ciri-ciri
: kepala berwarna putih pada bagian atasnya coklat, sayapnya
coklat dan dadanya berwarna coklat juga. Senang berpindah-pindah tempat
(bertengger).
2) Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides)
- Lokasi
: Utara lapangan Pancasila (di atas pohon)
- Waktu
: 09.25 WIB
- Jarak
:8m
- Jumlah
: 7 ekor
- Ciri-ciri
: kepalanya berwarna gelap, paruhnya abu-abu, sayapnya
berwarna coklat dengan dada berwarna putih. Hidup bergerombol.
3) Bondol peking (Lonchura punctulata)
- Lokasi
: Di atas pohon sekitar lapangan Pancasila
- Waktu
: 09.28 WIB
- Jarak
:9m
- Jumlah
: 6 ekor
- Ciri-ciri
: bagian bawah tubuhnya berwarna putih seperti berbintik, pada
bagian dadanya terdapat garis-garis, sayapnya berwarna coklat, berpindahpindah tempat tengger dan kadang turun ke bawah.
4) Bondol haji (Lonchura maja)
- Lokasi
: Pohon depan Gedung V-3 FKH UGM
- Waktu
: 09.30 WIB
- Jarak
: 10 m
- Jumlah
: 6 ekor
- Ciri-ciri
: kepala berwarna putih, leher memiliki warna yang sama dengan
kepala, sayap dan tubuhnya berwarna coklat, terdapat warna merah pada
bagian sekitar ekornya. Bergerombol di atas pohon dan sering berpindah
ranting.
5) Layang-layang (Hirundo rustica)
Lokasi
Waktu
Jarak
Jumlah
Ciri-ciri
- Ciri-ciri
Daftar Pustaka
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan
Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication. Bogor.
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of SouthEast Asia. Collins. London.
MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali.
Gadjah Mada University Press. Jogyakarta.
MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa,
Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.